Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEH DAN AMPAS KELAPA PADA MEDIA

TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)


SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

ARTIKEL PENELITIAN
Oleh
KURNIA KARTIKA ULAN SARI
E1A 012 018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB 83125Telp. (0370) 623873

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI

Artikel yang disusun oleh: Kurnia Kartika Ulan Sari NIM. E1A012018 dengan judul
“Pengaruh
Pengaruh Pemberian Ampas Teh dan Ampas Kelapa pada Media Tanah terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) sebagai Sumber Belajar Biologi” telah
diperiksa dan disetujui pada tanggal September 2017.

Mataram, September 2017

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Prapti Sedijani, M. Sc., Ph. D. Drs. Ahmad Raksun, M. Si.


NIP. 19620811 198703 2 001 NIP. 19641231 199101 1 003
PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEH DAN AMPAS KELAPA PADA MEDIA
TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)
SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Kurnia Kartika Ulan Sari1), Prapti Sedijani2), Ahmad Raksun2),


1)
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
2)
Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
Universitas Mataram, Jalan Majapahit No. 62 Mataram
Email: kurniakartika34@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas teh, ampas kelapa dan interaksi
antara pemberian dosis ampas teh dan ampas kelapa terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica
juncea L.). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menggunakan rancangan percobaan
faktorial. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2016 di Jalan Malomba Asrama TNI-AD
Ampenan Nomor 2 dan Laboratorium Kimia, FMIPA Universitas Mataram. Variabel bebas penelitian
ini adalah pemberian ampas teh dan ampas kelapa dengan dosis yang berbeda masing-masing terdiri
dari 5 level (100 gr, 200 gr, 300 gr, 400 gr dan 0 gr sebagai kelompok kontrol). Variabel terikat
penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi dengan parameter tinggi batang, diameter batang,
jumlah daun, berat basah, berat kering dan kandungan klorofil. Populasi penelitian ini adalah tanaman
sawi dan sampelnya adalah tanaman sawi yang disebar dalam polibag sebanyak 750 bibit tanaman sawi
yang memiliki ukuran relatif seragam. Data dianalisis menggunakan analisis keragaman (Analysis of
Variance) dua arah dengan α 5% dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan α 5%.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian ampas teh 100 dan 200 gram berpengaruh positif
pada parameter diameter batang, berat basah, berat kering; sedangkan pemberian ampas teh 300 dan
400 gram berpengaruh negatif pada parameter tinggi batang, jumlah daun dan kandungan klorofil.
Pemberian ampas kelapa berpengaruh positif terhadap semua parameter pertumbuhan dan tidak ada
interaksi yang signifikan antara kedua faktor tersebut terhadap parameter pertumbuhan. Pertumbuhan
tanaman sawi lebih baik apabila media tanah diberi ampas kelapa pada dosis 100 gram, 300 gram dan
400 gram.

Kata-kata Kunci: Ampas kelapa, Ampas teh, Pertumbuhan, Sumber belajar biologi, Tanaman sawi

ABSTRACT
This research aimed to determine the effect of tea waste, coconut pulp and the interaction between
both factors in promoting growth of mustard green (Brassica juncea L.). This research was an
experimental research, using factorial experimental design. This research was conducted in July-
October 2016 at Malomba street Asrama TNI-AD Ampenan Number 2 and Chemistry Laboratory of
Math and Science Faculty of Mataram University. Tea waste and coconut pulp consists of 5 levels (100
gr, 200 gr, 300 gr, 400 gr and 0 gr as the control). The growth parameters of mustard green studied
were stem height, stem diameter, number of leaves, wet weight, dry weight and chlorophyll content.
The population of this research was mustard green; while the samples were those grown on polibag
that were used in this experiment 750 seeds of mustard green that were relatively uniform size. Data
were analyzed using two way ANOVA at α level of 5% and followed by LSD Test at α level of 5%. The
result showed that 100 and 200 gram tea waste gave positive effect on stem diameter, wet weight, dry
weigh; but 300 and 400 gram tea waste gave negative effect on stem height, number of leaves and
chlorophyll content. The supply of coconut pulp promoted all the growth parameters (stem hight, stem
diameter, number of leaves, wet weight, dry weight and chlorophyll content). There was no significant
interaction between both factors on the growth parameters. The growth of mustard green was better
when the soil media was given coconut pulp (100 gram, 300 gram and 400 gram).

Keywords: Tea waste, Coconut pulp, Growth, as learning resources of biological class, Mustard
green (Brassica juncea L.)

PENDAHULUAN dapat digunakan sebagai pupuk kompos.


Ampas teh banyak berasal dari limbah
Pupuk kimia dilaporkan memberikan rumah makan.
dampak negatif, antara lain: pencemaran Teh mengandung sejumlah mineral
tanah yang dapat mengakibatkan seperti karbon organik, N, Zn, Cu, Se, Mg,
ketahanan tanah atau daya dukung tanah Ca, dan Mo yang dapat membantu
dalam memproduksi tanaman menjadi pertumbuhan tanaman (Nurmayanti, 2008
berkurang hingga nantinya tandus dan dalam Hidayat, 2013), dimana beberapa
struktur tanah menjadi keras dan jenis unsur yang terkandung dalam teh
mengurangi populasi mikroorganisme tersebut merupakan unsur yang dibutuhkan
tanah yang bermanfaat bagi tanah dan untuk pertumbuhan tanaman. Selanjutnya
tanaman (Fairuz, 2012). dijelaskan kandungan yang terdapat pada
Pupuk organik dapat memperbaiki ampas teh antara lain: polyphenol, vitamin
sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas B kompleks, serat kasar, selulosa dan
tanah, porositas tanah, struktur tanah, lignin yang dapat digunakan oleh tanaman
kemampuan menahan air dan kation-kation untuk pertumbuhannya. Ampas teh dapat
tanah menjadi lebih baik (Rodiah, 2013). diberikan ke semua jenis tanaman sayuran,
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk tanaman hias, maupun pada tanaman obat-
organik terbagi ke dalam tiga jenis, antara obatan (Ningrum, 2010).
lain: pupuk kandang, pupuk hijau, dan Beberapa hasil penelitian tentang
pupuk kompos. Semua sisa kotoran baik penggunaan ampas teh sebagai pupuk
urine maupun feses dari hewan disebut organik sudah dilaporkan diantaranya
pupuk kandang. Pupuk hijau diartikan adalah penelitian (Hidayat, 2013)
sebagai sisa-sisa tanaman yang menunjukkan bahwa pemberian ampas teh
dikembalikan ke tanah tanpa melalui seduh terhadap tanaman cabai (Capsicum
proses, sedangkan bahan pupuk kompos annum L.) disimpulkan bahwa dapat
dapat berupa sampah atau sisa-sisa meningkatkan pertumbuhan, hasil dan
tanaman tertentu yang dihasilkan melalui meningkatkan persentase buah sehat.
proses (jerami dan lain-lain) (Rodiah, Contoh penelitian lain (Widyati, 2005)
2013). menunjukkan bahwa pemupukan kompos
Ampas teh dan ampas kelapa ampas teh, memberikan pengaruh yang
merupakan sisa dari bagian tumbuhan yang
lebih baik terhadap produksi bahan kering ampas teh, ampas kelapa dan tanah sesuai
dan protein kasar jerami jagung manis dosis yang telah ditentukan. Media yang
walaupun tidak berpengaruh nyata. digunakan untuk menanam tanaman sawi
Kompos ampas teh dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah tanah yang
sebagai pupuk organik untuk diambil di Kebun. Tanah disortir terlebih
menggantikan urea dan jerami jagung dahulu dengan membuang material yang
manis yang dihasilkan memiliki potensi keras seperti batu dan kerikil, dilembutkan,
sebagai pakan ruminansia. Penggunaan dicampur secara merata, ditimbang dan
ampas teh sebagai pupuk tanaman sawi ditempatkan dalam polibag berukuran 30
(Brassica juncea L.) belum dilaporkan. cm x 35 cm dengan berat tanah kurang
Kandungan yang terdapat pada kelapa lebih 1,5 kg sebanyak 50 polibag dan
antara lain kalori, air, protein, lemak, memberikan tanda di semua polibag
karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin menggunakan kertas label. Setelah itu,
B1 dan vitamin C (Prihatini, 2008). mencampurkan semua bahan (ampas teh,
Penelitian Sari (2016) menunjukkan bahwa ampas kelapa dan tanah) menggunakan
penambahan ampas kelapa pada media ember plastik yang dosisnya telah
tanam dapat berpengaruh sangat nyata disesuaikan dan ditimbang sebelumnya.
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Medium dibiarkan selama 8 minggu.
jamur tiram putih (Pleurotus osrtreatus). Biji sawi yang disediakan sebanyak
Berdasarkan uraian di atas, penelitian 750 biji sawi yang memiliki berat, ukuran,
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh warna, dan bentuk yang seragam. Biji sawi
pemberian ampas teh dan ampas kelapa yang ada terlebih dahulu diletakkan di atas
pada media tanah terhadap pertumbuhan kapas yang basah dalam wadah dan
tanaman sawi (Brassica juncea L.). didiamkan selama ± 2 hari dalam kulkas
(40 C), sebelum disemai di polibag. Setelah
METODE PENELITIAN itu, meletakkan bibit sawi sebanyak ± 15
Penelitian ini adalah penelitian bibit/polibag. Setelah penyemaian selama
eksperimen dengan memberikan ampas teh 10 hari dan daun tanaman sawi tumbuh,
dan ampas kelapa pada media tanah dipilih satu tanaman sawi dari masing-
sebagai media tanam tanaman sawi masing polibag yang mempunyai ukuran
(Brassica juncea L.) dengan menggunakan dan kebugaran yang relatif seragam.
rancangan faktorial dengan dua faktor. Kondisi fisik lingkungan meliputi
Penelitian ini telah dilaksanakan pada pengukuran suhu, kelembaban udara dan
bulan Juli-Oktober 2016 di Jalan Malomba pH tanah yang dilakukan 2 kali sehari pada
Asrama TNI-AD Ampenan No. 2 dan pagi hari setiap pukul 10.00-11.00 dan sore
Laboratorium Kimia FMIPA Universitas hari pukul 14.00-15.00.
Mataram. Variabel bebas penelitian ini Pengamatan dan pengumpulan data
adalah pemberian ampas teh dan ampas hanya dilakukan pada akhir pengamatan
kelapa pada media tanah. Variabel tanaman sawi, dimana data hasil percobaan
terikatnya yaitu pertumbuhan tanaman dianalisis dengan menggunakan analisis
sawi (Brassica juncea L.) dengan keragaman (Analisis of Variance) dua arah
parameter tinggi batang, diameter batang, dengan interaksi (Hanafiah, 2014). Data
jumlah daun, berat basah, berat kering dan yang menunjukkan pengaruh nyata di uji
kandungan klorofil. lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil
Selanjutnya, menjemur ampas teh (BNT) jika Fhitung > Ftabel pada taraf
dan ampas kelapa yang telah tersedia signifikan 5% (Hanafiah, 2014).
sampai kering, kemudian menimbang
Pengukuran tinggi batang tanaman T300K100 menghasilkan tinggi batang
dengan menggunakan penggaris, mulai tanaman sebesar 10,5 cm; sedangkan
dari batang yang paling dekat dengan akar tinggi batang tanaman pada kelompok
hingga bagian ujung batang yang dekat kontrol (T0K0) sebesar 20 cm.
dengan pangkal daun teratas. Pengukuran
diameter batang dilakukan dengan cara
meletakkan jangka sorong tepat pada daun
pertama tanaman sawi, setiap tanaman
sawi diambil sampel tanaman dari setiap
petak perlakuan. Jumlah daun diamati
dengan menghitung secara manual jumlah
daun yang terdapat pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.).
Berat basah tanaman ditimbang Berdasarkan hasil uji lanjut BNT
menggunakan neraca analitik yang menunjukkan bahwa pengaruh tunggal
dilakukan langsung setelah tanaman ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
dicabut. Bagian yang ditimbang adalah kelapa (K) diperoleh tinggi batang tanaman
semua bagian tumbuhan kecuali bagian tertinggi pada perlakuan T 0 K 1 0 0 , yakni
akar. Menghitung kandungan klorofil sebesar 61,5 cm. Pengaruh utama T
tanaman dengan menimbang daun sawi pada kelompok kontrol (T 0 )
segar (basah) sebesar 0,5 gr kemudian menghasilkan rata-rata tinggi batang
dipotong kecil-kecil dan diekstraksi. tertinggi dibandingkan s em u a
Potongan daun yang sudah ditimbang kel om pok perl akua n, yakni sebesar
setelah itu digerus menggunakan mortal 24,7 cm. Kelompok perlakuan ampas teh
dan alu dan dilarutkan menggunakan 15 ml T 2 0 0 (200 gram) , T 4 0 0 (400 gram) ,
alkohol 95% tiap botol vial. Hasil larutan T 1 0 0 (100 gram) dan T 3 0 0 (300 gram)
disaring dan dihitung nilai absorbansinya berturut-turut menghasilkan tinggi
menggunakan spektrofotometri UV-Vis batang tanaman dari tertinggi
(Uvikon) dengan panjang gelombang 665 hingga terendah, yakni sebesar
nm dan 649 nm, kemudian menghitung 13,65 cm, 11,4 cm, 10,4 cm dan 6,8
nilai kandungan klorofil a, klorofil b, dan cm. Hasil uji lanjut BNT pada Tabel 4.4
klorofil total. Menimbang berat kering menunjukkan pula bahwa pengaruh utama
tanaman setelah di oven pada suhu 600C K pada kelompok perlakuan cenderung
sampai berat tanaman konstan (tidak menghasilkan tinggi batang yang lebih
berubah) dan mengambil data bobot kering tinggi dibandingkan dengan
tanaman merupakan data terakhir kelompok kontrol kecuali K 2 0 0 (200
penelitian. gram) menghasilkan rata-rata tinggi
batang terendah, yakni sebesar 9,8 cm
HASIL DAN PEMBAHASAN dan tertinggi dihasilkan oleh K 1 0 0 (100
Hasil Penelitian gram) yakni sebesar 21,75 cm. Pemberian
Hasil pengamatan tinggi batang pada T 0 K 1 0 0 pada media tanah terhadap
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pertumbuhan tanaman sawi
T0K100 mampu menghasilkan rata-rata menghasilkan tinggi batang tanaman
tinggi batang tanaman tertinggi tertinggi dibandingkan dengan
dibandingkan perlakuan lainnya, yakni perlakuan lainnya.
sebesar 61,5 cm. Tinggi batang dengan
rata-rata terendah terdapat pada perlakuan
Hasil pengamatan diameter batang tertinggi, yakni sebesar 0,7419 cm,
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa 0,7821 cm, 0,8832 cm dan 0,996
perlakuan T200K400, mampu menghasilkan cm. Pemberian T 2 0 0 K 4 0 0 pada media
rata-rata diameter batang tanaman tanah terhadap pertumbuhan
tertinggi, yakni sebesar 1,3715 cm. tanaman sawi menghasilkan
Diameter batang dengan rata-rata diameter batang tanaman tertinggi
terendah terdapat pada perlakuan dibandingkan dengan perlakuan
T400K100 menghasilkan diameter batang lainnya.
tanaman sebesar 0,305 cm; sedangkan Hasil pengamatan jumlah daun pada
diameter batang tanaman pada kelompok Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan
kontrol (T0K0) sebesar 0,355 cm. T0K100 mampu menghasilkan rata-rata
jumlah daun tanaman tertinggi
dibandingkan perlakuan lainnya, yakni
sebanyak 32,5 helai. Jumlah daun dengan
rata-rata terendah terdapat pada perlakuan
T300K300 yang menghasilkan jumlah
daun tanaman sebanyak 13 helai;
sedangkan jumlah daun tanaman pada
kelompok kontrol (T0K0) sebanyak 22,5
Berdasarkan hasil uji lanjut BNT helai.
menunjukkan bahwa pengaruh tunggal
ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
kelapa (K) diperoleh diameter batang
tanaman tertinggi pada perlakuan
T 2 0 0 K 4 0 0 , yakni sebesar 1,3715 cm.
Pengaruh utama T pada kelompok
perlakuan cenderung menghasilkan
diameter batang yang lebih tinggi Berdasarkan hasil uji lanjut BNT
dibandingkan dengan kelompok menunjukkan bahwa pengaruh tunggal
kontrol kecuali T 4 0 0 (400 gram) ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
menghasilkan rata-rata diameter kelapa (K) diperoleh jumlah daun tanaman
batang terendah, yakni sebesar 0,4065 tertinggi pada perlakuan T 0 K 1 0 0 , yakni
cm dan tertinggi dihasilkan oleh T 2 0 0 (200 sebanyak 32,5 helai. Pengaruh
gram) yakni sebesar 1,1069 cm. Hasil uji utama T pada kelompok kontrol (T 0 )
lanjut BNT pada Tabel 4.8 menunjukkan menghasilkan rata-rata jumlah daun
pula bahwa pengaruh utama K pada tertinggi dibandingkan s em u a
kelompok kontrol (K 0 ) menghasilkan kel om pok perl akua n, yakni sebanyak
diameter batang tanaman yang 28,4 helai. Kelompok perlakuan ampas teh
paling rendah dibandingkan semua T 3 0 0 (300 gram) , T 4 0 0 (400 gram) ,
kelompok perlakuan yakni sebesar T 1 0 0 (100 gram) dan T 2 0 0 (200 gram)
0,5392 cm. Kelompok perlakuan ampas berturut-turut menghasilkan jumlah
kelapa K 2 0 0 (200 gram) , K 1 0 0 (100 daun tanaman dari terendah hingga
gram) , K 3 0 0 (300 gram) dan K 4 0 0 tertinggi, yakni sebanyak 21,3 helai,
(400 gram) berturut-turut 21,9 helai, 24,2 helai dan 24,2 helai.
menghasilkan diameter batang Hasil uji lanjut BNT pada Tabel 4.12
tanaman dari terendah hingga menunjukkan pula bahwa pengaruh
utama K pada kelompok kontrol teh T 1 0 0 (100 gram) , T 2 0 0 (200 gram) ,
(K 0 ) menghasilkan jumlah daun T 3 0 0 (300 gram) dan T 4 0 0 (400 gram)
tanaman yang paling rendah berturut-turut menghasilkan berat
dibandingkan semua kelompok basah tanaman dari tertinggi hingga
perlakuan yakni sebanyak 20,2 terendah, yakni sebanyak 37,731
helai. Kelompok perlakuan ampas kelapa gram, 22,995 gram, 19,295 gram
K 3 0 0 (300 gram) , K 1 0 0 (100 gram) , dan 16,873 gram. Hasil uji lanjut BNT
K 2 0 0 (200 gram) dan K 4 0 0 (400 gram) pada Tabel 4.16 terlihat juga bahwa
berturut-turut menghasilkan jumlah pengaruh utama K pada kelompok
daun tanaman dari terendah hingga kontrol (K 0 ) menghasilkan berat basah
tertinggi, yakni sebanyak 23,8 helai, tanaman yang paling rendah
24,2 helai, 24,3 helai dan 27,5 helai. dibandingkan semua kelompok
Pemberian T 0 K 1 0 0 pada media tanah perlakuan yakni sebanyak 12,436
terhadap pertumbuhan tanaman sawi gram. Kelompok perlakuan ampas kelapa
menghasilkan jumlah daun tanaman K 4 0 0 (400 gram) , K 3 0 0 (300 gram) ,
tertinggi dibandingkan dengan K 2 0 0 (200 gram) dan K 1 0 0 (100 gram)
perlakuan lainnya. berturut-turut menghasilkan berat
Hasil pengamatan berat basah basah tanaman dari tertinggi hingga
tanaman pada Tabel 4 menunjukkan terendah, yakni sebanyak 38,289
bahwa perlakuan T100K300, mampu gram, 33,277 gram, 32,989 gram
menghasilkan rata-rata berat basah dan 20,684 gram. Pemberian
tanaman tertinggi, yakni sebanyak 63,87 T 1 0 0 K 3 0 0 pada media tanah terhadap
gram. Berat basah dengan rata-rata pertumbuhan tanaman sawi
terendah terdapat pada perlakuan T200K0 menghasilkan berat basah tanaman
menghasilkan berat basah tanaman, tertinggi dibandingkan dengan
yakni sebanyak 4,66 gram; sedangkan perlakuan lainnya.
berat basah tanaman pada kelompok Hasil pengamatan kandungan klorofil
kontrol (T0K0) sebanyak 27,94 gram. total pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
perlakuan T0K100 mampu menghasilkan
rata-rata kandungan klorofil total
tertinggi, yakni sebesar 27,5041 mg/l.
Kandungan klorofil total rata-rata terendah
terdapat pada perlakuan T0K300 yang
menghasilkan kandungan klorofil
sebesar 12,179 mg/l; sedangkan kandungan
Berdasarkan hasil uji lanjut BNT klorofil total pada kelompok kontrol (T0K0)
menunjukkan bahwa pengaruh tunggal sebesar 13,0266 mg/l.
ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
kelapa (K) diperoleh berat basah tanaman
tertinggi pada perlakuan T 1 0 0 K 3 0 0 , yakni
sebanyak 63,87 gram. Pengaruh
utama T pada kelompok kontrol (T 0 )
menghasilkan rata-rata berat basah
tertinggi dibandingkan s em ua
k el om pok perl akua n, yakni sebanyak Berdasarkan hasil uji lanjut BNT
40,781 gram. Kelompok perlakuan ampas menunjukkan bahwa pengaruh tunggal
ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
kelapa (K) diperoleh kandungan klorofil
total tertinggi pada perlakuan T 0 K 1 0 0 ,
yakni sebesar 27,50 mg/l. Pengaruh
utama T pada kelompok kontrol (T 0 )
menghasilkan kandungan klorofil total
yang paling rendah dibandingkan
semua kelompok perlakuan yakni Berdasarkan hasil uji lanjut BNT
sebesar 17,12 mg/l. Kelompok menunjukkan bahwa pengaruh tunggal
perlakuan ampas teh T 1 0 0 (100 gram) , ampas teh (T) dan pengaruh tunggal ampas
T 2 0 0 (200 gram) , T 3 0 0 (300 gram) dan kelapa (K) diperoleh berat kering tanaman
K 4 0 0 (400 gram) berturut-turut tertinggi pada perlakuan T 1 0 0 K 3 0 0 , yakni
menghasilkan kandungan klorofil total sebanyak 3,17 gram. Pengaruh
dari tertinggi hingga terendah, yakni utama T pada kelompok kontrol (T 0 )
sebesar 23,56 mg/l, 21,70 mg/l, menghasilkan rata-rata berat kering
18,57 mg/l dan 17,20 mg/l. Hasil uji tanaman tertinggi dibandingkan s em u a
lanjut BNT pada Tabel 4.20 terlihat juga kel om pok perl akua n, yakni sebanyak
bahwa pengaruh utama K pada kelompok 2,118 gram. Kelompok perlakuan ampas
kontrol cenderung menghasilkan teh T 1 0 0 (100 gram), T 2 0 0 (200 gram),
kandungan klorofil total yang lebih T 4 0 0 (400 gram) dan T 3 0 0 (300 gram)
tinggi dibandingkan dengan berturut-turut menghasilkan berat
kelompok perlakuan kecuali K 4 0 0 kering tanaman dari tertinggi hingga
(400 gram) dan K 3 0 0 (300 gram) terendah, yakni sebanyak 1,812
menghasilkan rata-rata kandungan gram, 1,108 gram, 1,005 gram dan
klorofil total terendah, yakni sebesar 0,951 gram. Hasil uji lanjut BNT pada
15,58 mg/l dan 18,10 mg/l. Kandungan Tabel 4.24 terlihat juga bahwa pengaruh
klorofil total tertinggi dihasilkan oleh utama K pada kelompok kontrol
K 1 0 0 (100 gram) yakni sebesar 22,38 mg/l. (K 0 ) menghasilkan berat kering
Pemberian T 0 K 1 0 0 pada media tanah tanaman yang paling rendah
terhadap pertumbuhan tanaman sawi dibandingkan semua kelompok
menghasilkan kandungan klorofil perlakuan yakni sebanyak 0,702
total tertinggi dibandingkan dengan gram. Kelompok perlakuan ampas kelapa
perlakuan lainnya. K 1 0 0 (100 gram) , K 2 0 0 (200 gram) ,
Hasil pengamatan berat kering pada K 3 0 0 (300 gram) dan K 4 0 0 (400 gram)
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan berturut-turut menghasilkan berat
T100K300 mampu menghasilkan rata-rata kering tanaman dari terendah hingga
berat kering tanaman tertinggi, yakni tertinggi, yakni sebanyak 1,023
sebanyak 3,17 gram. Berat kering tanaman gram, 1,636 gram, 1,647 gram dan
dengan rata-rata terendah terdapat pada 1,986 gram. Pemberian T 1 0 0 K 3 0 0
perlakuan T200K0 menghasilkan berat pada media tanah terhadap
kering tanaman sebanyak 0,23 gram; pertumbuhan tanaman sawi
sedangkan berat kering tanaman pada menghasilkan berat kering tanaman
kelompok kontrol (T0K0) sebanyak 1,66 tertinggi dibandingkan dengan
gram. perlakuan lainnya.

Pembahasan
Percobaan ini dirancang dengan dalam polibag menghambat pertumbuhan
menggunakan rancangan faktorial dengan tanaman sawi, sehingga menyebabkan
dua faktor. Data pengamatan yang pertumbuhan tanaman sawi menjadi kerdil.
didapatkan selanjutnya dianalisis dengan Hal tersebut disebabkan karena ampas teh
menggunakan analisis keragaman (Analisis dalam media tanam terlalu banyak
of Variance) dua arah dengan interaksi. mengandung kafein.
Setelah itu, data yang menunjukkan Menurut Baio (2014), teh mengandung
pengaruh nyata di uji lanjut dengan uji 47.4 mg kafein per porsi. Kandungan
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α kafein dari teh dipengaruhi oleh banyak
5%. Uji lanjut BNT ini bertujuan untuk faktor, karenanya tidak selalu teh hitam
mengetahui pada dosis manakah mengandung kafein lebih tinggi dibanding
pertumbuhan tanaman dapat tumbuh secara teh hijau, atau teh putih memiliki kadar
optimal berdasarkan nilai rata-rata tiap kafein paling kecil. Faktor terbesar yang
perlakuan. Uji lanjut BNT dilakukan pada mempengaruhi kadar kafein dalam teh
faktor ampas teh dan ampas kelapa saja, adalah bagian dari tanaman teh yang
sedangkan interaksi kedua faktor tersebut digunakan. Pada tanaman teh, kandungan
tidak dilakukan uji lanjut BNT karena tidak kafein paling banyak terdapat di tunas
berpengaruh nyata terhadap parameter daunnya, sedangkan daun yang tua dan
tanaman berdasarkan hasil analisis batangnya memiliki kadar kafein yang
ANOVA dua arah taraf signifikan 5%. lebih rendah. Selanjutnya, Anonim (2013)
Hasil analisis keragaman (Analisis of mengemukakan bahwa tanaman teh
Variance) dua arah pada taraf α 5% yang memiliki kadar kafein dalam beberapa
dilakukan terhadap pengaruh ampas teh bagian, termasuk daun, batang, biji atau
dan ampas kelapa menunjukkan bahwa buah. Kafein bermanfaat untuk tumbuhan
ampas teh berpengaruh positif dan negatif karena memiliki sifat seperti bahan
terhadap pertumbuhan tanaman sawi; pestisida alami. Bahan ini akan melawan
sedangkan ampas kelapa berpengaruh racun, bibit penyakit, jamur atau virus
positif terhadap pertumbuhan tanaman yang bisa menyerang tanaman. Kafein juga
sawi. Hasil penelitian secara umum akan menyerang serangga sehingga bisa
berdasarkan 6 parameter penelitian yaitu: mempertahankan masa hidup sebuah
tinggi batang, diameter batang, jumlah pohon. Meskipun kandungan kafein ampas
daun, berat basah, berat kering dan teh lebih rendah dari teh sebelum diseduh,
kandungan klorofil total menunjukkan namun tentunya kafein dalam ampas teh
bahwa antara kedua ampas yang mempunyai peran terhadap pertumbuhan
digunakan, ampas kelapa memberikan tanaman. Menurut Euphrasie (2011)
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan mengemukakan bahwa kacang hijau yang
ampas teh terlihat dari hasil analisis data, ditanam di tanah dan diberi tambahan
dimana perlakuan T0K100 memberikan hasil kafein menghasilkan pertumbuhan
terbaik pada parameter tinggi batang, tanaman yang lebih cepat. Lebih lanjut
jumlah daun dan kandungan klorofil total, dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman
perlakuan T200K400 memberikan hasil yang hanya menggunakan kafein atau
terbaik pada parameter diameter batang diberikan kafein terlalu banyak, maka akan
dan perlakuan T100K300 memberikan hasil mengakibatkan daun tanaman menjadi
terbaik pada parameter berat kering keriput, berubah menjadi kecoklatan
tanaman. Pemberian dosis ampas teh bahkan tanaman juga dapat layu dan pada
dengan dosis 100-400 gr/1,5 kg tanah akhirnya mati (Euphrasie, 2011).
Selanjutnya, Grant (2016) menyatakan 300 gram dan 400 gram memberikan
bahwa kafein dapat meningkatkan proses pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
biologis, meliputi kemampuan tanaman sawi (Brassica juncea L.).
berfotosintesis, menyerap air dan nutrisi 2. Pemberian dosis ampas kelapa 100
dari tanah, dan meningkatkan kadar pH gram berpengaruh positif terhadap
dalam tanah, dimana kenaikan tingkat tinggi batang, jumlah daun dan
keasaman ini bisa menjadi racun bagi kandungan klorofil; dosis ampas kelapa
beberapa tanaman. Lebih lanjut dijelaskan 300 gram dapat meningkatkan berat
bahwa pada awalnya tanaman yang diberi basah dan berat kering; dan dosis ampas
tambahan kafein, tingkat pertumbuhan kelapa 400 gram dapat meningkatkan
selnya stabil, namun semakin lama kafein diameter batang tanaman sawi
mulai membunuh atau mendistorsi sel-sel (Brassica juncea L.).
tanaman, sehingga menyebabkan tanaman 3. Interaksi antara pemberian ampas teh
kerdil atau mati (Grant, 2016). dan ampas kelapa tidak berpengaruh
Kemungkinan terhambatnya pertumbuhan nyata terhadap tinggi batang, diameter
tanaman sawi pada penelitian ini terkait batang, jumlah daun, berat basah,
dengan hal di atas. kandungan klorofil dan berat kering
Ampas kelapa memberikan pengaruh (Brassica juncea L.).
positif untuk semua parameter terhadap 4. Pertumbuhan tanaman sawi lebih baik
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica apabila media tanah diberi ampas
juncea L.). Tidak hanya bagian ampas dari kelapa pada dosis 100 gram, 300 gram
kelapa saja yang baik untuk digunakan, dan 400 gram.
tetapi bagian dari air kelapa juga dapat
bermanfaat terutama bagi pertumbuhan Saran
tanaman karena air kelapa memiliki Berdasarkan hasil selama dilakukannya
kandungan air yang cukup tinggi, fosfor penelitian ini, maka disarankan perlu
(P) serta kalium, yang berfungsi dalam dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis
proses fotosintesis dan pengangkutan hasil ampas teh yang lebih rendah dan dosis
asimilasi, dimana Fosfor sangat baik bagi ampas kelapa yang lebih tinggi untuk
tanaman karena dapat memicu pertumbuhan optimal tanaman sawi.
pertumbuhan akar yang nantinya dapat
meningkatkan pertumbuhan batang
tanaman (Syaifudin, 2013). DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Anonim. 2013. Kafein. Diakses dari


Berdasarkan hasil pengamatan dan http://halosehat.com/2013/04/15/gi
pembahasan, maka dapat disimpulkan zi-nutrisi/panduan-gizi/kafein. Pada
beberapa hal sebagai berikut: tanggal 2 Juli 2017.
1. Pemberian dosis ampas teh 100 gram, Baio. 2014. Perbandingan Kafein Pada
200 gram, 300 gram dan 400 gram Kopi dan Teh. Diakses http://baio-
untuk parameter tinggi batang, jumlah indonesia.blogspot.co.id/2014/06/p
daun dan kandungan klorofil erbandingan-kafein-pada-kopi-dan-
memberikan pengaruh negatif, kecuali teh.html. Pada tanggal 2 Juli 2017.
untuk parameter diameter batang, berat
basah dan berat kering, dosis ampas teh Euphrasie, N. 2011. The Effect of Caffeine
100 gram dan 200 gram memberikan on Plant Growth. Diakses dari
pengaruh positif dan dosis ampas teh
https://www.education.com/science Rodiah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan
-fair/article/effect-caffeine-plant- Pupuk Organik untuk Kesuburan
growth/. Pada tanggal 11 Juli 2017. Tanah. Jurnal Universitas
Tulungagung BONOROWO Vol.
Fairuz. 2012. Dampak Negatif 1.No.1. Tulungagung: Universitas
Penggunaan Pupuk Kimia. Diakses Tulungagung.
dari http://fairuz-
juwel.blogspot.co.id/2012/06/damp Sari, M. D., Emma S., dan I.K.W.
ak-negatif-penggunaan-pupuk- Suparwoto, E. 2015. Kajian Bobot
kimia.html. Pada tanggal 24 Juni Media Tanam pada Tanaman Sawi
2016. Sendok (Brassica Juncea (L)
Czern.) dalam Polybag di
Grant, A. 2016. Gardening Know How: Pekarangan. Prosiding Seminar
Will Caffeine Affect Plant Growth – Nasional Lahan Suboptimal 2015.
Tips On Fertilizing Plants With Palembang: Balai Pengkajian
Caffeine. Diakses dari Teknologi Pertanian Sumatera
https://www.gardeningknowhow.co Selatan.
m/garden-how-to/soil-
fertilizers/will-caffeine-affect- Syaifudin, L. N. 2013. Pemanfaatan
plant-growth.htm. Pada tanggal 12 Limbah Sayur-Sayuran untuk
Juli 2017. Pembuatan Kompos dengan
Hanafiah, K. A. 2014. Rancangan Penambahan Air Kelapa (Cocos
Nucifera) dan Ampas Teh sebagai
Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi
Pengganti Pupuk Kimia pada
Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Pertumbuhan Tanaman Semangka
Persada.
(Citrullus vulgaris L ). Naskah
Hidayat, R. 2013. Pengaruh Ampas Teh Publikasi. Surakarta: Universitas
Seduh terhadap Pertumbuhan, Hasil Muhammadiyah Surakarta.
dan Populasi Hama pada Tanaman
Cabai (Capsicum annum L.). Widyati. 2005. Pengaruh Dosis
Jurnal. Padang: Universitas Pemupukan Kompos Ampas Teh
Tamansiswa. terhadap Produksi Jerami Jagung
Manis (Zea mays saccharata).
Ningrum, F. G. K. 2010. Efektivitas Air Jurnal indon.Trop.Anim.Agric. 30
Kelapa dan Ampas Teh terhadap (1). Semarang: Universitas
Pertumbuhan Tanaman Mahkota Diponegoro.
Dewa (Phaleria Macrocarpa) pada
Media Tanam yang berbeda.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Prihatini, R. I. 2008. Analisa kecukupan


panas pada proses pasteurisasi
santan. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai