Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NIKO TUA KIVANDO MANIK

NIM : 160200332

MATKUL : HUKUM AGRARIA

RINGKASAN MATERI KULIAH

1. SEJARAH HUKUM AGRARIA

Sebelum ada Hukum Pertanahan yang dibuat oleh Beland di Indonesia, Indonesia telah memiliki
hukum pertanahan sendiri. Hukum yang berlaku tersebut pada saat itu adalah Hukum Adat yang berlaku
pada masing-masing daerah, masing masing hukum adat tersebut banyak perbedaannya satu sama lain.
hal ini dikarenakan padamasa itu belum ada persatuan antar suku-suku yang ada di setiap daerah di
Indonesia.

Pada masa pemerinataha Hindia Belanda berlau Agrarische Wet yang berlaku sejak tahun 1870 –
1945. Pada masa itu dibagi atas 2 bagian yang mempunyai lingkungan hukum tersendiri yaitu adalah
Daerah yang diperintah langsung oleh pemerintah pusat atau Gubernemen dan daeeah yang tidak
langsung diperintah oleh Pemerintah pusat dengan swapraja. Pada masa pemerintaha Belanda berlaku
Agrarische Belsuit (Stb 1870 no.118) no.1AB “ semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan
maka eigendomnya dalah domein negara.

Kemudia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1948 dimulailah disusun dasar- dasar hukum agraria
Indonesia yang akan menggantikan hukum Belanda dengan dibentuknya Panitia Agraria yang
berkedudukan di Jogjakarta yang disebut sebagai “Panitia Jogja” yang dibentuk berdasarka penpres
tanggal 21 Mei 1948 no.16 yang diketuai oleh Sarimin Reksodiharjo yang pada saat itu menjabat sebagai
Kepala Badan Agraria Kementrian dala Negeri.

Kemudian Indonesia yang sebelumnya sempat menjadi negara Serikat kembali ke bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka berdasarkan Kepres tertanggal 19 Maret 1951 no.36 tahun 1951
panitia jogja dibubarkan dan kemudian dibentuklah “Panitia Jakarta” yang kembali diketuai oleh Sarimin
Reksodiharjo. Kemudian pada tanggal 29 maret 1951 kemudian dibentuklah Kementria Agraria dengan
tugas mempersiapkan Hukum Agraria Nasional dengan ketentuan yang berlaku dengan ketentuan uud
1950. Denga dibentuknya kementrian Agraria Nasional yang diketuai oleh Goenawan. Panitia ini
bertuagas membentuk rancangan UUPA yang harus selesai dala waktu 1 tahun .

Kemudian setelah Indonesia kembali ke UUD 1945 dibentuklah Rancangan UUPA yang lebih
sempurna dan mendasar sesuai dengan UUD 1945. Akhirnya tepat pada hari Sabtu tanggal 24 September
1960, RUU yang sebelumnya sudah disetujui oleh DPR-GR, secara resmi disahkan oleh Presiden
Soekarno menjadi Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

2. TUJUAN UUPA
A. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat
untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan & keadilan bagi negara& rakyat tani, dalam
rangka masyarakat adil & makmur
B. meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan & kesederhanaan hukum pertanahan
C. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
bagi rakyat.

3. HAK ATAS TANAH

Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak
untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak
penggunaan atas tanah. Hak-hak atas tanah yang dimaksud ditentukan dalam Pasal 16 jo Pasal 53 UUPA,
antara lain: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka
Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan, Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas
yang ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 53.

Dalam Pasal 16 UUPA disebutkan adanya dua hak yang sebenarnya bukan merupakan hak atas tanah
yaitu hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan karena hak-hak itu tidak memberi wewenang
untuk mempergunakan atau mengusahakan tanah tertentu. Namun kedua hak tersebut tetap dicantumkan
dalam Pasal 16 UUPA sebagai hak atas tanah hanya untuk menyelaraskan sistematikanya dengan
sistematika hukum adat. Kedua hak tersebut merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari hak ulayat.
Selain hak-hak atas tanah yang disebut dalam Pasal 16, dijumpai juga lembaga-lembaga hak atas tanah
yang keberadaanya dalam Hukum Tanah Nasional diberi sifat “sementara”. Hak-hak yang dimaksud
antara lain : Hak gadai, Hak usaha bagi hasil, Hak menumpang, Hak sewa untuk usaha pertanian.

Hak-hak tersebut bersifat sementara karena pada suatu saat nanti sifatnya akan dihapuskan. Oleh
karena dalam prakteknya hak-hak tersebut menimbulkan pemerasan oleh golongan ekonomi kuat pada
golongan ekonomi lemah (kecuali hak menumpang). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan asas-asas
Hukum Tanah Nasional (Pasal 11 Ayat 1). Selain itu, hak-hak tersebut juga bertentangan dengan jiwa dari
Pasal 10 yang menyebutkan bahwa tanah pertanian pada dasarnya harus dikerjakan dan diusahakan
sendiri secara aktif oleh orang yang mempunyai hak. Sehingga apabila tanah tersebut digadaikan maka
yang akan mengusahakan tanah tersebut adalah pemegang hak gadai. Hak menumpang dimasukkan
dalam hak- hak atas tanah dengan eksistensi yang bersifat sementara dan akan dihapuskan karena UUPA
menganggap hak menumpang mengandung unsur feodal yang bertentangan dengan asas dari hukum
agraria Indonesia.

Dalam UUPA, hak-hak atas tanah dikelompokkan sebagai berikut :

a. Hak atas tanah yang bersifat tetap, terdiri dari : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan , Hak Pakai, Hak Sewa Tanah Bangunan, Hak Pengelolaan.
b. Hak atas tanah yang bersifat sementara, terdiri dari : Hak Gadai ,Hak Usaha Bagi Hasil, Hak
Menumpang, Hak Sewa Tanah Pertanian.

Pencabutan Hak Atas Tanah adalah pengambilan tanah secara paksa oleh negara yang mengakibatkan
hak atas tanah itu hapus tanpa yang bersangkutan melakukan pelanggaran atau lalai dalam memenuhi
kewajiban hukum tertentu dari pemilik hak atas tanah tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda diatasnya hanya dilakukan untuk
kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama milik rakyat
merupakan wewenang Presiden RI setelah mendengar pertimbangan apakah benar kepentingan umum
mengharuskan hak atas tanah itu harus dicabut, pertimbangan ini disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri, Menteri Hukum dan HAM, serta menteri lain yang bersangkutan. Setelah Presiden mendengar
pertimbangan tersebut, maka Presiden akan mengeluarkan Keputusan Presiden yang didalamnya terdapat
besarnya ganti rugi untuk pemilik tanah yang haknya dicabut tadi. Kemudian jika pemilik tanah tidak
setuju dengan besarnya ganti rugi, maka ia bisa mengajukan keberatan dengan naik banding pada
pengadilan tinggi.

Menurut pasal 6 UUPA “Semua hak atas tanah memiliki fungsi social”. Terkuat dan terpenuh dalam
kandungan pengertian hak milik merupakan hak mutlak tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Ini
dimaksudkan untuk membedakan dengan hak atas tanah lainnya. Akan tetapi di dalam kemutlakan hak
milik tersebut melekat sebuah ikatan hukum yang bersifat umum dengan segala kepentingannya yang
seimbang, yaitu fungsi sosial tanah.

Arti hak milik mempunyai fungsi social ini ialah hak milik yang dipunyai oleh seseorang tidak boleh
digunakan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau perseorangan, melainkan juga harus
memperhatikan kepentingan masyarakat umum. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hak milik
atas tanah tersebut perlu dibatasi dengan fungsi social dalam rangka mencegah penggunaan hak milik
yang tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

Dalam hubungan yang demikian itulah, dalam Laporan Kerja Fakultas Hukum Universitas Padjajaran
Bandung dengan Dirjen Agraria Departemen Dalam Negeri Tahun 1976 dalam “D” tentang fungsi social,
dinyatakan tentang penguasaan oleh Negara atas tanah, antara lain sebagai berikut :

a. Fungsi social hak milik bertujuan untuk mencapai kesejahteraan diri sendiri dan
kesejahteraan bersama. Harus terpelihara kelestariannya, setiap perbuatan merusak barang
atau benda yang berfungsi social adalah perbuatan tercela (amoral) yang harus diberi sanksi
(Pasal 15 jo. Pasal 52 UUPA).

b. Perwujudan fungsi social, bahwa untuk sementara dalam kaitannya dengan kepentingan
umum, hendaknya dijaga agar kepentingan diri mereka yang ekonominya lemah mendapat
perlindungan secara wajar.

4. Azas-azas UUPA

 Asas nasionalisme

Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya warga Negara Indonesia saja yang mempunyai hak milik
atas tanah atau yang boleh mempunyai hubungan dengan bumi dan ruang angkasa dengan tidak
membedakan antara laki-laki dengan wanita serta sesama warga Negara baik asli maupun keturunan.
 Asas dikuasai oleh Negara

Yaitu bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada
tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat (pasal 2 ayat 1 UUPA)

 Asas hukum adat yang disaneer

Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum agrarian adalah hukum adat yang sudah
dibersihkan dari segi-segi negatifnya

 Asas fungsi social

Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh bertentangan dengan hak-hak
orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan serta keagamaan(pasal 6 UUPA)

 Asas kebangsaan atau (demokrasi)

Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa stiap WNI  baik asli maupun keturunan berhak memilik hak
atas tanah

 Asas non diskriminasi (tanpa pembedaan)

Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria (UUPA).UUPA tidak membedakan antar sesame WNI baik
asli maupun keturunanasing jadi asas ini tidak membedakan-bedakan keturunan-keturunan anak artinya
bahwa setiap WNI berhak memilik hak atas tanah.

 Asas gotong royong

Bahwa segala usaha bersama dalam lapangan agrarian didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka
kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau dalam bentuk-bentuk gotong royong lainnya, Negara
dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan agraria (pasal
12 UUPA)

 Asas unifikasi

Hukum agraria disatukan dalam satu UU yang diberlakukan bagi seluruh WNI, ini berarti hanya satu
hukum agraria yang berlaku bagi seluruh WNI yaitu UUPA.

 Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel)


Yaitu suatu asas yang memisahkan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunan-
bangunan yang ada diatasnya. Asas ini merupakan kebalikan dari asas vertical (verticale scheidings
beginsel ) atau asas perlekatan yaitu suatu asas yang menyatakan segala apa yang melekat pada suatu
benda atau yang merupakan satu tubuh dengan kebendaan itu dianggap menjadi satu dengan benda iu
artnya dala sas ini tidak ada pemisahan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau
bangunan-bangunan yang ada diatasnya.
SOAL

1. Jelaskan pengertian Hukum Agraria !

jawaban: Istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latin agre berarti
tanah atau sebidang tanah . agrarius berarti persawahan, perladangan, pertanian. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanahan atau tanah pertanian juga urusan
pemilikan tanah, dalam bahasa inggris agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan usaha
pertanian, sedang dalam UUPA mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam
batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

Hukum agraria dalam arti sempit yaitu merupakan bagian dari hukum agrarian dalam arti luas 
yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah yang mengatur mengenai permukan atau kulit bumi
saja atau pertanian

Hukum agraria dalam arti luas ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

2. Sebutkan azas-azas UUPA !

jawaban: Asas dikuasai oleh Negara, Asas hukum adat yang disaneer, asas fungsi social, asas
kebangsaan atau (demokrasi), asas non diskriminasi (tanpa pembedaan), asas gotong royong,
asas unifikasi, asas pemisaha horizontal.

3. Jelaskan pengertian Domein Verklaring !


jawaban; domein verklaring adalah pernyataan yang menegaskan bahwa semua tanah yang
orang lain tidak dapat membuktikan bahwa tanah itu miliknya, maka tanah itu adalah milik
(eigendom) negara.

4. Sebutkan hak- hak atas tanah !


jawaban: : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan , Hak Pakai, Hak Sewa Tanah
Bangunan, Hak Pengelolaan, hak atas tanah yang bersifat sementara, terdiri dari : Hak Gadai ,Hak
Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa Tanah Pertanian.

5. jelaskan tujuan UUPA !


jawaban:
a. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan
alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan & keadilan bagi negara& rakyat tani,
dalam rangka masyarakat adil & makmur
b. meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan & kesederhanaan hukum pertanahan
c. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai