Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN EUGENETIKA
Eugenetika adalah filosofi sosial yang berarti "memperbaiki" ras manusia dengan
membuang orang-orang berpenyakit dan cacat serta memperbanyak individu sehat .
Menurut

teori

eugenetika,

ras

manusia bisa diperbaiki dengan meniru


cara bagaimana hewan berkualitas baik
dihasilkan melalui perkawinan hewan
yang sehat. Sedangkan hewan cacat dan
berpenyakit dimusnahkan.
Eugenetika diumpamakan sebuah
pohon

yang

varietas

dari

mempersatukan
berbagai

sebuah

hal

yang

mempengaruhi terciptanya manusia yang


berkualitas unggul .

B. SEJARAH EUGENETIKA
Teori eugenika muncul di pertengahan awal abad ke-20. Seperti telah diduga, yang
memunculkan program eugenika adalah para
Darwinis. Para pemuka pergerakan eugenika di
Inggris adalah sepupu Charles Darwin, Francis
Galton, dan anaknya Leonard Darwin. Telah
jelas bahwa gagasan eugenika merupakan akibat
alamiah

Darwinisme.

Bahkan,

kebenaran

tentang eugenika ini mendapatkan tempat


istimewa dalam berbagai penerbitan yang
mendukung

eugenika,

Eugenika

adalah

pengaturan mandiri evolusi manusia, bunyi


salah satu tulisan tersebut.
Kenneth Ludmerer,

ahli

sejarah

kedokteran

di

Washington

University,

mengemukakan bahwa gagasan eugenika seusia dengan gagasan Republik Plato, tapi ia
1

juga menambahkan bahwa Darwinisme merupakan penyebab munculnya ketertarikan


terhadap gagasan eugenika di abad ke-19: pemikiran eugenika modern muncul hanya
pada abad ke-19. Adanya ketertarikan terhadap eugenika selama abad itu disebabkan
oleh banyak hal. Di antara yang terpenting adalah teori evolusi, sebab gagasan Francis
Galton tentang eugenika dan dialah yang menciptakan istilah eugenika adalah akibat
logis langsung dari doktrin ilmiah yang dikemukakan sepupunya, Charles Darwin.47
Di Jerman, orang pertama yang terpengaruh dan kemudian menyebarkan teori
eugenika adalah ahli biologi evolusionis terkenal Ernst Haeckel. Haeckel adalah teman
dekat sekaligus pendukung Darwin. Untuk mendukung teori evolusi, ia mengemukakan
teori rekapitulasi, yang menyatakan bahwa embrio dari berbagai makhluk hidup
menyerupai satu sama lain. Di kemudian hari diketahui ternyata Haeckel telah
memalsukan data ketika memunculkan pendapatnya ini.
Selain membuat pemalsuan ilmiah, Haeckel juga menyebarkan propaganda
eugenika. Ia menyarankan agar bayi cacat yang baru lahir segera dibunuh karena hal ini
akan mempercepat evolusi pada masyarakat manusia. Ia bahkan melangkah lebih jauh
dengan mengatakan para penderita lepra dan kanker serta yang berpenyakit mental harus
dibunuh dengan tanpa ada masalah, sebab jika tidak, mereka akan membebani
masyarakat dan memperlambat evolusi. Peneliti Amerika George Stein berkesimpulan
tentang dukungan buta Haeckel terhadap teori evolusi dalam artikelnya di
majalah American Scientist sebagai berikut : [Haeckel] berpendapat bahwa Darwin
benarmanusia, tanpa perlu dipertanyakan lagi, berevolusi dari dunia hewan.
Demikianlah, dari sini langkah maut telah diambil saat Haeckel pertama kali
mengemukakan Darwinisme ke seluruh penjuru Jerman, keberadaan manusia secara
sosial dan politik dikendalikan oleh hukum-hukum evolusi, seleksi alam, dan biologi,
sebagaimana dikemukakan secara jelas oleh Darwin. Untuk berpendapat sebaliknya
adalah pandangan takhayyul yang ketinggalan zaman.
Puncak dari penyalahgunaan eugenika yaitu pelaksanaan ideologi pemurnian ras
yang dijalankan rezim NSDAP di bawah kendali pemimpinnya , Adolf Hitler .
Di era kepemimpinan Hitler (1934-1945) , keinginan merealisasikan slogan
Deutschland uber Alles yang secara umum dapat ditafsirkan sebagai pernyataan
keunggulan bangsa Jerman atas bangsa-bangsa lainnya di dunia itu telah melahirkan
konsep pemurnian ras Arya (etnis Jerman kulit putih -pen.) dengan memfasilitasi
perkawinan internal dan upaya memusnahkan ras-ras lain, khususnya Yahudi, yang
dianggap tidak unggul. Selanjutnya sejarah pun mencatat sebuah pembantaian ras besar2

besaran yang dilakukan secara sistematis dengan dukungan penuh dari rezim yang
berkuasa. Bahkan rangkaian penelitian besar-besaran yang menggunakan manusia sebagai
bahan percobaan pun berlangsung atas nama pemurnian gen unggul. Para kelinci
percobaan yang sudah tak berguna lagi langsung dikirim ke kamar gas untuk menjemput
ajal.
Selesaikah episode pembantaian ras pasca kematian Hitler? Penulis Michael
Crichton (2004) menulis dalam lampiran karyanya State Of Fear ,sebuah novel bergenre
fiksi namun sarat dengan kajian referensi ilmiah bahkan data penelitian yang nyata, bahwa
gagasan mengisi bumi ini hanya dengan manusia-manusia yang secara genetis berkualitas
unggul ternyata bukan monopoli diktator legendaris asal Jerman itu saja.
Francis Galton, ilmuwan terpandang asal Inggris, yang mengemukakan teori
bahwa dunia memerlukan semacam kumpulan gen manusia unggulan yang akan
menyelamatkan peradaban manusia dari kehancuran. Selanjutnya Galton juga menyatakan
kalau tingkat perkembangan ras manusia berkualitas bagus jauh lebih rendah ketimbang
manusia yang berkualitas buruk seperti orang asing, imigran, Yahudi, dan segala tipe
manusia yang dinilai jelek kondisi fisik maupun kecerdasannya. Teori ini kemudian
dikenal dengan sebutan Eugenika.
Tak dinyana hipotesis yang sangat spekulatif itu mendapat sambutan luar biasa
hangat terutama dari kalangan warga Amerika yang sok ilmiah,dan mereka yang sama
sekali tak tertarik pada sains namun amat risau dengan berdatangannya imigran dari
kalangan ras rendah yang mereka nilai sebagai hama peradaban yang berasal dari
ledakan populasi manusia tolol. Mereka kuatir keunggulan ras mereka jadi tercemar
akibat membanjirnya para imigran itu.
Maka

berbagai

cara

untuk

mendeteksi

inferioritas

genetik

pun

mulai

dikembangkan yang ujung-ujungnya tetap saja memasukkan semua ras berwarna dan
orang-orang yang mengalami kekurangan fisik maupun mental sebagai kelompok yang
harus dimusnahkan dari muka bumi dengan cara menerapkan sterilisasi atau mengisolasi
mereka ke lembaga-lembaga tertentu agar perkembang-biakan bisa ditekan.
Mirisnya teori gila itu perlahan mendapat tempat pula di kalangan elit seperti
presiden Theodore Roosevelt yang berujar,Masyarakat tak sudi membiarkan manusia
3

lemah bereproduksi. Bahkan bapak pemuliaan tanaman, Luther Burbank, dengan garang
menyatakan,Jangan biarkan kriminal dan mausia lemah berkembang biak!. Sastrawan
terkemuka George Bernard Shaw juga terang-terangan mendukung eugenika sebagai ilmu
yang dapat menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.
Maka jangan heran bila kemudian praktek-praktek rasisme berkedok penelitian
ilmiah pun berlangsung marak dengan dukungan penuh rezim penguasa, semacam kopas
dengan sedikit improvisasi dari gaya Hitler serta kucuran dana nyaris tanpa batas dari
donatur sekelas Yayasan Carnegie dan Yayasan Rockefeller. Uang dan kekuasaan memang
komoditas yang menggiurkan, termasuk bagi para peneliti. Lantas seberapa tinggi
keabsahan hasil penelitian yang jelas-jelas ditunggangi motif yang sangat bertentangan
dengan kaidah dasar sains yang bermuara pada mencari jawaban atas sebuah permasalahan
sekaligus memberikan solusinya secara tepat dan obyektif itu?
Pada skala kecil, banyak para peneliti di perusahaan farmasi yang sengaja
menyembunyikan dari publik data efek negatif dari uji coba obat-obatan produksi
perusahaan agar produk itu bisa lolos dilempar ke pasaran. Di level yang lebih tinggi, para
ilmuwan pakar persenjataan kimia dan pakar-pakar bidang lainnya bersikap serupa demi
menjaga nama baik rezim penguasa. Banyak hal mengerikan terjadi akibat persekongkolan
ilmiah ini, khususnya seputar Teori Eugenika ini.
Crichton (2004) mencatat bahwa laboratorium canggih yang dibangun khusus oleh
pemerintah AS di Cold Springs Harbor dan penelitian intensif yang digalakkan di berbagai
universitas menunjukkan bahwa Teori Eugenika sama sekali tidak memiliki landasan
ilmiah. Apalagi definisi gen lemah ternyata sangat kabur karena itu bisa saja berarti
miskin, buta huruf, atau epilepsi. Dukungan luas terhadap teori tersebut sebenarnya lebih
didasari pada ketidak-sukaan orang kulit putih terhadap derasnya arus imigran ke negara
mereka dan ketidak-nyamanan akibat masuknya orang-orang yang tidak disukai ke dalam
teritori mereka. Ironisnya pendirian lembaga-lembaga penelitian Eugenika di Amerika dan
Jerman berlangsung mulus nyaris tanpa hambatan berarti.
Jadi selain tentara dan senjata yang tercatat menjadi mesin pembantai massal di
Nanking ( 1937), Kiev (1941), Sabra-Shatila (1982), Rwanda (1994), Srebrenica (2007),
dan deretan genosida lainnya; ternyata rezim pemerintah yang bertekad melestarikan

kekuasaan dengan isu eugenika juga bisa memperalat para peneliti yang menempatkan
kucuran dana bagi penelitian tercinta mereka jauh di atas kemanusiaan.
Pada abad ke-20, banyak negara melakukan berbagai kebijakan eugenika dengan
berbagai

cara,

seperti

pemaksaan aborsi, genosida,

pengendalian

kelahiran,

pengamatan genetika, dan pelarangan menikah.

C. PANDANGAN HUKUM DI INDONESIA TERHADAP EUGENETIKA

Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa


"Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selamalamanya 12 tahun".
Berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP seharusnya dokter menolak melakukan
tindakan untuk menghilangkan nyawa, sekalipun keluarga pasien menghendaki.

Pasal 345 yang berbunyi


Barangsiapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu, atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana
palinglama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri

Konstitusi kita yakni UUD 1945 melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal
28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

D. PERKEMBANGAN EUGENETIKA
Pada perkembangannya eugenika kemudian dikelompokan menjadi dua kategori :

Eugenika positif
yakni menganjurkan individu-individu yang secara genetis unggul untuk bereproduksi
lebih banyak.

Eugenika negatif
yakni upaya mencegah kelahiran anak dengan sifatsifat genetis yang tidak baik atau
tidak sehat.
5

E. PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP EUGENETIKA


praktek eugenetika sebagai bentuk usaha dalam mencegah lahirnya bayi yang cacat,
pada dasarnya memeiliki hukum yang sama dalam masalah abortus ataupun menstrual
regulation. Karena pembunuhan terhadap makhluk ciptaan Allah, baik yang telah lahir
ataupun yang masih dalam kandugan, merupakan perbuatan zalim atau penganiyaan,
karena setiap makhluk memiliki hak untuk menikmati kehidupan. Dalil yang sama
dijelaskan Allah dalam QS. al-Anm : 151 dan QS. al-Isra: 33
QS. al-Anm : 151



...
...
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.
QS. al-Isra: 33


...

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara).

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Eugenika
http://vinsen-sabu.blogspot.com/2011_11_01_archive.html

http://santribisa.blogspot.com/2011/09/teori-eugenika-didasarkan-pada-gagasan.html
http://chandrayuliasman.blogspot.com/2013/06/fiqh-kontemporer-abortus-menstrual.html
http://www.slideshare.net/AprinsyaPanjaitan/aspek-medis-dan-hukum-euthanasia
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2235/pengaturan-euthanasia-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai