3. Dialog 3 (Demam)
Apoteker : “Selamat Siang bu. Ada yang bisa saya bantu?”.
Pasien : “Selamat Siang mba. Gini mba saya mau beli obat untuk menurunkan
demam adik saya, dia lagi hamil”.
Apoteker : “Baiklah, mohon maaf dengan Ibu siapa?”.
Pasien : “Dinta”.
Apoteker : “Bu dinta, perkenalkan saya Susi apoteker yang bertugas di apotek
ini. Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan
beberapa informasi?”.
Pasien : “Iya silahkan”.
Apoteker : “Keluhan yang dirasakan seperti apa, Bu?”.
Pasien : “Adik saya ini demam karena kemariin pulang kehujanan, saat saya
ukur suhunya dengan thermometer suhu tubuhnya 390C. Kira-kira obat
penurun demam yang aman untuk ibu hamil apa ya mba?”
Apoteker : “Sudah berapa lama demamnya?”.
Pasien : “sejak tadi malam”.
Apoteker : “hamilnya sudah berapa bulan nggih Bu?”.
Pasien : “sudah 3 bulan mba”.
Apoteker : “Apakah sebelumnya sudah ada mengkonsumsi obat sebelum datang
ke apotek ini ?”.
Pasien : “Belum mba karena tidak berani minum obat sembarangan”.
Apoteker : “iya benar bu, untuk ibu hamil memang tidak disarankan minum obat
sembarangan tanpa anjuran dokter/apoteker. Kalau begitu biar saya
ambilkan dulu ya bu obatnya harap ditunggu sebentar”.
Pasien : ”baik mba”.
Apoteker : “Ibu ini obatnya untuk menurunkan demam, saya berikan
paracetamol diminum 3x sehari 1 tablet bila demam ya bu. Apabila
demamnya sudah turun ibu bisa menghentikan mengkonsumsi obat ini.
Obatnya dapat disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya
matahari atau disimpan di kotak obat. Apakah penjelasan saya dapat
dimengerti Bu?”.
Pasien : “Baik mba, sudah”.
Apoteker : “Baiklah bu, boleh saya meminta ibu untuk mengulangi tentang apa
yang saya jelaskan tadi terutama cara minumnya?”.
Pasien : “Obat demamnya paracetamol diminum 3 x sehari 1 tablet bila
demam, bila demam sudah turun bisa dihentikan dan dibantu dengan
kompres. Obat disimpan di kotak obat”.
Apt : “Iya bu, benar. Apabila masih merasa demam setelah mengkonsumsi
obat ini harap segera konsultasi ke dokter ya”.
Pasien : “iya baik mba”.
Apt : “Ada yang bisa saya bantu lagi bu?”.
Pasien : “Tidak mba, saya rasa cukup. Terima kasih untuk informasinya ya
mba”.
Apoteker : “Sama-sama bu. Semoga demamnya cepat turun ya Bu”.
Pasien : “Permisi mba”.
Dialog pasien resep
2. Dialog 2 (TBC)
Apoteker : “Selamat Siang”.
Keluarga Pasien : “Selamat Siang”.
Apoteker : “Benar dengan Bapak Deni? Tinggal di Desa Gabus
kecamatan Gabus, tanggal lahirnya 3 April 1975?”
Keluarga Pasien : “Saya anaknya, Bu”.
Apoteker : “Baik, perkenalkan saya Susi apoteker yang berjaga di apotek
ini. Maaf, apa saya bisa meminta waktunya untuk
mendiskusikan tentang obat bapak deni?”.
Keluarga Pasien : “Silahkan bu”.
Apoteker : “Apa yang dokter katakan mengenai pengobatan pasien?”.
Keluarga Pasien :“Dokter mengatakan kalau bapak terkena penyakit
tuberkulosis BTA positif dan bakteri telah menyebar di paru-
paru. Katanya karena bapak termasuk pasien yang baru
terinfeksi tuberkulosis sehingga dapat disembuhkan asal segera
memulai pengobatan dan meminum obatnya sesuai instruksi
dokter. Bapak harus meminum obat selama 2 sampai 6 bulan”
Apoteker : “Apa yang dokter katakan mengenai kegunaan obat-obat yang
diberikan?”.
Keluarga Pasien : “Kata dokter obat-obatnya untuk memperlambat bahkan
memusahkan bakteri yang terdapat dalam paru-paru agar tidak
menyebar ke organ tubuh lain”.
Apoteker : “Apa yang dokter katakan tentang cara penggunaan
obatnya?”.
Keluarga Pasien : “Obatnya diminum 3xsehari 1 tablet setelah makan”.
Apoteker : “Iya benar. Bapak Deni mendapatkan obat KDT yang isinya
isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Obat ini
diminum 3x sehari 1 tablet setelah makan. Obat ini untuk
mengobati tuberkulosis. Apabila selama mengkonsumsi obat
ini terjadi efek samping warna urin berubah orange tidak perlu
khawatir karena tidak bahaya. Efek samping ini ditimbulkan
dari Rifampisin. Kemudian jika merasa kesemutan bisa
mengkonsumsi vitamin B6 ”.
Keluarga Pasien : “Baik bu”.
Apoteker : “Untuk membantu agar pengobatannya efektif, saya meminta
bantuan anda kalau tidak saudara yang lain untuk selalu
mengingatkan pasien dalam minum obat. Karena kepatuhan
pasien dalam meminum obat sangat dibutuhkan dalam
pengobatan ini agar tidak terjadinya resistensi atau kebalnya
bakteri terhadap obat yang diberikan. Pengobatan ini selama 6
bulan tanpa putus dan obat yang diresepkan ini hanya untuk 2
bulan. Sebelum obatnya habis nanti harus kembali konsultasi
dengan dokter lagi. Apa informasi yang saya sampaikan sudah
jelas”.
Keluarga Pasien : “sudah jelas bu”.
Apoteker : “untuk memastikan kembali tidak ada informasi yang terlewat
apakah anda bisa mengulangi apa yang saya sampaikan terkait
cara penggunaannya?”.
Keluarga Pasien : “Obatnya diminum 3x sehari setelah makan. Apabila nanti
urin berubah menjadi warna orange tidak perlu khawatir dan
jika kesemutan diberikan vitamin B6. Obatnya harus selalu
diminum jadi saya harus mengingatkan jika lupa”.
Apoteker : “Iya benar, yang paling penting harus patuh minum obat supa
pengobatannya berhasil. Apakah ada yang ingin ditanyakan
kembali?”.
Keluarga Pasien : “Tidak bu, terima kasih atas infomasinya”
Apoteker : “Baik, ini obatnya. Semoga dalam pengobatan selalu patuh
agar bisa sembuh”.
Keluarga Pasien : “Iya bu, saya permisi”.
.
3. Dialog 3 (Asma)
Apoteker : “Selamat Siang”.
Pasien : “Selamat Siang”.
Apoteker : “Benar dengan An. Siti? Alamatnya di jl. Dr Susanto no 9 Pati,
tanggal lahirnya 5 Mei 2005”.
Pasien : “Benar bu, saya ibunya”.
Apoteker : “Mohon maaf sebelumnya, dengan ibu siapa”.
Pasien : “Ibu Ani”.
Apoteker : “Baiklah, perkenalkan saya Susi apoteker yang bejaga di apotek ini.
Apa saya bisa meminta waktu ibu untuk menanyakan beberapa hal?””.
Pasien : “Silahkan”.
Apoteker : “Apakah dokter sudah mengatakan tentang obat ini bu?”.
Pasien : “Iya, dokter bilang ini obat asma”.
Apoteker : “lalu apakah dokter sudah mempraktekkan bagaimana cara
menggunakan obat ini?”.
Pasien : “Iya, kata dokter cara pakainya dihirup”.
Apoteker : “Iya benar bu, untuk lebih jelasnya akan saya praktekan cara
penggunaanya. Ini namanya ventolin inhaler yang isinya salbutamol.
Fungsinya untuk melegakan nafas. Cara pakainya dikocok dahulu,
tarik nafas melalui hidung kemudian buang melalui mulut, lalu buku
tutupnya, letakkan mouthpiece diantara gigi atas dan bawah. Pegang
inhaler tegak lurus, tarik nafas tahan, kemudian tekan bagian atas
inhaler dengan jari telunjuk, tahan nafas selama 5-10 detik, sebelum
membuang nafas lepaskan inhaler dari mulut. Setelah itu dapat
berkumur-kumur. Apakah penjelasan saya dapat dimengerti?”.
Pasien : “Baik bu”.
Apoteker : “Mohon maaf bu, untuk memastikan kembali apakah ibu bisa
mengulangi cara penggunaan inhaler?”.
Pasien : “Nanti tahan nafas waktu ngirup obatnya, pelan-pelan lewat mulut.
Lalu ditahan 5-10 menit baru buang nafas melalui mulut. Setelah itu
kumur-kumur”.
Apoteker : “Iya sudah betul Bu. Ini ibu obatnya. Satu lagi, jangan lupa berdoa
sebelum minum obatnya ya, Bu. Apa ada yang ingin ibu tanyakan?”.
Pasien : “Tidak, terima kasih bu”.
Apoteker : “Iya sama-sama”.