Anda di halaman 1dari 43

56

BAB III

FASILITAS PENANAMAN MODAL

A. Bentuk-Bentuk Fasilitas Penanaman Modal

1. Fasilitas Fiskal

Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakkan

investasi di Indonesia, sebagaimana di investarisasi oleh BKPM, yakni kendala

internal dan eksternal. Kendala internal antara lain kesulitan mendapatkan lahan

dan proyek yang sesuai; kesulitan memperoleh bahan baku; kesulitan dana dan

pembiayaan; kesulitan pemasaran; dan adanya sengketa dan perselisihan diantara

pemegang saham. Kendala eksternal antara lain, faktor lingkungan bisnis yang

tidak mendukung dan insentif atau fasilitas investasi yang diberikan oleh

pemerintah kurang menarik; permasalahan hukum; keamanan, stabilitas politik;

keberadaan perturan daerah, keputusan menteri dan undang-undang yang turut

mendistorsi kegiatan penanaman modal di Indonesia; adanya ketidakpastian

76
dalam pemanfaatan hutan bagi industri pertambangan, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan berbagai

paket kebijakan dengan mengesahkan dan memberlakukan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam undang-undang ini

telah diatur tentang fasilitas atau kemudahan yang diberikan bagi investor yang

mau menanamkan modalnya di Indonesia yaitu pada Bab X dari Pasal 18 sampai

dengan pasal 24. Berbagai bentuk fasilitas yang diberikan ini merupakan hak yang

di dapatkan penanam modal sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 14 huruf (d)

76 Salim HS, Op.Cit., hlm. 4.

Universitas Sumatera
Utara
57

UUPM. Pemberian fasilitas-fasilitas atau kemudahan ini adalah dimaksudkan agar

investor domestik maupun investor asing mau menanamkan investasinya di

Indonesia. Bentuk fasilitas penanaman modal yang diberikan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 meliputi kemudahan perpajakan (fiskal)

dan kemudahan perizinan (non fiskal).

Adapun fasilitas fiskal yang diberikan kepada investor domestik maupun

77
investor asing, diantaranya:

a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat

tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu

tertentu;

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,

atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di

dalam negeri;

c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong

untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan

tertentu;

d. Pembebasan atau penangguhan pajak pertambahan nilai atas impor barang

modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum

dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;

78
e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat;

77 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman


Modal, Pasal 18 ayat (4)
78 Amortisasi adalah prosedur akuntansi yang secara bertahap mengurangi nilai
biaya dan suatu aktiva dengan umur manfaat terbatas atau aktiva tidak berwujud lain melalui
pembebanan berkala ke pendapatan. Atau pengurangan utang dengan pembayaran pokok dan
bunga secara
Universitas Sumatera
Utara
58

f. Keringanan pajak bumi dan bangunan, khususnya untuk bidang usaha

tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

2. Fasilitas Non Fiskal

Selain fasilitas fiskal, pemerintah memberikan kemudahan pelayanan

79
dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh:

a. Hak atas tanah:

1) Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan

puluh lima) tahun dengan cara dapatdiberikan dan diperpanjang di

muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui

selama 35 (tiga puluh lima) tahun;

2) Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan

puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di

muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui

selama 30 (tiga puluh) tahun; dan

3) Hak pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun

dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus

selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama

25 (dua puluh lima) tahun.

b. Fasilitas pelayanan keimigrasian:

1) Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama 2

(dua) tahun;

teratur dengan jumlah tertentu sehingga pinjaman terbayar pada saat jatuh tempo. Rocky Marbun
dkk, Op.Cit., hlm. 15.
79
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 21.

Universitas Sumatera
Utara
59

2) Pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal

menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di

Indonesia selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

3) Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi

pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 (satu)

tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas)

bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan;

4) Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kaliperjalanan bagi

pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 (dua)

tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan

5) Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi

pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling

lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal tetap

diberikan.

c. Fasilitas perizinan impor:

1) Barang yang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang;

2) barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap

keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral

bangsa;

3) barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia;

dan

Universitas Sumatera
Utara
60

4) barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus, juga mengatur mengenai fasilitas yang diberikan dalam Kawasan

Ekonomi Khusus. Berikut adalah beberapa fasilitas yang diberikan kepada

perusahaan penanaman modal yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus

80
(KEK):

a. Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai;

b. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

c. Pertanahan, Perizinan dan Keimigrasian; dan

d. Fasilitas Ketenagakerjaan.

Disamping pemerintah pusat, pemerintah daerah juga bisa memberikan

fasilitas bagi perusahaan penanaman modal yang berada di daerah kewenangan

pemerintah daerah, karena adanya prinsip otonomi daerah yaitu hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan. Fasilitas yang dapat diberikan tersebut dapat

81
berupa insentif ataupun kemudahan.

82
Pemberian insentif dapat berbentuk:

a. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;

b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;

80
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, pasal 30-47.
81 Vandi Wahyudi Hutagaol, Op.Cit., hlm. 61.
82Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedomean
Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah, pasal 3 ayat (1).

Universitas Sumatera
Utara
61

c. pemberian dana stimulan; dan/atau

d. pemberian bantuan modal.


83
Pemberian kemudahan dapat berbentuk:

a. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;

b. penyediaan sarana dan prasarana;

c. penyediaan lahan atau lokasi;

d. pemberian bantuan teknis; dan/atau

e. percepatan pemiberian perizinan.

B. Tujuan Pemberian Fasilitas

Kegiatan perusahaan dalam merealisasikan proyek penanaman modal

dalam negeri dan atau penanaman modal asing masing-masing mempunyai skala

ekonomi yang berbeda. Bagi investasi yang berskala kecil, tidak memerlukan

teknologi tinggi dan atau peralatan atau bahan baku tertentu dalam memproduksi

barang dan jasa, jasa konsultan atau jasa perdagangan, maka penanaman modal

dapat menggunakan kemampuan finansialnya secara langsung tanpa memerlukan

bantuan pembiayaan untuk pembelian barang modalnya. Namun apabila

perusahaan bergerak dalam bidang yang menggunakan teknologi tinggi, mesin

peralatan yang canggih/sophisticated, menggunakan bahan baku yang belum di

produksi dalam negeri atau memerlukan jangka waktu investasi yang lama

sebelum melakukan produksi komersial, maka pemerintah dapat memberikan

83 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang


Pedomean Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah, pasal 3
ayat (2).

Universitas Sumatera
Utara
62

insentif kepada perusahaan berupa fasilitas penanaman modal dan kemudahan

84
dalam berusaha.

Maksud dan tujuan pemberian fasilitas fiskal dan non fiskal bagi

85
penanaman modal antara lain adalah:

1. Mendorong peningkatan kegiatan investasi dan ekonomi serta

meningkatkan kemampuan daya saing dan kualitas penanaman modal;

2. Membantu perusahaan penanaman modal dalam negeri dan penanaman

modal asing untuk persiapan melaksanakan produksi komersial dalam

hal persiapan peralatan produksi, penggunaan tenaga kerja asing dan

atau penggunaan lahan;

3. Untuk melindungi kegiatan usaha nasional dan industi dalam negeri

dari masuknya barang sejenis yang diimpor dengan

mempertimbangkan kualitas dan harga yang wajar;

4. Memberi kemudahan bagi investor khususnya dalam proses impor

barang modal dengan menggunakan daftar induk (masterlist)

mesin/peralatan, barang dan bahan.

5. Mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing

dengan menjamin tersedianya barang-barang yang bersifat strategis;

dan

6. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan,

dan percepatan pembangunan dalam bidang-bidang usaha tertentu

dan/atau daerah-daerah tertentu.

84 Sri Retno Wahyuningsih dan Firdaus Abdullah, Fasilitas Fiskal Penanaman Modal,
(Jakarta: Pusdiklat BKPM, 2012), hlm. 10.
85 Ibid. hlm. 10-11.

Universitas Sumatera
Utara
63

C. Persyaratan Pemberian Fasilitas

Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan

86
penanaman modal dengan latar belakang:

1. Penanaman modal yang melakukan perluasan usaha; dan

2. Penanaman modal yang melakukan penanaman modal baru.

Namun berdasarkan Pasal 20 UU Penanaman Modal telah ditentukan

bahwa pemberlakuan fasilitas dan kemudahan hanya ditujukan bagi penanam

modal asing yang berbentuk perseroan sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (2)

87
UU Penanaman Modal, yang menyatakan:

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”

Hal ini dilakukan sebagai perwujudan asas kepastian hukum yang

dilakukan pemerintah terkait penyelenggaraan penanaman modal asing, sehingga

penanam modal asing yang menerima fasilitas tersebut didirikan berdasar hukum

perusahaan Indonesia terkait pula dengan pengalokasian modal dan tanggung

88
jawab tersebut.

Bagi penanam modal yang baru melakukan penanaman modal akan

memperoleh fasilitas penanaman modal apabila sekurang-kurangnya memenuhi

salah satu kriteria sebagaimana ditentukan Pasal 18 ayat (3), yaitu:


86
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 18.
87
Raphita Ivonne Claudia, Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi
Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal
Indonesia, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2016). hlm. 49-50.
88 Ibid.
Universitas Sumatera
Utara
64

1. Menyerap banyak tenaga kerja;

2. Termasuk skala prioritas tinggi;

3. Termasuk pembangunan infrastruktur;

4. Melakukan alih teknologi;

5. Melakukan industri pionir

6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan;

7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

8. Melaksanakan kegiatan penelitian;

9. Bermitra dengan UKM atau koperasi;

10. Industri yang menggunakan barang modal atau peralatan yang diproduksi

di dalam negeri.

Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi

pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor.

D. Pengawasan terhadap Pemberian Fasilitas

Dalam rangka tercapainya kelancaran dan ketetapan pelaksanaan

penanaman modal, dilaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman

modal. Pengawasan terhadap pemberian fasilitas penanaman modal diatur dalam

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 17 Tahun 2015

tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Pengendalian adalah kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan agar

pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Tujuan pengendalian pelaksanaan penanaman modal adalah:

Universitas Sumatera
Utara
65

a. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan;

b. Melakukan bimbingan dan fasilitas penyelesaian permasalahan yang

dihadapi oleh perusahaan; dan

c. Melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan

fasilitas fiskal dan non fiskal serta melakukan tindak lanjut atas hasil

pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan.

Selanjutnya pengertian dari pengawasan menurut Kamus Hukum

merupakan suatu alat di dalam bersikap yang positif, artinya bukan kesalahan

yang dicari, melainkan maksud pengawasan yang sesungguhnya ialah menjaga

agar apa yang telah direncanakan berjalan dengan baik, tegasnya diusahakan

jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan di dalam

89
pelaksanaan rencana tersebut. Kemudian menurut Perka BKPM Pedoman Dan

Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, pengawasan adalah

upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya

penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan

penggunaan fasilitas penanaman modal.

Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui apakah perusahaan

penanaman modal memenuhi kewajiban dan tanggungjawab sebagaimana

dimaksudkan oleh Undang-Undang Penanaman Modal. Pengawasan mempunyai

peran yang sangat penting sebagai upaya yang diperlukan agar rencana investasi

yang disetujui oleh pemerintah bagi para penanam modal melalui pemberian dan

89 Rocky Marbun dkk, Op.Cit., hlm. 229-230.

Universitas Sumatera
Utara
66

persetujuan dapat direalisasikan dengan baik tanpa melakukan suatu pelanggaran

90
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan pengawasan dilaksanakan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi,

BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator

KEK sesuai dengan kewenangannya dan oleh instansi teknis sesuai ketentuan

91
peraturan perundang-undangan.

Kegiatan pengawasan dilaksanakan melalui pemeriksaan ke lokasi proyek

penananaman modal sebagai tindak lanjut dari evaluasi atas pelaksanaan

penanaman modal berdasarkan perizinan dan nonperizinan yang dimiliki, adanya

indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal atau tidak

dipenuhinya kewajiban dan tanggung jawab, dan pemberian fasilitas pembebasan

bea masuk mesin dan ketenagakerjaan. Pengawasan dapat dilaksanakan dengan

melibatkan instansi teknis berwenang. Mekanisme pengawasan ke lokasi proyek

dilakukan dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada perusahaan. Namun,

dalam hal terdapat indikasi penyimpangan/pelanggaran terhadap pelaksanaan

perizinan penanaman modal, pengawasan dapat dilakukan tanpa pemberitahuan

92
terlebih dahulu kepada pihak perusahaan.

90
Abdul Rochis dan Mandjoer S Simbolon, Pengawasan Pelaksanaan Penanaman
Modal, (Jakarta: Pusdiklat BKPM, 2012), hlm. 1.
91 Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal, pasal 9.
92 Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal, pasal 21 – pasal 22.
Universitas Sumatera
Utara
67

BAB IV

ASPEK HUKUM ATAS PEMBERIAN FASILITAS NON FISKAL

DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Fasilitas Hak Atas Tanah

1. Hak Atas Tanah yang dapat diberikan

Penanaman modal mempunyai arti yang sangat penting bagi

pembangunan ekonomi Indonesia, untuk meningkatkan hal tersebut salah satu

upaya adalah penetapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya undang-undang

diharapkan menjadi sumber hukum bagi teknis pelaksanaan penanaman modal

baik luar maupun dalam negeri. Dengan adanya landasan tersebut nantinya

diharapkan dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan

Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dapat diciptakan iklim

penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum,

keadilan, dan efisiensi dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi

93
nasional.

Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang

Penanaman Modal serta fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,

Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada

perusahaaan penanaman modal untuk memperoleh hak atas tanah, fasilitas

pelayanan keimigrasian, dan fasilitas perizinan impor.

93 Evalina Barbara Meliala, Pemberian Hak Atas Tanah Dalam Rangka Penanaman
Modal Setelah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, (Medan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2008), hlm. 87.

Universitas Sumatera
Utara
68

Mengenai kemudahan pelayanan dan perizinan hak atas tanah yang dapat

diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus dapat diperbaharui kembali atas

permohonan penanaman modal yang diatur dalam Pasal 22 UUPM adalah

sebagai berikut:

a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 tahun dengan cara

dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 tahun dan

dapat diperbaharui selama 35 tahun.

b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 tahun dengan

cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekalihus selama 50 tahun

dan dapat diperbaharui selama 30 tahun.

c. Hak pakai dapat diberikan dengan umlah 70 tahun dengan cara dapat

diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 tahun dan dapat

diperbaharui selama 25 tahun.

Penjelasan Pasal 22 Ayat (1) Huruf a menyatakan, Hak Guna Usaha

(HGU) diperoleh dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus

selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama 35 (tiga puluh lima)

tahun. Penjelasan Pasal 22 Ayat (1) Huruf b menyatakan, Hak Guna Bangunan

(HGB) diperoleh dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus

selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama 30 (tiga puluh) tahun.

Penjelasan Pasal 22 Ayat (1) Huruf c menyatakan, Hak Pakai (HP) diperoleh

dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45

Universitas Sumatera
Utara
69

(empat puluh lima) tahun dan dapat diperbaharui selama 25 (dua puluh lima)

tahun.

Dalam perkembangannya, ketentuan mengenai perpanjangan dimuka

terhadap hak atas tanah, telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi yang

diajukan oleh beberapa LSM. Dalam amar putusan Nomor 21-22/PUU-VI/2007

tentang Uji Material UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

khususnya menyangkut perpanjangan dimuka sekaligus. Dengan demikian, maka

ketentuan mengenai perpanjangan hak atas tanah kembali pada peraturan

perundang-undangan yang mengatur sebelumnya, antara lain PP No. 40 Tahun

94
1996 dan Perpres No. 34 Tahun 1992 serta peraturan pelaksananya.

Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya menyimpulkan bahwa

terhadap Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 sepanjang menyangkut “dimuka

sekaligus atau sekaligus dimuka”, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Oleh karenanya bunyi pasal 22 diubah menjadi sebagai berikut: kemudahan

pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah dalam Pasal 21 huruf a dapat

diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbaharui kembali atas permohonan

95
penanam modal.

Meskipun diberikan hak-hak atas tanah seperti Hak Guna Usaha (HGU),

Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai bagi investasi asing, namun mereka

96
dibatasi dan tidak dapat memiliki Hak Milik.

94 IBR Supancana dkk, Op.Cit., hlm 62.


95 Ibid.
96 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.Cit., hlm. 69.

Universitas Sumatera
Utara
70

2. Persyaratan mendapatkan Fasilitas Hak Atas Tanah

Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah dapat diberikan

dan di perpanjang untuk kegiatan penanaman modal dengan persyaratan yang

diatur dalam Pasal 22 ayat (2) UUPM, yaitu:

a. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait

dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih

berdaya saing;

b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang

memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai

dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan;

c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;

d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan

e. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadialan masyarakat

dan tidak merugikan kepentingan umum.

Hak atas tanah dapat diperbaharui setelah dilakukan evaluasi bahwa

tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaaan,

sifat, dan tujuan pemberian hak.

Pemberian hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, dan Hak Pakai, salah satu syarat pokok pemberian hak-hak tersebut

adalah bahwa subjek hukum yang dapat menjadi pemegangnya adalah warga

negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

Universitas Sumatera
Utara
71

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah dapat

diperpanjang dan diperbaharui atas permohonan pemegang hak, jika memenuhi

syarat:

a. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat

dan tujuan pemberian hak tersebut;

b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh

pemegang hak; dan

c. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.

Syarat permohonan hak-hak tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang

Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak

Pengelolaan.

Syarat permohonan hak guna usaha yaitu permohonan hak guna usaha

diajukan secara tertulis yang memuat keterangan pemohon yaitu nama badan

hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendirian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Kemudian keterangan mengenai tanahnya yang

meliputi data yuridis dan data fisik yaitu data penguasaannya (dapat berupa akta

pelepasan kawasan hutan, akta pelepasan bekas tanah milik adat dan surat bukti

perolehan tanah lainnya), letak, batas-batas dan luasnya. Yang terakhir keterangan

mengenai jumlah bidang, luas, dan status tanah-tanah yang dimiliki, termasuk

bidang tanah yang dimohon dan keterangan lain yang dianggap perlu.

Permohonan Hak Guna Usaha dilampiri dengan:

Universitas Sumatera
Utara
72

a. Fotocopy identitas pemohon atau akta pendirian perusahaan yang

telah memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan

hukum;

a. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang;

b. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat

izin pencadangan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

c. Bukti kepemilikan dan/atau bukti perolehan tanah berupa

pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta

pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-surat bukti perolehan

tanahnya;

d. Persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau

penanaman modal asing (PMA) atau surat persetujuan dari

Presiden bagi penanaman modal asing tertentu atau surat

persetujuan prinsip dari departemen teknis terkait bagi non

penanaman modal dalam negeri atau penanaman modal asing; dan

e. Surat ukur apabila ada.

Untuk syarat permohonan hak guna bangunan yaitu permohonan hak guna

bangunan diajukan secara tertulis yang memuat keterangan pemohon yaitu nama

badan hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendirian sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian keterangan mengenai

tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik yaitu dasar penguasaan atau

alas haknya (berupa sertifikat, girik, surat kapling, sura-surat bukti pelepasan hak

dan pelunasan tanah dan rumah dan/atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah,

Universitas Sumatera
Utara
73

putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti

perolehan tanah lainnya), letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau

gambar situasi sebutkan tanggal dan nomornya), jenis tanah (pertanian, non

pertanian), rencana penggunaan tanah, dan status tanahnya (tanah hak atau tanah

negara). Keterangan lainnya yaitu keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan

status tanah-tanah yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang

dimohon.

Permohonan Hak Guna Bangunan dilampiri dengan:

a. Fotocopy identitas permohonan atau akta pendirian perusahaan yang

telah memnperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan

hukum;

b. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang;

c. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin

pencadangan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

d. Bukti pemilikan dan/atau bukti perolehan tanah berupa pelepasan

kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas

tanah milik adat atau surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

e. Persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau penanaman

modal asing (PMA) atau surat persetujuan dari Presiden bagi

penanaman modal asing tertentu atau surat persetujuan prinsip dari

departemen teknis bagi non penanaman modal dalam negeri atau

penanaman modal asing; dan

f. Surat ukur apabila ada.

Universitas Sumatera
Utara
74

Syarat permohonan hak pakai yaitu permohonan hak guna bangunan

diajukan secara tertulis yang memuat keterangan pemohon yaitu nama badan

hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendirian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Kemudian keterangan mengenai tanahnya yang

meliputi data yuridis dan data fisik yaitu dasar penguasaan atau alas haknya

(berupa sertifikat, girik, surat kapling, sura-surat bukti pelepasan hak dan

pelunasan tanah dan rumah dan/atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah,

putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti

perolehan tanah lainnya), letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau

gambar situasi sebutkan tanggal dan nomornya), jenis tanah (pertanian, non

pertanian), rencana penggunaan tanah, dan status tanahnya (tanah hak atau tanah

negara). Keterangan lainnya yaitu keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan

status tanah-tanah yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang

dimohon.

3. Pengendalian dan Pengawasan

Untuk pengawasan atas pelayanan dan perizinan hak atas tanah secara

tidak langsung diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Agraria Tata Ruang Dan

Pertanahan Dalam Kegiatan Penanaman Modal.

Dalam rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan mempercepat

serta mempermudah pelayanan kebutuhan atas tanah, Kementrian Agraria dan

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melakukan sentralisasi pengurusan hak

Universitas Sumatera
Utara
75

atas tanah bagi penanaman modal asing. Bagi penanaman modal asing yang

membutuhkan pengurusan hak atas tanah, cukup mengurusnya di Kantor

Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam hal adanya pengurusan hak atas tanah,

Perwakilan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di

Bidang Koordinasi Penanaman Modal melakukan identifikasi dan penunjukan

lokasi sesuai kebutuhan penanaman modal. Gambaran dan informasi mengenai

ketersediaan tanah akan diperoleh paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Ketersediaan

dan status lahan akan diselesaikan dalam waktu paling lama:

a. Satu bulan, jika berkaitan dengan lahan yang tidak ada penduduknya;

b. Enam bulan, jika dalam lahan tersebut terdapat warga yang menempatinya.

Dalam rangka pelaksanaan pelayanan, Kementrian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional perlu menetapkan atau menugaskan Pejabat

Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada:

a. Badan Koordinasi Penanaman Modal, untuk pelayanan bidang agraria, tata

ruang, dan pertanahan berkaitan dengan kegiatan penanaman modal yang

merupakan urusan pemerintah;

b. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi

(BPMPTSP), untuk pelayanan bidang agraria, tata ruang dan pertanahan

berkaitan dengan kegiatan penanaman modal yang merupakan urusan

pemerintah provinsi;

c. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten/Kota (BPMPTSP) Kabupaten/Kota, untuk pelayanan bidang

Universitas Sumatera
Utara
76

agraria, tata ruang, dan pertanahan berkaitan dengan kegiatan penanaman

modal yang merupakan urusan pemerintah kabupaten/kota.

Pejabat yang ditempatkan atau ditugaskan tersebut mempunyai wewenang:

a. Memonitor dan mengawasi pelaksanaan ketetapan waktu penyelesaian

pelayanan di bidang agraria, tata ruang, dan pertanahan;

b. Melakukan peninjauan ke kantor tempat pelayanan diproses atau

ditindaklanjuti, dalam rangka mempercepat proses pelayanan di bidang

agraria, tata ruang, dan pertanahan.

c. Melaksanakan kewenangan lain sesuai arahan Menteri Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan/atau Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal.

Pelaksanaan tugas dan wewenang dilaporkan secara berkala setiap 6

(enam) bulan kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dalam hal penanaman modal

merupakan urusan pemerintah kabupaten/kota, penyampaian laporan dilakukan

dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pemantauan dan evaluasi

terhadap penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan hasil pengadaan

97
tanah untuk kepentingan umum.

97
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, pasal 115.

Universitas Sumatera
Utara
77

B. Fasilitas Keimigrasian

1. Bentuk-Bentuk Fasilitas Keimigrasian

Fasilitas keimigrasian merupakan kemudahan yang diberikan kepada

investor dalam kaitan dengan hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar

wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah

Negara Republik Indonesia (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1992 tentang Keimigrasian).

Kemudahan atas pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian

telah ditentukan dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Fasilitas keimigrasian ini diberikan untuk:

a. Penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam

merealisasikan penananam modal;

b. Penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat

sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya,

dan pelayanan purna jual; dan

c. Calon penanaman modal yang akan melakukan penjajakan penanaman

modal.

Investor asing yang menanamkan investasinya di Indonesia diberikan

fasilitas di bidang keimigrasian. Dalam Pasal 23 ayat (3) Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, telah ditentukan jenis fasilitas

keimigrasian yang diberikan kepada investor asing, yaitu:

a. Pemberian izin tinggal terbatas (ITAS) bagi investor asing selama dua

tahun;

Universitas Sumatera
Utara
78

b. Pemberian alih status izin tinggal terbatas (ASITAS) bagi penanam

modal menjadi tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di

Indonesia selama dua tahun berturut-turut;

c. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi

pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku satu tahun

diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 bulan terhitung sejak izin

tinggal terbatas diberikan.

d. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi

pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku dua tahun

diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 bulan terhitung sejak izin

tinggal terbatas diberikan; dan

e. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi

pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama

24 bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan.

2. Tujuan Pemberian

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian

kemudahan pelayanan/dan atau perizinan keimigrasian diberikan agar penanam

modal dapat melakukan penjajakan penanaman modal di wilayah Indonesia

(negara tujuan investasi), dan agar tenaga kerja asing yang digunakan penanaman

modal untuk jabatan atau keahlian tertentu dapat tinggal atau berada di Indonesia

untuk melakukan pekerjaan dalam merealisasikan penanaman modal.

Universitas Sumatera
Utara
79

3. Persyaratan Fasilitas

Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin

tinggal. Izin tinggal terdiri dari izin tinggal diplomatik, izin tinggal dinas, izin

98
tinggal kunjungan, izin tinggal terbatas, dan izin tinggal tetap. Izin tinggal yang

dimaksud dalam penulisan ini merupakan izin tinggal terbatas dan izin tinggal

tetap yang diberikan kepada orang asing dalam rangka penanaman modal. Setiap

orang asing yang berada di wilayah Indonesia tidak boleh dimiliki lebih dari 1

99
(satu) izin tinggal.

Permohonan izin tinggal terbatas diajukan oleh penanam modal kepada

Kepala Kantor Imigrasi atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk yang wilayah

100
kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing. Izin tinggal terbatas diberikan

101
kepada penanam modal dengan visa tinggal terbatas. Untuk permohonan visa

tinggal terbatas yang diajukan penanam modal kepada Menteri atau Pejabat

Imigrasi yang ditunjuk dengan mengisi aplikasi data melampirkan persyaratan:

a. Fotokopi Paspor Kebangsaan yang sah dan masih berlaku;

b. Bukti memiliki biaya hidup bagi dirinya dan/atau keluarganya selama

berada di Wilayah Indonesia; dan

c. Pasfoto berwarna.

98 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 112.
99 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 113.
100 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 142.
101 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 14.

Universitas Sumatera
Utara
80

Selain melampirkan persyaratan diatas, penanam modal juga harus

melampirkan surat rekomendasi dari instansi dan/atau lembaga pemerintahan

102
terkait. Dalam hal ini instansi yang dimaksud adalah Badan Koordinasi

Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4) UUPM.

Izin tinggal tetap diberikan kepada orang asing pemegang izin tinggal

terbatas sebagai investor. Izin tinggal tetap ini diberikan melalui alih status.

Permohonan izin tinggal tetap diajukan penanam modal kepada Kepala Kantor

Imigrasi atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal orang asing bersangkutan. Permohonan izin tinggal tetap diajukan

103
dengan mengisi aplikasi data dan melampirkan persyaratan:

a. Paspor kebangsaan yang sah dan masih berlaku;

b. Fotokopi izin tinggal terbatas yang masih berlaku;

c. Surat keterangan domisili;

d. Pernyataan integrasi yang telah ditandatangani oleh bersangkutan; dan

e. Rekomendasi dari instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait.

Dalam hal ini instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait yang

dimaksud adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (4) UUPM.

4. Pengawasan

Pengawasan terhadap kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas

fasilitas keimigrasian secara tidak langsung diatur dalam Peraturan Pemerintah

102 Ibid
103 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 152-
153.
Universitas Sumatera
Utara
81

Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Pengawasan yang dimaksud dalam pemberian fasilitas pelayanan

keimigrasian adalah pengawasan terhadap izin tinggal dan kegiatan warga negara

asing yang diberikan fasilitas pelayanan keimigrasian dalam rangka penananam

modal. Seperti yang dikemukakan diatas, izin tinggal adalah salah satu

kemudahan atau fasilitas keimigrasian. Pada saaat pemberian izin tinggal, maka

dilakukan pengawasan keimigrasian terhadap orang asing tersebut. Pengawasan

keimigrasian di wilayah pusat dilakukan oleh Direktur Jendral Imigrasi. Di

provinsi, pengawasan keimigrasian dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah

Kementrian Hukum dan HAM, dan untuk di kabupaten/kota dilakukan oleh

104
Kepala Kantor Imigrasi.

Pengawasan keimigrasian terdiri atas pengawasan administratif dan

pengawasan lapangan. Pengawasan administratif dilakukan dengan mengumpulkan,

mengolah, serta menyajikan data dan informasi mengenai orang asing yang meminta

izin tinggal tersebut. Pengawasan lapangan dilakukan dengan mengawasi keberadaan

dan kegiatan orang asing tersebut dengan melakukan pengecekan terhadap

keberadaan orang asing tersebut, kegiatannya, dan kelengkapan dokumen perjalanan

105
atau izin tinggal yang dimiliki orang tersebut.

104 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 173.
105 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 181.

Universitas Sumatera
Utara
82

C. Fasilitas Perizinan Impor

1. Bentuk Fasilitas Impor

Perusahaan yang mendapatkan dan memerlukan fasilitas fiskal untuk

mengimpor mesin harus mendapatkan Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas Bea

Masuk atas Impor Mesin terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan impor tersebut ada 2

(dua) cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan, cara yang pertama adalah impor

yang dilakukan oleh perusahaan lain yang memiliki izin untuk mengimpor mesin

dan cara yang kedua adalah perusahaan penanaman modal mengimpor sendiri

kebutuhan mesinnya, barang dan bahan yang diperlukan dalam pembangunan

proyek penanaman. Untuk itu perusahaan memerlukan Angka Pengenal Importir

Produsen (API-P). Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah angka

pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor)

mesin/peralatan, barang dan bahan untuk dipergunakan sendiri dalam proses

produksi perusahaan penanaman modal yang bersangkutan. Pemberian API-P

kepada perusahaan penanaman modal merupakan fasilitas kemudahan yang

106
diberikan dari pemerintah.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa kebijakan pemberian fasilitas

kemudahan melakukan impor berdasakan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

70/M-DAG/PER/9/2015 Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API).

Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap importir harus memiliki Angka

Pengenal Importir (API), yang terdiri atas:

106
Sudaryanto dan Tini Moezahar Thaib, Fasilitas Non Fiskal Penanaman Modal,
(Jakarta: Pudiklat BKPM, 2012), hlm.17-18.

Universitas Sumatera
Utara
83

a. API Umum (API-U) diberikan kepada importir yang melakukan impor

barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan atau

memindahtangankan barang kepada pihak lain.

b. API Produsen (API-P) diberikan kepada importir yang melakukan

impor barang untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk mendukung

proses produksi dan tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan atau

memindah tangankan kepada pihak lain.

Setiap importir hanya dapat memiliki 1 (satu) jenis API, yang berlaku

untuk setiap kegiatan impor di seluruh wilayah Indonesia dan berlaku untuk

kantor pusat dan seluruh kantor cabangnya yang memiliki kegiatan usaha sejenis.

2. Tujuan Pemberian

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian API

bertujuan sebagai tanda pengenal importir untuk melakukan kegiatan impor yaitu

API-P dipergunakan untuk melakukan impor barang yang akan dipergunakan

sendiri dan/atau bahan untuk mendukung proses produksi.

Kewajiban memiliki Angka Pengenal Importir bagi importir bertujuan

untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dari berbagai tindakan

penyimpangan dan sebagai instrument penataan tertib impor dalam rangka

107
pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor.

3. Persyaratan Pemberian

107 Ibid.

Universitas Sumatera
Utara
84

Kewenangan penerbitan API (API-U dan API-P) berada pada Menteri

108
Perdagangan, yang memberikan mandat kewenangan penerbitan API kepada:

a. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (“BKPM”);

b. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan

(“Direktur Jenderal”); dan

c. Kepala Dinas di bidang perdagangan di Provinsi (“Kepala Dinas

Provinsi”).

Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan API kepada Kepala

Badan Pengusahaan. Syarat dan ketentuan pengurusan permohonan API

bergantung pada pihak yang mengajukan API.

Persyaratan permohonan API merujuk pada berbagai kondisi sebagai

berikut:

1) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

BKPM mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-U dan API-P

dari Menteri Perdagangan untuk perusahaan penanaman modal yang penerbitan

izin usahanya merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

Kepala BKPM dapat memberikan mandat kewenangan tersebut kepada

pejabat eselon 1 yang membidangi pelayanan penanaman modal dan/atau pejabat

eselon 2 yang membidangi pelayanan perizinan di BKPM. Kemudian, API-U dan

108 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API). Pasal 12 ayat (1) dan (2) dan Pasal 1 angka 8.

Universitas Sumatera
Utara
85

API-P yang diterbitkan oleh Kepala BKPM atau oleh pejabat eselon 1 atau pejabat

109
eselon 2 ini ditandatangani untuk dan atas nama Menteri.

Untuk memperoleh API-U dan API-P ini, perusahaan mengajukan

permohonan kepada Kepala BKPM dengan mengisi formulir isian serta

110
melampirkan dokumen-dokumen berikut ini:

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya serta

pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih

berlaku dan kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau

kontrak tempat berusaha;

c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan sesuai dengan

domisilinya;

d) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

e) fotokopi izin usaha di bidang perdagangan impor yang diterbitkan oleh

Kepala BKPM, untuk API-U;

f) fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal,

izin usaha di bidang industri, atau izin usaha lain yang sejenis yang

diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-P;

g) fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), khusus untuk tenaga

kerja asing yang menandatangani API;

h) referensi dari Bank Devisa, untuk API-U;

109 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API)., Pasal 13.
110 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015
Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API), Pasal 17 ayat (1).

Universitas Sumatera
Utara
86

i) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa

Direksi; dan

j) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing

Direksi dan kuasa Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm.

2) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

Direktur Jenderal mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-P dari

Menteri Perdagangan untuk badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak

dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama dengan

111
Pemerintah Republik Indonesia.

Untuk memperoleh API-P ini, perusahaan mengajukan permohonan untuk

memperoleh API-P kepada Direktur Jenderal dalam hal ini Direktur Impor dengan

112
mengisi formulir isian serta melampirkan dokumen-dokumen berikut ini:

a) salinan Kontrak Kerjasama dengan Pemerintah atau badan

pelaksana/satuan kerja khusus yang dibentuk oleh Pemerintah untuk

melakukan pengendalian kegiatan usaha di bidang energi, minyak dan gas

bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya;

b) asli rekomendasi dan Pemerintah atau badan pelaksana/satuan kerja

khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan usaha atau kontraktor;

111 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API)., Pasal 14.
112 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015
Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API). Pasal 17 ayat (2).

Universitas Sumatera
Utara
87

d) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing

penanggung jawab kontraktor Kontrak Kerjasama 2 (dua) lembar ukuran 3

x 4 cm; dan

e) fotokopi bukti identitas/paspor masing-masing penanggung jawab.

3) Kepala Dinas Provinsi

Kepala Dinas Provinsi mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-

U dan API-P dari Menteri Perdagangan. Namun, dalam hal di Pemerintahan

Daerah Provinsi telah dibentuk Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (“PTSP”), Menteri Perdagangan dapat memberikan mandat kewenangan

penerbitan API-U dan API-P kepada Kepala Instansi Penyelenggara PTSP.

Pengajuan permohonan, perubahan data API-U dan API-P dan pelaporan realisasi

impor, disampaikan kepada Kepala Instansi Penyelenggara PTSP.

Penerbitan API-U dan API-P ini hanya untuk perusahaan penanaman

modal dalam negeri selain perusahaan yang penerbitan izin usahanya merupakan

kewenangan Pemerintah dan perusahaan selain badan usaha atau kontraktor.

Untuk permohonan API-U, perusahaan mengajukan permohonan kepada

113
Kepala Dinas Provinsi, dengan melampirkan:

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih

berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau

kontrak tempat berusaha;

113 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API)., Pasal 17 ayat (3).

Universitas Sumatera
Utara
88

c) fotokopi izin usaha di bidang perdagangan yang diterbitkan oleh Kepala

Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman

Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP),

atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis

yang berwenang di bidang perdagangan;

d) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

e) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau

perseorangan dan Penanggung Jawab Perusahaan;

f) referensi dari Bank Devisa;

g) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa

Direksi; dan

h) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing

Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm.

Untuk permohonan API-P, perusahaan mengajukan permohonan kepada

114
Kepala Dinas Provinsi, dengan melampirkan:

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih

berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau

kontrak tempat berusaha;

c) fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal,

izin usaha di bidang industri, atau izin usaha lain yang sejenis yang

diterbitkan oleh Kepala Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu

114 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API)., Pasal 17 ayat (4).

Universitas Sumatera
Utara
89

Pintu Bidang Penanaman Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota atau

instansi/dinas teknis yang berwenang;

d) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau

perseorangan dan penanggung jawab perusahaan sesuai dengan

domisilinya;

e) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

f) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan Kuasa

Direksi; dan

g) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing

Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm.

4) Kepala Badan Pengusahaan di Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas (“Badan Pengusahaan”)

4. Pengawasan

Dalam rangka monitoring dan evaluasi kebijakan impor, Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan dapat melakukan

pengawasan terhadap impor yang dilakukan perusahaan pemilik API-U dan API-

P. Pengawasan dilakukan dengan cara penilaian kepatuhan (post audit) terhadap

kebenaran laporan realisasi impor, kesesuaian barang yang diimpor dengan data

yang tercantum dalam dokumen API dan peruntukannya, dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang terkait di bidang impor. Penilaian kepatuhan

(post audit) dilakukan secara berkala dan seraca sewaktu-waktu. Penilaian

kepatuhan ini dilaksanakan secara berkoordinasi dengan instansi penerbit API dan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementrian Keuangan. Dalam rangka

Universitas Sumatera
Utara
90

pelaksanaan penilaian kepatuhan (post audit), Direktur Jenderal dapat membentuk

115
Tim Terpadu Pengawasan API.

115 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015


Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Importir (API)., Pasal 28.

Universitas Sumatera
Utara
91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas permasalahan yang berkenaan dengan aspek hukum

atas pemberian fasilitas nonfiskal pada penanaman modal di Indonesia, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Investasi atau penanaman modal terdiri dari penanaman modal langsung dan

penanaman modal tidak langsung. Pengertian penanaman modal dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal hanya

mencakup penanaman modal secara langsung. Dalam Pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang Penanaman Modal telah ditentutan 10 (sepuluh) asas dalam

penanaman modal. Ditempatkannya sejumlah asas tersebut, berarti kebijakan

tentang penanaman modal harus mengacu Undang-Undang Penanaman

Modal, setiap peraturan yang akan diterbitkan baik di tingkat pusat ataupun

daerah harus dijiwai oleh asas-asas yang terkandung dalam Undang-Undang

Penanaman Modal. UU Penanaman Modal tersebut juga mengatur tentang

bidang usaha Penanaman Modal yaitu diatur dalam Pasal 12 dan Peraturan

Presiden Nomor 14 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup

dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyarratan di Bidang Penanaman

Modal. Kemudian persyaratan kepemilikan modal diatur juga dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1993 tentang Persyaratan Pemilikan

Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing. Di dalam UU

Penanaman Modal tersebut juga mengatur tentang pelayanan perizinan dan

Universitas Sumatera
Utara
92

nonperizinan di bidang penanaman modal yakni di Pasal 25 serta penggunaan

tenaga kerja yang diatur dalam Pasal 10 dan Keputusan Presiden Nomor 75

Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pendatang untuk

penanaman modal yang inign memperkerjakan tenaga ahli warga negara

asing untuk jabatan dan keahlian tertentu bilamana bidang dan jenis

pekerjaan tertentu belum bisa diisi oleh tenaga kerja Indonesia. Selain itu UU

Penanaman Modal juga menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban bagi

investor guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban

penanaman modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang

sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan

melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan. Dan penyelesaian sengketa

penanaman modal diatur dalam pasal 32 dimana dalam ketentuan tersebut

diuraikan bagaimana cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila

terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan

penanaman modal.

2. Dalam Undang-Undang Penanaman Modal telah diatur tentang fasilitas atau

kemudahan yang diberikan kepada investor yang mau menanamkan

modalnya di Indonesia yaitu pada Bab X dari Pasal 18 sampai dengan Pasal

24. Pemberian fasilitas atau kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor

domestik ataupun asing mau menanamkan modalnya di Indonesia. Bentuk

fasilitas penanaman modal yang diberikan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2007 meliputi kemudahan perpajakan (fiskal) dan

kemudahan perizinan (nonfiskal). Pada Pasal 18 ditentukan kriteria bagi

Universitas Sumatera
Utara
93

penanaman modal yang akan memperoleh fasilitas penanaman modal.

Kemudian berdasarkan Pasal 20 telah ditentukan bahwa pemberlakuan

fasilitas dan kemudahan hanya ditujukan bagi penanaman modal yang

berbentuk perseroan terbatas sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (2)

UUPM. Kemudian untuk pengawasan terhadap pemberian fasilitas tersebut

diatur dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor

17 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal. Pengawasan dilaksanakan agar tercapai kelancaran dan

ketetapan pelaksanaan penanaman modal.

3. Fasilitas non fiskal yang dapat diperoleh investor berdasarkan Pasal 21

Undang-Undang Penanaman Modal yaitu kemudahan pelayanan dan/atau

perizinan kepada perusahaan penananaman modal untuk memperoleh hak

atas tanah, fasilitas pelayanan keimigrasian, dan fasilitas perizinan impor.

Untuk memperoleh fasilitas tersebut, investor harus memenuhi persyaratan

untuk setiap fasilitas tersebut. Kemudian terhadap setiap pemberian fasilitas

tersebut dilakukan pengawasan.

B. Saran

Berdasarkan pengamatan penulis selama proses pengerjaan skripsi aspek

hukum atas pemberian fasilitas non fiskal pada penananam modal di Indonesia,

maka ada beberapa saran yang dapat penulis berikan, yaitu:

1. Dalam menarik minat investor berinvestasi di Indonesia, hendaknya

pemerintah memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh penanam modal supaya

Universitas Sumatera
Utara
94

investor tersebut mau berinvestasi di Indonesia sehingga membawa manfaat

seperti tersedianya lapangan pekerjaan dan lain sebagainya.

2. Terhadap fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah kepada investor, maka

investor harus memenuhi kriteria untuk mendapatkan fasilitas dan walaupun

fasilitas atau kemudahan diberikan harus tetap diawasi. Peran instansi yang

memiliki kewenangan dalam pengawasan fasilitas haruslah ditingkatkan

sehingga meminimalisir penyimpangan terhadap penggunaan fasilitas

penanaman modal. Apabila terdapat pelanggaran dalam setiap kegiatan

penanaman modal harus ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-

undangan mengenai penanaman modal yang berlaku di Indonesia.

3. Penanaman modal di Indonesia telah diatur di dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku baik dalam undang-undang maupun dalam peraturan

pelaksanaannya. Oleh karena itu, investor atau penanam modal harus

mengikuti serta mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut.

Sehingga investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan bagi kedua

belah pihak, baik bagi investor maupun bagi kepentingan negara.

Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai