Anda di halaman 1dari 6

Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.

) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,


Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) YANG
DIPEROLEH DARI DAERAH UBUD, KABUPATEN GIANYAR, BALI

Mahatriny, N. N.1, Payani, N. P. S. 1, Oka, I. B. M. 2, Astuti, K. W. 1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Korespondensi: Ni Nyoman Mahatriny


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837
Email: nyomanmahatriny@gmail.com

ABSTRAK

Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas farmakologi sebagai
antelmintik, antimalaria, antibakteri, dan antiinflamasi. Aktivitas tersebut diduga disebabkan oleh
kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak. Faktor-faktor lingkungan memilliki pengaruh terhadap
metabolit sekunder yang terdapat di dalam suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar air dan kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)
yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali berdasarkan uji skrining fitokimia.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu ekstraksi dengan maserasi mengunakan etanol
96%, penetapan kadar air ekstrak, dan skrining fitokimia. Uji skrining fitokimia yang dilakukan meliputi
identifikasi minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid, glikosida, saponin, dan tanin. Hasil
penetapan kadar air menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki kadar
air sebesar 9,408 ± 0,761%. Hasil skrining fitokimia yang diperoleh berupa data kandungan kimia dari
ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang diperoleh dari daerah
Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, dan tanin.

Kata Kunci: Daun pepaya, ekstrak etanol, skrining fitokimia.

1. PENDAHULUAN glukosinolat yang disebut benzil isotiosianat.


Indonesia merupakan negara yang kaya Daun pepaya juga mengandung mineral seperti
akan sumber tanaman obat yang secara turun- kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi,
temuruntelah digunakan sebagai ramuan obat zink, dan mangan (Milind dan Gurdita, 2011).
tradisional. Masyarakat sekarang lebih memilih Berdasarkan hasil penelitian ekstrak etanol daun
untuk back to naturewalaupun perkembangan pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin farmakologi sebagai antelmintik, antimalaria,
modern. Penggunaan obat tradisional menjadi antibakteri, dan antiinflamasi (Owoyele et al.,
pilihan utama karena efek samping obat 2008; Rehena, 2010; Bora, 2012; Nirosha dan
tradisional yang relatif kecil jika digunakan Mangalanayaki, 2013). Kandungan kimia yang
secara tepat dan tanpa penyalahgunaan terdapat dalam ekstrak etanol daun pepaya
(Krisyanella, 2009). Tanaman pepaya (Carica (Carica papaya L.) diduga berperan terhadap
papaya L.) termasuk dalam famili caricaceae aktivitas farmakologi tersebut.
telah banyak digunakan dalam pengobatan Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan
tradisional. Daun pepaya (Carica papaya L.) faktor penting dalam proses ekstraksi. Pelarut
mengandung alkaloid karpainin, karpain, yang digunakan adalah pelarut yang dapat
pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan menyari sebagian besar metabolit sekunder yang
karposid. Daun pepaya mengandung suatu terdapat dalam simplisia (Depkes RI, 2008).

8
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH, dimana C2H5 merupakan gugus


yang bersifat non polar dan OH blender. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia
merupakan gugus yang bersifat polar, sehingga daun pepaya (Carica papaya L.) ditimbang
pelarut etanol dapat menarik kandungan kimia kemudian dimaserasi dengan 5 L etanol 96%
yang bersifat polar maupun non polar. Selain itu, pada suhu kamar selama satu hari, lalu disaring.
ekstraksi dengan pelarut etanol lebih aman Kemudian ampas diremaserasi dengan 3,75 L
dibandingkan dengan pelarut metanol. etanol 96% pada suhu kamar selama satu hari,
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lalu disaring. Setelah disaring, ampas kembali
kadar air dan kandungan kimia yang terdapat di diremaserasi dengan 3,75 L etanol 96% pada
dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica suhu kamar selama satu hari, lalu disaring.
papaya L.) yang diperoleh dari daerah Ubud, Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan
Kabupaten Gianyar, Bali. Penetapan kadar air dengan vaccum rotary evaporator pada suhu
bertujuan untuk mengetahui batasan maksimal 50ºC, kecepatan 70 rpm, dan tekanan 0,7 bar
atau rentang besarnya kandungan air di dalam hingga diperoleh ekstrak kental. Setelah
bahan (Azizah dan Salamah, 2013). Faktor- didapatkan ekstrak kental, kemudian ditimbang
faktor lingkungan seperti iklim, cahaya dengan timbangan analitik hasil rendemennya.
matahari, suhu udara, lingkungan atmosfer 2.3.2 Penetapan Kadar Air
(CO2, O2, dan kelembaban), lingkungan Penetapan kadar air ekstrak dilakukan
perakaran (sifat kimia dan fisika tanah), dan dengan metode gravimetri. Botol timbang
ketersediaan air di dalam tanah memiliki beserta tutup dikeringkan pada suhu 105ºC
pengaruh terhadap hasil metabolisme sekunder selama 30 menit, didinginkan dalam desikator
tanaman (Nitisapto dan Siradz, 2005). lalu ditimbang (A). Kemudian 1 gram simplisia
daun pepaya (Carica papaya L.) dimasukkan
2. BAHAN DAN METODE dan ditimbang dalam botol timbang (B), dioven
2.1 Bahan Penelitian selama 30 menit pada suhu 105ºC dengan tutup
Daun pepaya (Carica papaya L.) yang terbuka. Didinginkan dalam desikator dan
diperoleh dari kawasan Desa Peliatan Ubud, ditimbang kembali (C). Penetapan kadar air
Kabupaten Gianyar, Bali. Etanol 96% (teknis, dilakukan hingga diperoleh perbedaan sampai
Brataco), akuades (Brataco), kloroform (teknis, selisih dua penimbangan kadar air tidak lebih
Brataco), asam asetat anhidrat (p.a., Merck), dari 0,25%. Pekerjaan ini diulang sebanyak dua
H2SO4 pekat (p.a., Merck), FeCl3 (p.a., Merck), kali (Depkes RI, 1995).
HCl (Merck), aseton P (Merck), asam borat
(Merck), asam oksalat (Merck), eter P, reagensia Kadar air = B - (C - A) x100%  .(1)
Dragendorff (Medissh), reagensia Mayer B
(Medissh), reagensia Hager, reagensia Wagner.
2.3.3 Skrining Fitokimia
2.2 Alat Penelitian Pembuatan larutan uji untuk skrining
Kain flanel, kain kasa (saringan), toples fitokimia dengan konsentrasi 500 mg/50 mL.
kaca, blender (Miyako), neraca analitik (AND), a. Identifikasi Minyak Atsiri
botol timbang, cawan petri, oven (Binder), Larutan uji diteteskan sebanyak 1 tetes
vaccum rotary evaporator (Eyela), penangas air pada kertas saring lalu didiamkan pada
(IKA C-MAG HS 7), serta seperangkat alat temperatur ruangan. Pengamatan dilakukan
gelas yang lazim digunakan di laboratorium. terhadap ada atau tidaknya noda yang transparan
pada kertas saring. Hasil positif minyak atsiri
2.3 Prosedur Penelitian ditunjukkan dengan tidak adanya noda yang
2.3.1 Ekstraksi transparan pada kertas saring. Dipipet 1 mL
Daun pepaya (Carica papaya L.) dipilih larutan uji lalu diuapkan di atas cawan porselin
yang masih segar, dicuci bersih, dipotong- hingga diperoleh residu. Hasil positif minyak
potong, dan dikeringkan dengan cara diangin- atsiri ditandai dengan bau khas yang dihasilkan
anginkan, kemudian diserbuk menggunakan

9
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

oleh residu tersebut (Gunawan dan Mulyani, Larutan uji sebanyak 10 mL dikocok
2004). vertikal di dalam tabung reaksi selama 10 detik,
b. Identifikasi Alkaloid kemudian dibiarkan selama 10 detik. Saponin
Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan di ditunjukkan dengan terbentuknya busa setinggi
atas cawan porselin. Residu yang dihasilkan 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10
kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl menit. Pada penambahan 1 tetes HCl 2N busa
2N.Larutan yang diperoleh dibagi ke dalam 5 tidak hilang (Depkes RI, 1995).
tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan f. Identifikasi Tanin
dengan 3 tetes HCl 2N yang berfungsi sebagai Larutan uji sebanyak 1 mL direaksikan
blanko. Tabung kedua ditambahkan 3 tetes dengan larutan besi (III) klorida 10%, jika
pereaksi Dragendorff, tabung ketiga terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan
ditambahkan 3 tetes pereaksi Mayer, tabung menunjukkan adanya tanin (Robinson, 1991).
keempat ditambahkan 3 tetes pereaksi Hager, g. Identifikasi Glikosida
dan tabung kelima ditambahkan 3 tetes pereaksi Larutan uji sebanyak 0,1 mL diuapkan di
Wagner. Terbentuknya endapan jingga pada atas penangas air, residunya dilarutkan dengan 5
tabung kedua, endapan putih pada tabung ketiga, mL asam asetat anhidrat P. Larutan tersebut
endapan kuning pada tabung keempat, dan ditambahkan 10 tetes asam sulfat P, apabila
endapan merah kecoklatan pada tabung kelima terjadi warna biru atau hijau menunjukkan
menunjukkan adanya alkaloid (Farnsworth, adanya glikosida yang merupakan reaksi
1966). Larutan uji mengandung alkaloid jika Liebermann Burchard (Depkes RI, 1995).
sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan
menggunakan dua golongan laruan percobaan 3. HASIL
yang digunakan (Depkes RI, 1995). 3.1 Ekstraksi
c. Identifikasi Steroid/Triterpenoid Ekstrak kental yang diperoleh dari
Pemeriksaan steroid dan triterpenoid maserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak
dilakukan dengan reaksi Liebermann-Burchard. 35,2026 gram dengan rendemen ekstrak kental
Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan dalam sebesar 7,04%.
cawan penguap. Residu dilarutkan dengan 0,5
mL kloroform, kemudian ditambahkan 0,5 mL
asam asetat anhidrat. Selanjutnya ditambahkan 2 3.2 Penetapan Kadar Air
mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Ekstrak etanol daun pepaya (Carica
Terbentuk cincin kecoklatan atau violet pada papaya L.) memiliki kadar air sebesar 9,408 ±
perbatasan larutan menunjukkan adanya 0,761%.
triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru
kehijauan menunjukkan adanya sterol (Ciulei,
1984).
d. Identifikasi Flavonoid
Larutan uji sebanyak 1 mL diuapkan
hingga kering, dibasahkan residu dengan aseton
P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat
P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan
di atas penangas air dan dihindari pemanasan
berlebihan. Ditambahkan dengan 10 mL eter P.
Diamati di bawah sinar UV 366 nm, larutan
berfluoresensi kuning intensif menunjukkan
adanya flavonoid (Depkes RI, 1995).
e. Identifikasi Saponin

10
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

3.3 Skrining Fitokimia


Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Skrining Hasil Positif menurut
No. Hasil yang diperoleh Kesimpulan
Fitokimia Pustaka
Berbau khas dan tidak Tidak berbau khas dan
Minyak
1. terdapat noda pada kertas terdapat noda pada Negatif
Atsiri
saring1 kertas saring
2
Terbentuk endapan jingga Terbentuk endapan
2. Alkaloid
(Pereaksi Dragendorff) jingga
2
Terbentuk endapan putih
Terbentuk endapan putih
(Pereaksi Mayer)
2
Terbentuk endapan Terbentuk endapan Positif
kuning (Pereaksi Hager) kuning
2
Terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
merah kecoklatan
merah kecoklatan
(Pereaksi Wagner)
3
Cincin kecoklatan atau Tidak terbentuk cincin
3. Triterpen Negatif
violet kecoklatan atau violet
3 Tidak terbentuk cincin
Steroid Cincin biru kehijauan Negatif
biru kehijauan
4
Fluoresensi kuning Terdapat fluoresensi
4. Flavonoid Positif
intensif kuning intensif
4
Ada busa yang bertahan ± Tidak terbentuk busa
5. Saponin 10 menit setinggi 1-10 stabil yang bertahan Negatif
cm. selama 10 menit
5
Terbentuk warna biru tua Terbentuk warna hitam
6. Tanin Positif
atau hitam kehijauan kehijauan
4
Terbentuk warna biru
7. Glikosida Terbentuk warna hijau Positif
atau hijau
Keterangan : (1Gunawan dan Mulyani, 2004; 2Farsnworth, 1966; 3Ciulei, 1984; 4Depkes RI,
1995;5Robinson, 1991)

4. PEMBAHASAN etanol daun pepaya yang diambil dari Desa


Ekstrak etanol daun pepaya (Carica Karang Pandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa
papaya L.) telah memenuhi rentang kadar air Tengah mengandung metabolit sekunder
yang diperbolehkan untuk jenis ekstrak kental alkaloid, saponin, dan flavonoid. Menurut
yaitu antara 5-30% (Saifudin dkk., 2011). Kholifah (2007), hasil dari uji kromatografi lapis
Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) tipis menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten pepaya mengandung senyawa golongan
Gianyar, Bali positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, dan alkaloid. Hasil
flavonoid, glikosida, dan tanin. Menurut pengujian fitokimia ekstrak etanol daun pepaya
Adachukwu et.al. (2013), ekstrak etanol daun pada penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa
pepaya yang diambil dari daerah Enugu, Nigeria pustaka. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-
mengandung metabolit sekunder alkaloid, tanin, faktor lingkungan seperti iklim, cahaya
flavonoid, saponin, dan glikosida. Menurut matahari, suhu udara, lingkungan atmosfer
Nirosha dan Mangalanayaki (2013), ekstrak (CO2, O2, dan kelembaban), lingkungan
etanol daun pepaya yang diambil dari daerah perakaran (sifat kimia dan fisika tanah), dan
Thiruvarur, India mengandung metabolit ketersediaan air di dalam tanah memiliki
sekunder alkaloid, saponin, glikosida, dan pengaruh terhadap hasil metabolisme sekunder
flavonoid. Menurut Dwi Astuti (2009), ekstrak tanaman (Nitisapto dan Siradz, 2005).

11
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

Pada identifikasi flavonoid, hasil positif Ekstrak etanol daun pepaya (Carica
disebabkan oleh gugus hidroksi berkedudukan papaya L.) memiliki kadar air sebesar 9,408 ±
orto pada flavonoid yang akan memberikan 0,761%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan
fluoresensi kuning intensif pada UV 366 nm jika bahwa ekstrak etanol daun pepaya (Carica
bereaksi dengan asam borat. Namun hingga saat papaya L.) yang diperoleh dari daerah Ubud,
ini mekanisme reaksi yang terjadi antara Kabupaten Gianyar, Bali mengandung golongan
flavonoid dengan pereaksi sitroborat belum senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, dan
diketahui secara jelas (Sjahid, 2008). tanin.
Pada identifikasi tanin, perubahan warna
disebabkan oleh reaksi penambahan FeCl3 UCAPAN TERIMA KASIH
dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada Anggi Heru Pradipta selaku laboran dan
senyawa tanin. Penambahan FeCl3 menghasilkan A. A.Gede Rai Yadnya Putra selaku dosen di
warna hijau kehitaman yang menunjukkan Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
adanya tanin terkondensasi (Sangi dkk., 2008). Pengetahuan Alam Universitas Udayana atas
Pada identifikasi glikosida, perubahan bantuan, masukan, saran, dan motivasinya.
warna menjadi hijau disebabkan oleh reaksi
Liebermann-Burchard. Reaksi perubahan warna DAFTAR PUSTAKA
ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofor Adachukwu, I.P., A.O. Ogbonna, and F.U. Eze.
(gugus tak jenuh) yang disebabkan oleh absorpsi 2013. Phytochemical Analysis of Paw-Paw
panjang gelombang tertentu oleh senyawa (Carica papaya) Leaves. IJLBPR, 2(3):
organik. Senyawa organik dengan konjugasi 349-350.
yang ekstensif menyerap panjang gelombang Azizah, B., dan N. Salamah. 2013. Standarisasi
tertentu karena adanya transisi elektron sehingga Parameter Non Spesifik dan Perbandingan
warna yang diserap bukan warna yang tampak Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan
melainkan warna komplementernya (Miroslav, Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit.
1971). Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 3(1): 21-30
Pada identifikasi alkaloid diperkirakan Bora, A. M. A. B. 2012. Vermisidal dan
endapan yang terbentuk pada uji Mayer tersebut Ovisidal Ekstrak Daun Pepaya (Carica
adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada papaya L.) Terhadap Cacing Ascaris suum
pembuatan pereaksi Mayer, larutan Secara In Vitro. (Skripsi). Denpasar:
merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
akan bereaksi membentuk endapan merah Udayana, pp. 23, 24, 26, 42.
merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang Ciulei, I. 1984. Methodology for Analysis of
ditambahkan berlebih maka akan terbentuk Vegetable Drugs. Bucharest-Rumania:
kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid Chemical Industries Branch Division-
mengandung atom nitrogen yang mempunyai Industrial Operation UNIDO, pp. 11-26.
pasangan elektron bebas sehingga dapat Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
koordinat dengan ion logam (McMurry, 2004). Republik Indonesia, pp. 334, 336, 337.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia
diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan
bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium Republik Indonesia. Hal. 8-9, 10-12.
tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks Dwi, A. S. 2009. Efek Ekstrak Etanol 70% Daun
kalium-alkaloid yang mengendap. Pada uji Pepaya (Carica papaya Linn.) terhadap
alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen Aktivitas AST dan ALT pada Tikus Galur
pada alkaloid akan membentuk ikatan kovalen Wistar setelah Pemberian Obat
koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam Tuberkuosis (Isoniazid dan Rifampisin).
sehingga terbentuk endapan (Miroslav, 1971). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
5. KESIMPULAN Setia Budi, pp. 39.

12
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali (Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., Astuti, K. W.)

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Extract of Carica papaya L. IJAPBC, 2(3):
Phytochemical Screening of Plants. Journal 475.
of Pharmaceutical Sciences, 55(3): 216- Nitisapto, M., dan S. A. Siradz. 2005. Evaluasi
217. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Jahe pada Beberapa Daerah di Jawa
Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Tengah dan Jawa Timur. Jurnal Ilmu
Penerbit Penebar Swadaya. Tanah dan Lingkungan, 5(2): 15-19.
Kholifah, A.N. 2007. Uji Aktivitas Anthelmintik Owoyele, B. V., O. M. Adebukola, A. A.
Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Funmilayo, and A. O. Soladoye. 2008.
papaya L.) terhadap Ascaris suum secara Anti-inflammatory Activities of Ethanolic
In Vitro dan Profil Kromatogramnya. Extract of Carica papaya Leaves.
(Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Farmasi Inflammopharmacology, 16: 168-173.
Universitas Ahmad Dahlan, pp. ii. Rehena, J.F. 2010. Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Krisyanella, Dachriyanus, Marlina. 2009. Pepaya (Carica papaya Linn.) sebagai
Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Serta Antimalaria In Vitro. Jurnal Ilmu Dasar,
Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri dari 11(1): 96-100.
Daun Karamunting ( Rhodomyrtus Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
tomentosa (W.Ait ) Hassk. Padang: Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:
Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Penerbit ITB, pp. 152-196.
McMurry, J., dan R.C. Fay. 2004. Chemistry Saifudin, A., V. Rahayu, dan H.Y. Teruna. 2011.
Fourth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Standardisasi Bahan Obat Alam.
Inc. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Milind, P., dan Gurditta. 2011. Basketful Sangi, M., M.R.J. Runtuwene, H.E.I. Simbala,
Benefits of Papaya. IRJP, 2(7): 6-12. dan V.M.A. Makang. 2008. Analisis
Miroslav, V. 1971. Detection and Identification Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten
of Organic Compound. New York: Planum Minahasa Utara. Chem. Prog, 1(1): 47-53.
Publishing Corporation and SNTC Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi
Publisher of Technical Literatur. Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenta
Nirosha, N., dan R. Mangalanayaki. 2013. uniflora L.). (Skripsi). Surakarta:
Antibacterial Activity of Leaves and Stem Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai