Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL

“Operasi Variabel Bebas Dan Teori Sampling”

Oleh

Nam : Zahrul Mubaraq


Nim : 1757301057
Kelas : TI - 3.B
Dosen Pembimbing : Muhammad Arhami, S.Si, M.Kom

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2019/2020
LEMBARAN PENGESAHAN

1
NoPraktikum : 04/PSD/3.2/TI/2019

Judul Praktikum : Operasi Variabel Bebas & Teori

Sampling

Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2019

Nama Praktikan : Zahrul Mubaraq

NIM/ Kelas : 1757301057/ TI-2.2

Nilai :

Buketrata, 16 Oktober 2019


Pembimbing

(Muhammad Arhami, S.Si, M.Kom)


2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang pratikum................................................................................................4
1.2 Tujuan percobaan............................................................................................................4

BAB II TINJAU KEPUSTAKAAN...........................................................................................5


2.1 Operasi Sinyal Yang dibentuk dengan Variabel Bebas..................................................5
2.1.1 Time Shifting........................................................................................................5
2.1.2 Time Scaling........................................................................................................5
2.1.3 Reflection.............................................................................................................7
2.2 Teori Sampling...............................................................................................................9
2.2.1 Analog to digital conversion................................................................................9
2.2.2 Proses sampling....................................................................................................9
2.2.3 Proses Aliasing...................................................................................................11
BAB III LANGKAH LANGKAH PRAKTIKUM...................................................................12
3.1 Alat..............................................................................................................................14
3.2 Bahan..........................................................................................................................14
3.3 Cara kerja.....................................................................................................................14
3.4 Memulai Matlab...........................................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PRATIKUM .....................................................................15

4.1 Operasi Sinyal Yang dibentuk dengan Variabel Bebas................................................15


4.1.1 Time Shifting....................................................................................................16
4.1.2 Time Scaling (Down Sampling).......................................................................16
4.1.3 Time Scaling (Up Sampling..............................................................................16
4.1.4 Time Reflection.................................................................................................17
4.2 Teori Sampling..............................................................................................................18
4.2.1 Pengamatan Pengaruh Pemilihan Frekuensi Sampling Secara Visual..............18
4.2.2 Pemangatan Pengaruh Pemilihan Frekuensi Sampling Pada Efek Audio........20
4.2.3 Pengamatan Efek Aliasing pada Audio............................................................21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................23

3
REFERENSI.............................................................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum


Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan mahasiswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Praktikum memiliki kelebihan tersendiri
dengan metode pembelajaran yang lainnya, yaitu: siswa langsung memperoleh pengalaman
dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi siswa baik secara
individu maupun kelompok, siswa belajar berfikir melalui prinsip-prinsip metode ilmiah atau
belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan metode ilmiah.
Pembelajaran dengan praktikum sangat efektif untuk mencapai seluruh ranah
pengetahuan secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat diterapkan pada
permasalahan yang nyata (kognitif), melatih perencanaan kegiatan secara mandiri (afektif),
dan melatih penggunaan instrumen tertentu (psikomotor).Salah satu kelebihan pembelajaran
praktikum (laboratorium) adalah mahasiswa dapat berlatih secara trial and error,dapat
mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama sampai benar-benar terampil.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

 Mahasiswa mampu mengoperasikan Matlab dan memanfaatkannya sebagai perangkat


simulasi untuk praktikum operasi sinyal bebas dan teori sampling

 Mahasiswa dapat memperlihatkan proses-proses aritmatika sinyal seperti time shifting,


time scaling dan reflection sebagai proses dasar dari pengolah sinyal

4
BAB II
TINJAU KEPUSTAKAAN

2.1 Operasi Sinyal Yang dibentuk dengan Variabel Bebas


2.1.1 Time Shifting
Kita tetapkan x(t) sebagai suatu sinyal waktu kontinyu. Selanjutnya kita tetapkan
bahwa y(t) sebagai output dari suatu operasi pegeseran waktu, dan mendefinisikannya
sebagai:
y(t) = x(tto) (5-1)
Sehingga kita dapatkan bahwa y(t) merupakan sebuah versi tergeser waktu dari x(t), dan
dalam hal ini to merupakan besarnya pergeseran. Jika nilai to > 0, kita akan mendapatkan
bentuk pergeseran sinyal ke kanan, sedangkan jika nilai to < 0 akan diperoleh bentuk
pergeseran ke kiri.

x(t) y(t) = x(t 2)

1 1

t t
1 1 0 1 3 2 5
2 0
2 2 2
1) SinyalAsli (b) Sinyal tergeserwaktu
Gambar 5.1. Operasi pergeseran waktu (time shifting)

Di dalam bidang telekomunikasi, operasi pergeseran bisa digunakan untuk


merepresentasikan sebuah proses delay propagasi sinyal. Sebuah gelombang radio dari
pemancar dikirimkan pada t = 0, untuk sampai ke penerima yang cukup jauh, kira-kira 300
meter maka bagian penerima akan menangkap sinyal tersebut dalam bentuk versi sinyal
tertunda selama +1 detik (10-6 detik). Tentu saja bukan sinyal tersebut juga mengalami
proses pelemahan, dan mungkin juga mangalami bentuk gangguan yanglainnya.

Pemancar Kanal propagasi Penerima

Gambar 5.2. Contoh kejadian pergeseran sinyal pada propagas

2.1.2 Time Scalin


Kita tetapkan x(t) sebagai sebuah sinyl waktu kontinyu, selanjutnya anda tetapkan bahwa

y(t) adalah output dari sebuah proses pensekalaan yang dilakukan dengan variable bebas,

5
dalam hal ini waktu, t dengan sebuah factor penskalaan bernilai a. Maka hubungan antara y(t)
dan x(t) dapat dinyatakan di dalam persamaan:
y(t)= x(at) (5-2)
Jika a > 1, sinyal y(t) akan memiliki bentuk seperti x(t) dengan versi terkompresi. Jika 0
<a <1, maka sinyal y(t) merupakan versi ekspansi atau versi pembentangan (strected) dari
sinyal x(t). Kedua efek operasi ini dikenal sebagai proses time scaling, dan bisa dilihat seperti
pada Gambar 5.3.

x(t) y(t) y(t)

t t t
       

(a) Sinyalasli (b) Time scaling dengana>1 (c) Time scaling dengan a <1

Gambar 5.3. Operasi time scaling

Di dalam versi sinyal waktu diskrit, operasi time scaling bias dinyatkaan dalam
persamaan matematik seperti berikut:
y[n] = x[kn], dimana k> 0 (5-3)
yang dalam hal ini hanya didefinisikan dengan integer pada nilai k. Jika nilai k > 1,
memungkinkan terjadinya hilangnya komponen nilai pada pada sinyal waktu diskrit y[kn],
seperti diilustraikan pada Gambar 5.2, untuk nilai k = 2. Sampel-sampel x[k] untuk n = + 1, +
3, … dst akan hilang karena penempatan k = 2 pada x[kn] menyebabkan sampel-sampel ini
terlewati. Pada contoh kasus berikut ini dimana x[n] bernilai 1 untuk n = ganjil, dan x[n]
bernilai 0 untuk n genap. Maka ketika kita melakukantime scaling dengan y[n] = x[kn] =
x[2n], akan menghasilkan nilai 0 untuk semua nilai n. Sebab, y[n] terdiri dari nilai-nilai x[2],
x[4], x[6], … dst.

(a) Sinyal waktudiskritx[n] (a) Versi terkompresi dengan k = 2

Gambar 5.3.Time scaling pada sinyal waktu diskrit


6
Proses time scaling banyak ditemui pada pengolahan sinyal wicara, dimana pada suatu
kondisi diperlukan untuk meningkatkan jumlah sampel untuk pembentukan sinyal dari data
yang diperoleh.

Di dalam aplikasi teknologi telekomunikasi operasi time reflection dimanfaatkan untuk


proses estimasi dan ekualisasi kanal dengan cara mengembangkan proses refleksi sinyal
menjadi sebuah
dengan tujuan menghasilkan sinyal yang lebih smooth. Proses ini selanjutnya berkembang
menjadi teknik yang dikenal dengan up sampling dan interpolasi. Pada suatu kondisi lainnya,
perlu untuk mengurangi jumlah sampel dengan tujuan mempercepat proses komputasi tanpa
mengorbankan kualitas sinyal. Proses ini kemudian berkembang menjadi down sampling dan
decimation.

2.1.3 Reflection
Kita tetapkan x(t) untuk menandai sebuah sinyal waktu kontiyu. Dan selanjutnya y(t)
ditetapkan sebagai hasil operasi yang diperoleh melaui penukaran waktu ‘t’ dengan ‘– t’,
yang merupakan sebuah pembalikan urutan proses sinyal dari belakang ke depan. Sehingga
kita memiliki persamaan:
y(t)=x(t) (5-4)
Dalam hal ini persamaan diatas merupakan sebuah operasi pemantulan (reflection), yang
mengacu pada suatu titik di t = 0.
Ada dua kondisi yang menjadi kasus khusus pada operasi refleksi:
 Sinyal genap, untuk suau kondisi dimana x(t) = x(t) belaku untuk semua nilai t. Dalam hal ini
sinyal hasil refleksi memiliki nilai yang sama dengan sinyal sebelum prosesrefleksi.
 Sinyal ganjil, untuk suatu kondisi dimana x(t) = x(t) berlaku untuk semua nilai t. Dalam hal ini
sinyal hasil refleksi merupakan versi negative dari sinyal sebelum prosesrefleksi.
Dua hal ini juga berlaku untuk sinyal waktu diskrit.

x(t) x(t)

t t
-2 -1 0 1 2 3 4 5 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2

2.1.4 Refleksi pada sinyal dengan fungsigenap

7
x(t)
x(t)
2
2

1
1
t
t -2- 1 0 12
-2- 1 0 12
-1
-1
-2
-2
2.1.5 Refleksi pada sinyal dengan fungsiganjil

Gambar 5.4. Operasi refleksi sinyal

teknik yang dikenal sebagai time reversal communication. Masalah time reversal tidak
dibahas lebih jauh, karena memerlukan pemahaman berbagai teknik propagasi dan estimasi
kanal yang cukup panjang, dan teknologi ini mulai dikembangkan mulai akhir tahun 90-an.

8
2.2 Teori Sampling
2.2.1 Analog to Digital Conversion
Dalam proses pengolahan sinyal analog, sinyal input masuk ke Analog Signal
Processing (ASP), diberi berbagai perlakukan (misalnya pemfilteran, penguatan, dsb.) dan
outputnya berupa sinyal analog.

Input Output
(Sinyal Analog) ASP (Sinyal Analog)

Gambar 6.1. Sistem Pengolahan Sinyal Analog

Proses pengolahan sinyal secara digital memiliki bentuk sedikit berbeda. Komponen
utama system ini berupa sebuah processor digital yang mampu bekerja apabila inputnya
berupa sinyal digital. Untuk sebuah input berupa sinyal analog perlu proses awal yang
bernama digitalisasi melalui perangkat yang bernama analog-to-digital conversion (ADC),
dimana sinyal analog harus melalui proses sampling, quantizing dan coding. Demikian juga
output dari processor digital harus melalui perangkat digital-to-analog conversion (DAC)
agar outputnya kembali menjadi bentuk analog. Ini bisa kita amati pada perangkat seperti PC,
digital sound system, dsb. Secara sederhana bentuk diagram bloknya adalah seperti
Gambar6.2.
Input (Sinyal Analog) Output
ADC DAC (Sinyal Analog)
DSP

Output
Input (Sinyal Digital) (Sinyal Digital)

Gambar 2.2.1. Sistem Pengolahan Sinyal Digital

2.2.2 Proses Sampling


Berdasarkan pada penjelasan diatas kita tahu betapa pentingnya satu proses yang
bernama sampling. Setelah sinyal waktu kontinyu atau yang juga popoler kita kenal sebagai
sinyal analog

disampel, akan didapatkan bentuk sinyal waktu diskrit. Untuk mendapatkan sinyal waktu
diskrit yang mampu mewakili sifat sinyal aslinya, proses sampling harus memenuhi syarat
Nyquist.

fs >2 fi (6-1)

9
10
dimana:

fs = frekuensi sinyal sampling

fi = frekuensi sinyal informasi yanga kan disampel

Fenomena aliasing proses sampling akan muncul pada sinyal hasil sampling apabila
proses frekuensi sinyal sampling tidak memenuhi criteria diatas. Perhatikan sebuah sinyal
sinusoida waktu diskrit yang memiliki bentuk persamaan matematika seperti berikut:

x(n) = Asin(ωn+θ) (6-2)

dimana:

A = amplitudo

sinyal ω =

frekuensi sudut θ =

fase awal sinyal

Frekuensi dalam sinyal waktu diskrit memiliki satuan radian per indek sample, dan
memiliki ekuivalensi dengan 2πf.

Gambar 6.3. Sinyal sinus diskrit

10
Sinyal sinus pada Gambar 3 tersusun dari 61 sampel, sinyal ini memiliki frekuensi f = 50 dan
disampel dengan Fs = 1000. Sehingga untuk satu siklus sinyal sinus memiliki sample
sebanyak Fs/f = 1000/50 = 20 sampel. Berbeda dengan sinyal waktu kontinyu (C-T), sifat
frekuensi pada sinyal waktu diskrit (D-T)adalah:

1. Sinyal hanya periodik jika f rasional. Sinyal periodic dengan periode N apabila berlaku untuk
untuk semua n bahwa x(n+N) = x(n). Periode fundamental NF adalah nilai N yang terkecil.
Sebagai contoh:
agar suatu sinyal periodic maka cos(2(N+n) + ) = cos(2n + ) = cos(2n + k)

 2N  2k f k
 f N harusrasional

2. Sinyal dengan fekuensi beda sejauh k2π (dengan k bernilai integer) adalah identik. Jadi berbeda
dengan kasus pada C-T, pada kasus D-T ini sinyal yang memiliki suatu frekuensi unik tidak
berarti sinyal nya bersifatunik.

Sebagai contoh:

cos[(ωο + 2π)n + θ] = cos (ωο + 2π)

karenacos(ωο+2π)=cos(ωο).Jadibilaxk(n)=cos(ωοn+2π),k=0,1,….Dimanaωk=ωοn+
2kπ, maka xk(n) tidak bisa dibedakan satu samalain.

Artinya x1(n) = x2(n) = x3(n)….= xk(n). Sehingga suatu sinyal dengan frekuensi
berbeda akan berbeda jika frekuensinya dibatasi pada daerah −π <ω <π atau –1/2 <f
<1/2.

2.2.3 Poses Aliasing


Seperti telah dijelaskan diatas bahwa proses aliasing akan terjadi jika frekuensi
sampling tidak sesuai dengan aturan Nyquist. Gambar 6.4 memperlihatkan proses sampling
jika dilihat dari kawasan frekuensi. Karena transformasi Fourier dari deretan impuls adalah
juga suatu deretan impuls, maka konvolusi antara spektrum sinyal S( dengan impuls ( -
kT) menghasilkan pergeseran spektrum sejauh kT. Sebagai akibatnya akan terjadi
pengulangan (tiling) spektrum di seluruh rentang frekuensi pada posisi kelipatan dari
frekuensi pencuplikan. Gambar 6.4 bagian kiri bawah menunjukkan spektrum dari sinyal
yang lebar pitanya m yang kemudian mengalami proses pengulangan akibat proses
sampling.
11
Gambar 6.4. Pencuplikan dilihat dari kawasan frekuensi

Jika jarak antar pengulangan atau grid pengulangan cukup lebar, seperti diperlihatkan
pada Gambar 6.5 bagian atas, yang juga berarti bahwa frekuensi samplingnya cukup besar,
maka tidak akan terjadi tumpang tindih antar spektrum yang bertetangga. Kondisi ini disebut
sebagai non-aliasing. Selanjutnya sifat keunikan dari transformasi Fourier akan menjamin
bahwa sinyal asal dapat diperoleh secara sempurna. Sebaliknya, jika T kurang besar, maka
akan terjadi tumpang tindih antar spektrum yang mengakibatkan hilangnya sebagian dari
informasi. Peristiwa ini disebut aliasing, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.5 bagian
bawah.

Gambar 6.5. Kondisi non-aliasing dan aliasing pada proses pencuplikan

12
Pada kondisi ini, sinyal tidak dapat lagi direkonstruksi secara eksak. Dengan memahami
peristiwa aliasing dalam kawasan frekuensi, maka batas minimum laju pencuplikan atau batas
Nyquist

dapat diperoleh, yaitu sebesar Nyquist = m. Hasil ini dirumuskan sebagai teorema Shannon
untuk pencuplikan sebagai berikut:

Teorema Pencuplikan Shannon. Suatu sinyal pita-terbatas dengan lebar m dapat


direkonstruksi secara eksak dari cuplikannya jika laju pencuplikan minimum dua kali
dari lebar pita tersebut, atau Tm

Sebagai contoh, manusia dapat mendengar suara dari frekuensi 20 Hz sampai dengan
sekitar 20kHz, artinya lebar pita dari suara yang mampu didengar manusia adalah sekitar 20
kHz. Dengan demikian, pengubahan suara menjadi data dijital memerlukan laju pencuplikan
sedikitnya 2×20kHz = 40 kHz atau 40.000 cuplikan/detik supaya sinyal suara dapat
direkonstruksi secara sempurna, yang berarti juga kualitas dari suara hasil perekaman dijital
dapat dimainkan tanpa distorsi.

13
BAB III
LANGKAH LANGKAH PRAKTIKUM
3.1 Alat
Laptop
3.2 Bahan
Software MATLAB
3.3 Cara Kerja
a. Nyalakan laptop
b. Buka program MATLAB yang sudah diinstal sebelumnya, biasanya sudah ada
di
desktop.
c. Software MATLAB siap untuk digunakan.
3.4 Memulai matlab
Perhatikan Dekstop pada layar monitor PC, anda mulai matlab dengan
melakukan double-clicking pada shortcut icon matlab

Gambar 3.1 logo Matlab

Selanjutnya anda akan mendapatkan tampilan seperti pada Gambar berikut ini

Gambar 3.2 halaman utama matlab


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PRATIKUM

4.1 Operasi Sinyal Yang dibentuk dengan Variabel Bebas


4.1.1 Time Shifting

A. Variable -3

Pada percobaan Operasi pergeseran sinyal ke negative kita memperoleh hasilnya


seperti yang di atas di mana nilai variable yang kita isi di stem(t-3,y); dengan nilainya
-3,maka gelombang yang di tampilkan adalah seperti di sinyal (b) Sinyal tertunda di
mana puncak nyaberada di –3 .

B. Pergeseran dari negative ke positive

Untuk percobaan menggeserkan sinyal dari negative ke positif program yang di


gunakan sama kalua di pergeseran ke negatif kita memakai (-) maka di untuk pergeseran

15

kita memakai (+). Dan pada percobaan di atas kita menggeserkan gelombang ke 7
,dengan titik puncak berada di nilai 7 seperti pada gambar (b) di atas

4.1.2 Time Scaling (down Samoling)

A. Time scaling memeperkecil ukuran sample

k=6

Percobaan dengan teknik up sampling yaitu memperhalur ukuran sinyal,dimana


kita bisa melihat perbedaan antara sinyal awal dan dengan sinyal yang sudah di
perhalus,Nampak jelas perbedaan antara ke duanya seperti terlihat pada gambar

4.1.3 Time up Scaling(Up Sampling)

A. Time up Scaling(Up Sampling) memperbanyak bagian sinyal

Percobaaan memperbanyak bagian sinyal di pengarungi oleh besarnya nilai X


semakin besar nilai x maka semakin tinggi sinyal,seperti terlihat pada gambar di atas di
muliai dari 1 sam 4 dan puncak sinyal nya semakin naik.

16

B. Penghalusan sinyal
Interpolasi =4

Percobaan interpolasi sinyal sangat di pengaruhi oleh nilai “K” seperti kita lihat
nilai k=4 menghasilkan interpolasi sinyal sebagai mana yang di tampilkan di gambar
percobaan dan kalua kita bandingkan antar sinyal asli dengan sinyal interpolasi sangat
berbeda jauh sinyal interpolasi memiliki kerapatan sinyal yang rapat atau banyak
ataupun bias di biling juga penguatan.

4.1.4 Time Reflection

Percobaan reflection adalah percobaan membalikan keadaan sinyal semula


menjadi sebaliknya seperti yang terlihat pada gambar di atas.

17

4.2 Teori Sampling

4.2.1 Pengamatan Pengaruh Pemilihan Frekuensi Sampling Secara Visual

10

30

18

20

16

Dari percobaan tersebut, dengan mengubah ubah nilai fs pada s1 menjadi


semakin besar,maka jumlah sampel pada gambar sinyal diskritnya akan semakin
bertambah dan semakin merapat dibandingkan dengan nilai fs yang kecil.Bentuk
dari sinyal diskrit tersebut juga berubah-rubah karena pengaruh dari frekuesi
yang di masukkan pada Fs

19

4.2.2 Pengamatan Pengaruh Pemilihan Frekuensi Sampling pada EfekAudio

400

600

20

21

200

Dari percobaan tersebut memasukkan nilai input F pada skrip pemograman seperting
sampling_2.m mulai dari 200 hingga 900. Bila di dengarkan dengan seksama bias di dapatkan
bahwa pada frekuesi 200 beraliasing dengan frekuesi 800, frekuesi 100 beraliasing dengan
frekuesi 900. begitu juga dengan frekuesi 400 dengan frekuensi 600,serta frekuesi 300
beraliasing dengan frekuesi 700. pada frekuesi 500 suara tidak dapat di dengar

Bila mengacu pada teori nyquit bahwa frekuensi sampling (f2)> frekuesi sinyal yang
akan di sample, seharusnya pada frekuesi 600 sampai 900 tidak memenuhi syarat nyquist
tersebut

4.2.3 Pengamatan Efek Aliasing pada Audio

FS=16000

22

FS=10000

FS=800

Wavwrite(lagu,’gundul.wav’)

pada saat medengarkan lagu gundul.wav, apabila menggunakan frekuesi sampling


2000, 10000, 16000 lagu terdengar masih jelas nada-nadanya, namun apabila
menggunakan frekuesi 1000 dan lebih rendah dari 1000, suara mulai terdengar tidak
jelas, dan pada saat menggunakan frekuesi sampling paling rendah yaitu 500, lagu
gundul terdengar dengan nada yang berantakan

23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
A. Operasi Sinyal yang di bentuk dengan variabel bebas
 Di dalam bidang telekomunikasi, operasi pergeseran bisa digunakan untuk
merepresentasikan sebuah proses delay propagasi sinyal
 Proses time scaling banyak ditemui pada pengolahan sinyal wicara, dimana pada
suatu kondisi diperlukan untuk meningkatkan jumlah sampel untuk pembentukan
sinyal dari data yang diperoleh
 Operasi dengan variabel bebas menggunakan proses-proses aritmatika sinyal
seperti time shifting, time scaling dan reflection sebagai proses dasar dari
pengolah sinyal

B. Teori Sampling
 teknik sampling dapat digunakan untuk memecah spectrum frekuesi yang lebar
menjadi banda yang lebih kecil
 Suatu sinyal kontinyu timex(t) merupakan sampel pada suatu frekuensi(Hz) untuk
menghasilkan suatu sinyal sampel xs(t)
 Semakin besar waktu contoh maka sinyal output yang dihasilkan semakin tidak
beraturan

5.2 Saran

Saran dalam pratikum ini adalah agar dapat mengusai Matlab maka
disarankan mahasiswa mencoba dan berlatih dalam penggunaan matlab yang
bener

24

REFRERENSI

Santoso, Tri Budi & Miftahul Huda. 2008.:Operasi sinyal bebas Modul 5 Praktikum
operasi sinyal 2 .
Arya Wahyu Wibowo. 2017.Teori Sampling dan analising.Politeknik Negeri jakarta.
Meddins, Bob. 2009. Operation signal. University of East Anglia. United Kingdom.

Indra kurniawan. 2008. Sampling dan analising: Modul 6 Pengolohan sinyal digital.
Hanifatus Sa'diyah, 2004, Teorima sampling, PENS-ITS Surabaya

25

Anda mungkin juga menyukai