Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KOMUNIKASI DAN KONSELING

Dialog pasien OTC


1. Dialog 1 : Konstipasi
Apoteker : “Selamat Siang Ibu. Ada yang bisa saya bantu?”.
Pasien : “Selamat Siang mba. Gini mba saya mau beli obat buat sembelit anak
saya”.
Apoteker : “Baiklah, mohon maaf dengan Ibu siapa?”.
Pasien : “Saya Siti”.
Apoteker : “Ibu Siti, perkenalkan saya Susi apoteker yang bertugas di apotek ini,
Bu. Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan
beberapa informasi dari Ibu?”.
Pasien : “Iya silahkan”.
Apoteker : “Anaknya usia berapa, Bu?”.
Pasien : “2,5 tahun mba”
Apoteker : “Keluhan yang dirasakan seperti apa, Bu?”.
Pasien : “Anak saya sudah 3 hari tidak BAB jadi nangis terus, perutnya kalau
dipegang keras”
Apoteker : “Sudah diperiksa ke dokter?”.
Pasien : “Belum mba”
Apoteker : “Apa ada riwayat alergi obat, Bu?”.
Pasien : “Tidak mba”
Apoteker : “Baik ibu tunggu sebentar saya ambilkan obatnya”.
Pasien : “iya mba”.
Apoteker : “Disini saya berikan obat microlax. Kegunaanya untuk mengatasi
sembelit”.
Pasien : “Ini cara pakainya gimana ya mba?”.
Apoteker : “Cara pakainya ini dibuka tutup tube, lalu tekan tube hingga obat
keluar dalam jumlah sedikit, oleskan obat yang keluar pada pipa
aplikator, kemudian masukkan pipa aplikator dalam anus, tekan tube
hingga obat yang keluar setengah tube (sesuai dosisnya), lalu cabut
aplikator dengan tetap menekan tube. Digunakan 1xsehari ya bu.
Obatnya disimpan dikulkas dan dalam wadah tertutup rapat. Apakah
penjelasan saya dapat dipahami, Bu?”.
Pasien : “Iya mba sudah jelas”.
Apoteker : “Mohon maaf bu, apakah ibu bisa mengulangi cara penggunaanya?”.
Pasien : “Tutupnya dibuka lalu ditekan sampai keluar sedikit. Dioles pada
aplikator lalu aplikatornya dimasukkan dalam anus. Tube ditekan
sampai setengah lalu dicabut aplikatornya dengan tetap menekan
tube”.
Apoteker : “Iya sudah betul Bu. Ini ibu obatnya, semoga saat buang air besar
anak ibu jadi lancar. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?”.
Pasien : “Tidak, terima kasih mba”.
Apoteker : “Iya sama-sama”.
2. Dialog 2 (Diare)
Apoteker : “Selamat Siang pak. Ada yang bisa saya bantu?”.
Pasien : “Selamat Siang mba. Gini mba saya mau beli obat buat anak saya,
sepertinya diare”.
Apoteker : “Baiklah, mohon maaf dengan Bapak siapa?”.
Pasien : “Deni”.
Apoteker : “Pak deni, perkenalkan saya Susi apoteker yang bertugas di apotek
ini, pak. Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan
beberapa informasi?”.
Pasien : “Iya silahkan”.
Apoteker : “Anaknya usia berapa, Pak?”.
Pasien : “8 Bulan mba”
Apoteker : “Keluhan yang dirasakan seperti apa?”.
Pasien : “BABnya cair, berlemak, tanpa lendir dan darah, kadang muntah.
Badannya agak demam”
Apoteker : “Sudah berapa lama pak putrinya BAB cair?”.
Pasien : “Baru kemarin sih mba, sebelumnya dia itu saya kasih susu instan.
Biasanya pakai ASI, tapi akhir-akhir ini ASI dari ibunya sedikit jadi
kami tambah saja dengan minum susu instan.
Apoteker : “Oh begitu ya pak. Jadi begini pak, anak bapak memang betul terkena
diare. Diare pada bayi bapak ini termasuk diare akut. Selain BAB cair
dan agak demam apakah ada gejala lain yang timbul pak?”
Pasien : “Anak saya itu rewel sekali mba. Kulit nya juga agak keriput,
matanya cekung juga mba”.
Apoteker : “Iya jadi begini pak, dilihat dari gejala yang timbul pada anak bapak,
dia terkena diare akut dan dehidrasi ringan. Diare ini disebabkan
karena alergi pada susu formula/instan yang bapak tambahkan yang
memang sebelumnya anak bapak hanya mengkonsumsi ASI.
Pasien :”Jadi anak saya baiknya dikasih obat apa ya mba?”
Apoteker : “Karena anak bapak masih bayi berumur 8 bulan, saya tidak
menyarankan untuk diberikan obat. Bapak cukup memberi oralit saja.
Caranya dengan melarutkan 1 sendok makan garam dan 8 sendok
makan gula dalam 1 liter air. Diminum 1 gelas kecil (200cc) setiap
setelah BAB”.
Pasien : “Oh gitu ya mba”.
Apoteker : “Dari informasi yang telah saya berikan, apakah ada yang hal ingin
bapak tanyakan kembali?”
Pasien : “Jadi mba, susu formulanya tidak usah diberikan lagi?”
Apoteker : “Susu formula masih boleh diberikan pak, hanya harus dibuat lebih
encer sampai dua kali lipat. Selain itu hindari makanan padat dan
diganti dengan bubur, roti ataupun pisang”.
Pasien : “Iya baiklah saya mengerti. Terima kasih mba atas informasi yang
diberikan”.
Apoteker : Sama-sama bapak. Semoga putri bapak lekas sembuh”.

3. Dialog 3 (Demam)
Apoteker : “Selamat Siang bu. Ada yang bisa saya bantu?”.
Pasien : “Selamat Siang mba. Gini mba saya mau beli obat untuk menurunkan
demam adik saya, dia lagi hamil”.
Apoteker : “Baiklah, mohon maaf dengan Ibu siapa?”.
Pasien : “Dinta”.
Apoteker : “Bu dinta, perkenalkan saya Susi apoteker yang bertugas di apotek
ini. Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan
beberapa informasi?”.
Pasien : “Iya silahkan”.
Apoteker : “Keluhan yang dirasakan seperti apa, Bu?”.
Pasien : “Adik saya ini demam karena kemariin pulang kehujanan, saat saya
ukur suhunya dengan thermometer suhu tubuhnya 390C. Kira-kira obat
penurun demam yang aman untuk ibu hamil apa ya mba?”
Apoteker : “Sudah berapa lama demamnya?”.
Pasien : “sejak tadi malam”.
Apoteker : “hamilnya sudah berapa bulan nggih Bu?”.
Pasien : “sudah 3 bulan mba”.
Apoteker : “Apakah sebelumnya sudah ada mengkonsumsi obat sebelum datang
ke apotek ini ?”.
Pasien : “Belum mba karena tidak berani minum obat sembarangan”.
Apoteker : “iya benar bu, untuk ibu hamil memang tidak disarankan minum obat
sembarangan tanpa anjuran dokter/apoteker. Kalau begitu biar saya
ambilkan dulu ya bu obatnya harap ditunggu sebentar”.
Pasien : ”baik mba”.
Apoteker : “Ibu ini obatnya untuk menurunkan demam, saya berikan
paracetamol diminum 3x sehari 1 tablet bila demam ya bu. Apabila
demamnya sudah turun ibu bisa menghentikan mengkonsumsi obat ini.
Obatnya dapat disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya
matahari atau disimpan di kotak obat. Apakah penjelasan saya dapat
dimengerti Bu?”.
Pasien : “Baik mba, sudah”.
Apoteker : “Baiklah bu, boleh saya meminta ibu untuk mengulangi tentang apa
yang saya jelaskan tadi terutama cara minumnya?”.
Pasien : “Obat demamnya paracetamol diminum 3 x sehari 1 tablet bila
demam, bila demam sudah turun bisa dihentikan dan dibantu dengan
kompres. Obat disimpan di kotak obat”.
Apt : “Iya bu, benar. Apabila masih merasa demam setelah mengkonsumsi
obat ini harap segera konsultasi ke dokter ya”.
Pasien : “iya baik mba”.
Apt : “Ada yang bisa saya bantu lagi bu?”.
Pasien : “Tidak mba, saya rasa cukup. Terima kasih untuk informasinya ya
mba”.
Apoteker : “Sama-sama bu. Semoga demamnya cepat turun ya Bu”.
Pasien : “Permisi mba”.
Dialog pasien resep

1. Dialog 1 (Infeksi Saluran Kemih)


Apoteker : “Selamat Siang Ibu”.
Pasien : “Selamat Siang mba”.
Apoteker : “Benar dengan Ibu Reni? Tinggal di Desa Sugihrejo kecamatan
Gabus, tanggal lahirnya 3 April 1975?”.
Pasien : “Iya benar”.
Apoteker : “Perkenalkan saya Susi apoteker yang bertugas di apotek ini, Bu.
Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan beberapa
informasi dari Ibu?”.
Pasien : “Iya silahkan”.
Apoteker : “Sebelumnya keluhan apa yang Ibu rasakan?”.
Pasien : “Saya setiap buang air kecil selalu merasakan sakit, rasanya nyeri
mba. Saya juga mengalami demam”.
Apoteker : “Sejak kapan ibu merasakan sakit?”.
Pasien : “Seminggu ini mba”
Apoteker : “Ibu ini obatnya, ini Ciprofloxacin diminum 2x sehari setiap 12 jam
saat makan, maksud saya saat ibu sudah selesai makan dan minum
obatnya langsung diminum ya Bu. Obat ini untuk mengobati keluhan
yang ibu rasakan. Obatnya wajib diminum sampai habis ya Bu,
walaupun ibu sudah tidak merasakan sakit saat buang air kecil”
Pasien : “Iya mba”
Apoteker : “kemudian ibu mendapat ibuprofen (sambil menyerahkan obat), obat
ini diminum 2x sehari setiap 12 jam, diminum setelah makan. Obat ini
berguna untuk mengobati demam dan rasa nyeri yang ibu rasakan. Jika
demam dan nyerinya sudah membaik, ibu bisa menghentikan minum
obatnya. Dan selama mengkonsumsi obat ini perbanyak minum air
nggih bu, hindari minuman yang mengandung alkohol dan jangan
menahan buang air kecil. Apa yang saya sampaikan sudah jelas, Bu?”.
Pasien : “Sudah jelas mba”.
Apoteker : “Mohon maaf, apakah ibu bisa mengulangi penjelasan saya terutama
cara penggunaannya?”.
Pasien : “Yang obat ini (menunjuk ciprofloxacin) diminum 2x sehari setiap 12
jam, setelah makan langsung diminum. Obatnya harus habis.
Kemudian yang ini ibuprofen minumnya juga 2xsehari setiap 12 jam
setelah makan, jika sudah tidak sakit bisa dihentikan”
Apoteker : “Iya sudah betul Bu. Ini ibu obatnya, semoga saat buang air kecil
sudah tidak sakit lagi ya, Bu. Satu lagi, jangan lupa berdoa sebelum
minum obatnya ya, Bu. Apa ada yang ingin ibu tanyakan?”.
Pasien : “Tidak, terima kasih mba”.
Apoteker : “Iya sama-sama”.

2. Dialog 2 (TBC)
Apoteker : “Selamat Siang”.
Keluarga Pasien : “Selamat Siang”.
Apoteker : “Benar dengan Bapak Deni? Tinggal di Desa Gabus
kecamatan Gabus, tanggal lahirnya 3 April 1975?”
Keluarga Pasien : “Saya anaknya, Bu”.
Apoteker : “Baik, perkenalkan saya Susi apoteker yang berjaga di apotek
ini. Maaf, apa saya bisa meminta waktunya untuk
mendiskusikan tentang obat bapak deni?”.
Keluarga Pasien : “Silahkan bu”.
Apoteker : “Apa yang dokter katakan mengenai pengobatan pasien?”.
Keluarga Pasien :“Dokter mengatakan kalau bapak terkena penyakit
tuberkulosis BTA positif dan bakteri telah menyebar di paru-
paru. Katanya karena bapak termasuk pasien yang baru
terinfeksi tuberkulosis sehingga dapat disembuhkan asal segera
memulai pengobatan dan meminum obatnya sesuai instruksi
dokter. Bapak harus meminum obat selama 2 sampai 6 bulan”
Apoteker : “Apa yang dokter katakan mengenai kegunaan obat-obat yang
diberikan?”.
Keluarga Pasien : “Kata dokter obat-obatnya untuk memperlambat bahkan
memusahkan bakteri yang terdapat dalam paru-paru agar tidak
menyebar ke organ tubuh lain”.
Apoteker : “Apa yang dokter katakan tentang cara penggunaan
obatnya?”.
Keluarga Pasien : “Obatnya diminum 3xsehari 1 tablet setelah makan”.
Apoteker : “Iya benar. Bapak Deni mendapatkan obat KDT yang isinya
isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Obat ini
diminum 3x sehari 1 tablet setelah makan. Obat ini untuk
mengobati tuberkulosis. Apabila selama mengkonsumsi obat
ini terjadi efek samping warna urin berubah orange tidak perlu
khawatir karena tidak bahaya. Efek samping ini ditimbulkan
dari Rifampisin. Kemudian jika merasa kesemutan bisa
mengkonsumsi vitamin B6 ”.
Keluarga Pasien : “Baik bu”.
Apoteker : “Untuk membantu agar pengobatannya efektif, saya meminta
bantuan anda kalau tidak saudara yang lain untuk selalu
mengingatkan pasien dalam minum obat. Karena kepatuhan
pasien dalam meminum obat sangat dibutuhkan dalam
pengobatan ini agar tidak terjadinya resistensi atau kebalnya
bakteri terhadap obat yang diberikan. Pengobatan ini selama 6
bulan tanpa putus dan obat yang diresepkan ini hanya untuk 2
bulan. Sebelum obatnya habis nanti harus kembali konsultasi
dengan dokter lagi. Apa informasi yang saya sampaikan sudah
jelas”.
Keluarga Pasien : “sudah jelas bu”.
Apoteker : “untuk memastikan kembali tidak ada informasi yang terlewat
apakah anda bisa mengulangi apa yang saya sampaikan terkait
cara penggunaannya?”.
Keluarga Pasien : “Obatnya diminum 3x sehari setelah makan. Apabila nanti
urin berubah menjadi warna orange tidak perlu khawatir dan
jika kesemutan diberikan vitamin B6. Obatnya harus selalu
diminum jadi saya harus mengingatkan jika lupa”.
Apoteker : “Iya benar, yang paling penting harus patuh minum obat supa
pengobatannya berhasil. Apakah ada yang ingin ditanyakan
kembali?”.
Keluarga Pasien : “Tidak bu, terima kasih atas infomasinya”
Apoteker : “Baik, ini obatnya. Semoga dalam pengobatan selalu patuh
agar bisa sembuh”.
Keluarga Pasien : “Iya bu, saya permisi”.
.
3. Dialog 3 (Asma)
Apoteker : “Selamat Siang”.
Pasien : “Selamat Siang”.
Apoteker : “Benar dengan An. Siti? Alamatnya di jl. Dr Susanto no 9 Pati,
tanggal lahirnya 5 Mei 2005”.
Pasien : “Benar bu, saya ibunya”.
Apoteker : “Mohon maaf sebelumnya, dengan ibu siapa”.
Pasien : “Ibu Ani”.
Apoteker : “Baiklah, perkenalkan saya Susi apoteker yang bejaga di apotek ini.
Apa saya bisa meminta waktu ibu untuk menanyakan beberapa hal?””.
Pasien : “Silahkan”.
Apoteker : “Apakah dokter sudah mengatakan tentang obat ini bu?”.
Pasien : “Iya, dokter bilang ini obat asma”.
Apoteker : “lalu apakah dokter sudah mempraktekkan bagaimana cara
menggunakan obat ini?”.
Pasien : “Iya, kata dokter cara pakainya dihirup”.
Apoteker : “Iya benar bu, untuk lebih jelasnya akan saya praktekan cara
penggunaanya. Ini namanya ventolin inhaler yang isinya salbutamol.
Fungsinya untuk melegakan nafas. Cara pakainya dikocok dahulu,
tarik nafas melalui hidung kemudian buang melalui mulut, lalu buku
tutupnya, letakkan mouthpiece diantara gigi atas dan bawah. Pegang
inhaler tegak lurus, tarik nafas tahan, kemudian tekan bagian atas
inhaler dengan jari telunjuk, tahan nafas selama 5-10 detik, sebelum
membuang nafas lepaskan inhaler dari mulut. Setelah itu dapat
berkumur-kumur. Apakah penjelasan saya dapat dimengerti?”.
Pasien : “Baik bu”.
Apoteker : “Mohon maaf bu, untuk memastikan kembali apakah ibu bisa
mengulangi cara penggunaan inhaler?”.
Pasien : “Nanti tahan nafas waktu ngirup obatnya, pelan-pelan lewat mulut.
Lalu ditahan 5-10 menit baru buang nafas melalui mulut. Setelah itu
kumur-kumur”.
Apoteker : “Iya sudah betul Bu. Ini ibu obatnya. Satu lagi, jangan lupa berdoa
sebelum minum obatnya ya, Bu. Apa ada yang ingin ibu tanyakan?”.
Pasien : “Tidak, terima kasih bu”.
Apoteker : “Iya sama-sama”.

Anda mungkin juga menyukai