Anda di halaman 1dari 7

SOP MELEPASKAN HELM

PROSEDUR MELEPASKAN HELM DARURAT

Oleh Rohman Azzam

Indikasi

Untuk melepaskan pelindung kepala (seperti helm pengendara sepeda motor atau helm pemain
football) pada pasien yang kemungkinan mengalami cedera cervical-spinal (Proehl, 1999, p 378).

Perhatian dan Kontraindikasi

1. Melepas helm mungkin dapat ditunda pada pasien yang tidak mengalami gangguan jalan napas
ketika diduga mengalami cedera servikal-spinal. Pada situasi ini, maka gergaji dapat digunakan
untuk memotong dan membuka helm (Koenig, 1997 dalam Proehl, 1999). Ketika membiarkan
helm ditempatnya kita membutuhkan bantalan/ganjal untuk mengelevasikan badan pasien dari
kemungkinan turunnya bahu. Sedangkan pada anak dapat terjadi fleksi.

2. JANGAN mencoba melepaskan helm jika anda tidak cukup terlatih.

Perlengkapan

1. Sarung tangan

2. 2 orang yang telah terlatih

Persiapan Pasien

1. Stabilkan secara manual kepala pasien

2. Instruksikan pasien untuk tetap tenang/diam sedapat mungkin dan biarkan penolong
melakukan pekerjaannya melepaskan helm
3. Instruksikan pasien untuk segera mengingatkan penolong jira ada manuver yang meningkatkan
rasa nyeri di leher atau kebas dan kesemutan di extremitas.

4. Jika mungkin, lepaskan kaca mata pasien dan anting yang ada di telinga

Tahapan Prosedur

Leader: Ambil posisi di kepala pasien dan pegang dengan hari-hati dalam garis stabilisasi dengan
menempatkan ibu jari di mandibula pasien dan jari telunjuk di area oksipital. Assistant: Potong
atau lepaskan pelindung muka pasien. Jika helm mempunyai pelindung telinga, lepaskan
pelindung tersebut dengan sudip lidah.

Assistant: Ambil posisi pada garis stabilisasi dari leader dengan memegang mandibula dengan ibu
jari dan jari telunjuk satu tangan dan tempatkan tangan lainnya pada oksipital (lihat gbr A)

Leader: Lepaskan helm dari sisi lateral secara hati-hati (lihat gbr B). Setelah helm mencapai
oksiput, rotasikan helm ke arah anterior ke wajah, hati-hati agar tidak mengenai hidung.

Assistant: Perhatian—kepala dapat turun saat helm dilepas jika penopang dibagian belakang
aksipital tidak adekuat.

Leader: Stabilisasi dari arah lateral dengan jari-jari tangan anda pada mandibula dan osksipital
seperti dijelaskan pada langkah 1 (lihat gbr C dan D)

Assisstant: Tempatkan gulungan handuk atau selimut di bawah kepala pasien jika diperlukan
untuk mempertahankan alignment. Ambil peralatan/perlengkapan lain untuk mengimobilisasi
spinal pasien secara definitif (lihat prosedur IMMOBILISASI SPINAL)

Kaji dan dokumentasikan status neurologik, termasuk pula pergerakan dan sensasi semua
ekstremitas.
Komplikasi

Kerusakan lebih lanjut pada spinal atau spinal cord sebagai akibat pergerakan.

Pendidikan Kesehatan Pasien

Instuksikan pasien tidak melakukan pergerakan sampai ada instruksi untuk melakukannya dari
perawat.

Referensi

Proehl, J.A. (1999). Emergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder
Company.

www.twistysisters.com
SOP / PROTAP MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Menghentikan perdarahan
a.       Pengertian
Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus bedah maupun non bedah
b.      Tujuan
Mencegah syok
c.       Indikasi
1.      Perdarahan pada kasus bedah
2.      Perdarahan kasus non bedah
d.      Persiapan
1.      Alat
Alat yang dipersiapkan sesuai dengan teknik yang akan dilaksanakan untuk kasus bedah :
a)      Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)
b)      Balut tekan
c)      Kain kasa steril
d)     Sarung tangan
e)      Tourniquet
f)       Plester
g)      Set untuk menjahit luka
h)      Obat desinfektan
i)        Sanksteken blakemore tube (SB tube) bila memungkinkan
j)        Spuit 20-50 cc
k)      Waskom berisi air/NaCl 0,9 % dingin
l)        Jelly / pelicin
2.      Pasien
Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
3.      Lingkungan
Tenang
e.       Pelaksanaan tindakan
a)      Petugas menggunakan masker, handscoen, scort
b)      Perawat I
1)      Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat dengan permukaan kulit dengan
menggunakan jari tangan (lihat lampiran)
2)      Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka
c)      Perawat II
1)      Mengatur posisi pasien
2)      Memakai sarung tangan kecil
3)      Meletakkan kain kasa steril di atas luka, kemudian ditekan dengan ujung-ujung jari
4)      Meletakkkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa yang pertama, kemudian tekan dengan ujung jari
bila perdarah masih berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan
tanpa mengangkat kain kasa yang ada.
d)     Balut tekan
1)      Meletakkan kain kasa steril di atas luka
2)      Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan benda keras (verband atau kayu balut) di atas
luka
3)      Membalut luka dengan menggunakan verband balut tekan.
e)      Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan trumatik amputas
1)      Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan menggunakan kain kasa steril
2)      Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah proximal luka, kemudian ikatlah dengan kuat.
3)      Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali secara periodik
f)       Memasang SB tube
1)      Menyiapkan peralatan untuk memasang SB tube
2)      Mengatur posisi pasien
3)      Mendampingi dokter selama pemasangan SB tube
4)      Mengobservasi tanda vital pasien
g)      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquet dan SB tube :
1)      Pemasangan tourniquet merupakan tindakan terakhir jika tindakan lainnya tidak berhasil. Hanya
dilakukan pada keadaan amputasi atau sebagai “live saving”
2)      Selama melakukan tindakan, perhatikan :
a)      Kondisi pasien dan tanda-tanda vital
b)      Ekspresi wajah
c)      Perkembangan pasien
3)      Pemasangan SB tube dilanjutkan dengan pengompresan dan irigasi melalui selang

Anda mungkin juga menyukai