SISTEM KOMUNIKASI
MODUL III : PRAKTIKUM 16 QUADRATURE AMPLITUDE
MODULATION MENGGUNAKAN SCIENTECH 2136
TRAINING SYSTEM
DISUSUN OLEH :
Andrey Samuel L. B. Siahaan
16101083
Partner:
1. Ervin Bahar Panunthun (14101009)
2. Bobby Bayu Setiawan (14101046)
3. Rizkya Reza Prakasa (16101033)
4. Anggoro Kusumo (16101084)
Tanggal Praktikum : 14 Mei 2019
Asisten Praktikum :
1. Muhammad Helmi Sukoco (16101065)
2. Rai Nur Esa (16101070)
Dosen Praktikum : Rahmat Widadi, S.Pd., M.Eng
MODUL III
PRAKTIKUM 16 QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION
MENGGUNAKAN SCIENTECH 2136 TRAINING SYSTEM
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengoperasikan Digital Osciloscope untuk
menganalisa sinyal suatu sistem modulasi-demodulasi.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan modul praktikum Scientech 2136
Training System untuk melakukan pembuktian teori modulasi-demodulasi
16-QAM.
3. Mahasiswa mampu memahami konsep modulasi 16-QAM
II. ALAT DAN BAHAN
1. 1 Set Scientech 2136 Training System
2. 1 Set Digital Oscilloscope
3. 2 Probe pengukuran
4. Camera atau flashdisk untuk merekam hasil output dari Osiloskop
III. DASAR TEORI
A. Pengertian Quadrature Amplitudo Modulation (QAM)
Quadrature Amplitudo Modulation atau QAM adalah suatu cara
pentransmisian pada laju bit-bit yang lebih tinggi pada saluran/kanal dengan
lebar pita yang terbatas. Sebagai contoh penggunaan kumpulan sinyal QAM
16 titik memungkinkan 9600 bit/detik ditransmisikan pada saluran telepon
dengan lebar pita 2700 Hz. Dalam kasus tersebut empat digit biner yang
berurutan harus disimpan dan dikodekan kembali sebagai salah satu dari 16
bentuk sinyal yang ditransmisikan. Sinyal-sinyal yang dihasilkan
dinamakan sinyal modulasi amplitudo kuadratur (QAM). Sinyal ini dapat
ditafsirkan sebagai modulasi amplitudo multitingkat yang diterapkan secara
bebas pada setiap dua pembawa kuadratur [1].
3. Set “Clock Frequency Control” ke 19.2 KHz dan ukur hasil clock
menggunakan probe (setelah dilakukan kalibrasi sebelumnya) dititik TP2 !
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.......................
5. Amati hasil pengkodean 4 bit dari output I[1] pada titik TP4, I[0] pada titik
TP5, Q [1] pada titik TP6, Q [0] pada titik TP7.
a. Attach foto hasil Osiloskop dari I[1] pada titik TP4 ke bawah ini :
b. Attach foto hasil Osiloskop dari I[0] pada titik TP5 ke bawah ini :
c. Attach foto hasil Osiloskop dari Q[1] pada titik TP6 ke bawah ini :
Attach foto hasil Osiloskop dari Q[0] pada titik TP7 ke bawah ini :
bernilai 1001. Sehingga saat gelombang sinyal digital tersebut naik (bernilai =
1) selama 2 kotak / 2 sekon dan turun (bernilai 0) selama 2 kotak / 2 sekon dan
berulang hingga panjang 4 bit. Sedangkan pada sinyal TP 7 memiliki keluaran
bernilai 1010 terdapat gelombang sinyal digital yang rapat. Sehingga saat
gelombang sinyal digital tersebut naik (bernilai = 1) selama 1 sekon dan turun
(bernilai 0) selama 1 sekon dan berulang hingga panjang 4 bit. Perbedaan yang
terjadi antara TP4 hingga TP6 dengan TP7 disebabkan karena pada TP7
(bernilai 1010) yang nilai bitnya berubah setiap 1 bit
Selanjutnya pada pengujian keempat. Pengujian keempat yaitu
melakukan atau mengamati hasil dari tampilan Osiloskop dari titik TP8 hingga
TP11. Sinyal keluaran yang dihasilkan dari titik TP8 hingga TP11 memiliki
bentuk yang berbeda-beda. Pada Sinyal TP8 hingga TP10 merupakan sinyal
digital sedangkan pada TP11 merupakan sinyal analog. Pada TP8
menghasilkan sinyal digital yang renggang. Pada TP9 menghasilkan sinyal
digital dari turun menjadi naik dan Pada TP10 dari naik menjadi turun. Pada
TP 11 menghasilkan sinyal analog yang sembarang yang setiap memulai
pergeseran gelombangnya menjadi lembah.
Selanjutnya pada pengujian kelima. Pengujian kelima yaitu melakukan
atau mengamati hasil dari tampilan Osiloskop dari titik TP12 dan TP13. Sinyal
keluaran yang dihasilkan dari titik TP12 dan TP13 merupakan sinyal analog
dan memiliki bentuk sinyal gelombang yang sama. Hal ini dikarenakan adanya
block Symbol Mapper pada TP12 dan TP13 yang berfungsi untuk melakukan
pemetaan yang digunakan pada diagram konstelasi 16-QAM sehingga sinyal
keluaran yang dihasilkan memiliki kesamaan.
Selanjutnya pada pengujian keenam. Pengujian keenam yaitu melakukan
atau mengamati hasil dari tampilan Osiloskop dari titik TP16, TP17 dan TP18.
Sinyal keluaran yang dihasilkan dari titik TP16, TP17 dan TP18 merupakan
sinyal analog dan memiliki bentuk sinyal gelombang yang sama seperti
pengujian kelima. Hal ini dikarenakan hasil penjumlahan linier antara TP 16
dan TP17 yang menggabungkan keluaran modulator dan kondisi keluaran yang
sama sehingga pada TP18 juga memiliki hasil keluaran sinyal analog yang
sama.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN