Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ANTROPOLOGI
EVOLUSI MANUSIA

Disusun oleh :
Kelompok 2
 Annisa Restika (16011006)
 Bella Sari Rafikah Duri (16011010)
 Suci Asysyura (16011112)
 Ulfa Rahmi Dwi Yanti (16011129

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016/2017

BAB I

1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Evolusi merupakan perubahan manusia dilihat dari segi ci ri-ciri
fisiknya.dipandang dari sudut biologis manusia hanya merupakan suatu
makhluk diantaralebih dari sejuta macam makhluk lain, yang pernah atau
masih menduduki alam dunia ini.
Dalam makalah ini kami mengkaji secara teoritis tentang eolusi manusia,
seiringdengan kemajuan manusia teori e volusi terus berkembang bahkan
pemahamanawal tentang evolusi berbeda dengan pemahaman tentang evolusi masa
kini.Teori itu bentuk-bentuk hidup tertua dim uka bumi ini makhluk 
makhluk berselsatu seperti protozoa.
Dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun timbul dan
berkembangnya berupa makhluk-makhluk dengan organisasi sel yang
kompleks. Terjadi percabangan seiring waktu berjalan beberapa makhluk
terdahulu menghilang dan sebagian ada hingga kini hidup bersama
makhluk-makhluk hasil percabangan yang sampai sekarang yang
jumlahnya mencapai 1 juta. Hal ini menarik untuk kita kaji lebih dalam
dengan mengetahui keanekaragaman yang ada di muka bumi ini kita akan
lebih menghargai perbedaan yang ada sehingga timbul sikap pengertian
antar makhluk tanpa memandang satu lebih tinggi dari lainnya.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana penjelasan tentang evolusi manusia?

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Defenisi Evolusi

Evolusi bisa di definisikan sebagai suatu perubahan atau


perkembangan, seperti perubahan dari sederhana menjadi kompleks.
Perubahan itu biasanya di anggap lamban laun. paradigma yang berkaitan
dengan konsep evolusi tersebut adalah evolusioanisme yang berarti cara
pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik
atau lebih maju dari sederhana ke kompleks (Achmad, 2005: 99).

Evolusi manusia adalah perubahan dan perkembangan manusia


dari waktu ke waktu.

Melalui sudut pandang ilmiah dan evalolusioner, berpegang pada


asumsi bahwa manusia mewakili tahap-tahap dalam evolusi kehidupan.
Evolusi biologis atau evolusi organik merupakan proses perkembangan
segala bentuk kehidupan. Teori evolusi organik mengtakan bahwa
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kita lihat sekarang ini adalah
keturunan dari nenek moyang yang keadaanya lebih sederhana. Nenek
moyang itu merupakan keturunan nenek moyang mereka yang jauh lebih
sederhana, yang hidup beberapa juta tahun sebelumnya kehidupan. Pada
umumnya teori ini mengatakan bahwa kehidupan berasal dari sederhana
menuju ke bentuk lebih tinggi (Bambang, 2000: 18).

B.Evolusi Primata dan Manusia


Proses percabangan mahluk primata, manusia adalah suatu jenis
makhluk primat yang telah bercabang melalui proses evolusi. Soal asal-
mula dan proses evolusi manusia serta khusus dipelajari dan di teliti oleh
sub-ilmu dari antropologi biologi, yakni ilmu paleoantropologi, yang
menggunakan fosil manusia yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi
selama berabad-abad, sebagai bahan penelitian. Namun karena manusia
merupakan suatu cabang yang termuda dari mahkluk primat pada
umumnya.

Dari hasil penelitian terakhir, mahkluk pertama dari suku primat


muncul sebagai percabangan dari mahkluk mamalia (binatang menyusui)
sekitar 70 juta tahun yang lalu, dalam paleosen tua. Mahkluk primat
induk itu kemudian bercabang lagi ke dalam berbagai sub-suku dan
infrasuku khusus, suatu proses yang juga memakan waktu lama sekali,

3
sehingga antara lain terjadi percabangan-percabangan yang masing-
masing menghasilkan keluarga kera-kera pongid (kera-kera besar) dan
keluarga hominid, yang merupakan “Nenek Moyang” manusia.

Dalam proses mahkluk evolusi makhluk hidup di perkirakan telah


terjadi sedikitnya lima proses percabangan  yang tertua terjadi sekitar 30
juta tahun yang lalu dalam kala eason akhir, yang mengevaluasi kera
gibbon. Cabang yang muncul kemudian, yaitu pada awal kala miosen
sekitar 20 juta tahun yang lalu, adalah orang utan (pongopygmeus) di
Afrika timur pada waktu itu lebih dekat pada asia selatan. Kawasan
Afrika timur pada waktu itu masih tertutup hutan rimba seperti halnya
kawasan Asia selatan sekarang dan belum berupa sabana dengan
gerombolan-gerombolan hutan di sana-sini seperti sekarang. Orang utan
adalah jenis kera yang hidup dari buah-buahan dan tinggal di pucuk
pohon-pohon yang besar dan tinggi, sehingga mereka tidak terganggu
oleh makhluk-makhluk penghuni hutan rimba lainya.

Bentuk – Bentuk Manusia tertua

Untuk menganalisis siapakah sebetulnya mahkluk pendahulu/nenek


moyang manusia, sebetulnya yang harus di temukan terlebih dahulu
adalah sejenis mahkluk yang telah kandas, yang menjadi mahkluk
penghubung yang menjebatani manusia dan mahkluk sejenis yang
sebelumnya ada.

Berikut ini beberapa fosil yang sempat di temukan dalam berbagai


ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog, baik yang berlokasi di
luar maupun wilayah Indonesia.

A.Eonthropus Dawsoni (manusia pajar)

Pada tahun 1910 di lingkungan tambang batu di Piltdown, Sussex,


inggris di temukan bagian-bagian dari tempurung dan rahang bawah
manusia yang hampir lengkap. Akan tetapi, bagian rahang fosil ini sangat
mirip dengan kera. Sesuai dengan nama penemunya, yaitu Charles
dawson.

B. Autralopithecus africanus

1924 profesor Raymond Dart dari universitas Witwatersrand di


johanesburg menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang
berbeda dengan beberapa desaiTahun ns fosil yang selama ini ditemukan.
Di duga bentuk fosil ini adalah campuran antara ciri-ciri kera dan
hominidae.

4
C.Sinanthropus pekinensis ( homo erectus cina)

Davidson black seorang ahli anatomi dari kanada.  Menemukan


beberapa buah fosil di gua yang di kenal bukit tulang naga dekat
choukoutien di sebelah barat peking. Kemudian di tempat yang sama
franz wedenreich seorang yahudi pelarian  selama 7 tahun penelitiannya
secara lengkap kemudian menemukan 14 tulang tengkorak, dan 146 gigi
dari dugaan 32 individu mahkluk purba. Selain itu ditemukan beberapa
bekas alat-alat tulang serta bekas-bekas api.

Dengan mengamati hasil temuan ini adalah suatu mengembirakan


bahwa dapat di duga mahkluk manusia masa lalu ini telah memiliki dan
mengembangkan unsur kebudayaan.

D.Homo Heidelberg

Dr. Otto Schoetensach ahli ilmu geologi, dalam penggalianya pada


tahun 1907 menemukan sebuah tulang geraham di dekat kota kecil
meuer. Meskipun rahang-nya relatif  lebih besar, berdasarkan anatomi
rahang yang di milikinya, giginya mirip gigi manusia.

E.Homo neanderthalensis

Prof. sollas dari universitas oxford di daerah gibratar tahun 1848


menemukan sebuah tengkorak. Sejumlah tulang tengkorak atas, tulang
lengan dan tulang kaki sejenis di temukan di sebuah gua dekat dusseldorf
di lembah Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya, temuan ini di beri
nama neanderthalensis dari mahkluk ini diduga memiliki proses evolusi
yang sangat dekat dengan keluarga manusia modern.

C.Evolusi Ciri-Ciri Biologi


Sumber ciri-ciri organisme fisik. Para ahli menjelaskan bahwa ciri
biologi itu berada di dalam “gen”, dari setiap organisme, baik bersel satu
maupun organisme mahkluk kera dan manusia yang terdiri dari beberapa
triliun sel. Pada mahkluk yang organisme-nya kompleks (misalnya kera
dan manusia), sel-sel yang membentuk tubuhnya hampir berjumlah lebih
dari 10 triliun, yang masing-masing berbeda fungsi dan tugasnya dalam
organisme. Walupun demikian, tiap sel memiliki inti yang sama. Inti sel
manusia, misalnya,  terdiri dari 46 bagian yang mirip ulat-ulat kecil yang

5
terdiri dari serat-serat  berspiral, di sebut kromoson. Pada kromoson-
kromoson inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan berbagai
macam struktur biokimia yang khas, yang menybabkan suatu ciri yang
khusus yang dimiliki organisme yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan 
seperti itulah yang di sebut dengan gen. satu gen, atau kombinasi dari
beberapa gen , mnenjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme,
sedang gen lainya penyebab dari beberapa ciri lahir. (2005: 42-43).

Mahkluk primat pendahulu manusia kira-kira satu abad yang lalu,


teka-teki mengenai nenek-moyang manusia ini di yakini dapat
terpecahkan apabila orang telah berhasil menemukan fosil-fosil dari
mahkluk yang merupakan penghubung (missing link) antara kera dan
mahkluk manusia dalam silsilah kehidupan mahkluk manusia di muka
bumi.  Dengan adanya penelitian paleoantropologi pada awal abad ke-20
ini sekarang sudah ada suatu pendirian yang kucup mantap mengenai
mahkluk induk ini. Mahkluk primat yang semula di anggab sebagai
mahkluk yang menurunkan manusia dan jenis kera besar, seperti orang
utan, gorilla dan sebagainya antara lain di temukan fosil rahang
bawahnya di saint-gaudens (perancis selatan) yang di beri nama
Drypithecus.

Di dalam sel sperma berpadu dengan sel telur, maka terbentuklah


suatu sel buah, atau zygote. Melalui proses mitosis, dari zygote itu akan
muncul seluruh tubuh organisme yang baru. Proses mitosis bagi semua
sel itu sama, kecuali pada sel gamete, yaitu sel-sel sperma pada pria dan
sel-sel telur pada wanita. Pembentukan sel-sel baru tidak terjadi melalui
pembelahan kromoson , melainkan melalui pemisahan dari ke-46
kromoson dari 23 kromoson, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang
berbeda. Saat itu merupakan saat yang sangat penting, karena jumlah gen
yang menentukan berbagai ciri organisme yang akan masuk ke dalam sel
kelamin A dan A1,  akan terjadi secara kebetulan belaka. Oleh karena itu
dapat di pahami bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara
kebetulan berada dalam sel telur yang di buahi, menjadi bahan bagi
pembetukan organisme yang baru itu. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang
kebetulan terdapat dalam dalam sel-sel kelamin itu juga tidak semua akan
tampak lahir dalam organisme yang baru, karena hanya ciri-ciri  pada 
gen yang kuat (dominan) saja yang akan tampak, sedang ciri-ciri pada
gen yang kuat (resesif), tidak. apabila misalnya, ayah mempunyai gen
untuk rambut keriting yang dominan, tetapi ibu mempunyai gen rambut
kejur resesif, maka anak akan mempunyai rambut keriting.  Dengan
demikian, anggapan popular yang mengira bahwa kalau rambut keriting
dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu, maka anak akan
mendapat keriting-kejur. Ini adalah anggapan yang salah.

6
Perubahan dalam proses keturunan. Dari uraian di atas menjadi jelas
bahwa suatu ciri berasal dari seorang nenek- moyang tertentu tidak dapat
“bercampur”. Ciri-ciri yang ada selalu tetap tersimpan di dalam gen yang
di turunkan dan di sebarkan kepada berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus
angkatan berikutnya, karena adanya kekuatan dari gen lain yang
dominan, yang menyebabkan bahwa ciri-ciri tersebut tidak muncul.
Walaupun dalam kenyataan kita melihat bahwa dalam proses
pengembangbiakannya, nenek moyang lama kelamaan memperlihatkan
perbedaan-perbedaan ciri.  

1.Perubahan Ciri Biologi dalam Proses Keturunan

Dari analisis di lakukan para ahli, munculnya bentuk mahkluk baru


adalah akibat percabangan dari bentuk mahkluk sebelumnya.
Percabangan ini secara khusus menampilkan bentuk dari organisme
sebelumnya, tumbuh dan berkembang biak sampai pada beberapa
generasi sesudahnya. Bahkan, tidak jarang muncul suatu mahkluk baru
yang secara fisik berbeda dari mahkluk lainnya (Gede, 2002: 40).

2. Proses Mutasi

Proses mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme.
Suatu kondisi penerusan keturunan yang telah berabad-abad lamanya,
dalam penerusan keturunannya terbentuk penyimpangan genetis dalam
zygote-nya. Akibatnya, individu yang kemudian lahir muncul dengan ciri
tubuh yang berbeda dengan induknya dalam proses penerusan keturunan
selanjudnya, mahkluk baru ini beranak-anak sehingga yang kemudian
berkembang adalah mahkluk baru dengan ciri-ciri yang telah berubah
dengan induknya.

3. Proses Seleksi Alamiah dan Adaptasi

Dalam frekuensi gen dengan sifat-sifat yang merugikan atau kurang


dapat menyesuaikan diri menjadi lebih kecil dan frekuensi gen dengan
sifat-sifat adaptif akan bertambah besar. Dari waktu ke waktu individu
yang tidak bertahan akan semangkin berkurang jumlahnya, bahkan ada
kecendrungan akan punah. Populasi yang tidak punah biasanya menjadi
lebih cocok dengan lingkungannya. Mahkluk yang dapat bertahan hidup
dialah yang mampu melahirkan keturunannya dan memperkembangkan

7
jenisnya. Akibatnya, individu generasi berikutnya bertahan dengan ciri
spesies yang baru.

4. Proses Menghilangkan Gen Secara Kebetulan

Proses menghilangkannya gen secara kebetulan juga dikenal dengan


proses penyimpangan genetis. Proses ini terjadi pada suatu mahkluk dan
memang benar-benar secara kebetulan belaka (random genetic driff).
Peristiwa ini sering muncul dalam rangka sejarah politik migrasi suatu
bangsa. Misalnya berkumpulnya orang-orang berambut lurus, tetapi
pembawa sifat rambut keriting. Dalam perkembangan selanjudnya akibat
sebagian anggota masyarakatnya tercerai-berai, tidak ada kelompok
berambut keriting atau pembawa sifat rambut keriting. Akhirnya
penerusan keturunan hanya berlangsung dalam kelompok manusia
berambut lurus. Dalam beberapa generasi sifat rambut kerintingnya akan
musnah dan akan muncul rambut lurus tanpa pembawa sifat rambut
keriting sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi jilid 1. JAKARTA: Rineka Cipta.

8
9

Anda mungkin juga menyukai