Anda di halaman 1dari 13

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU

DOSEN : PROF (em.) H.R. HUSEN DJAJASUKANTA, Ir., M.Sc., Ph.D.


OLEH :

IMRAN
NPM : 150920100001

SOAL :
1. Sains Barat Moderen atau Sains barat Sekuler dapat memperoleh informasi
mengenai perkembangan pengetahuan /sains dan filsafat ilmu dengan berbagai
aliran filsafat yang mendasarinya sejak jaman Yunani Kuno sampai sekarang.
Pada zaman ini ditandai dengan munculnya renaisans, di mana manusia Barat
mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari
otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan
dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat
dikemukakan dalam jawaban ini antara lain : Nicholas Copernicus (1473-1543)
dan Francis Bacon (1561-1626). b. Corak berpikir filsafati begitu bebas dan
terbuka sesuai dengan teori-teori dan fakta-fakta empiris. Hal ini ditandai dengan
gugurnya teori Geosentrisme-nya ptolomeus oleh teori heliosentrisme. Yang
dilanjutkan dengan penemuan- penemuan lainnya seperti lintasan planet oleh
Tycho dan Johannes Keppler (1571-1630).
Teori lintasan peluru, hukum gerak, dan penemuan tata bulan planet Jupiter
oleh Galileo (1546-1642). Pada masa yang bersamaan dengan Keppler dan
Galileo ditemukan Logaritma oleh Napier (1550-1617). Ditemukan juga
Projective Geometri, Desarque (1593-1662) Ciri-ciri Filsafat dan Ilmu Zaman
Modern (Abad XIX dan XX ) a. Daerah tempat filsafat berkembang menjadi lebih
luas, termasuk Ameriska dan Unisoviet memberi sumbangannya. b. Ilmu
Pengetahuan berkembang cepat sekali, terlebih-lebih dalam bidang geologi,
biologi, dan kimia organis. muhammad ali gunawan_undiksha2006
Ada beberapa pendapat/kritik tentang perbandingan dengan buku-buku yang
telah ditulis dan membahasnya, seperti pada :
( i ). Buku-buku Hidayat Nataatmadja (1982-1984), terutama “Krisis Manusia
Modern” (1994)
(ii). Mahdi Ghulsyani (1988): “ Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an”, terutama
bagian “Pengantar” oleh Haidar Bagir dan Zainal Abidin (“Filsafat Sains
Islam, Kenyataan atau Khayalan”),
(iii). Syed Muhammad Naquib al-Attas (1995): “ Islam dan Filsafat Sains”,

1
(iv). Herman Soewardi (1999): “ Roda Berputar Dunia Bergulir, Kognisi Baru
Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi” dan buku-bukunya yang lain,
(v). Donny Gahral Adian (2002) : “ Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan”.

Herman Soewardi: Ihtiar Memper-siapkan Kelahiran Sains Tauhidullah Dalam


pandangan Herman Soewardi. sejalan dengan pandangan Kuhn dan Tarnas
menyatakan SBM (dalam istilahnya adalah Sains Barat Sekuler) ahirnya menjurus
kepada 3-R. ialah Resah Renggut. Rusak. Resah ialah orangnya. Renggut
perenggutan negara-negara berkembang oleh negara-negara maju, dan rusak
adalah kerusakan alam yang menyeluruh. Resah: sifat resah orang-orang barat.
Atau “insecurity feeling “seperti dikatakan oleh Eric Fromm, bukan
merupakan sifat “intrinsic “. Akan tetapi merupakan akibat dan
pandangan dan sepak terjang masyarakat barat itu sendiri. Eric Fromm
menguraikan bahwa dasar bagi terjadinya sifat ini berpokok pangkal pada
“freedom” yang merupakan acuan individu dan masyarakat namun
suatu kebebasan yang “menyebelah” secara psikologis ia juga
“submissiveness” sama-sama diperlukan. Kebebasan atau freedom
yang menyebelah ini lama kelamaan menjadikan mereka tidak tahan
(“unbearable”) mengahadapi-nya, maka mereka pun minggat dari
kebebasan itu. Dalam tiga bentuk: sadism, masochism, dan automation itu. (lihat
fromm “Escape from freedom”. 1941).
selanjutnya “feeling of insecurity”ini menjadikan mereka
bergulat sungguh-sungguh agar bisa menguasai segala yang mereka perlukan
sebanyak-banyaknya. Namun kata Fromm, semua orang barat begitu. Maka mereka
mau tidak mau harus berkompetisi secara ketat dengan sesama mereka. Maka
menjelmalah masyarakat barat sebagai masyarakat konflik. Kemudian, dalam
bukunya lainnya yang berjudul “the sane society” (1952), ia
melanjutkan bahwa sifat resah ini dianggap sifat yang “normal”, atau
orang barat itu normalnya pada keadaan resah yang disebut “pathologi of
normalcy”. Lebih lanjut Herman membanding-kan antara masyarakat barat
dan masyarakat muslim, Surat Al-Hujurat ayat 10 memerintahkan persaudaraan
(Ukhuwwah). Persaudaraan adalah kebalikan dari konflik dan konflik ini pasti
berlatar belakang pada nafsu amarah (Q. Yusuf: 53), atau jiwa yang mudah sekali
dibawah kearah kejahatan inilah sifat “normal” Masyarakat barat, yang
membawa mereka kearah keserakahan dan pelimpahan hawa nafsu atau
hedonisme suatu kehidupan yang tidak ada puas-puasnya seperti dikatakan oleh
Marshall. “Variety is the spice of life” (lihat Lutz dan Lux. 1979.)

2
Renggut, adalah perenggutan (defrifation) SDA di negara-negara berkembang oleh
negara-negara maju, kini terjadilah ketimpangan yang luarbiasa. Seperti
dikemukakan oleh The Club of Rome, 20% penduduk negara-negara maju
mengkonsumir 80% SDA dunia. Sedangkan 80% penduduk negara-negara
berkembang hanya mengkonsumir 20% SDA dunia. Apa sebab demikian? inilah
akibat system perekonomian liberalistic kapitalistik “profit maximization
principle” yang berbeda dengan prinsip yang dianut oleh kebanyakan
penduduk negara-negara berkembang, ialah prinsip kebutuhan sebagai
“inner driving force” (lihat Yuyun Wirasasmita, 1999).
Dengan perbedaan prinsip ini, SDA dari negara-negara berkembang menjadi
terkuras habis, adapun implikasi dari ketentuan ini adalah bahwa bila negaranegara
berkembang ingin mempertahankan keutuhan SDA mereka. Mereka pun harus
serakah seperti orang-orang barat. Benarkah? Rusak, Kerusakan dunia kita,
menurut pakar lingkungan (lihat Kruift, 1994) dimulai sejak abad pertama (kelahiran
Nabi Isa a.s. atau kristus). Kerusakan ini membesar dan menguat setiap tahun, dan
penghujung abad 20 kerusakan alam telah sangat menghawatirkan, yang dikatakan
oleh Tarnas, semakin hari semakin menggawat. Adapun, menurut Mander
Goldsmith (eds, 1996)
Tiga fase ilmu Barat sekuler menemukan jatidirinya : fase pertama
merupakan fase kritik terhadap order newtonian (selama 50 tahun), fase kedua
merupakan pembukaan kedok ilmu Barat sekuler oleh Thomas Kuhn, dan fase
ketiga merupakan vonis oleh Richard Tarnas bahwa ilmu Barat sekuler sudah
sampai pada krisis global. Akhirnya sains empirikal modern (Barat) menuju ke arah
kehancuran. Hal ini karena para ilmuwan Barat telah digiring pada suatu alur yang
salah. Mengapa? Karena mereka tidak dibimbing ke arah yang benar, ialah benar
yang sungguh benar. Yang sungguh benar itu tak lain rival atau alternatif yang tidak
digubris
Kalau krisis-krisis ini didaftar secara lebih terinci, maka akan didapatkan daftar yang
amat panjang. Contoh pertama-dan mungkin yang terbesar-adalah krisis
lingkungan seperti efek rumah kaca yang mengakibatkan global warming,
menipisnya lapisan ozon, penyakit minamata di Jepang yang diakibatkan limbah
methilmercuri, sampai dampak psikologis dimana terjadi peningkatan penderita
depresi, kegelisahan, psikosis, dsb. Dampak lain sains modern adalah imperialisme
epistemologi, hal ini muncul diantaranya pada pola pikir manusia-dan pada
gilirannya tentu saja pada perilakunya. Ini tampak pada dominasi rasionalisme dan
empirisme – pilar utama metode keilmuan (scientific method)- dalam penilaian

3
manusia atas realitas-realitas, baik realitas sosial, individual, bahkan juga
keagamaan. Mungkin ini juga, untuk sebagainya , bisa menjelaskan meningkatnya
kecenderungan-kecenderungan pada apa yang oleh Herman Kahn disebut sebagai
budaya inderawi (yaitu yang bersifat empiris, duniawi, sekuler, humanistik,
pragmatis, utilitarian, da(i). Krisis ilmu pengetahuan menurut Herman Soewardi
Menurut Herman Soewardi memberikan gambaran tentang krisis global
pada penghujung abad ke 20 ini, kelanjutan kebudayaan Barat sekuler
menjadi teka-teki : apakah akan marak atau sebaliknya (mundur)?
Dikatakan marak, kita menghadapi globalisasi nilai Barat sekuler dan
ekonomi pasar bebas. Namun di lain pihak, dalam kebudayaan Barat mulai
pula timbul penguatan humanisme, lebih gencarnya spiritualisme dan last but
not least timbulnya the crisis of modern science
.
Menurut pandangan saya, memang ilmu sekuler Barat yang berlandaskan
rasionalisme dan empirisme telah membawa umat manusia ke arah yang salah.
Ilmu Barat sekuler telah menjurus ke alur yang salah karena lebih banyak merusak
dibandingkan manfaatnya. Sains (dan teknologi) Barat di satu sisi telah banyak
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat baik dalam bidang teknologi kedokteran,
komunikasi, transportasi, industri, dan lain-lain. Akan tetapi di sisi lain ilmu Barat
telah menimbulkan kerusakan-kerusakan yang cukup besar seperti penciptaan
nuklir yang dapat menghancurkan manusia, banyaknya alat transportasi yang
mengakibatkan polusi dan menipiskan lapisan ozon, dan banyaknya limbah-limbah
industri yang dapat menghancurkan perekonomian masyarakat pertanian. Semua
itu terjadi, dikarenakan ilmu (teknologi) Barat mengandalkan nalarnya atau kekuatan
akal manusia yang bersifat terbatas dan juga sangat kental dengan sifat-sifatnya
yang sekuler, positivisme, netral etis dan menjunjung tinggi hukum-hukum kausalitas
(nomotetikal), dan ia tidak menghiraukan atau mengindahkan ilmu-ilmu yang bersifat
transcedental (ilmu yang didasarkan atas kebenaran-kebenaran illahiah yang
bersifat absolut (mutlak). Dengan demikian penemuan-penemuan dalam bidang
sains, tergantung bagaimana manusia menggunakan dan memanfaatkannya. Jika
penemuan itu benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia, maka
akan terlihat sisi positifnya. Dan sebaliknya, jika penemuan itu disalahgunakan
untuk popularitas, kepentingan pribadi atau golongan, dan ketamakan, maka akan
timbul sisi negatifnya.

4
2. Berpikir merupakan kelengkapan manusia untuk memperoleh
sains dan dan mengembngkannya yang mengambil contoh dalam bidang ilmu
masing – masing Beberapa pendapat mengenai perkembangan ilmu (sains) dan
filsafat ilmu: Jawaban : 1. Persamaan dan Perbedaan berpikir filsafati dan berpikir
ilmiah. a. Persamaan : § Filsafat dan ilmu mencari rumusan yang sebaik-baiknya,
menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya. § Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya. §
Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan. § Keduanya mempunyai metode dan system § Keduanya hendak
memberikan penjelasan tentang kenyataan, seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektivitas), akan pengetahuan yang mendasar. Contoh : Misalkan, kita berbicara
mengenai kasus Poligami yang dilakukan oleh A.A Gym. Awalnya filsafat mencari
apa sebutan dari perbuatan kawin lebih dari satu? Bagaimana seharusnya ikatan
perkawinan itu dan bagaimana poligami bisa terjadi? Kenapa dan untuk apa
poligami? Setelah filsafat memberikan jawabannya mengenai poligami. Maka ilmu
mengambil alih, dijelaskanlah masalah poligami melalui teori-teori atau norma-
norma atau kaidah-kaidah dan ajaran agama serta ilmu-ilmu sosial lainnya. konsep
terbentuk dalam proses berpikir aktivitas pikiran berlangsung bersamaan dengan
aktivitas indra pengalaman indra empirik. Sedangkan berdasarkan data psikoloik
dan data empirik yang mengandung sifat tidak benar dan tidak salah atau sesuatu
yang abstrak misalnya kata yang berlandaskan asas- asas pemikiran. Sedangkan
proposisi terbentuk bersamaan dengan terbentuknya konsep yang tak perna
berdiri sendiri misalnya konsep yang satu menerangkan atau mengingkari satu
predikat kekonsep yang lain menjadi subyakproposisi mengandung sifat benar atau
salah yang menjadi satu pengakuan misalnya pada fakta, diverivikasi secara
empirik dan diuji kebenarannya. Penalaran Proposisi Penalaran adalah suatu
proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Penalaran ada dua:
yaitu Penalaran Langsung Penalaran tidak langsung
Penalaran merupakan proses penyimpulan yang menghasilkan kesimpulan
berupa proposis baru yang sebelumnya belum diketahui yang dianggap benar
sehingga dibuktikan untuk menjadi dasar penyimpulan sehingga penalaran meliputi
a) mencari proosisi untuk menjadi premis. B) menilai hubungan diantara proposisi
sebagai premis dengan kaidah tertentu. C) menentukan konklusinya penyimpulan
yang sederhana hanya menilai hubungan proposisi premisnya yang mengandung
pengertian yang logis atau tidak logis.

5
Proposis A sebagai Obverten menjadi proposisi E sebagai obvers adalah
semua mahluk adalah fana, semua mahluk tidak non fana. Dan proposisi E
sebagai obverten menjadi proposisi A sebagai obvers adalah semua cendekiawan
tidak buta huruf, semua cendekiawan adalah orang non buta huruf. Sedangkan
proposisi I sebagai obverten menjadi proposisis O sebagai obvers adalah
sebagian artis adalah orang mata keranjang, sebagian artis adalah orang non mata
keranjang. Serta proposisi O adalah sebagai obverten menjadi proposisi I sebagai
obvers adalah sebagian mahasiswa tidak merokok dan sebagian mahasisiwa
adalah orang non merokok.
Penalaran deduktif langsung menghasilkan konklusi yang disimpulkan dari suatu
premis berdasarkan hubungan antara logika antara dua proporsi Dengan mengambil
contoh dalam cabang/bidang ilmu yang menjadi kajian atau perhatian anda, tuliskan
paling sedikit tiga buah yang berbeda jenis atau variasi (kalau ada) mengenai:
(a). konsep (pengertian)
(b). proposisi (pernyataan)
( i ). Proposisi Kategorik
( ii ). Proposisi kondisional/hipotetik
(c). Penalaran deduktif langsung:
( i ). Oposisi (perlawanan)
( ii ). Konversi (pembalikan)
( iii ). Obversi
(d). Penalaran deduktif tak langsung (silogisme):
( i ). Silogisme kategorik, baik sebagai silogisme maupun sebagai
proposisi hipotetik
( ii ). Silogisme kondisional/hipotetik

Deduktif adalah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan
yang umum yang abstrak menyimpulkan hal yang bersifat khusus dan individual.
Contoh : ilmu deduktif matematika sedangkan ilmu induktif adalah bertolak belakang
dari ilmu deduktif yakni dari khusus menjadi umum dan abstrak.
- Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften
- Ilmu-ilmu empiris secara lebih khusus
a. Konsep (pengertian) :
a. break even point = titik impas = tidak untung tidak rugi
b. pendapatan = keuntungan
c. input = faktor produksi = masukan

6
b. Proposisi (pernyataan)
(i) proposisi kategorik
a. wortel itu komoditas sayuran
b. tidak semua hewan menyusui (tidak semua hewan adalah hewan
menyusui)
c. tidak semua petani mau mengadopsi inovasi
(ii). Proposisi kondisional/hipotetik
a. kalau petani berproduksi di atas titik impas,ia pasti untung
b. kalau permintaan lebih sedikit dari penawaran, pasti terjadi kelebihan
penawaran
c. kalau kurva indiferens menyinggung garis anggaran, konsumen pasti
memperoleh kepuasan maksimum.

c. Penalaran deduktif langsung


(i). Oposisi (perlawanan)
a. Ikan bersisik (ikan adalah hewan bersisik)
b. Tak seekorpun unggas memamahbiak
c. tidak semua benih padi adalah benih unggul
(ii). Konversi (pembalikkan)
a. beberapa petani adalah anggota koperasi
beberapa anggota koperasi adalah petani
b. semua petani gurem bukan pengusaha
semua pengusaha bukan petani gurem
c. sebagian petani kaya
sebagian yang kaya adalah petani
(iii). Obversi
a. sebagian tanaman menghasilkan buah
sebagian tanaman bukan tak menghasilkan buah
b. unggas dapat bertelur
unggas bukan tak dapat bertelur
c. Sebagian tanaman tidak cocok hidup di gurun
Sebagian tanaman adalah non cocok hidup di gurun
d. (i). Silogisme kategorik, baik sebagai silogisme maupun sebagai proposisi
hipotetik
a. Semua pupuk organik (M) menyuburkan tanah (P)

7
Bokashi (S) adalah pupuk organik (M)
Jadi, bokashi (S) menyuburkan tanah (P)
b. Semua petani gurem (P) adalah miskin (M)
Semua pejabat (S) adalah tak miskin (M)
Jadi, semua pejabat (S) adalah bukan petani gurem (P)
c. Semua petani (P) bekerja di sawah (M)
Semua yang bekerja di sawah (M) fisiknya kuat (S)
Jadi, sebagian yang fisiknya kuat (S) adalah petani (P)
(ii). Silogisme kondisional/hipotetik
a. Modus ponen
Jika harga barang naik, permintaan akan turun
Sekarang harga naik
Jadi,permintaan turun
b. Modus tollen
Jika petani menggunakan teknologi, produktivitas naik
Produktivitas tidak naik
Jadi, petani tak menggunakan teknologi
c. Jika terjadi inflasi, harga-harga barang naik
Sekarang terjadi inflasi
Jadi, harga-harga barang naik

Sarana berpikir ilmiah Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yakni;
a. Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau
pendapat-pendapat.
b. Bahasa logika dan matematika, merupakan dua pengetahuan yang selalu
berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika
maupun matematika lebihh mementingkan bentuk logis pernyataan-
pernyataannya mempunyai sifat yang jelas.
c. Logika dan statistika, mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk
konsep yang berlaku umum

Selanjutnya, Herman Soewardi mengemukakan bahwa, ilmu empirikal (dengan


observasi atau pengindraan sebagai landasannya) secara a priori salah, karena
tidak ada kepastian bahwa phenomena yang sudah disaring itu akan
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Selanjutnya dia mengatakan biang

8
kerok kesalahan sains terletak pada paradigma yang dianut bukan cara
mengobservasi.
Maka, di akhir abad ke -20 atau permulaan abad ke-21 ini kita harus
menghentikan kekeliruan, dan memandunya kembali kepada arah yang benar,
yaitu kita bina ilmu dengan dipandu dengan normatif dari Allah SWT, atau
naqliah memandu aqliah. Inilah ilmu Tauhidullah di bidang sains.
(ii). Hidayat Nataatmadja
Dengan menggunakan bahasa transedental dan simbolik, Hidayat
mencoba mengungkapkan makna proses berfikir, sehingga kita benar-
benar berfikir bukan sekedar meniru berfikir:
b. inti dari kemampuan berfikir adalah keelingan. Eling bukan bikinan
manusia melainkan manifestasi kepribadian manusia. Isi dari
keelingan adalah iman, taqwa dan tauhid yang bisa kita alami melalui
ritus sembahyang
c. janganlah dipakai ”indera keempat” melalui pengendalian otak. Justru
otak dalam arti digital harus ”dihilangkan” agar kita secara murni
mengalami apa arti iman, taqwa, dan tauhid
d. tapi sering karena itu orang yang bisa mencapai keelingan ternyata
tidak bisa menggunakan mekanisme digital dengan baik. Karena itu
sering terjadi paradox; yang eling tidak bisa berfikir dan yang ”berfikir”
tidak bisa eling
e. berfikir dalam arti yang hak, berfikir kreatif adalah menjalankan wahana
digital otak pada dasar keelingan. Itulah definisi mengenai berfikir.
Secara simbolik dapat juga kita katakan bahwa berfikir itu merupakan
karsa penaklukan sang subyek untuk melarut ke dalam persepsi
kedirian si subyek dalam bentuk komponen-komponen digital. Dengan
cinta dalam arti rahman rahim itulah manusia bisa berfikir. Itulah
artinya manusia berfikir karena Allah bukan karena hal yang bersifat
materi.
(iv). Donny Gahral Adian
Donny Gahral Adian, menyimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan dan
teknologi nyata-nyata merupakan pedang bermata dua. Selain
menghasilkan kemajuan peradaban yang demikian pesat, ilmu
pengetahuan dan teknologi juga memunculkan banyak persoalan etis.
Pencemaran lingkungan, aborsi, eutanasia, dan kloning adalah anak
kandung teknologi yang seakan lepas dari pertimbangan etis. Ini

9
disebabkan sejak awal perkembangannya, ilmu pengetahuan sudah
memproklamirkan dirinya sebagai bebas nilai. Etika diletakkan dalam
domain yang berbeda untuk mengurusi persoalan yang berbeda. Ilmu
pengetahuan mengurusi fakta-fakta sedangkan etika menggarap norma.
Keringnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari nilai-nilai moral
mengundang kritikan dari banyak kalangan khususnya para filosof moral.
Mereka merasa perlu ada pertimbangan moral terhadap laju ilmu
pengetahuan-teknologi yang seakan tanpa batas

3. a) Konversi atau pembalikan menukar posisi termasuk subyek


termasuk predikat suatu proposisi asal kata konverten masing- masing menjadi
predikat dan subyek proposisi baru
a. Konversi: (S jadi P; P jadi S) = SP → PS
a. E tetap E (ekuivalen): benar tetap
benar.
Semua perawat gigi bukan dokter (konvertend).
Jadi, semua dokter bukan perawat gigi (konverse).
b. I tetap I (ekuivalen): benar tetap
benar.
Beberapa perawat gigi adalah tenaga paramedis (konvertend).
Jadi, beberapa tenaga paramedis adalah perawat gigi (konverse).
c. A benar kalau berubah jadi I (tidak
ekuivalen jadi ekuivalen): Semua perawat gigi adalah tenaga
paramedis.
Jadi, sebagian tenaga paramedis adalah perawat gigi (konverse).
d. O tidak dapat dikonversi:
Sebagian manusia bukan dokter (konvertend). Jadi, sebagian dokter
bukan manusia (SALAH) = tidak ada konverse.
Konversi (Pembalikan)
Konversi posisi subjek dan predikat suatu proposisi.
Subjek dan predikat proposisi asal = konverten.
Masing-masing menjadi subjek dan predikat proposisi baru = konverse (S
= P) → (P = S).
Hanya pada proposisi A, E, dan I.

10
b. Proposisi E dikonversikan tetap proposisi E:
Semua yang shaleh bukan pencuri (konverten, E).
Semua pencuri bukan (orang) yang shaleh (konverse, E).
c. Proposisi I dikonversikan tetap proposisi I:
Sebagian cendekiawan (adalah orang yang) boros (konverten, I).
Sebagian yang boros adalah cendekiawan (Konverse, I).
d. Proposisi A dikonversikan (terbatas) menjadi proposisi I:
Semua kuda adalah binatang (konverten, A).
Sebagian binatang adalah kuda (konverse, I).
Proposisi O tidak dapat dikonversikan
Konvensi sederhana kenverten berupa proposisi E yang benar sebagai premis,
konvers sebagai proposisi E yang benar sebagai konkulasi misalnya semua ayam
bukan tikus , jadi semua tikus bukan ayam. Konversi sederhana berupa
konverten proposisi I yang benar sebagai premis konvers berupa proposis I
yang benar sebagai konklusi seerti beberapa pejabat adalah orang jujur, jadi
beberapa orang jujur adalah pejabat Konverten sederhana terbatas
konverten berupa proposisi O yang benar jika sebagai premis, konvers
merupakan proposisi yang salah, tak dapat digunakan untuk penalaran
misalnya bagian binatang bukan gajah, jadi sebagian gajah bukan binatang.
3b. Obversi/Negasi Ganda (pada Proposisi A, E, I, O)
Mengubah kualitas dan mengganti predikat dengan komplemennya suatu
proposisi. Proposisi positif menjadi proposisi negatif dan sebaliknya, predikat
P diganti dengan non-P (= komplemen P) dan sebaliknya (S = P) → (S ≠
non-P), (S ≠ P) → (S = non-P).
a) Proposisi A menjadi proposisi E
i. Semua mahasiswa adalah orang intelek.
Tidak ada mahasiswa orang non-intelek.
ii. Semua makhluk adalah fana.
Semua makhluk bukan non-fana.
iii. Api dapat membakar.
Api bukan tidak dapat membakar.
iv. Manusia adalah makhluk berpikir.
Manusia bukan non-makhluk berpikir.

11
b) Proposisi I menjadi proposisi O
i. Sebagian artis mata keranjang.
Sebagian artis bukan tidak mata keranjang.
ii. Sebagian mahasiswa curang.
Sebagian mahasiswa bukan non-curang.
c) Proposisi E menjadi proposisi A
i. Semua cendekiawan tidak buta huruf.
Semua cendekiawan adalah non-buta huruf.
ii. Semua harimau bukan pemakan rumput.
Semua harimau adalah non-pemakan rumput.
d) Proposisi O menjadi proposisi I
i. Sebagian manusia tidak suka merokok.
Sebagian manusia adalah non-suka merokok.
ii. Sebagian cendekiawan tidak pandai bicara.
Sebagian cendekiawan adalah non pandai bicara.
iii. Kebanyakan orang shaleh tidak hidup hingga tua.
Kebanyakan orang shaleh adalah non-hidup hingga tua.
iv. Hasan bukan pemberani. Hasan adalah non-
pemberani
3c. Proposisi A dikontraposisikan tetap proposisi A:
Semua binatang adalah fana (kontraponen/obverten, A).
Semua binatang bukan non-fana (obverse, E).
Semua yang non-fana bukan binatang (konverse, E).
Semua yang non-fana adalah non-binatang (obverse/kontrapositif, A)
Proposisi O dikontraposisikan tetap proposisi O:
Sebagian pegawai tidak jujur (kontraponen/obverten, O).
Sebagian pegawai adalah non-jujur (obverse, I).
Sebagian yang non-jujur adalah pegawai (konverse, I).
Sebagian yang non-jujur bukan non-pegawai obverse/kontrapositif, O).
Proposisi E dikontraposisikan (terbatas) jadi proposisi O:
Semua logam bukan kayu (kontraponen/obverten, E).
Semua logam adalah non-kayu (obverse, A).
Semua non-logam adalah kayu (konverse, I).

12
Sebagian non-kayu bukan non-logam (obverse/kontrapositif, O).

3d. Inversi
Mengganti subjek dan predikat dengan masing-masing komplemennya
suatu proposisi.
Subjek dan predikat proposisi asal (= inverten) masing-masing menjadi
non-subjek dan non-predikat proposisi baru (= inverse).
(S = P) → (non-S = non-P).
Hanya pada proposisi A dan E.
Inversi dilaksanakan dengan obversi dan konversi bergantian berulang-
ulang.
a) Proposisi A diinversikan menjadi proposisi I:
Inversi dimulai dengan obversi:
Semua emas adalah logam (inverten/obverten, A).
Semua emas bukan non-logam (obverse, E).
Semua non-logam bukan emas (konverse, E).
Semua non-logam adalah non-emas (konverse/inverse, I).
b) Proposisi E diinversikan menjadi proposisi O:
Inverse dimulai dengan konversi:
Semua kambing bukan burung (inverten/konverten, E).
Semua burung bukan kambing (konverse, E).
Semua burung adalah non-kambing (obverse, A).
Sebagian non-kambing adalah burung (konverse, I).
Sebagian non-kambing bukan non-burung (obverse/inverse, O).
c) Proposisi I tidak dapat diinversikan:
Tidak dapat dikonversikan setelah obversi.
d) Proposisi O tidak dapat diinversikan: Dapat dikonversikan setelah
obversi, tetapi tidak dapat dikonversikan lagi.

=================/////////==============================

13

Anda mungkin juga menyukai