Anda di halaman 1dari 21

BAB III

ANALISIS PEMBELAJARAN QOWAIDUL IMLA’ DENGAN

MENGGUNAKAN ALQURAN BRAILLE

A. Pembelajaran Qowaidul Imla’ dengan menggunakan Alquran Braille

Pembelajaran Qowa’idul Imla’ adalah salah satu pelajaran yang

wajib ditempuh oleh seluruh siswa-siswi di MTs LB/A Yaketunis. Karena

sekolah ini memiliki harapan bahwa nantinya siswa siswi yang telah lulus

dari MTs LB/A Yaketunis bisa dan lancar membaca dan menuliskan Arab

Braille.

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang ditetapkan

untuk dicapai melalui kegiatan pembelajaran, tujuan juga berfungsi

menentuka kearah mana subjek didik akan dibawa. Tujuan dalam proses

belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus dutetapkan

dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan

pengajaran.1 Seperti yang dikatakan oleh ibu dani selaku guru mata

pelajaran Qowaidul imla’

“Siswa siswi yaketunis harus bisa baca Alquran minimal


mengerti huruf hijaiyah syukur dapat hafal dalam penulisannya
dan bisa melafalkannya dengan baik dan benar, dulu ada
alumni yaketunis yang bisa mengkhatamkan al qur’an bahkan
menghafalkannya dengan segala keterbatasannya, cerita
tersebut yang selalu saya motivasi kepada siswa-siswi saya

1 M.Ainin dkk, Evaluasi dalam pembelajaran Bahasa Arab,Bandung:


MISYKAT INDONESIA,2006, Hal.10

50
supaya mereka memiliki semangat yang lebih untuk belajar
2
Alquran”

Dari hasil pengamatan penulis sendiri, penulis setuju dengan

apa yang diungkapkan oleh bu danik, Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan tingkah laku yang telah diterapkan sebelumnya agar pada diri

siswa tersebut terdapat suatu hasil dari perbuatan belajar yang telah

dilakukan. Pada hakikatnya tujuan pembelajaran merupakan perubahan

tingkah laku yang diinginkan baik pada bidang-bidang individu, sosial

dan profesional. Tujuan belajar mengajar berfungsi menentukan kearah

mana peserta didik akan ditunjukkan. Tujuan dari belajar Qowa’idul

Imla’ adalah untuk menjadikan siswa-siswi bisa membaca dan menulis

tulisan Arab Braille secara baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang

berlaku, serta menjadikan siswa-siswi MTs LB/A Yaketunis lebih

unggul dalam baca tulis Alquran Braille dibandingkan dengan

tunanetra-tunanetra yang lain. Karena mata pelajaran Qowa’idul Imla’

ini hanya bisa ditemui di MTs LB/A Yakeyunis, tidak diajarkan di

sekolah luar biasa yang lain.

Secara garis besar tujuan dari pembelajaran Qowa’idul Imla’

adalah sebagai berikut :

a. Siswa mampu mengetahui huruf Arab Braille.

b. Siswa dapat menghafal huruf hijaiyah dengan baik dan benar.

2 Wawancara dengan ibu dani guru mapel Quwaidul imla’ pada hari Rabu 31-
07-19 di perpustakaan.

51
c. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya

mempelajari Alquran, dan menjadikan Alquran sebagai pedoman

hidup manusia yang harus dipelajari dan dijadikan patokan untuk

melakukan perbuatan menurut syariat agama islam.

“Riyanto mengatakan bahwa tunanetra juga perlu di perhatikan


dalam meningkatkan potensi anak luar biasa, kita berhak
mendapatkan hal yang layak dan sesuai dengan anak anak normal
lainnya, dalam hal pendidikan kita yakin bahwa kita mampu untuk
bersaing, kita akan selalu belajar dan terus mencoba untuk
mencapai cita-cita”3

Tujuan pembelajaran membaca Alquran Braille bagi tunanetra

di MTs LB/A Yaketunis tidak hanya sekedar pengenalan huruf Arab

Braille dan memberikan keterampilan membaca bagi siswa tunanetra

akan tetapi disini mereka lebih ditekankan tentang pemahaman Alquran

dan pentingnya Alquran bagi kehidupan manusia terutama bagi

tunanetra, karena keterbatasan mereka sebagai tunanetra, mereka harus

mempunyai pedoman hidup agar mereka tidak tersesat dalam memilih

jalan hidup. Peran guru dan orang tua sangat penting dalam

meningkatkan pertumbuhan anak bagaimana anak tersebut nantinya,

dan agar anak tidak berkecil hati dalam menghadapi tantangan hidup

kedepannya, pembelajaran Alquran ini sebagai dasar dalam membentuk

akhlak, semakin dia memahami ilmu ilmu yang ada di dalamnya sedikit

demi sedikit pula akhlaknya akan terbentuk yaitu akhlak qurani

(Akhlaqul Karimah) semakin Alquran itu di baca atau di pelajari terus

3
Wawancara dengan siswa pada hari kamis 1-08-19 di kelas.

52
menerus hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi tubuh, atau hati

mengalami ketenangan.4

2. Proses Pembelajaran Qowa’idul Imla’

Pembelajaran Qowa’idul Imla’ menggunakan bahan ajar/bahan

acuan yang diterbitkan dari pihak sekolah sendiri yang berjudul

Qowa’idul Imla’ yang di karang oleh M Najamudin dan di perbarui

oleh Akhmad maskuri pada tahun 2008, dan juga ada buku yang

digunakan dari luar sekolah.

Pelaksanaan nya adalah dengan cara praktek langsung atau

dengan cara metode drill, jadi anak dijelaskan secara teori terlebih

dahulu, lalu anak diminta untuk praktek langsung untuk menulis huruf

arab Braille, Langkah yang pertama yaitu anak dikenalkan dengan

huruf hijaiyah terlebih dahulu, ketika sudah hafal hurufnya maka anak

mempraktekkan untuk menuliskan huruf al-quran braille setelah itu

anak baru diajarkan untuk menuliskan harakat.

Materi merupakan bahan atau yang dipelajari siswa baik berupa

5
pengetahuan atau keterampilan. Materi pembelajaran harus disesuaikan

dengan keadaan dan kondisi serta diharapkan dapat memberi motivasi

belajar siswa Membaca permulaan, yaitu belajar mengenal satuan huruf

hijaiyyah dalam kata, kalimat, suku kata, dengan menggunakan bahasa

Indonesia dan huruf aslinya. Selanjutnya huruf-huruf tersebut dibubuhi

4 Wawancara dengan ibu dani guru mapel Quwaidul imla’ pada hari Rabu 31-
07-19 di perpustakaan.
5 Syamsudin asyrofi, Metode Pembelajaran Bahasa Arab.. Hal 19

53
dengan tanda- tanda baca yang menentukan suatu bunyi dari bahasa

yang tersusun pada stuktur kalimat seperti semula. Membaca lanjutan,

yaitu membaca dengan stuktur kalimat yang terdiri dari huruf- huruf

sudah dirangkai dalam suatu ayat-ayat Al-Qur’an.

Pembelajaran AlquranBraille yang diterapkan selama ini adalah

Qowa'idul Imla' (dikte). ini lebih menekankan siswa pada ketrampilan

menulis huruf Arab Braille. Setelah menulis kemudian siswa harus

membaca hasil tulisannya. Namun tidak semua siswa langsung bisa

membaca. Karena kepekaan perabaan siswa sangat bervariasi, banyak

siswa yang terampil menulis namun belum terampil membaca. Dalam

mengajarkan Qowa’idul Imla', guru dituntut untuk kreatif membuat

contoh-contoh kata yang sesuai dengan huruf yang diajarkan. Namun

karena keterbatasan contoh yang bisa dikemukakan guru, sering

menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi

permasalahan siswa tunanetra dalam belajar membaca

Alquransebagaimana terpaparkan di atas, maka perlu strategi

pembelajaran yang cepat, tepat, efektif dan efesien. Pembenahan tidak

hanya pada metode pembelajaran namun juga pada media dan bahan

ajar dalam bentuk tulisan Arab Braille.

54
Gambar I

Foto Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Qowa’idul Imla’

MTs LB/A Yaketunis merupakan salah satu madrasah inklusi

maka walaupun di dalamnya terdapat siswa tunanetra akan tetapi

materi yang digunakan sama dengan materi madrasah umum lainnya

karena sebagian besar guru di MTs LB/A Yaketunis dalam keadaan

awas dan ada juga yang dalam keadaan tunanetra.

Sumber belajar yang digunakan di MTs LB/A Yaketunis sama

dengan MTs lainnya. Akan tetapi dalam pembelajarannya mereka lebih

menggunakan buku Braille. Pembelajaran dilakukan setiap 1 mingggu

1 jam pelajaran dengan alokasi waktu 40 menit dan ada tambahan

waktu bagi yang tinngal di asrama dan ada tambahan waktu juga bagi

siswa yang tertinggal dalam mengikuti pembelajaran Qowa’idul Imla’

guru memberikan menanganan khusus, karena siswa/siswi di sekolah

tersebut selain memiliki teterbatasan fisik seperti tuna netra mereka

juga memiliki riwayat penyakit yag berbeda-beda seperti hidrosefalus,

55
kanker otak, paru-paru 1 dan lain sebagainya maka dengan itu guru

dalam memberikan materi pembelajaran harus sudah memahami sejak

awal penyakit yang di derita siswa/siswinya sehingga guru lebih sabar

dan mencari solusi yang tepat supaya anak dapat menerima

pembelajaran dengan baik dan tidak ada yang tertinggal. Karena pada

saat ujian akhir semester soal yang diberikan atau di ujikan semua

sama, guru tidak membuat berbagai macam soal, maka dengan

penyetaraan tersebut guru harus mampu menangani siswa yang

tertinggal salah satunya dengan memberikan jam khusus kepada anak.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran Qowa’idul Imla’

adalah metode ceramah, metode diskusi, metode sorogan, metode

demonstrasi. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir

pembelajaran, guru membiarkan siswanya aktif dalam proses

pembelajaran, guru sering memberikan pertanyaan kepada

siswa/siswinya, adanya evaluasi pembelajaran adalah untuk mengukur

sejauh mana kemampuan anak, dan melihat perubahan setelah

melaksanakan pembelajaran dengan itu guru selalu mengulang-ulang

materi yang pernah disampaikan pada saat proses pembelajaran.

56
Gambar II

Foto Alquran Braille

Secara garis besar proses pembelajaran Qowa’idul Imla’

dengan alokasi 1 jam pelajaran atau 40 menit adalah sebagai berikut:

1. Guru membuka materi pelajaran dengan mengucap salam dan

dilanjutkan membaca basmallah bersama-sama, untuk jam

pelajaran pertama, siswa/siswi di wajibkan untuk tadarus yang di

pimpin oleh guru atau murajaah hafalan surat-surat pendek yang

pernah di hafalkan. Di harapkan dari tadarus Alquran setiap hari

siswa akan terbiasa membaca Alquran dan bacaannya lancar

Kemudian menaanyakan kehadiran siswa/siswi.

57
2. Apersepsi

Guru memberikan apersepsi dengan meminta siswa untuk

mengulang materi yang di ajarkan sebelumnya berdasarkan hasil

pengamatan, pada saat penulis mengikuti jalannya pembelajaran di

kelas 9, siswa benar-benar mampu mereview dengan jelas

pembelajaran yang telah berlalu, yaitu sejarah mengenai yaketunis,

siswa memberikan penjelasan kepada guru asal mula adanya huruf

braile dan sekolah yaketunis kemudian antar siswa saling bertukar

pikiran, dan guru memberikan penengahan atau membenarkan dan

memberikan tambahan materi yang mereka lupa atau belum

mereka pahami sebelumnya.

3. Kegiatan inti

a. Guru memberikan pengantar secara umum berkaitan materi

yang akan disampaikan: guru menyebutkan huruf hijaiyah dan

huruf latin dan membrikan penjelasan jika alif samadengan A

ba sama dengan B ta sama dengan C begitu juga seterusnya

pada saat permulaan atau kelas vii anak di kenalkan huruf

hijaiyah hal tersebuty untuk mempermudah proses

pembelajaran selanjutnya atau sebelum masuk pada pengenalan

titik-titik pada huruf braile.

b. Guru memberikan materi kepada siswa dengan metode

demonstrasi, dengan metode demonstrasi guru langsung

memberikan materi dengan mempraktekkannya langsung,

58
misalnya guru mengucapkan huruf hijaiyah kemudian siswa

menirukannya berulangkali guru melafalkannya sampai benar-

benar siswa hafal.

c. Siswa diminta untuk berperan aktif yaitu guru menunjuk salah

satu siswa untuk menyebutkan huruf hijaiyah kemudian siswa

menunjuk temannya pada daat hafalan guru membacakan

kemudian secara bersama-sama siswa menirukan berrulang kali

4. Kegiatan penutup

Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali

materi yang sedang berlangsung dan guru memberikan kesempatan

kepada siswa/siswi untuk bertanya kemudian guru selalu

memberikan motivasi kepada siswa agar tidak putus asa dan agar

selalu yakin bahwa mereka bisa sama seperti orang awas guru

memberikan motivasi berupa cerita-cerita yang pernah ada

sebelumnya di sekolah tersebut dan menutupnya kemudian

menutup pembelajaran dengan salam

Dari pengamatan peneliti selama observasi di kelas, peneliti

menyimpulkan bahwa siswa dapat mengikuti pembelajaran AlquranBraile

dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias siswa dalam

mengikuti pembelajaran di kelas maupun ketika pembelajaran di asrama

sedikit demi sedikit siswa dapat mempraktikkan membaca Alquran ketika

guru menginginkannya membaca Alquran Proses pembelajaran Qowa’idul

Imla’ di Mts Yaketunis di dukung dengan mata pelajaran Alquran Hadis.

59
B. Hambatan Pembelajaran Qowaidul imla’ dengan menggunakan

AlquranBraille di MTs Yaketunis Yogyakarta

Dalam proses pembelajaran Qowa’idul Imla’ tentunya mengalami

hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan bisa berarti halangan atau

rintangan, adapun yang dimaksud adalah kendala yang dihadapi atau yang

muncul yang dapat menghalangi untuk tercapainya suatu tujuan. Dalam

pembahasan ini penulis akan membahas mengenai hambatan-hambatan

mengenai pembelajaran Qowa’idul Imla’. Secara umum problem yang

muncul dari siswa adalah Siswa mengalami keterlambatan membaca

Alquran Braille, siswa belum bisa membedakan bacaan panjang dan

bacaan pendek, siswa butuh waktu lama untuk mengucapkan huruf yang

diraba, siswa kurang latihan membaca dan siswa sulit membedakan huruf

yang letak titiknya hampir sama. Sedangkan problem pada guru adalah

bahwa guru mengalami kesulitan dalam menangani siswa yang mengalami

keterlambatan membaca Alquran Braille. Kedua, belum tersedianya media

latihan membaca Alquran Braille yang sistematis. Ketiga waktu belajar

membaca Alquran kurang.

Dalam proses pembelajaran Qowa’idul Imla’ bagi tuna netra

terdapat beberapa faktor penghambat, Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu, yaitu fisiologis

dan psikologis.

60
a. Motivasi Siswa

Yang menjadi penghambat guru dalam mengatasi kesulitan

belajar membaca Alquran Braille berasal dari siswa sendiri pada diri

siswa tersebut kurang memiki motivasi dan minat untuk belajar karena

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar Alquran Braille, karena yang menjadi

penyebabnya adalah malas mempelajari Alquran Braille, seperti yang

disampaikan oleh ibu danik Tri Handayani selaku guru Mata pelajaran

Qowaidul Imla’

“Yang menjadi penghambat itu karena siswa malas belajar


Alquran Braille dan merasa capek setelah seharian kegiatan
belajar di sekolah dan tidaak ada dorongan dari orang tua
dikarenakan orangtuanya kurang dapat memahami huruf
braille dan itu adanya asrama di sekolah sangat membantu
6
anak dalam mengembangkan kemampuannya”

b. Perbedaan Kecerdasan anak

Yang menjadi penghambat anak dalam proses pembelajaran

Qowaidul imla yaitu adanya perbedaan kecerdasan anak dalam

menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Contohnya ada

anak yang sama-sama baru masuk kelas VII di MTs Yaketunis yang

baru menerima Mata Pelajaran Qowa’idul Imla’ ,terdapat anak yang

dalam waktu satu minggu sudah bisa lancar membaca dan menulis Arab

6 Hasil wawancara dengan ibu danik guru mapel Qowa’idul imla’ pada hari Rabu
31-07-2019, Jam 11.00 di perpustakaan.

61
Braille dan ada juga anak yang sudah kelas VIII masih belum lancar

membaca dan menulis Arab Braille, seperti yang disampaikan oleh ibu

danik Tri Handayani selaku guru Mata pelajaran Qowaidul Imla’

“ Terdapat anak yang sudah diajari lama bahkan sudah sampai


kelas VIII itu saja masih belum lancar membaca dan menulis
arab Braille, akan tetapi ada juga yang baru satu minggu saja
diajari sudah bisa lancar membaca dan menulis arab Braille”7
2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu

yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan

non sosial.

Berdasarkan hasil wawancawa dengan Ibu Danik tri Handayani

selaku Guru Mapel Qowa’idul Imla’ yaitu

a. Kurangnya fasilitas atau sarana prasarana

Salah satu yang memegang peranana penting dalam kelancaran

proses suatu kegiatan adalah sarana prasaran. Sarana prasarana

merupakan segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam

proses kegiatan apabila kurangnya sarana prasarana hal tersebut juga

akan mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran jika dalam

pembeajaran Qowaidul Imla’ seperti

Kurangnya referensi berbentuk Braille, minimnya media

pembelajaran dan kurangnya buku acuan pembelajaran sehingga

menghambat pelajaran biasanya guru berinisiatif mencatat sendiri buku

7 Hasil wawancara dengan ibu Danik tri Handayani guru mapel Qowa’idul Imla’
pada Tanggal 19 Juli 2019, Jam 10.30 di Perpustakaan

62
mata pelajaran dari bentuk awas atau latin biasa. disana hanya ada 1

iqro sebagai pegangan guru sehingga untuk pegangan siswa/siswi

8
sendiri tidak ada, maka harus bergantian. Siswa mengalamai

gangguan dalam membaca Alquran karena terdapat Alquran Braille

yang sudah mulai rusak ( tonjolan hurufnya sudah mulai tidak timbul

lagi) sehingga anak kesulitan dalam melakukan perabaan dan akan

mengakibatkan sulitnya untuk membaca Alquran Braille. Maka yang

terjadi saat pembelajaran membaca huruf Braille sering terkendala

oleh ketrampilan motorik halus atau kepekaan perabaan siswa.

Terlebih lagi pembelajaran membaca huruf Arab Braille yang

memiliki jumlah huruf lebih banyak dibanding huruf latin dan cara

menghafal letak titiknya tidak sesistematis huruf Braille latin. Hal

tersebut juga disebabkan Perbedaan motorik siswa sehingga terdapat

siswa yang cepat hafal huruf braille dan bisa membaca ada juga yang

lambat dalam menghafal huruf braille dan membaca huruf Braille.

b. Kurangnya Waktu Pelajaran

Waktu yang terlalu singkat yaitu 40 menit selama satu minggu

sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena Pada anak

8 Hasil wawancara dengan Ibu Danik Tri Handayani, Guru Mapel Qowa’idul
Imla’ pada Tanggal 20 Juli 2019, Jam 11.00 di Perpustakaan

63
tunanetra tidak dikenalkan huruf Arab aslinya tetapi huruf Arab Braille

yang bentuknya berupa titik-titik timbul dan adanya siswa yang masih

belum mengenal Arab Baille sama sekali, karena latar belakang sekolah

dasarnya berasal dari sekolah umum dan belum dikenalkan dengan huruf

Braille, maka pembelajarannya kurang efektif ketika ada anak yang pasif

bahkan ketinggalan dari teman-temannya. Kendala yang dialami dalam

belajar ini adalah berasal dari faktor siswa, misalnya anak yang belum

bisa dibandingkan dengan temannya itu cenderung malas karena dia

merasa tertinggal, serta sarana yang kurang, waktu pelajaran yang sangat

singkat. Ada anak kelas VIII pindahan dari luar yang baru masuk ke MTs

yaketunis yang belum bisa sama sekali dalam membaca maupun menulis

arab braille. Kurangnya latihan perabaan pada siswa pada siswa,

sehingga mereka sulit untuk membaca Alquran Braille, karena butuh

kepekaan dalam proses membaca Alquran Braille.

c. Keterbatasan Guru

Guru merupakan orang yang memberi penjelasan atau sumber

informasi. Kurangnya guru disekolah tersebut menjadi salah satu

hambatan dalam proses pembelajaran seperti yang terjadi yaitu hanya

terdapat 1 guru yang mengampu mata pelajaran Qowa’idul Imla,

bahkan guru tersebut juga mengampu dan tinggal di asrama namun

bedanya jika di asrama ada mahasiswa yang membantu dalam

kegiatan di asrama. Dan siswa yang tinggal di asrama dapat terpantau

perkembangan belajarnya. Di sekolah yaketunis banyak guru yang

64
memahami tata cara penulisan huruf braille dan cara bacanya, tetapi

tidak semua guru bisa membaca dan menulis arab braille hanya

beberapa saja karena di sekolah yaketunis tidak semua guru tunanetra

ada sebagian guru yang awas juga, maka dengan keterbatasan guru

yang dapat mengampu materi Qowa’idul Ilma’ dapat menghambat

proses pembelajaran.

C. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan membaca Alquran siswa

luar biasa (Tunanetra)

Solusi merupakan jalan keluar atau jawaban dari suatu masalah.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah, mulai dari masalah pribadi,

masalah keluarga, masalah pendidikan, sampai ke masalah negara.

Walaupun dengan demikian masalah tetap harus disyukuri karena dengan

adanya masalah manusia dituntut untuk berpikir dan mengerahkan seluruh

kemampuannya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut, sehingga

muncul pengetahuan, teori ilmu, dan penemuan baru.

Dalam pembahasan ini, akan membahas solusi atau jalan keluar

yang dilakukan pihak guru maupun dari pihak sekolah untuk mengatasi

masalah-masalah yang terjadi pada anak agar tercapainya tujuan dari

pembelajaran Qowa’idul Imla’ , Diantaranya adalah :

1. Dari pihak sekolah.

65
Sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai

tujuan belajar siswa dalam kasus ini adalah mata pelajaran

Qowa’idul Imla’, solusi yang dilakukan adalah:

a. Mengeluarkan kebijakan untuk melakukan penilaian/seleksi

masuk sekolah untuk mengetahui kemampuan anak.

Dengan adanya kebijakan tersebut maka guru dapat

mengetahui sejauh mana kemampuan anak, apakah anak

mengalami perkembangan yang baik atau sebaliknya.

b. Mengadakan sistem asrama agar siswa-siswi belajarnya

lebih intensif.adanya sistem asrama ditujukan agar

siswa/siswi tetap terkontrol, di dalam asrama terdqapat

pembelajaran yang menunjang kegiatan keagaman misalnya

TPA ynng di jadwalkan setiap sore pembelajaran ini sama

dengan di sekolah yaitu Qowidul Imla’

c. Mengadakan ekstrakulikuler berupa Qowa’idul Imla’ yang

wajib diikuti seluruh siswa-siswi MTs LB/A Yaketunis

Yogyakarta. Ekstrakulikuler ini diadakan oleh sekolah

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswi

dalam menulis Arab Braille ekstrakulikuler ini sudah

berjalan sejak kurang lebih 5 tahun.

d. Mengadakan jam tambahan belajar Qowa’idul Imla’ di

asrama MTs LB/A Yaketunis Yogyakarta. Asrama bagi

siswa-siswi yaketunis ini tidak wajib,adanya asrama ini

66
bertujuan untuk memberikan pemahamna tentang

keagamaan termasuk didalamnya pelajaran Qowa’idul

Imla’ maka meskipun jam pembelajaran disekolah

Qowa’idul Imla’ ini hanya 1 jam atau 40 menit diasrama

mereka memeperoleh jam tambahan selama di asrama.

e. Menggunakan metode pembelajaran yang sangat mudah

diterima siswa-siswi ketika belajar Qowa’idul Imla’.

f. Mewajibkan siswa-siswi untuk menghafal huruf Braille

baik arab maupun latin. Karena jika siswa sudah hafal maka

dengan mudah siswa memahami titik titik dalam huruf

braile, meskipun tidak mudah dan membutuhkan waktu

yang cuikup lama, namun guru tetap sabar dan jeli dalam

membimbing siswa-siswinya.

g. Sekolah memerintahkan guru mata pelajaran untuk

membimbing lebih intensif ketika ada siswa pindahan yang

baru masuk, atau siswa yang belum sama sekali mengenal

huruf Braille.

2. Dari Pihak Guru

67
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai

keberhasilan dalam pembelajaran, maka solusi yang dilakukan

guru adalah :

a. Guru memberikan penanganan khusus atau drill. Dengann

adanya penanganan tersebut, guru dapat fokus dalam

membimbing siswa/siswi yang dirasa memang butuh

penanganan khusus, karena tidak semua siswa dapat

disetarakan

b. Guru membagi materi pelajaran dikelas VII berupa materi

awal berupa pengenalan huruf hijaiyah, untuk dikelas VIII

berupa materi tatacara membaca dan menulis arab Braille

dan dikelas IX berupa materi tentang sejarah braille.

c. Guru memberikan motivasi-motivasi yang bertujuan untuk

membangkitkan semangat siswa-siswi dalam belajar

Qowa’idul Imla’. Karena motivasi yang besar terhadap

sesuatu merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu minat belajar yang besar akan

menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar

yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

d. Guru mengenalkan siswa-siswi dengan huruf arab Braille

terlebih dahulu, yaitu dengan cara mengenalkan letak titik-

titik huruh nya lalu dihafalkan letak titik-titiknya.

68
e. Guru menggunakan lagu yang mudah dihafal ketika siswa-

siswi diajarkan menghafal huruf hijaiyah.Guru

mengenalkan huruf arab Braille dengan cara praktek

langsung ketika sudah di ajarkan, sehingga anak lebih

mudah hafal dan lebih paham.

3. Dari pihak siswa

Tentunya solusi yang sangat berpengaruh yaitu berasal dari

siswa itu sendiri, Solusi yang dilakukan adalah:

a. Siswa yang memiliki kemampuan yang baik yang sudah

lebih dulu paham mengenai arab Braille mengajari

temannya yang belum paham tentang arab Braille.

b. Siswa berdiskusi membahas masalah yang mereka temui,

lalu mencari solusi dari masalah tersebut.

Dari sekian cara-cara diatas, siswa-siswi bisa hafal huruf arab Braille

dan bisa dengan lancar membacanya membutuhkan waktu 1 tahun, yaitu ketika

di kelas VII. Pembelajaran ini dapat dikatakan cukup efektif karena siswa yang

awalnya sama sekali belum mengenal arab Braille bisa lancar membaca dan

menulis Arab Braille melalui pembelajaran Qowa’idul Imla’ yang dijalankan

di MTs LB/A Yaketunis Yogyakarta ini. Di MTs ini sudah menjalankan

pembelajaran ini sudah lama yaitu ketika sekolah ini berdiri sudah ada

pelajaran Qowa’idul Imla’ dan tentunya sudah berpengalaman dalam hal ini.

Karena sistem pelajarannya yaitu dijelaskan terlebih dahulu lalu siswa diminta

untuk praktek menuliskan, ketika sudah bisa anak disuruh

69
untuk membaca satu persatu yang disimak oleh guru. Agar untuk

memperkuat ingatan titik-titik huruf hijaiyah dalam Braille, guru menyuruh

siswa untuk menuliskan nama mereka sendiri untuk menuliskan ke dalam

Arab Braille dan menggunakan kata-kata bahasa indonesia untuk

menuliskan ke dalam huruf Arab Braille sehingga anak lebih mudah untuk

memahami Arab Braille.

70

Anda mungkin juga menyukai