Anda di halaman 1dari 6

KENAPA HITLER MEMBENCI ORANG YAHUDI?

Sejarah telah mencatat kebencian Nazi Jerman yang dipimpin oleh Hitler
pada perang dunia ke-2 mengakibatkan genosida terhadap Orang Yahudi. Salah
satu kutipan Hitler yang terkenal terhadap Orang Yahudi adalah “ I would have
killed all the Jews of The World...but I kept some to show the world why i killed
them”. Dimana pada tahun 1941-1945 Nazi Jerman melakukan genosida yang
dikenal sebagai peristiwa holokaus. Diperistiwa itu Nazi Jerman membunuh dua
per tiga orang Yahudi diseluruh wilayah jajahan Jerman, 6 juta Orang Yahudi
dibunuh dalam peristiwa tersebut. Namun mengapa Nazi Jerman membenci orang
Yahudi dan bahkan ingin memusnahkan seluruh orang Yahudi pada perang dunia
ke-2? Esai ini dialamatkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

William Jones seorang Filolog asal inggris Abad ke-18 mengemukakan


bahwa seluruh bangsa Indo-Eropa merupakan keturunan dari satu bahasa kuno
tunggal, banyak ahli tergugah mencari siapa yang menggunakan bahasa itu. Mereka
melihat bahwa para pengguna paling awal bahasa Sansekerta, yang menginvasi
India dari Asia Tengah lebih dari 3000 tahun yang lalu, menyebut diri mereka
Arya. Para pengguna bahasa paling awal Persia menyebut diri mereja Airiia. Oleh
karena itu, para sarjana Eropa menduga bahwa orang yang menggunakan bahasa
primordial yang melahirkan Sansekerta maupun Persia (juga Yunani, Latin, Gothik,
dan Celtic) pasti menyebut diri mereka Arya. Bisakah ini disebut kebetulan bahwa
mereka yang mendirikan peradaban-peradaban raksasa India, Persia, Yunani, dan
Romawi semuanya adalah orang Arya? Selanjutnya para sarjana Eropa
mengawinkan teori linguistik Bangsa Arya yang rajin dengan teori seleksi alam
Darwin dan mengemukakan bahwa bangsa Arya bukan merupakan kelompok
linguistik, melainkan sebuah ras. Dan, bukan sembarang ras, melainkan ras teratas
manusia yang tinggi,berambut terang, bermata biru, perkerja keras, dan super
rasional serta muncul dari keremangan utara untuk meletakkan fondasi-fondasi
kultur di seluruh dunia. Sayang sekali orang Arya yang menginvasi India dan Persia
berkwain silang dengan penduduk setempat sehingga kehilangat kulit terang, mata
biru dan rasionalitasnya. Peradaban India dan Persiapun Akhirnya surut. Di Eropa,
di sisi lain, bangsa Arya mempertahankan kemurnian ras mereka. Itulah sebabnya
bangsa Eropa berhasil menaklukkan dunia, dan mengapa mereka sanggup
menguasainya sepanjang mereka mengikuti kehati-hatian untuk tidak bercampur
dengan ras-ras inferior. Teori tersebut populer selama berpuluh-puluh tahun di
Eropa dan menjadi anatema di kalangan para ilmuwan dan politikus sekaligus.1

Sebelum Hitler menjadi kanselir Jerman, dia sudah tersobsesi dengan


konsep rasial. Dalam buku dan tulisan-tulisannya dia mempromosikan
pandangannya mengenai kemurnian ras dan superioritas Ras Jerman yang
disebutnya Ras Arya yang paling sempurna atau “master dari segala ras”. Dia
menekankan rasnya harus tetap murni dan suatu hari nanti akan menguasai dunia.
Idiologi Nazi yang dipimpin hitler terpengarruh dari teori Charles Darwin, “Seleksi
1
Yuah Noval Harari, Homo Sapiens, hlm.359
Alam” dan “Survival of The Fittest” dimana teori ini menjelaskan bahwa spesies
yang paling cocok dengan lingkunganlah yang akan berkembang biak, individu
yang fit (cocok) lebih mungkin selamat menghadapi ujian daripada individu yang
tidak cocok (unfit) atau bisa dibilang spesies atau individu yang kuat mengalahkan
spesies atau invidividu yang lemah sehingga spesies atau individu yang kuat akan
berkuasa dan berkembang biak melanjutkan keturunan sedangkan spesies atau
individu yang lemah akan tersisihkan bahkan punah. Hitler percaya bahwa ras
Jerman sebagai ras yang superior telah menjadi lemah karena ras Non-Arya yang
ada di Jerman. Bagi Hitler keberlangsungan ras Jerman Arya bergantung pada
kemampuannya mempertahankan kermurnian Gen ras tersebut. Nazi menargetkan
grup-grup tertentu yang menurut mereka secara biologis inferior untuk di
musnahkan. Terutama orang Gipsy, Roma, Soviet, orang disabilitas dan
homoseksual.2 Hitler percaya bahwa manusia dapat dipisahkan kedalam hierarki
yang berbeda melalui perbedaan ras, dimana beberapa ras superior dan lainnya
inferior. Hitler percaya bahwa Ras Jerman adalah ras yang paling superior yang
disebut Ras Jerman “Arya”. Hitler dan Nazi menganggap Ras Yahudi adalah ras
yang paling inferior, yang melemahkan ras lain dan akan mengambil alih dunia.
Hitler percaya bahwa Ras Yahudi terutama merusak Ras Arya Jerman dan mereka
tidak punya tempat manapun di Jerman.3

Hitler dan Nazi sangat mengagumi Romawi dan Yunani Kuno, Hitler
menganggap ras Arya Jerman sebagai pewaris kejayaan Romawi Dan Yunani.
Hitler percaya bahwa Roma, Athena dan Sparta dimasa jayanya merupakan
keturunan Nordik dimana pencapaian Roma, pencapaian Sparta dan Athena
merupakan pencapaian kaummnya juga, Orang Arya. Hitler mengagumi kekuatan,
kejayaan, keperkasaan Roma4.

Nazi dan Romawi kuno juga memiliki padangan yang mirip mengenai orang
disabilitas. Romawi dan Yunani Kuno tidak memiliki kata yang setara dengan
disabilitas tapi kata yang mereka sering gunakan adalah teras (untuk Yunani) dan
monstrum (untuk Romawi). Kata yang mereka gunakan tersebut mereka gunakan
juga untuk menjelaskan monster mitologi mereka, seperti Gorgon Medusa. Kata
Latin mutus menjelaskan seseorang yang tidak bisa berbicara dan seorang yang
bodoh.5 Kelahiran anak disabilitas dianggap orang Romawi sebagai kesialan yang
hebat. Banyak bayi yang lahir cacat ditinggalkan diluar rumah setelah kelahiran dan
dibiarkan mati begitu saja karena bagi orang Romawi tidak ada gunanya
membesarkan mereka yang akan menjadi aib dan beban keluarga. Romawi dan

2
https://www.history.com/topics/early-20th-century-us/social-darwinism (diakses pada 30, Juli
2021 pukul 16:14)
3
https://www.theholocaustexplained.org/the-nazi-rise-to-power/the-early-years-of-the-nazi-
party/what-were-hitlers-ideas/ (diakses pada tanggal 1 Agustus 2021 pukul 12.15)
4
https://lithub.com/how-great-an-influence-did-roman-society-have-on-nazi-ideology/ (diakses
pada 30, Juli 2021 pukul 16:14)
5
https://www.newstatesman.com/blogs/crips-column/2008/04/disabled-slaves-child-roman
(diakses pada 1 Agustus 2021 pukul 14:37)
Yunani kuno memang memandang penyandang disabilitas sebagai suatu yang
sangat buruk.

Hukum Romawi kuno atau biasa disebut “the twelve tables” mengatur anak
yang lahir cacat atau lahir dengan keadaan disabilitas harus dihukum mati, biasanya
dengan dilempari batu. Dionysius dari Halicarnassus juga menulis pendiri Kota
Roma, Romulus membutuhkan anak yang lahir cacat untuk dilemparkan di Jurang. 6
Pembunuhan anak cacat tersebut bertujuan untuk menghemat sumber daya agar
tidak dihabiskan untuk keturunan yang lemah dan cacat, karena orang cacat dari
lahir tidak berguna dan biasanya hanya menjadi beban dan tanggungan masyarakat.
Disisi lain Sparta, menganggap anak sebagai properti negara, bukan orang tua, dan
meniggalkan anak yang cacat merupakan hal yang dibutuhkan secara hukum.
Menurut Plutarch, seorang sejarawan Yunani, setiap bayi diawasi oleh komunitas
tetua langsung setelah kelahiran. Jika bayi terlihat sehat maka anak itu dibiarkan
hidup. Jika bayi terlihat sakit atau cacat, seorang ayah diperintah untuk
membuangnya. Hukum ini dibuat oleh Lykourgos, Peminpin legenda Sparta, yang
bertujuan untuk mengembangkan Ras Master

Pandangan-pandangan ini menginspirasi pandangan Nazi yang mengaku


sebagai penerus kejayaan Romawi dan Yunani Kuno, yang dibuat yang dibangun
atas dasar keidealan kemurnian ras dan militerisme. Nazi juga bertindak
melenyapkan penyandang cacat dengan mensterilkan secara paksa mereka yang
cacat dan dengan memberikan hak hukm kepada dokter untuk melakukan aborsi
terhadap bayi cacat.7 Idiologi Nazi yang menekankan “survival at the fittest”
menganggap manusia dapat membuktikan layak bertahan hidup dalam waktu yang
lama melalui “struggle for survival”. Hitler bahkan sering menolak untuk
mencampuri uruusan promosi perwira dan anggota staff Nazi, dia memilih unuk
membiarkan mereka bertarung untuk melihat yang “kuat” yang menang dan
mendapatkan promosi, tidak melihat dari segi kebajikan atau kompetensi. 8.Nazi
mempromosikan yang terbaik dan jika perlu mengeliminasi mereka yang dapat
melemahkan ras manusia. Lebih lagi hanya manusia yang murni rasnya yang dapat
bertahan dari “struggle for existence”. Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemurnian Ras Arya, oleh karena itu hukum Eugenic atau kemurnian ras harus
secara ketat diberlakukan. Mempromosikan yang sehat dan mengeliminasi yang
sakit. Semua yang memiliki penyakit keturuan, cacat fisik dan menederita penyakit
mental yang parah diklasifikasikan sebagai “unworthy of life”. Mereka dalam
istilah “seleksi alam” akan dieliminasi. Pada tahun 1929 Hitler pada konferensi
Partai Nazi di Konferensi Nurenberg mengatakan “that an average annual removal
of 700.000-800.000 of the weakest of a million babies meant an increase in power
of the nation and not a weakening”. Nazi Jerman juga mengkampanyekan

6
https://en.wikipedia.org/wiki/Disability_in_ancient_Rome (diakses pada 1 Agustus 2021 pukul
11:42)
7
https://www.newstatesman.com/blogs/crips-column/2008/04/disabled-slaves-child-roman
(diakses pada 1 Agustus 2021 pukul 11:42)
8
https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Darwinism
pembunuhan massa dengan cara eutanasia yang dikenal dengan Aktion T4 dimana
dokter Jerman tertentu ditunjuk otoritas untuk memilih pasien yang dianggap
mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan setelah penilaian medis kritis dan
memberikan mereka mercy death.9

Nazi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya idiologinya terpengaruh


teori Darwin “survival of the fittest” sama dengan Romawi Kuno dan Yunani
Kuno, memandang kekuatan sebagai kekuatan dan kelemahan sebagai kelemahan
sehingga yang kuat berhak berkuasa dan memperbudak yang lemah. Bahkan pada
zaman Romawi Kuno dan Yunani Kuno memandang bahwa memegang kekuasaan
dan otoritas membuat pemilik budak dipandang mulia; termasuk gagasan bahwa
kekuasaan pemilik budak atas budaknya adalah sah bahkan dianggap sebagai
kebajikan.10

Pada zaman kejayaan Romawi Kuno 2000 tahun yang lalu negara Israel
yang ditempati oleh orang Yahudi dijajah oleh Bangsa Romawi. Gubernur setiap
provinsi di Imperium Romawi memiliki hak untuk menghukum pemberontak
dengan tiga cara hukuman yang menyakitkan yaitu: membakar sampai mati,
memberikan pemberontak untuk dimakan singa dan yang terakhir melalui
penyaliban. Penyaliban merupakan hukuman terberat dari ketiga hukuman tersebut,
Hukuman penyaliban biasanya tidak diberlakukan untuk Warga Negara Romawi,
namun diberlakukan kepada budak daerah atau pemberontak daerah jajahan
Romawi, jadi hukuman penyaliban merupakan hukuman terendah. Penyaliban
adalah hukum yang sangat menyiksa, dapat diberlakukan dengan berbagai cara
diantaranya dapat dilakukan dengan digantung terbalik; dapat diikat dengan tali;
dan dapat dipakukan ke salib. Untuk bertahan hidup pada hukuman penyaliban
terutama untuk pelaku yang disalibkan dengan dipakukan sangatlah berat, karena
pelaku harus mengangkat diri keatas dan kebawah untuk bernafas sehingga pelaku
dapat merasakan paku menembus tulang-tulangnya; burung-burung dapat hinggap
di kepala pelaku dan pelaku tidak dapat mengusirnya sehingga burung dapat
mematuk mata pelaku; pelaku akan ditelanjangi. Penyaliban dapat dilakukan
berjam-jam atau bahkan berhari-hari sehingga pelaku yang disalib merasakan
penderitaan hingga mati secara perlahan-lahan. Penyaliban dimata Romawi bisa
dibilang seperti papan iklan untuk mempermalukan orang yang disalib dan sebagai
simbol menunjukkan kekuatan Romawi kepada daerah jajahan untuk menakut-
nakuti budak dan rakyat jajahan Romawi agar tidak berani memberontak.

Pada abad pertama masehi di kerajaan Roma, orang Yahudi yang menjadi
kristen (kekristenan awalnya merupakan orang yahudi yang percaya bahwa nubutan
nabi-nabi telah dipenuji dalam kristus) mengabarkan injil (kabar baik) dipinpin oleh
seorang Yahudi Romawi yang bernama Paulus dari Tarsus. Mereka mengabarkan
kebangkitan raja dunia juru selamat sang Kristus. Hal tersebut mungkin dianggap
orang Romawi sebagai atau kudeta pengkhianatan karena setau mereka raja dunia
9
https://en.wikipedia.org/wiki/Child_euthanasia_in_Nazi_Germany
10
Peterson, Jordan, 12 Rules Fpr Lifes, An Antidote To Chaos
adalah kaisar yang masih hidup walaupun sebenarnya kerajaan yang dikabarkan
oleh penginjil tersebut bukan kerajaan di dunia ini. Namun konsep paling radikal
yang diperkenalkan kristen adalah konsep salib, dimana telah diungkapkan
sebelumnya bahwa dimata orang Romawi Salib merupakan lambang kekuatan
Romawi untuk memamerkan kukuatannya kepada daerah-daerah jajahan dan
memepermalukan pelaku kejahatan dan hukuman tersebut merupakan hukuman
yang sangat rendah yang ditujukan bagi budak dan pemberontak. Namun Orang
kristen abad pertama menyatakan bahwa Kristus, seorang tukang kayu dari desa
Galilea, desa kecil yang tak tercatat di peta, menderita hukuman seorang budak
merupakan raja dunia. Hal tersbut mungkin merupakan penghinaan bagi Orang
Romawi abad pertama. Konsep Salib merupakan lambang harapan, seorang budak
dapat mengalahkan tuannya; seorang penyiksa dapat mengalahkan orang yang
disiksa; serta yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang pertama. Konsep memberikan nilai kepada orang cacat atau orang
lemah. Bahkan memberikan konsep moral baru bahwa kelemahan bisa menjadi
sumber kekuatan. Seperti di masyarakat sekarang orang yang kelihatan lemah pasti
mendapat simpati publik. Konsep moral tersbut ditolak oleh Nazi, karena Nazi
berpikir seperti zaman kuno klasik atau zaman Romawi dan Yunani Kuno bahwa
kekuatan merupakan kekuatan dan kelemahan merupakan kelemahan. Sehingga
yang kuat berhak untuk memperbudak yang lemah.

Pada jemaat di Galatia Paulus juga mengungkapkan “ Tidak ada Yahudi


atau Yunani, tidak ada budak atau orang bebas, tidak ada perempuan atau laki-laki;
kamu semua sama di mata kristus”. Ungkapan tersebut merupakan salah satu
sumber hak asasi manusia yang memberikan nilai yang sama bagi seluruh manusia
di dunia barat. Konsep tersebut jelas sangat ditolak oleh Hitler yang memandang
bahwa Ras Arya Jerman merupakan ras tertitnggi sedangkan ras lainnya merupakan
ras yang lebih rendah.

Dengan lahirnya Kekristenan pada abad pertama masehi dan menyebar di


kerajaan Roma, Agama kristen yang awalnya ditindas, dibakar dan di persekusi
selama kurang lebih 300 tahun. Akhirnya pada abad keempat mengambil alih
kekaisaran bukan dengan pedang malinkan Kaisar Romawi sendiri Konstantinus
Agung berpindah agama dari agama pagan Romawi menjadi Kristen. Nilai-nilai
kristenpun tersebar keseluruh kerajaan Romawi bahkan setelah kerajaan Romawi
barat dan Byzantium runtuh pun kerajaan-kerjaan selanjutnya tetap menganut
agama kristen. Setelah jaman kolonial orang eropapun melakukan kolonialisasi ke
benua Afrika, Amerika dan Asia. Penjelajah Eropa terebut membawa dan
memperkanalkan ajaran kristen. Dimana ajaran kristen yang mengatakan “semua
manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah”, konsep ini memberikan nilai
setiap manusia adalah sama dan setara dimata Tuhan. Nilai ini mungkin dinilai
universal namun nilai ini merupakan ajaran kristen yang paling fundamental.

Ras Yahudi dibenci oleh Nazi Hitler karena orang Yahudi abad pertama,
tepatnya Orang Yahudi yang menjadi kristen menggulingakan Hirarki yang ada
pada zaman Romawi Kuno seperti pandangan Kekuatan adalah sumber kekuatan,
yang kuat berhak memperbudak yang lemah dan ajaran kristen memberikan nilai
atau penghargaan yang sama kepada orang cacat atau orang lemah. Menekankan
budak dan majikan adalah sama dimata hukum dan Tuhan. Hitler berpendapat
bahwa Orang Yahudi karena tidak mampu membebaskan diri dari penjajahan
romawi dan selalu kalah secara militer membuat ajaran atau ideologi baru untuk
menggulingkan hirarki yang ada. Yaitu ajaran bahwa seorang tukang kayu dari
gealilea yang menderita hukuman budak yang rendah adalah seorang tuhan yang
menciptakan alam semesta. Dan juga ajaran kristen tersebut memberikan nilai
kepada orang cacat atau orang lemah, mengajarkan semua manusia memeiliki
derajat yang sama. Ajaran-ajaran tersebut sangat bertentangnan dengan ideologi
Nazi.

Anda mungkin juga menyukai