HAMILTONAN
51
52 BAB 5. HAMILTONAN
Hal ini berarti bahwa, semua lintasan yang mungkin suatu sistem titik
berpindah dari posisi awal saat t1 ke posisi berikutnya saat t2 , sesungguhnya
ia berpindah sepanjang lintasan sedemikian rupa sehingga nilai integral pada
persamaan (5.1) bernilai tetap (stasioner). Integral sepanjang lintasan yang
diberikan mempunyai nilai yang sama dengan semua lintasan di sekitarnya,
perhatikan Gambar 5.1.
Dengan kata lain, Prinsip Hamilton dapat dinyatakan sebagai Gerak
yang sedemikian rupa sehingga variasi integral garis I dari t1 ke t2 bernilai
0. Z t2
δI = δ L(q1 , ..., qn , q̇1 , ..., q̇n , t)dt = 0 (5.2)
t1
Ketika kendala sistem berupa kendala yang holonomik, Prinsip Hamilton
(5.2) sesuai dan memenuhi syarat untuk Persamaan Lagrange (4.19) atau
(4.45). Jadi, telah ditunjukkan bahwa Prinsip Hamilton didapatkan secara
langsung dari Persamaan Lagrange. Namun, pada bahasan lain akan ditun-
jukkan sebaliknya: Persamaan Lagrange didapat dari prinsip Hamilton.
5.2. PENURUNAN PERSAMAAN LAGRANGE DARI PRINSIP HAMILTON53
dengan y1 (x, 0), y2 (x, 0), dan seterusnya adalah solusi masalah ekstrimum,
dan η1 , η2 dan seterusnya adalah fungsi yang tak bergantung x, yang lenyap
di titik-titik ujung dan kontinyu pada turunan kedua. Selain itu, semuanya
sembarang.
Variasi J diberikan dalam bentuk
Z 2X
∂J ∂f ∂yi ∂f ∂ ẏi
dα = dα + dα dx (5.4)
∂α 1 ∂yi ∂α ∂ ẏi ∂α
i
dengan suku pertama lenyap, karena semua kurva melalui titik ujung yang
tetap. Substitusi persamaan (5.5) pada persamaan (5.4), δJ menjadi
Z 2X
∂f d ∂f
δJ = − δyi dx, (5.6)
1 ∂yi dx ∂ ẏi
i
54 BAB 5. HAMILTONAN
∂f d ∂f
− = 0, i = 1, 2, ..., n. (5.8)
∂yi dx ∂ ẏi
x → t
y i → qi
f (yi , ẏi , x) → L(qi , q̇i , t)
d ∂L ∂L
− = 0, i = 1, 2, ..., n. (5.10)
dt ∂ q̇i ∂qi
dL ∂L ∂L dq ∂L dq̇
L(q, q̇, t) → = + +
dt ∂t ∂q dt ∂ q̇ dt
Maka
dH X ∂L d ∂L
∂L dqk ∂L dq̇k
∂L
= q̈k + q̇k − + −
dt ∂ q̇k dt ∂ q̇k ∂qk dt ∂ q̇k dt ∂t
X ∂L d ∂L
∂L ∂L
∂L
= q̈k + q̇k − q̇k + q̈k −
∂ q̇k dt ∂ q̇k ∂qk ∂ q̇k ∂t
dH ∂L
= − (5.13)
dt ∂t
Jika L tidak bergantung pada waktu secara eksplisit L = L(q, q̇) maka
dH
dt = 0 → H = konstan; H merupakan suatu konstanta.
Andaikan q̇k adalah sistem koordinat
P yang ortogonal
P yang berakibat T bersi-
1 2 ∂L
fat kuadratik terhadap q̇k → T ≈ 2 Ak q̇k dan q̇k ∂ q̇k = 2T .
3N
X ∂L
H = q̇k −L
∂ q̇k
k=1
= 2T − L ;L = T − V
= 2T − T + V
H = T +V (5.14)
Jadi H mempunyai arti fisis sebagai energi mekanik sistem apabila sistem ko-
ordinat yang dipakai adalah sistem koordinat ortogonal. Jika kita menggu-
nakan sistem koordinat ortogonal dimana fungsi L tidak bergantung waktu
56 BAB 5. HAMILTONAN
Contoh:
L=T −V
1 1
L = mẋ2 − kx2
2 2
Persamaan geraknya:
d ∂L ∂L
− =0
dt ∂ ẋ ∂x
mẍ + kx = 0
Persamaan Hamilton
X ∂L
H = q̇k −L
∂ q̇k
∂L 1 2 1 2
= ẋ − mẋ − kx
∂ q̇k 2 2
1 1
= ẋ(mẋ) − mẋ2 + kx2
2 2
1 2 1 2
H = mẋ + kx
2 2
2. Gerak benda dalam sebuah bidang karena gaya sentral (gaya rotasi)
L = T −V
1
= mv 2 − V (r)
2
1
= m(ṙ2 + r2 θ2 ) − V (r)
2
Persamaan Gerak
d ∂L ∂L
− =0
dt ∂ q̇k ∂qk
5.4. PERSAMAAN HAMILTON 57
d ∂L ∂L
− = 0
dt ∂ ṙ ∂r
d ∂V
mṙ − mrθ̇2 − = 0
dt ∂r
dV
mr̈ − mrθ̇2 + = 0
dr
dV
mr̈ = mrθ̇2 −
dr
2
mr̈ = mrθ̇ − f (r)
3N
X ∂L
H(q, q̇, t) = q̇k − L(q, q̇, t) (5.15)
∂ q̇k
k=1
3N
X
H(q, q̇, t) = q̇k pk − L(q, q̇, t) (5.16)
k=1
Sebelum dituliskan H sebagai fungsi (q, q̇, t). Namun karena q̇ dan p saling
terkait, maka H dapat dituliskan sebagai fungsi q, p, t. Dengan menganggap
q, p, t saling bebas, maka variasi H(q, p, t) .
X ∂H X ∂H X ∂H
δH(q, q̇, t) = δqk + δpk + δt
∂qk ∂pk ∂t
P
Karena H = q̇k pk − L(q, q̇, t), maka
X X
δH = q̇k δpk + pk δ q̇k − δL(q, q̇, t)
hX X i X ∂L X ∂L X ∂L
= q̇k δpk + pk δ q̇k − δqk − δ q̇k − δt
∂qk ∂ q̇k ∂t
X X ∂L
δH = q̇k δpk − ṗk δqk − δt (5.17)
∂t
58 BAB 5. HAMILTONAN
TRANSFORMASI
KANONIK
(qk , pk ) → (Qk , Pk )
dengan
Qk = Qk (q, p, t) (6.1)
Pk = Pk (q, p, t) (6.2)
59
60 BAB 6. TRANSFORMASI KANONIK
∂H
q̇k = (6.5)
∂pk
∂H
ṗk = − (6.6)
∂qk
Persamaan Lagrange akan diperoleh apabila variasi dari fungsi aksi tersebut
= 0.
d ∂L ∂L
δI = 0 → − =0
dt ∂ q̇k ∂qk
Dari definisi fungsi Hamilton diperoleh
Z t2
δ Ldt = 0 (6.7)
t1
Z t2 hX i
δ pi q̇i − H(q, q̇, t) dt = 0 (6.8)
t1
Dalam prinsip variasi dipersyaratkan bahwa variasi di dua titik awal dan
akhir sama dengan NOL. Oleh karena itu persamaan diatas harus berbeda
menurut:
X X dF
pi q̇i − H(q, q̇, t) = Q̇i Pi − K(Q, P, t) +
dt
6.3. KURUNG POISSON 61
[u, [v, w]] + [v, [w, u]] + [w, [u, v]] = 0 (6.22)
q = q(q0 , p0 , t)
p = p(q0 , p0 , t)
∂K
= Q̇i = 0,
∂Pi
∂K
= Ṗi = 0. (6.23)
∂Qi
6.4. TEORI HAMILTON-JACOBI 63
Oleh karena itu, solusi lengkap persamaan (6.27) dapat dituliskan dalam
bentuk
S = S(q1 , ..., qn , α1 , ..., αn , t), (6.29)
dan tidak ada n buah konstanta integrasi independen yang semata-mata
tambahan.
Persamaan (6.29) menyatakan S sebagai fungsi N koordinat, waktu t,
dan n buah kuantitas independen αi . Kita mendapatkan n buah konstanta
integrasi menjadi momentum konstan yang baru
Pi = αi (6.30)
Pilihan seperti ini tidak berlawanan dengan pernyataan awal bahwa momen-
tum yang baru terhubung dengan nilai awal q dan p saat t = 0. Persamaan
transformasi n dinyatakan sebagai
∂S(q, α, t)
pi = , (6.31)
∂qi
∂S(q, α, t)
Qi = βi = . (6.32)
∂αi
Konstanta β dapat diperoleh dari syarat awal, hanya dengan menghitung
nilai pada ruas kanan persamaan (6.32) saat t = 0 dengan nilai awal qi yang
diketahui. Persamaan (6.32) dapat diganti untuk melengkapi qj sebagai
fungsi α, β, t
qj = qj (α, β, t), (6.33)
yang akan menyelesaikan masalah koordinat sebagai fungsi waktu dan syarat
awal.
Setelah mendiferensiasi persamaan (6.31), persamaan (6.33) dapat dis-
ubstitusi ke dalam q, sehingga didapatkan momentum pi sebagai fungsi
α, β, t
pi = pi (α, β, t). (6.34)
Persamaan (6.33) dan persamaan (6.34) merupakan solusi lengkap persamaan
gerak Hamilton.
6.4. TEORI HAMILTON-JACOBI 65
dS
= pi q̇i − H = L, (6.36)
dt
sedemikian rupa sehingga fungsi prinsip Hamilton berbeda dari integral
waktu tak-tentu Lagrangan hanya oleh konstanta
Z
S = Ldt + konstanta. (6.37)
∂W
pi = , (6.40)
∂qi
66 BAB 6. TRANSFORMASI KANONIK