Sejarah telah mencatat kebencian Nazi Jerman yang dipimpin oleh Hitler
pada perang dunia ke-2 mengakibatkan genosida terhadap Orang Yahudi. Salah
satu kutipan Hitler yang terkenal terhadap Orang Yahudi adalah “ I would have
killed all the Jews of The World...but I kept some to show the world why i killed
them”. Dimana pada tahun 1941-1945 Nazi Jerman melakukan genosida yang
dikenal sebagai peristiwa holokaus. Diperistiwa itu Nazi Jerman membunuh dua
per tiga orang Yahudi diseluruh wilayah jajahan Jerman, 6 juta Orang Yahudi
dibunuh dalam peristiwa tersebut. Namun mengapa Nazi Jerman membenci orang
Yahudi dan bahkan ingin memusnahkan seluruh orang Yahudi pada perang dunia
ke-2? Esai ini dialamatkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hitler dan Nazi sangat mengagumi Romawi dan Yunani Kuno, Hitler
menganggap ras Arya Jerman sebagai pewaris kejayaan Romawi Dan Yunani.
Hitler percaya bahwa Roma, Athena dan Sparta dimasa jayanya merupakan
keturunan Nordik dimana pencapaian Roma, pencapaian Sparta dan Athena
merupakan pencapaian kaummnya juga, Orang Arya. Hitler mengagumi kekuatan,
kejayaan, keperkasaan Roma4.
Nazi dan Romawi kuno juga memiliki padangan yang mirip mengenai orang
disabilitas. Romawi dan Yunani Kuno tidak memiliki kata yang setara dengan
disabilitas tapi kata yang mereka sering gunakan adalah teras (untuk Yunani) dan
monstrum (untuk Romawi). Kata yang mereka gunakan tersebut mereka gunakan
juga untuk menjelaskan monster mitologi mereka, seperti Gorgon Medusa. Kata
Latin mutus menjelaskan seseorang yang tidak bisa berbicara dan seorang yang
bodoh.5 Kelahiran anak disabilitas dianggap orang Romawi sebagai kesialan yang
hebat. Banyak bayi yang lahir cacat ditinggalkan diluar rumah setelah kelahiran dan
dibiarkan mati begitu saja karena bagi orang Romawi tidak ada gunanya
membesarkan mereka yang akan menjadi aib dan beban keluarga. Romawi dan
2
https://www.history.com/topics/early-20th-century-us/social-darwinism (diakses pada 30, Juli
2021 pukul 16:14)
3
https://www.theholocaustexplained.org/the-nazi-rise-to-power/the-early-years-of-the-nazi-
party/what-were-hitlers-ideas/ (diakses pada tanggal 1 Agustus 2021 pukul 12.15)
4
https://lithub.com/how-great-an-influence-did-roman-society-have-on-nazi-ideology/ (diakses
pada 30, Juli 2021 pukul 16:14)
5
https://www.newstatesman.com/blogs/crips-column/2008/04/disabled-slaves-child-roman
(diakses pada 1 Agustus 2021 pukul 14:37)
Yunani kuno memang memandang penyandang disabilitas sebagai suatu yang
sangat buruk.
Hukum Romawi kuno atau biasa disebut “the twelve tables” mengatur anak
yang lahir cacat atau lahir dengan keadaan disabilitas harus dihukum mati, biasanya
dengan dilempari batu. Dionysius dari Halicarnassus juga menulis pendiri Kota
Roma, Romulus membutuhkan anak yang lahir cacat untuk dilemparkan di Jurang. 6
Pembunuhan anak cacat tersebut bertujuan untuk menghemat sumber daya agar
tidak dihabiskan untuk keturunan yang lemah dan cacat, karena orang cacat dari
lahir tidak berguna dan biasanya hanya menjadi beban dan tanggungan masyarakat.
Disisi lain Sparta, menganggap anak sebagai properti negara, bukan orang tua, dan
meniggalkan anak yang cacat merupakan hal yang dibutuhkan secara hukum.
Menurut Plutarch, seorang sejarawan Yunani, setiap bayi diawasi oleh komunitas
tetua langsung setelah kelahiran. Jika bayi terlihat sehat maka anak itu dibiarkan
hidup. Jika bayi terlihat sakit atau cacat, seorang ayah diperintah untuk
membuangnya. Hukum ini dibuat oleh Lykourgos, Peminpin legenda Sparta, yang
bertujuan untuk mengembangkan Ras Master
6
https://en.wikipedia.org/wiki/Disability_in_ancient_Rome (diakses pada 1 Agustus 2021 pukul
11:42)
7
https://www.newstatesman.com/blogs/crips-column/2008/04/disabled-slaves-child-roman
(diakses pada 1 Agustus 2021 pukul 11:42)
8
https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Darwinism
pembunuhan massa dengan cara eutanasia yang dikenal dengan Aktion T4 dimana
dokter Jerman tertentu ditunjuk otoritas untuk memilih pasien yang dianggap
mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan setelah penilaian medis kritis dan
memberikan mereka mercy death.9
Pada zaman kejayaan Romawi Kuno 2000 tahun yang lalu negara Israel
yang ditempati oleh orang Yahudi dijajah oleh Bangsa Romawi. Gubernur setiap
provinsi di Imperium Romawi memiliki hak untuk menghukum pemberontak
dengan tiga cara hukuman yang menyakitkan yaitu: membakar sampai mati,
memberikan pemberontak untuk dimakan singa dan yang terakhir melalui
penyaliban. Penyaliban merupakan hukuman terberat dari ketiga hukuman tersebut,
Hukuman penyaliban biasanya tidak diberlakukan untuk Warga Negara Romawi,
namun diberlakukan kepada budak daerah atau pemberontak daerah jajahan
Romawi, jadi hukuman penyaliban merupakan hukuman terendah. Penyaliban
adalah hukum yang sangat menyiksa, dapat diberlakukan dengan berbagai cara
diantaranya dapat dilakukan dengan digantung terbalik; dapat diikat dengan tali;
dan dapat dipakukan ke salib. Untuk bertahan hidup pada hukuman penyaliban
terutama untuk pelaku yang disalibkan dengan dipakukan sangatlah berat, karena
pelaku harus mengangkat diri keatas dan kebawah untuk bernafas sehingga pelaku
dapat merasakan paku menembus tulang-tulangnya; burung-burung dapat hinggap
di kepala pelaku dan pelaku tidak dapat mengusirnya sehingga burung dapat
mematuk mata pelaku; pelaku akan ditelanjangi. Penyaliban dapat dilakukan
berjam-jam atau bahkan berhari-hari sehingga pelaku yang disalib merasakan
penderitaan hingga mati secara perlahan-lahan. Penyaliban dimata Romawi bisa
dibilang seperti papan iklan untuk mempermalukan orang yang disalib dan sebagai
simbol menunjukkan kekuatan Romawi kepada daerah jajahan untuk menakut-
nakuti budak dan rakyat jajahan Romawi agar tidak berani memberontak.
Pada abad pertama masehi di kerajaan Roma, orang Yahudi yang menjadi
kristen (kekristenan awalnya merupakan orang yahudi yang percaya bahwa nubutan
nabi-nabi telah dipenuji dalam kristus) mengabarkan injil (kabar baik) dipinpin oleh
seorang Yahudi Romawi yang bernama Paulus dari Tarsus. Mereka mengabarkan
kebangkitan raja dunia juru selamat sang Kristus. Hal tersebut mungkin dianggap
orang Romawi sebagai atau kudeta pengkhianatan karena setau mereka raja dunia
9
https://en.wikipedia.org/wiki/Child_euthanasia_in_Nazi_Germany
10
Peterson, Jordan, 12 Rules Fpr Lifes, An Antidote To Chaos
adalah kaisar yang masih hidup walaupun sebenarnya kerajaan yang dikabarkan
oleh penginjil tersebut bukan kerajaan di dunia ini. Namun konsep paling radikal
yang diperkenalkan kristen adalah konsep salib, dimana telah diungkapkan
sebelumnya bahwa dimata orang Romawi Salib merupakan lambang kekuatan
Romawi untuk memamerkan kukuatannya kepada daerah-daerah jajahan dan
memepermalukan pelaku kejahatan dan hukuman tersebut merupakan hukuman
yang sangat rendah yang ditujukan bagi budak dan pemberontak. Namun Orang
kristen abad pertama menyatakan bahwa Kristus, seorang tukang kayu dari desa
Galilea, desa kecil yang tak tercatat di peta, menderita hukuman seorang budak
merupakan raja dunia. Hal tersbut mungkin merupakan penghinaan bagi Orang
Romawi abad pertama. Konsep Salib merupakan lambang harapan, seorang budak
dapat mengalahkan tuannya; seorang penyiksa dapat mengalahkan orang yang
disiksa; serta yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang pertama. Konsep memberikan nilai kepada orang cacat atau orang
lemah. Bahkan memberikan konsep moral baru bahwa kelemahan bisa menjadi
sumber kekuatan. Seperti di masyarakat sekarang orang yang kelihatan lemah pasti
mendapat simpati publik. Konsep moral tersbut ditolak oleh Nazi, karena Nazi
berpikir seperti zaman kuno klasik atau zaman Romawi dan Yunani Kuno bahwa
kekuatan merupakan kekuatan dan kelemahan merupakan kelemahan. Sehingga
yang kuat berhak untuk memperbudak yang lemah.
Ras Yahudi dibenci oleh Nazi Hitler karena orang Yahudi abad pertama,
tepatnya Orang Yahudi yang menjadi kristen menggulingakan Hirarki yang ada
pada zaman Romawi Kuno seperti pandangan Kekuatan adalah sumber kekuatan,
yang kuat berhak memperbudak yang lemah dan ajaran kristen memberikan nilai
atau penghargaan yang sama kepada orang cacat atau orang lemah. Menekankan
budak dan majikan adalah sama dimata hukum dan Tuhan. Hitler berpendapat
bahwa Orang Yahudi karena tidak mampu membebaskan diri dari penjajahan
romawi dan selalu kalah secara militer membuat ajaran atau ideologi baru untuk
menggulingkan hirarki yang ada. Yaitu ajaran bahwa seorang tukang kayu dari
gealilea yang menderita hukuman budak yang rendah adalah seorang tuhan yang
menciptakan alam semesta. Dan juga ajaran kristen tersebut memberikan nilai
kepada orang cacat atau orang lemah, mengajarkan semua manusia memeiliki
derajat yang sama. Ajaran-ajaran tersebut sangat bertentangnan dengan ideologi
Nazi.