MAKHLUK MANUSIA
Antropologi Budaya karya I Gede A.B. Wiranata, S.H.,M.H.
Oleh
NI PUTU IKA ARMITHA PRATIWI
202110121047
46 A1
Identitas Buku
Judul Buku : Antropologi Budaya
Penulis : I Gede A.B. Wiranata, S.H., M.H.
Penerbit : PT. Citra Aditya Bakti
Jumlah Halaman : 182 halaman
25 Halaman Resume (BAB II)
Tahun Terbit : 2002
BAB II
MAKHLUK MANUSIA
Makhluk manusia, menjadi sarana kajian ilmu antropologi selain prilaku budayanya.
Dari sudut biologi, ia merupakan salah satu makhluk di antara lebih dari sejuta makhluk
lain termasuk di dalamnya makhluk yang pernah atau masih mendiami muka bumi ini.
Kajian tentang evolusi primat dan makhluk manusia khususnya diawali dari konsep
berfikir evolusi masyarakat pada masa fase ke-II dalam perkembangan ilmu antropologi.
Pada masa itu, antropologi menjadi ilmu yang bersifat akademik, yaitu:
“Mempelajari manusia dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah
penyebaran kebudayaan manusia”
Proses evolusi sebagaimana dikemukakan Ariyono Suyono (1985) adalah:
“Suatu proses perkembangan yang berjalan secara lambat dari bentuk atau wujud
yang sederhana menjadi lebih sempurna atau lebih rumit”
Harsoyo dengan mengutip Morgan (1984) merumuskan batasan tentang evolusi organik
sebagai berikut:
“Organic Evolution means, that animals and plants at present living on earth have
descended from other in the past, and that in the course of time process of
diverergence has taken place”
Grolier Encyclopedia (2020) menyatakan evolusi sebagai suatu proses:
“Evolution is the process by which all living this things have aeveloped from
primitive organisms through changes occurring over billions of year, a progression
that includes the most advanced animals and plants. Exactly how evolution occurs is
still a matter of debate, but that it occurs is a scientific fact. Biologists agree that all
living things arose through a long history of changes shaped bt physical and
chemical processes that are skill taking place. It is plausible that all organisms can
be traced back to the origin of life from inanimate matter”
Salah satu penekun kajian evolusi yaitu Charles Darwin (1802-1889) cucu dari
Erasmus Darwin. Meskipun Darwin bukan satu-satuny ahli yang menguraikan tentang
proses evolusi, namun tonggak sejarah proses ini dapat dikatakan mulai pada dirinya. Inti
dari urian teorinya mengatakan bahwa bentuk hidup tertua di muka bumi, sesungguhnya
terdiri dari makhluk-makhluk 1 (satu) sel yang sangat sederhana, seperti misalnya
protozoa. Melalui rentan waktu ratusan juta tahun lamanya kemudian timbul,
berkembang dan berketurunan yang memunculkan jenis makhluk-makhluk baru yang
semakin kompleks. Salah satu makhluk tersebut sekarang telah berkembang melalui
suatu rangkaian proses evolusi berupa makhluk primat seperti kera dan manusia.
Ilmu yang secara khusus mempelajari proses evolusi makhluk manusia adalah sub
ilmu antropologi yaitu ilmu paleoantropologi. Bahan dasar penelitiannya adalah bekas
bekas tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan yang telah membatu (fosil). Bahan ini dapat
ditemukan di dalam lapisan bumi tertentu sehingga dalam kajian ini sangat dibutuhkan
bantuan ilmu geologi yang dimana ilmu ini mengkaji mengenai bebatuan.
2. Organisme Manusia
Dalam perjalanan evolusi untuk mempertahankan kehidupan, manusia cencerung
lebih mengandalkan adaptasi kultural daripada hanya semata-mata adaptasi biologis.
Otak manusia telah berevolusi paling jauh dibandingkan dengan primat lainnya. Jadi
dengan kamampuan akalnya dapat mengatasi berbagai keterbatasan alat biologisnya.
Kemampuan mengembangkan daya cipta menghasilkan berbagai sistem yang dapat
membantu dan menyambungkan keterbatasan kemampuannya itu. Keseluruhan
sistem yang dikembangkan dan disebut kebudayaan itu, meliputi:
- Sistem perlambanganan vokal atau bahasa
- Sistem pengetahuan
- Sistem organisasi sosial
- Sistem peralatan hidup dan teknologi
- Sistem mata pencaharian hidup
- Sistem religi
- Sistem kesenian
Karakteristik fisik, baik dari populasi maupun individu sesungguhnya adalah hasil
interaksi antara gen dan lingkungannya. Oleh karena itu, gen seseorang dapat
mempengaruhi warna kulit dan lain sebagainya. Dari kesamaan dan perbedaan ini,
muncullah konsep ras yaitu suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri
tubuh yang tertentu dan mendekati kesamaan dengan suatu frekuensi yang besar.
Sepanjang sejarah pada beberapa periode lalu, muncul bahwa ras-ras tertentu juga
dianggap memiliki karakteristik ras secara khusus. Generalisasi itu tentunya tidak ada
hubungan sama sekali dengan makna biologis sesungguhnya. Tampaknya, konflik rasial
timbul karena dendam semata akibat permusuhan yang lama terpendam. Rasialis
digerakkan oleh klise-klise sosial dan jargon politik, bukan oleh pemahaman atas dasar
fakta ilmiah yang ada.