Anda di halaman 1dari 73

Laporan Praktik Kerja Lapangan

EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN


ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT A

Disusun Oleh:

Fachrul Muchamad Rif’at

16.H1.0040

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2019
EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT A

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata

Disusun Oleh:

Fachrul Muchamad Rif’at

16.H1.0040

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2019

i
HALAMAN MOTTO

“Urip Iku Urup”


(Pepatah orang jawa kuno)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar


kesanggupannya”
(QS Al-Baqarah [2] : 286)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui “
( QS Al-Baqarah [2] : 216 )

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi Pemotongan

Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A” ini

penulis persembahkan kepada :

1. Allah SWT.

2. Bapak Suprapto dan Ibu Trimulyati selaku orang tua.

3. Kerabat dan semua saudara.

4. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

5. Program Studi D-III Perpajakan.

6. Bu Agnes Arie MC., SE., M.Si., Akt., BKP Kaprodi Perpajakan.

7. Para dosen yang memberikan pembelajaran di Universitas Katolik


Soegijapranata.

8. Dosen Pembimbing Ibu Yusni Warastuti, SE., MSi

9. Sahabat dan teman-teman.

iii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA
LAPANGAN

Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

NIM : 16.Hl.0040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Perpajakan

Judul : “Evaluasi Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa

Konstruksi Studi Kasus PT A”

Disetujui di Semarang, 02 Oktober 2019

Dosen Pembimbing

( Yusni Warastuti, SE., MSi )

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul : “Evaluasi Pemotongan


Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A”

Yang disusun oleh :

Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

NIM :16.H1.0040

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 27 September 2019 dan


dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata.

Koordinator Penguji Penguji

Paulina Rini Hastuti, SE., M.si., Akt Drs. Thedorus Sudimin, MS


NPP. 058.1.2001.246 NPP. 058.1.1990.075

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr. Octavianus Digdo Hartomo, M.si., Akt


NPP. 058. 1. 1995. 170

v
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KERJA LAPANGAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fachrul Muchamad Rif’at

NIM : 16.H1.0040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : DIII Perpajakan

Menyatakan bahwa hasil yang ditampilkan dalam Laporan Praktik Kerja


Lapangan ini adalah asli hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari
ditemukan bahwa adanya bukti plagiasi dalam bentuk-bentuk kecurangan lainya,
saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Katolik soegijapranata

Semarang, 03 Oktober 2019

Fachrul Muchamad Rif’at

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
kurunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penyususnan Laporan Praktik
Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi Pemotongan Pemungutan Pajak
Penghasilan atas Jasa Konstruksi Studi Kasus PT A”.

Pada penulisan ini penulis memaparkan bahwa perusahaan yang telah


menjadi PKP seharusnya telah mengetahui kewajiban potong pungut pajak yang
harus dipenuhi. Jika suatu perusahaan yang telah dikukuhkan menjadi PKP
kurang memahami kewajiban potong pungut pajak yang harus dipenuhi akan
terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Dalam
penulisan ini, penulis juga memberikan contoh tatacara penghitungan jika suatu
perusahaan salah memahami suatu aturan perpajakan. Sehingga perusahaan
tersebut harus menerima denda dan bunga, sehingga pembaca dapat menghitung
sendiri perkiraan denda dan bunga yang akan didapatkan. Penulis melakukan
fokus pada kesalahan penafsiran suatu objek pajak yang seharusnya dikenakan
PPh Pasal 4 Ayat (2) tetapi dikenakan PPh Pasal 23 sehingga menyebabkan
kerugian bagi perusahaan tersebut.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat sampai akhirnya saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Suprapto dan Ibu Trimulyati selaku orang tua.
3. Bapak Dr. Octavianus Digdo Hartomo, M.Si., Akt selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata.
4. Ibu Agnes Arie MC., SE., M.Si., Akt., BKP selaku Ketua Program Studi
D-III Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata.
5. Ibu Yusni Warastusi SE., M.si. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya dalam penulisan Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen perpajakan yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran.

vii
7. Ibu Vicensia Retno yang telah memberikan kemudahan administrasi.
8. Bapak Adyuta Puri Prana dan Bapak Danu Wihartono yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman serta bantuan agar penulisan ini lancar,
serta para staf KKP Puri Prana yang telah memberikan dukungan.
9. Teman-teman dan sahabat penulis Hana Dedy Setiawan, Wijayanti
Kusuma Hastuti, Alfina Damayanti, Sesilia Dini Sarastikashiwi, Vicha
Nanda Restu, teman-teman Progdi Pajak atas dukungan dan motivasinya.
10. Serta semua pihak yang memberikan dukungan, hambatan dan motivasi
Dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Evaluasi
Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi
Studi Kasus PT A” ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

Semarang, 03 Oktober 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Indonesia adalah negara berkembang, salah satu upaya pemerintah untuk


mengembangkan sumber daya alam serta sumber daya manusia adalah dengan
meningkatkan anggaran dalam sektor infrastruktur dalam APBN 2018 sebesar
5,8% dibandingkan tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaporan dan pengenaan pajak atas jasa konstruksi pada PT A sebelum
disesuaikan dengan peaturan yang berlaku, serta implikasi kewajiban pajak bagi
PT A. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dan kuantitatif.
PT A adalah perusahaan konstruksi yang bergerak dibidang jasa konstruksi,
pengadaan, dan mekanik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada
laporan laba / rugi perusahaan terdapat perubahan pada total pendapatan usaha,
penghasilan tidak final menjadi lebih kecil dan penghasilan final menjadi lebih
besar. Terjadi perubahan jumlah biaya usaha setalah dilakukan pembetulan.
Dampak dari perubahan tersebut mengakibatkan beban PPh 4 ayat (2) yang
terutang menjadi lebih besar dari sebelumnya dan mengakibatkan PT A
mengalami kerugian. Kerugian tersebut diakibatkan terlambat lapor dan setor SPT
Masa PPh 4 ayat (2). PT A kedepannya membaca dengan seksama dan lebih teliti
kontrak yang didapatkan dan mengklasifikasikannya dengan benar agar tidak
terjadi kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Kata kunci : Jasa Konstruksi, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 23

ix
DAFTAR ISI

Laporan Praktik Kerja Lapangan ............................................................................. i

HALAMAN MOTTO ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KERJA LAPANGAN ....................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................................4
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................7

2.1. Dasar- Dasar Perpajakan ...........................................................................7


2.1.1. Pengertian Pajak .................................................................................7
2.1.2. Jenis Pajak ..........................................................................................7
2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak ..................................................................9
2.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ..............................................................10
2.2.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ................................................10
2.2.2. Obyek Pajak Pertambahan Nilai ......................................................10
2.2.3. Barang Kena Pajak (BKP) ...............................................................11
2.2.4. Jasa Kena Pajak (JKP) .....................................................................12

x
2.2.5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai .........................................................13
2.3. Pajak Penghasilan Pasal 23 .....................................................................13
2.3.1. Pengertian PPh Pasal 23 ...................................................................13
2.3.2. Pemotong PPh Pasal 23....................................................................13
2.3.3. Tarif dan Obyek Pajak PPh Pasal 23 ...............................................14
2.3.4. Jasa Lain sebagai Obyek PPh Pasal 23 ............................................14
2.3.5. Bukan Obyek Pajak PPh Pasal 23 ....................................................17
2.3.6. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 .................18
2.4. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) ..........................................................19
2.4.1. Pengertian PPh Pasal 4 ayat (2) .......................................................19
2.4.2. Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) .......................................................19
2.4.3. Obyek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2) ...................................................19
2.4.4. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) ...........20
2.5. Jasa Konstruksi ........................................................................................21
2.5.1. Pengertian Jasa Konstruksi ..............................................................21
2.5.2. Jenis Usaha atas Jasa Konstruksi .....................................................21
2.5.3. Izin Usaha atas Jasa Konstruksi .......................................................22
2.5.4. Registrasi Usaha atas Jasa Konstruksi .............................................23
2.5.5. Dasar Pengenaan Pajak atas Jasa Konstruksi ...................................27
2.5.6. Tarif PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi .....................................28
2.5.7. Tata Cara Pemotongan dan Pelunasan PPh atas Jasa Konstruksi ....29
2.6. Sanksi Administrasi Perpajakan ..............................................................30
BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN .........................31

3.1. Profil kantor Adyuta konsultan ...............................................................31


3.1.1. Visi dan misi ....................................................................................31
3.1.2. Struktur Organisasi ..........................................................................32
3.1.3. Data perusahaan ...............................................................................32
3.1.4. Ruang lingkup ..................................................................................33
3.2. Metode penelitian ....................................................................................34
3.2.1. Jenis data ..........................................................................................34
3.2.2. Metode pengumpulan data ...............................................................35
3.2.3. Metode Analisis Data .......................................................................35

xi
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................37

4.1. Gambaran Umum PT. A ..........................................................................37


4.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan atas Usaha Jasa Konstruksi pada PT
A 37
4.2.1. Pengakuan Pendapatan Perusahaan..................................................38
4.2.2. Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi pada PT A ...38
4.3. Kewajiban Perpajakan yang Harusnya Dipenuhi oleh PT A...................45
4.3.1. Kewajiban Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi
yang seharusnya oleh PT A ............................................................................45
4.3.2. Pembetulan Laporan Laba/Rugi pada PT A.....................................51
4.4. Dampak Kesalahan Pelaporan Kewajiban Perpajakan PT A ..................53
BAB V PENUTUP .................................................................................................55

5.1. Kesimpulan ..............................................................................................55


5.2. Saran ........................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................57

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan Kekayaan Bersih Perusahaan……………………………26


Tabel 2.2 Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi………………………...27
Table 4.1 Data Proyek PT A Tahun 2018………………………………………..39
Tabel 4.2 Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Pelaksana Konstruksi
Menurut PT A……………………………………………………………………41
Tabel 4.3 Peghitungan PPh Pasal 23 atas Jasa Konstruksi Menurut PT A Tahun
2018………………………………………………………………………………42
Tabel 4.4 Rangkuman PPN PT A Tahun 2018…………………………………..43
Tabel 4.5 Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018………………………………...44
Tabel 4.6 Daftar Proyek PT A tahun 2018 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
……………………………………………………………………………………47
Tabel 4.7 Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2)
Menurut PT A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku……………………………...49
Tabel 4.8 Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 23 Menurut PT
A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku…………………………………………...50
Tabel 4.9 Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018 Pembetulan…………………..51
Tabel 4.10 Penghitungan Sanksi Adminstratif…………………………………..53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KKP ADYUTA PURI PRANA……………….32

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang dengan angka pertumbuhan


penduduk yang relatif tinggi, berdasarkan data dari BPS rata-rata laju
pertumbuhan penduduk dari tahun 2010-2018 sebesar 1,33%. Ini
mengakibatkan pengeluaran negara terus meningkat untuk melaksanakan
pembangunan di segala bidang sebagai upaya negara untuk
mengembangkan serta memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber
daya manusianya. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, maka
diperlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa ada partisipasi dari
masyarakat, pembangunan tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Partisipasi masyarakat dapat berupa sumbangan maupun kontribusi sebagai
pemasukan pemerintah yang selanjutnya digunakan pemerintah untuk
membiayai segala pengeluarannya. (STATISTIK INDONESIA 2019)
Menurut APBN 2018 pemerintahan menaikkan anggaran dalam sektor
pembangunan infrastruktur dibandingkan tahun sebelumnya yaitu untuk
anggaran tahun 2017 sebesar Rp 419.800.000.000,- dan untuk anggaran
tahun 2018 sebesar Rp 444.100.000.000,- sehingga terjadi kenaikan sebesar
Rp 24.300.000.000,- atau naik sebesar 5,8% dari tahun 2017. Untuk
membiayai pembangunan tersebut pemerintah mengandalkan pemasukan
dari sektor pajak. Dikarenakan sektor pajak berkontribusi sebesar 85,4%
dibandingkan dengan seluruh penerimaan pemerintah. (APBN 2018)
Pemerintah sedang berusaha keras untuk meningkatkan pendapatan negara
dari sektor pajak untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi nasional.
Maka dari itu diperlukan peran aktif dari masyarakat memberikan
kontribusinya dalam hal pembayaran pajak sesuai porsinya masing-masing.
Sesuai penjelasan diatas, pada dasarnya kontribusi masyarakat dalam hal

1
membayar pajak digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. Dari pembayaran pajak membuahkan hasil
pembangunan di Indonesia yang tumbuh secara pesat yang didukung
fasilitas umum yang memadai dan modern melalui kemajuan teknologi.
Pajak dikenakan atas penghasilan atau tambahan ekonomi dari kegiatan
usaha sesuai dengan ketentuan umum perpajakan, baik dalam bentuk barang
atau jasa, salah satunya adalah penghasilan yang diterima atas usaha jasa
konstruksi. Banyak aturan ataupun undang-undang oleh pemerintah yang
mengatur secara khusus tentang jasa konstruksi, karena jasa konstruksi
merupakan kegiatan yang berperan penting dalam pembangunan di negara
kita, sehingga dapat mendukung terwujudnya pencapaian pembangunan
sarana dengan tujuan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan dengan UU
Nomor 18 Tahun 1999 j.o UU Nomor 2 Tahun 2017 Pasal 1 tentang jasa
konstruksi, jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi konstruksi dan
atau pekerjaan konstruksi. Konsultasi konstruksi adalah sebagian layanan
atau keseluruhan kegiatan yang meliputi pembangunan, perencanaan dan
perancangan, pengawasan dan manajemen penyelenggaraan konstruksi
suatu bangunan. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah sebagian atau
keseluruhan kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan.
PT A merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha Jasa
Konstruksi dan Bangunan, dengan kualifikasi usaha jasa konstruksi
termasuk dalam kualifikasi K2 (Kecil 2) dengan persyaratan memiliki
minimal 1 orang tenaga kerja bersertifikat keterampilan, dengan kekayaan
bersih Rp 200.000.000 s/d Rp 500.000.000 dengan maksimum
melaksanakan pekerjaan senilai Rp 1.750.000.000,. perusahaan telah
beroperasi dan dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta
memliki akta pendirian usaha yang resmi sejak tahun 2016, dalam
kewajiban perpajakannya PT A diharapkan dapat menghitung, membayar
serta melaporkan kewajiban perpajaknnya secara baik dan benar.

2
Pengenaan pajak atas suatu penghasilan dari usaha jasa konstruksi
dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) yang bersifat final, dikenakan atas jenis jasa
konstruksi, meliputi usaha perencanaan jasa konstruksi yang memiliki
kualifikasi usaha baik kecil, menengah dan besar dikenakan tarif sebesar
4%, sedangkan bagi usaha perencanaan jasa konstruksi yang tidak memiliki
kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar 6%. Untuk usaha pelaksana jasa
konstruksi yang meiliki kualifikasi usaha kecil dikenakan tarif sebesar 2%,
untuk usaha yang memiliki kualifikasi menengah dan besar dikenakan tarif
sebesar 3%, sedangkan untuk usaha pelaksana jasa konstruksi yang tidak
memiliki kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar 4%. Untuk usaha
pengawas jasa konstruksi yang memiliki kualifikasi baik kecil, menengah
maupun besar dikenakan tarif sebesar 4% dan untuk usaha pengawas jasa
konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha dikenakan tarif sebesar
6%. Untuk usaha jasa konstruksi yang meliputi jasa instalasi/pemasangan
mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, dikenakan
PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 2%.
Berdasarkan sumber yang diperoleh, PT A merasa kesulitan dalam
menafsirkan kewajiban perpajakan yang seharusnya dipenuhi atas usaha
Jasa Konstruksi, apakah dikenakan PPh pasal 23 atau PPh Final pasal 4 ayat
(2). Hal ini mengakibatkan ada transaksi yang seharusnya dekenakan PPh
pasal 23 tetapi dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) dan transaksi yang
seharusnya dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) tetapi dikenakan PPh pasal 23.
Oleh karena itu PT A mengalami kerugian, kerugian tersebut diakibatkan
telat lapor dan setor SPT Masa PPh 4 ayat (2), yang diatur dalam UU
Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP Pasal 13 ayat (2) tentang sanksi
administrasi perpajakan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin
meneliti Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi, dengan mengambil judul
tugas akhir :
“EVALUASI PEMOTONGAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS JASA KONSTRUKSI STUDI KASUS PT. A”

3
1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam laporan tugas akhir ini,
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kewajiban pajak terhadap jasa konstruksi pada PT A ?
2. Bagaimana pelaporan kewajiban pajak terkait jasa konstruksi pada PT
A yang sesuai aturan perpajakan ?
3. Bagaimana implikasi atas kewajiban pajak terhadap jasa konstruksi
pada PT A tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Bersadarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan


yang ingin dicapai oleh penulis adalah :
1. Untuk mengetahui pelaporan pajak terkait jasa konstruksi pada PT A.
2. Untuk menjelaskan bagaimana pelaporan kewajiban perpajakan terkait
jasa konstruksi yang sebenarnya pada PT A.
3. Untuk menjelaskan konsekuensi atas kesalahan pelaporan kewajiban
pajak PT A.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan penilitian yang telah diuraikan diatas,


penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan untuk menambah ilmu, keterampilan, serta
mempertajam pengetahuan penulis dalam hal perpajakan.
2. Bagi Perusahaan PT A
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menerapkan perlakuan pengenaan
pajak terkait jasa konstruksi yang sesuai dengan peraturan perpajakan di
waktu yang akan datang.

4
3. Bagi Kantor Konsultan Pajak (KKP)
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan
pertimbangan, bagi kantor konsultan pajak dalam menangani kasus-
kasus perpajak para kliennya.
4. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan
pertimbangan bagi kantor pelayanan pajak dalam mensosialisasikan
kewajiban perpajakan kepada para wajib pajak agar lebih memahami
menganai kewajiban perpajakan masing-masing perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Memberikan gambaran mengenai pembahasan tiap-tiap bab, agar


menjadi susunan yang sistematis dan memudahkan dalam mengetahui isi
hubungan tiap bab. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
tugas akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori yang berkaitan dengan


pembahasan pemikiran pada penelitian ini sebagai dasar dalam
perumusan masalah.

BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTIK KERJA


LAPANGAN DAN METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum tempat praktik


kerja lapangan dan metode penelitian yang digunakan seperti
jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

5
BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai alalisis hasil penelitian dan pembahasan


masalah.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian
ini.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Dasar- Dasar Perpajakan

2.1.1. Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
(UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP Pasal 1 Ayat (1)).

Dari definisi pajak diatas, bahwa pajak memiliki pengertian


yuridis yaitu pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dan dapat
ditarik kesimpulan tentang unsur dari pengertian pajak antara lain
sebagai berikut :
1. Pajak bersifat memaksa.
2. Pajak berdasarkan Undang-Undang.

3. Dalam pembayaran pajak tidak mendapat imbalan secara


langsung (kontraprestasi).
4. Pajak dipungut oleh negara baik melalui pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
5. Pajak digunakan untuk membiayai segala bentuk keperluan
negara atau pengeluaran pemerintah.

2.1.2. Jenis Pajak

Pajak dapat dibagi menjadi 3 jenis kelompok, seperti dikutip


dari Mardiasmo (2018) sebagai berikut :

7
1. Pembagian pajak menurut golongan atau pembebanan sebagai
berikut :
a. Pajak langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung
Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Pembagian pajak menurut sifat sebagai berikut :
a. Pajak Subyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib
Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif
Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
3. Pembagian pajak menurut pemungut dan pengelolanya sebagai
berikut :
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah tangga
negara.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).

8
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah tangga
daerah.
Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) sektor perkotaan dan pedesaan, dan Bea
Materai.
(Mardiasmo 2018)

2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 kelompok sebagai


berikut :

1. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang


memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri official
assessment system adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah mempunyai hak penuh dalam besarnya pajak
yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak.
b. Sifat wajib Pajak pasif dalam perhitungan karena besaran
pajak terutang dihitung oleh fiskus yang dipilih dalam
pengelolaan pajak.
c. Pajak timbul setelah fiskus mengeluarkan surat ketetapan
pajak.

2. Self Assessment System


Sistem ini merupakan salah satu pemungutan pajak dimana
sistem ini membebankan penentuan besaran pajak yang perlu
dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan secara mandiri.

9
Ciri-ciri self assessment system adalah sebagai berikut :
a. Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib
pajak itu sendiri.
b. Wajib pajak memiliki peran aktif dalam kewajiban
perpajakannya mulai dari menghitung, membayar sampai
dengan melapor pajak.
3. Withholding System
Ciri sistem ini adalah pihak ketiga memiliki kewenangan
dalam menentukan besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib
pajak.
(www.klikpajak.id)

2.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.2.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis pajak tidak


langsung yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas
penjualan atau penyerahan BKP/JKP kepada penanggung
pajak/konsumen akhir yang menggunakan barang maupun jasa
tersebut.
(www.onlinepajak.com)

2.2.2. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Obyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibagi menjadi sebagai berikut :


1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh pengusaha;
2. Impor Barang Kena Pajak (BKP);
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh pengusaha;

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKPTB) dari

10
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (BKPB) oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP);
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKPTB) oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP); dan
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
(www.pajak.go.id)

2.2.3. Barang Kena Pajak (BKP)

Berikut pengertian BKP dan jenis barang tidak kena pajak :


1. Pengertian BKP
Barang Kena Pajak adalah barang yang berwujud, menurut
sifat dan hukumnya berupa barang bergerak atau barang tidak
bergerak dan barang tidak berwujud dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN.
Contoh: kendaraan, mesin, rumah, dll dan barang kena pajak
tidak berwujud contoh: merk dagang, hak paten, hak cipta dan
berbagai hak lainnya.
2. Barang Tidak Kena Pajak
Jenis barang yang tidak dikenakan PPN sebagai berikut :
1. Barang hasil pertambangan atau pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;

2. Barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok yang


sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya; dan
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga;
(www.pajak.go.id)

11
2.2.4. Jasa Kena Pajak (JKP)

Berikut pengertian JKP dan jenis jasa tidak kena pajak :


1. Pengertian Jasa Kena Pajak
Jasa Kena Pajak adalah kegiatan pelayanan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hokum, menyebabkan barang
atau fasilitas, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
yang menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
bahan atas petunjuk dari pengguna jasa atau pemesan yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
2. Jasa Kena Pajak tidak dikenai PPN
Semua jasa pada umumnya dikenai PPN, kecuali jenis jasa
kena pajak yang tidak dikenai PPN berdasarkan Undang-
Undang perpajakan antara lain:
1. Jasa pelayanan kesehatan medis;
2. Jasa pelayanan sosial;
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
4. Jasa keuangan;
5. Jasa asuransi;
6. Jasa keagamaan;
7. Jasa pendidikan;

8. Jasa kesenian dan hiburan;


9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
10. Jasa angkutan umum;
11. Jasa tenaga kerja;
12. Jasa perhotelan;
13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum;
14. Jasa penyedia tempat parkir;
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau
koin;

12
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
17. Jasa boga atau catering.
(www.pajak.go.id)

2.2.5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif Pajak Pertambahan Nilai dibagi menjadi sebagai berikut :


1. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 %;
2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0 % berlaku atas:
a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. Ekspor Jasa Kena Pajak.
Tarif pajak dapat berubah menjadi paling rendah 5% dan paling
tinggi sebesar 15% sebagaimana diatur oleh Peraturan
Pemerintah.
(www.pajak.go.id)

2.3. Pajak Penghasilan Pasal 23

2.3.1. Pengertian PPh Pasal 23

PPh pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan


atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21. (www.online-pajak.com)

2.3.2. Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong pajak PPh pasal 23 dibagi menjadi 6 kelompok


sebagai berikut :
1. Badan pemerintah;
2. Subjek Pajak badan dalam negeri;
3. Penyelenggaraan Kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT);
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

13
6. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk
oleh Direktorat Jendral Pajak.
(www.online-pajak.com)

2.3.3. Tarif dan Obyek Pajak PPh Pasal 23

Tarif dan obyek pajak PPh pasal 23 dibagi menjadi sebagai berikut :
1. 15% dari jumlah bruto atas :
1. Deviden;
2. Bunga;
3. Royalti; dan
4. Hadiah dan penghargaan selain yang sudah dipotong PPh
Pasal 21.
2. 2% dari jumlah bruto atas :

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan;
dan
2. Imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan
jasa konsultan.
Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
PPh Pasal 23
(www.pajak.go.id)

2.3.4. Jasa Lain sebagai Obyek PPh Pasal 23

Dibawah ini termasuk jenis jasa lain yang termasuk dalam PPh
pasal 23 sebagai berikut :
1. Jasa penilai (appraisal);
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa hukum;
5. Jasa arsitektur;

14
6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7. Jasa perancang (design);
8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak
dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh BUT;
9. Jasa penunjang di bidang usaha migas;
10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha
panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;


12. Jasa penebangan hutan;
13. Jasa pengolahan limbah;
14. Jasa penyedia tenaga kerja dan /atau tenaga ahli (outsourcing
services);
15. Jasa perantara dan/atau keagenan;
16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,
kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI;
18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Jasa mixing film
20. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,
slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk didalamnya perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan komputer;
22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Jasa internet termasuk sambungannya;
24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data,
informasi, dan/atau program;
25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya dalam bidang konstruksi

15
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi (SUJK);

26. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,


listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya dalam bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi (SUJK);
27. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut
dan udara;
28. Jasa maklon;
29. Jasa penyelidikan dan keamanan;
30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31. Jasa penyedia tempat dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian
informasi, dan/atau jasa periklanan;
32. Jasa pembasmian hama
33. Jasa kebersihan atau cleaning service;
34. Jasa sedot septic tank;
35. Jasa pemeliharaan kolam;
36. Jasa katering atau tata boga;
37. Jasa freight forwarding;
38. Jasa logistik;
39. Jasa pengurusan dokumen;
40. Jasa pengepakan;
41. Jasa loading dan unloading;
42. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan
oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis;

43. Jasa pengelolaan parkir;


44. Jasa penyondiran tanah

16
45. Jasa penyimpanan dan/atau pengolahan lahan;
46. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47. Jasa pemeliharaan tanaman;
48. Jasa pemanenan;
49. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan;
50. Jasa dekorasi
51. Jasa pencetakan/penerbitan;
52. Jasa penerjemahan;
53. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam
UU PPh pasal 15;
54. Jasa pelayanan kepelabuhan;
55. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
56. Jasa pengelolaan penitipan anak;
57. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
58. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59. Jasa sertifikasi;
60. Jasa survey;
61. Jasa tester; dan

62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya


dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Bagi yang tidak mempunyai NPWP dipotong 100% lebih tinggi
dari tarif PPh Pasal 23.
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015
pasal 1 ayat (6) )

2.3.5. Bukan Obyek Pajak PPh Pasal 23

Dibawah ini yang bukan termasuk obyek pajak PPh pasal 23 sebagai
berikut :

17
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang bank;
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, Koperasi, Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia;
4. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan kepada anggota
koperasi; dan
Penghasilan yang dibayar atau terutang dengan badan usaha atau
jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman.
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015
pasal 1 ayat (6) )

2.3.6. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

Dibawah ini dijelaskan kapan saat terutangnya penyetoran dan


pelaporan PPh pasal 23 dalam sebagai berikut :
1. PPh pasal 23 disetorkan oleh pemotong pajak selambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutang pajak PPh
pasal 23;
2. SPT Masa PPh pasal 23 selambatnya dilaporkan 20 hari setelah
bulan teruntang pajak PPh pasal 23;
Pada saat pemotongan pajak pihak pemotong akan memberikan
bukti pemotongan PPh pasal 23, kepada wajib pajak orang pribadi
maupun badan atas pembayaran pajak penghasilan yang dipotong
tersebut.
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/ Tahun 2015
pasal 1 ayat (6) )

18
2.4. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)

2.4.1. Pengertian PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan yang pada akhir
tahun tidak dapat dikreditkan, artinya jenis pajak PPh final ini
dalam pembayarannya tidak dapat diangsur dan harus dilunasi pada
masa pajak yang sama, dan tidak perlu dilaporkan kembali pada
akhir tahun. Pada saat pelunasan kewajiban PPh final selesai, tidak
dapat digabungkan atau dikurangkan dengan penghasilan lain yang
termasuk tidak final.

PPh pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari


penghasilan yang bersifat final berupa bunga deposito dan
tabungan-tabungan lainnya dari transaksi saham, bursa efek,
pengalihan harta berupa tanah dan bangunan serta penghasilan
tertentu lainnya
(Mardiasmo : 2016)

2.4.2. Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2)

Pemotong PPh pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi 4 yaitu :


1. Koperasi;

2. Penyelenggara Kegiatan;

3. Otoritas Bursa;

4. Bendaharawan;

(www.pajak.go.id)

2.4.3. Obyek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2)

Obyek PPh pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi :


1. Bunga deposito / tabungan dan diskonto SBI;

19
2. Bunga / diskonto obligasi;

3. Penghasilan penjualan saham di bursa efek;

4. Penghasilan Penyalur/ Dealer/ Agen Produk BBM;

5. Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan;

6. Persewaan Tanah dan Bangunan;

7. Usaha Jasa Konstruksi;

8. Perwakilan Dagang Asing;

9. Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Asing;

10. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri;

11. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri;

12. Penilaian Kembali Aktiva Tetap;

13. Pajak Penghasilan Hadiah;

14. Uang Pesangon;

15. Honorarium atas beban APBN;

16. Bunga Simpanan Koperasi; dan

17. Dividen yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi

(www.solusipajakonline.com).

2.4.4. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2)

Penerima penghasilan yang diterimakan dari usaha, kegiatan


dan sebagainya yang bersifat final dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, serta bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penerima hadiah undian;
3. Penjual saham dan sekuritas lainnya; dan

20
4. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan.
(www.pajak.go.id).
2.5. Jasa Konstruksi

2.5.1. Pengertian Jasa Konstruksi

Sesuai dengan UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017


Pasal 1 tentang jasa konstruksi, yang dimaksud dengan jasa
konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan atau
pekerjaan konstruksi. Konsultansi konstruksi adalah layanan
keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan. Sedangkan pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran dan
pembangunan kembali suatu bangunan. Bidang usaha jasa
konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan beserta kelengkapannya.

2.5.2. Jenis Usaha atas Jasa Konstruksi

Jenis usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi 3 terdiri dari


perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas
konstruksi.
1. Usaha Perencana Konstruksi
Usaha perencana konstruksi adalah usaha yang memberikan
layanan jasa perencanaan konstruksi dalam pekerjaan konstruksi
yang meliputi rangkaian kegiatan meliputi studi pengembangan,
sampai dengan penyusunan dokumen terkait kontrak kerja
konstruksi. Perencana konstruksi terdiri dari konsultan dan
designer yang memiliki sertifikat keahlian.
2. Usaha Pelaksana Konstruksi

21
Usaha pelaksana konstruksi adalah usaha yang memberikan
layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang
meliputi rangkaian kegiatan atau bagian mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan
konstruksi. Pelaksana konstruksi terdiri dari kontraktor yang
memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
3. Usaha Pengawas Konstruksi
Usaha pengawas konstruksi adalah usaha yang memberikan
layanan jasa pengawasan dalam pekerjaan pelaksanaan
konstruksi baik sebagian atau keseluruhan, mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir konstruksi.
Pengawas konstruksi terdiri dari konsultan pengawas pekerjaan
konstruksi dan konsultan pengawas mutu hasil pekerjaan
konstruksi.
(UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017)

2.5.3. Izin Usaha atas Jasa Konstruksi

Diatur dalam pasal 14 PP No. 28 tahun 2000 j.o PP No.4 tahun


2010. Badan usaha yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi
wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
di tempat domisilinya. Izin berlaku di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan memiliki tanda
registrasi badan, yang telah dikeluarkan oleh lembaga dan
melengkapi ketentuan yang telah dipersyaratkan dalam Undang-
Undang, dan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh lembaga
yang bertugas dalam melaksanakan tugas termasuk sertifikat
keterampilan dan keahlian bagi badan usaha yang melaksanakan
jasa konstruksi.
(UU No.18 tahun 1999 j.o UU No. 2 tahun 2017)

22
2.5.4. Registrasi Usaha atas Jasa Konstruksi

Bagi pengusaha jasa konstruksi yang telah mendaftarkan


usahanya dan ke Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK),
akan memperoleh Sertifikat Badan Usaha (SBU) untuk menyatakan
usaha jasa konstruksi masuk dalam pengelompokan klasifikasi
maupun kualifikasi yang sesuai dengan kompetensi pengusaha Jasa
konstruksi.
1. Klasifikasi jasa konstruksi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.08/PRT/M/2011 Pasal 1 yang dimaksud Klasifikasi adalah
bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan
usaha dalam bidang jasa konstruksi, menurut bidang dan sub
bidang usaha atau penggolongan profesi keterampilan serta
keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi.
Menurut keterampilan tertentu dan kefungsian atau keahlian
masing-masing. Klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.08/PRT/M/2011 pasal 5
untuk bidang usaha jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi
meliputi:
a. arsitektur;
b. rekayasa (engineering);
c. penataan ruang; dan
d. jasa konsultansi lainnya.
Klasifikasi dalam pasal 5 untuk bidang usaha jasa pelaksana
konstruksi meliputi:
a. bangunan gedung;
b. bangunan sipil;
c. instalasi mekanikal dan elektrikal; dan
d. jasa pelaksanaan lainnya.

23
2. Kualifikasi jasa konstruksi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
08/PRT/M/2011 pasal 1 yang dimaksud dengan kualifikasi
adalah bagian registrasi menetapkan penggolongan usaha di
bidang jasa konstruksi menurut tingkat kompetensi dan
kemampuan usaha, atau penggolongan profesi dan keahlian
kerja orang perseorangan dalam bidang jasa konstruksi menurut
tingkat atau kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan
keahlian.
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia untuk mengetahui kemampuan
tenaga kerja yang dimiliki perusahaan guna pengelolaan
usaha jasa konstruksi. Sumber Daya Manusia harus sesuai
dengan klasifikasi dan kualifikasi seperti ketrampilan tenaga
kerja, keahlian tenaga kerja dan pengalaman pekerjaan.
Kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi nasional dapat
ditinjau dari:
a. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), adalah
pimpinan badan usaha yang telah ditetapkan sebagai
b. penanggung jawab badan usaha. PJBU adalah direktur
utama atau anggota direksi untuk kantor pusat, kantor
cabang/perwakilan yang bertanggung jawab
berjalannya operasional badan usaha.
c. Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK) adalah tenaga ahli
tetap yang telah ditunjuk badan usaha untuk
bertanggung jawab atas aspek keteknikan atau
klasifikasi tertentu yang dimiliki badan usaha sesuai
dengan keahlian yang dimiliki.
d. Penanggung Jawab Teknik (PJT) adalah tenaga kerja
yang telah ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab
pada aspek keteknikan dalam operasionalisasi badan

24
usaha jasa konstruksi.
Penggolongan kualifikasi badan usaha jasa konstruksi
didasarkan pada tingkat kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan, berdasarkan kriteria resiko
penggunaan teknologi, dan besaran pembiayaan, dibagi
dalam jenjang kompetensi sebagai berikut:
1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil
a. Kualifikasi Kecil 1 (K1)
b. Kualifikasi Kecil 2 (K2)
c. Kualifikasi Kecil 3 (K3)
2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah
a. Kualifikasi Menengah 1 (M1)
b. Kualifikasi Menengah 2 (M2)
3. Badan Usaha Kualifikasi Besar
a. Kualifikasi Besar 1 (B1)
b. Kualifikasi Besar 2 (B2)
b. Kekayaan Bersih Perusahaan
Kualifikasi usaha jasa konstruksi dapat ditinjau dari
kekaayaan bersih yang dimiliki perusahaan, sebagai modal
keuangan yang digunakan untuk membiayai pekerjaan dan
pengeluaran perusahaan.

25
Tabel 2.1 Persyaratan Kekayaan Bersih Perusahaan

Kualifikasi Subkualifik Kekayaan Bersih (Rp)


asi
Perseorangan P Tidak dipersyaratkan

K1 > 50.000.000 s/d 500.000.000

K2 > 200.000.000 s/d 500.000.000


Kecil
K3 > 350.000.000 s/d 500.000.000

M1 > 500.000.000
Menengah M2 > 2.000.000.000

B1 > 10.000.000.000
Besar B2 > 50.000.000.000

(LPJK No.10 Tahun 2014)


c. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan
Kemapuan melaksanakan pekerjaan dilihat dari
pengalaman perusahaan dalam menangani paket pekerjaan
selama kurang lebih 10 tahun terakhir, dalam paket
pekerjaan terdapat batasan nilai satu paket pekerjaan yang
diambil berdasarkan kualifikasi usaha perusahaan.

26
Tabel 2.2. Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi

Kualifikasi Subkualifik Batas Nilai Satu Pekerjaan


asi (Rp)
Perseorangan P 0 s/d 300.000.000

K1 0 s/d 1.000.000.000

K2 0 s/d 1.750.000.000
Kecil
K3 0 s/d 2.500.000.000

M1 0 s/d 10.000.000.000
Menengah M2 0 s/d 50.000.000.000

B1 0 s/d 250.000.000.000
Besar B2 0 s/d tidak terbatas

(LPJK No. 10 Tahun 2014)


Fungsi dari kualifikasi untuk penggolongan usaha
penyedia jasa konstruksi baik kecil, menengah maupun
besar dan untuk menentukan kemampuan penyelesaian
pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2011)

2.5.5. Dasar Pengenaan Pajak atas Jasa Konstruksi

PPh final atas usaha jasa konstruksi dihitung dengan


mengkalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) . Menurut
PMK No.153/PMK.03/2009 tentang cara pemotongan, penyetoran
dan pelaporan pajak penghasilan dari penghasilan usaha jasa
konstruksi. DPP yang digunakan dalam menghitung PPh final jasa
konstruksi :
a. Jumlah pembayaran, apabila PPh final jasa konstruksi
dikenakan melalui pemotongan PPh oleh pengguna jasa

27
(pemilik poyek atau owner).
b. Jumlah penerimaan pembayaran, apabila PPh final jasa
konstruksi dikenakan melalui penyetoran sendiri oleh kontraktor
yang bersangkutan.
(PMK No.153/PMK.03/2009)

2.5.6. Tarif PPh Final atas Usaha Jasa Konstruksi

Tarif Pajak Penghasilan Final untuk jasa konstruksi sebagai berikut:


1. Tarif Perencana Jasa Konstruksi
a. 4% (empat persen) untuk perencana konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi
usaha baik kecil, menengah, dan besar.
b. 6% (enam persen) untuk perencana konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha
2. Tarif Pelaksana Jasa Konstruksi
a. 2% (dua persen) untuk pelaksana konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa konstruksi yang memiliki kualifikasi
usaha kecil.
b. 3% (tiga persen) untuk pelaksana konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha
menengah dan besar.

c. 4% (empat persen) untuk pelaksana konstruksi yang


dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
3. Tarif Pengawas Jasa Konstruksi
a. 4% (empat persen) untuk pengawas konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi
usaha baik kecil, menengah, dan besar.

28
b. 6% (enam persen) untuk pengawas konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
(PP No.40 Tahun 2009)

2.5.7. Tata Cara Pemotongan dan Pelunasan PPh atas Jasa


Konstruksi

Pelunasan pajak penghasilan atas jasa perencana konstruksi,


jasa pelaksana konstruksi dan jasa pengawas konstruksi dilakukan
dengan dua cara:
1. Jika pengguna jasa badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya dan orang pribadi yang
ditetapkan dirjen pajak maka PPh akan dipotong oleh pengguna
jasa saat pembayaran termin atau saat penyerahan proyek setelah
selesai dikerjakan;
2. Jika pengguna jasa adalah orang pribadi atau selain yang telah
diterangkan diatas maka peyedia jasa wajib membayarkan
sendiri dan pengguna jasa surat pemberitahuan pemotongan.
Pemotongan maupun pelunasan pajak yang dilakukan oleh pemberi
kerja:
1. Pemotongan wajib memotong atau memungut pajak saat
pembayaran penghasilan atau saat penyerahan barang;
2. Pemotong wajib menyetorkan pajak yang telah dipotong ke
bank persepsi, atau kantor pos paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya;
3. Pemotong wajib melaporkannya paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
(www.online-pajak.com)

29
2.6. Sanksi Administrasi Perpajakan

Bagi Wajib Pajak yang tidak patuh / melanggar dalam pemenuhan


kewajiban perpajakannya, sesuai dengan ketentuan umum perpajakan maka
akan dikenai sanksi administrasi. Tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a) atas pembayaran atau penyetoran
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran pajak atas penyetoran pajak, dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % per bulan dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan pembayaran dihitung penuh 1 bulan. Sedangkan untuk
pengenaan denda Pasal 7 ayat (1) apabila Surat Pemberitahuan tidak
disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pembertitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000 untuk SPT Masa
PPN, Rp 100.000 untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp 1.000.000
untuk SPT Tahunan wajib pajak badan serta sebesar Rp 100.000 untuk SPT
Tahunan wajib pajak orang pribadi.

30
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

3.1. Profil kantor Adyuta konsultan

Konsultan pajak ini merupakan konsultan bidang jasa yang


didirikan pada tahun 2002 di Semarang dengan nama KKP Suhartono, SE
& Rekan dengan Izin Konsultan No. SI/614/PJ/2002, yang kemudian
mengalami perubahan nama menjadi Adyuta Konsultan yang dipimpin
oleh Adyuta Puri Prana, SE, Ak, CA, CPA, BKP yang telah memperoleh
Izin Praktik Konsultan Pajak No. KEP- 3070/IP.A/PJ/2015 tertanggal 23
September 2015.

3.1.1. Visi dan misi

Adyuta Konsultan mempunyai visi menjadi konsultan yang


terpercaya, berintegritas tinggi, dan professional.
Demi mewujudkan visi tersebut, Adyuta Konsultan memiliki
misi :

1. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab,


2. Membantu pengurusan hal – hal yang berkaitan dengan pajak,
3. Menyediakan jasa konsultan perpajakan yang berkualitas,
4. Mengarahkan bagaimana penyajian informasi keuangan yang
baik.

31
3.1.2. Struktur Organisasi

Gambar 3.1
Bagan Struktur Organisasi Adyuta Konsultan

(Sumber : Adyuta Konsultan)

Pimpinan memberi keputusan hal – hal terkait kepentingan kantor dan


membangun jaringan relasi dengan para klien. Pimpinan dan staff
berkoordinasi dalam memberi pengarahan dan konsultasi kepada klien.

3.1.3. Data perusahaan

Nama perusahaan :Adyuta konsultan


Alamat :Perum Sambiroto Asri Blog D1-2
Semarang
No telp :082134565098
Nama pimpinan :Adyuta Puri Prana, SE, Ak,CA,CPA,
BKP
Izin praktek konsultan pajak :SI/614/PJ/2002
Izin praktek KP peralihann :KEP-3070/IP.A/PJ/2015
NPWP :46.863.573.5-518.000
Register negara akuntan :RNA 10132
Piagam chartered accountant :11.D50732
Piagam chartered publik accuntant :C-001780

32
3.1.4. Ruang lingkup

Perusahaan jasa konsultan pajak kami memberikan layanan sebagai


berikut:
1. Konsultasi dbidang Perpajakan
a) Memberikan konsultasi/arahan mengenai akuntansi sesuai dengan
Standar Akuntansi yang berlaku umum.
b) Membantu penerapan Sistem & Prosedur Akuntansi Perusahaan.
c) Membantu penyusunan Laporan Keuangan Komersial sesuai standar
akuntansi yang berlaku umum.
d) Memberikan konsultasi/arahan tentang masalah-masalah perpajakan
yang dibutuhkan oleh perusahaan.
e) Membantu dalam penyusunan SPT Masa setiap bulan.
f) Membantu penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Fiskal sesuai
dengan ketentuan perpajakan, serta pengisian SPT Tahunan.
g) Mendampingi/mewakili wajib pajak apabila ada pemeriksaan pajak
yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berkaitan laporan
masa dan tahunan
2. Pengurusan dokumen legalitas perusahaandan tenaga kerja asing (TKA)
A. Pengurusan legalitas perusahaan meliputi:
a) Akta Pedirian dan SK Menhum
b) Izin Prinsip
c) Izin Usaha / Izin Usaha Industri
d) SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
e) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
f) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
g) Pengukuhan PKP (Pengusaha Kena Pajak)
h) UKL-UPL / SPPL (Dokumen Lingkungan Hidup)
i) HO (Izin Ganguan)
j) IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
k) KRK (Keterangan Rencana Kota)

33
l) TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata)
m) NIK (Nomor Induk Kepabeanan)
n) API (Angka Pengenal Impor)
o) ETPIK (Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan)
B. Pengurusan dokumen legalitas tenaga kerja asing,meliputi:
a) RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing)
b) TA 01 (Rekomendasi Via Telex)
c) Visa Telex
d) KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas)
e) IMTA (Izin Memperkejakan Tenaga Kerja Asing)
f) Visa Multiple Bisnis
3. Mengaudit laporan keuangan internal & eksternal
3.2. Metode penelitian

3.2.1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder


dimana data yang digunakan dikumpulkan dan bukan diusahakan sendiri.
Pengumpulan data sekunder dilakukan oleh pihak peneliti yang melakukan
penelitian dan mencari sumber yang diperlukan dalam penelitian ini,
mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah
atau kasus yang diteliti. Seperti Undang-Undang (UU), Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan buku-buku
penunjang yang berkaitan dengan Jasa Konstruksi. Pada Adyuta Konsultan
data yang diperoleh peneliti adalah Company Profile, Laporan Keuangan,
rekap data penjualan, rekap data PPh 23, rekap data PPh 4 Ayat (2), rekap
data PPN yang diperlukan dalam penelitian.

34
3.2.2. Metode pengumpulan data

Dalam penulisan ini saya menggunakan beberapa metode pengumpulan


data :
a. Metode observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati data
penjualan yang dilakukan oleh PT. A yang menunjukan besaran omzet
yang diterima PT. A dan apakah mekanisme penghitungan potong pungut
yang dilakukan oleh PT. A sudah benar sesuai peraturan yang berlaku atau
belum.
b. Metode wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan Bapak Danu dan Bapak Ovan
selaku karyawan yang menangani PT A terkait sistem dan alur bisnis yang
dilakukan oleh PT A dan bagaimana metode komunikasi dan penyampaian
data antara konsultan dan pihak perusahaan, serta bagaimana cara
konsultan memberikan pengertian dan pembelajaran bagi perusahaan
tentang aturan perpajakan. Penulis juga melakukan metode wawancara
guna menggali permasalahan yang mengakibatkan adanya kesulitan untuk
melakukan potongan pungutan.
c. Metode kepustakaan
Metode kepustakaan digunakan untuk mengetahui bagaimana
pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh PT A dengan
mencari sumber rujukan dari jurnal, internet, dan buku-buku terkait PPh
pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2 serta terkait kesalahan pemahaman aturan
oleh PT A.

3.2.3. Metode Analisis Data

Analisis kuantitatif adalah metode menganalisa yang bertujuan


untuk mengetahui kewajiban potong pungut yang dilakukan oleh PT. A
apakah sudah benar sesuai ketentuan yang berlaku dengan cara data
penjualan yang akan menunjukan omzet yang telah disajikan oleh PT. A

35
dihitung kembali kewajiban potong pungutnya apakah sudah sesuai tarif
yang berlaku. Serta menggunakan analisis kualitatif guna mencocokan
dan menyimpulkan antara kewajiban potong pungut yang telah dilakukan
oleh PT. A apakah sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
atau belum.

36
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. A

PT A adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Jasa


Konstruksi dan Bangunan serta Pengadaan. PT A didirikan dan telah
memiliki akta pendirian yang resmi pada tahun 2016. PT A juga telah
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Usaha Jasa
Konstruksi (SUJK). PT A merupakan perusahaan yang memiliki
kualifikikasi sebagai perusahaan jasa konstruksi K2 (Kecil 2) dan telah
memiliki SBU (Sertifikat Badan Usaha) sebagai perusahaan penyedia jasa
konstruksi. Selama tahun 2018 PT A telah mengikuti lelang proyek jasa
konstruksi maupun pengadaan barang baik proyek tersebut dari instansi
pemerintah maupun swasta. Semua proyek telah diselesaikan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Proyek yang telah dikerjakan
PT A antara lain pembangunan gapura, pemeliharaan gedung dan
sebagainya. PT A telah menjadi PKP dan memiliki omzet pada tahun 2018
sebesar Rp 4.850.000.000

4.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan atas Usaha Jasa Konstruksi pada


PT A
PT A selaku perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang telah
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), sewajarnya PT A dapat
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai Peraturan Pemerintah No. 40
Tahun 2009 tentang pajak atas penghasilan jasa konstruksi, dan Peraturan
Menteri Keuangan No. 153/PMK.03/2009 tentang pemotongan, penyetoran
dan pelaporan serta penata usahaan pajak atas penghasilan jasa konstruksi.

37
4.2.1. Pengakuan Pendapatan Perusahaan

Dalam akuntansi pengakuan pendapatan atas jasa konstruksi


dibagi menjadi 2 metode, yaitu:
1. Metode Kontrak Selesai (Completed Contract Method)
Metode ini biasa digunakan perusahaan yang mempunyai
kontrak atau proyek jangka pendek serta memiliki resiko yang
tidak dapat diestimasi secara andal. Metode kontrsk selesai
mengakui pendapatan dan laba kotor setelah kontrak selesai
atau saat penyerahan proyek kepada pemberi proyek.
2. Metode Presentasi Penyelesaian (Precentage of Completion
Method)
Metode ini biasa digunakan perusahaan yang memiliki
kontrak atau proyek jangka panjang, dimana jangka waktunya
lebih dari satu periode akuntansi. Metode ini mengakui
pendapatan dan biaya serta laba kotor sesuai dengan
presentasi terselesaikannya suatu proyek jangka panjang.
Sedangkan dalam perpajakan hanya menganut satu metode
pengakuan pendapatan saja, yaitu metode kontrak selesai dimana
perusahaan boleh mengakui sebagai suatu pendapatan saat kontrak
atau proyek tersebut telah selesai ataupun telah diserah terimakan
kepada pemberi kerja.
Dalam pengakuan pendapatannya PT A telah menggunakan
metode kontrak selesai sehingga tidak diperlukan adanya koreksi
fiskal dalam hal pengakuan pendapatan karena telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan, yaitu menggunakan metode kontrak selesai.

4.2.2. Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa Konstruksi pada PT


A

Berikut ini data pekerjaan, PPh setiap bulan, PPN dan laporan
keuangan PT A

38
1. Data Proyek PT A Tahun 2018
Selama tahun 2018 PT A telah melaksanakan berbagai
macam proyek yang ruang lingkupnya masih dalam bidang
konstruksi dan pengadaan barang.
Table 4.1
Data Proyek PT A Tahun 2018
MENURUT PERUSAHAAN
DATA PROYEK PT. A TAHUN 2018
Nama Pemberi Kerja Kontrak Tgl Selesai Pekerjaan
Masa
Nama Alamat Nama Pekerjaan No Nilai Kontrak Serah Terima
SETDA Renovasi Kantor
004/SPB/517302
Janua KABUPATEN Brambangan, Purwodadi Setda Kab. 250.000.000 10/01/2018 10/01/2018
/PP-JK/I/2018
ri GROBOGAN Grobogan
BEND.
KEMENTRIAN B-
Jl. Jend Sudirman No.49, Renovasi Kantor
Febru AGAMA 3569/Kk.11.15/1/ 270.000.000 15/02/2018 15/02/2018
Jajar, Purwodadi Kementrian Agama
ari KABUPATEN KS.01.1/02/2018
GROBOGAN
BENDAHARA Pembangunan
DINAS KESEHATAN Jl. Gajah Mada No.19, Gudang Obat 027/198.b/3/201
500.000.000 08/03/2018 08/03/2018
Maret KABUPATEN Perumda, Purwodadi Puskesmas Toroh 8
GROBOGAN II
Karang Malang,
Pengadaan Dan
PT CIPTA JAYA Mangunan Lor,
April Pemasangan Tiang 020/85/4/2018 200.000.000 15/04/2018 15/04/2018
KONTRUKSI Kebonagung, Kab.
Pancang
Demak
Pemeliharaan dan
POLRES RESOR Jl. Gajah Mada No.9, SPK/355/IV/
Mei Perawatan Kantor 100.000.000 20/05/2018 20/05/2018
GROBOGAN Perumda, Purwodadi 2018
Polres Grobogan
Jl. Semarang -
Pembangunan
Juni Dinas PU Grobogan Purwodadi, Majenang, 010/58/2018 1.000.000.000 10/06/2018 10/06/2018
Jalan Kabupaten
Kuripan, Purwodadi
BEND. Renovasi Ruang
Jl. Kauman III
PEMBANGUNAN Kelas MTsN 1101/MA/11/34/
Juli Ringinharjo,Gubug Kab. 200.000.000 21/07/2018 21/07/2018
RKB MAN GUBUG- Penawangan Kab KS01.3/01/2018
Grobogan
KAB. GROBOGAN Grobogan
Jl. Ketileng Raya No.16,
Pembangunan
Agus PT INDRA KARYA SendangMulyo, 050/58/2018 80.000.000 20/08/2018 20/08/2018
Jalan Desa
tus Tembalang
BENDAHARA Asrama Polisi Sendang Pemeliharaan Dan
PENGELUARAN Mulyo, Jalan Ketileng Perawatan Klinik
Septe SBK/180/V/2018 100.000.000 08/09/2018 08/09/2018
BIDDOKKES POLDA Raya, Kedungmundu, Pratama
mber
JATENG Tembalang Bhayangkara
BENDAHARAN Pembangunan
KEMENTRIAN Balai Nikah Dan D-
Jl. Jend Sudirman No.49,
Oktob AGAMA Manasik 5236/Kk.10.11/1/ 500.000.000 15/10/2018 15/10/2018
Jajar, Purwodadi
er KABUPATEN Kementrian Agama KS.01.1/09/2018
GROBOGAN Kab. Grobogan
Jl. Raya, Jl. Semarang -
Pengadaan Dan
Purwodadi No.KM.28,
Nove PT Holi Karya Sakti Pemasangan 080/59/2018 150.000.000 05/11/2018 05/11/2018
Area Sawah,
mber Instalasi Listrik
Mangunsari, Tegowanu
Jl. Semarang -
Pembangunan
Dese Dinas PU Grobogan Purwodadi, Majenang, 058/60/PRJ 1.500.000.000 10/12/2018 10/12/2018
Jalan Lokal
mber Kuripan, Purwodadi
Total 4.850.000.000

Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

39
Dari tabel diatas menjelaskan PT A selama tahun 2018 telah
menyelesaikan berbagai jenis proyek, baik berupa proyek yang
dalam bentuk jasa konstruksi maupun pengadaan barang dan jasa
lain yang ruang lingkupnya dalam bidang konstruksi. Dalam
semua proyek yang telah diselesaikan oleh PT. A tidak ada satu
pekerjaan yang nilainya lebih dari Rp 1.750.000.000 (Satu milyar
tujuh ratus lima puluh juta rupiah) yang berarti sudah sesuai
dengan jasa pelaksana konstruksi yang memiliki kualifikasi Kecil
2 (K2). Dari semua proyek yang dilakukan oleh PT A semua
proyek telah diselesaikan dan telah diserah terimakan kepada
pemberi proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati
sebelumnya.
2. Data PPh Setiap Bulan PT A Tahun 2018
Selama tahun 2018 PT. A telah menyelesaikan berbagai jenis
proyek, penghasilan yang diterima oleh PT A dipotong Pajak
Penghasilan (PPh).
a. PPh Pasal 4 Ayat (2)
Seluruh proyek yang telah diuraikan dalam tabel 4.1 telah
diselesaikan dan diserahterimakan kepada pemberi proyek
dengan baik dan sesuai kontrak. PT A setiap bulannya
membayar PPh final sebesar 2% untuk jasa pelaksana
kontruksi dengan klasifikasi K2.
Berikut perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas jasa pelaksana
konstruksi menurut PT A

40
Tabel 4.2
Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Pelaksana
Konstruksi Menurut PT A

PPh Pasal 4
Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif
Ayat (2) (Rp)
Renovasi Kantor
Januari Setda Kab. 250.000.000 2% 5.000.000
Grobogan
Renovasi Kantor
Februari 270.000.000 2% 5.400.000
Kementrian Agama
Pembangunan
Maret Gudang Obat 500.000.000 2% 10.000.000
Puskesmas Toroh II
Pembangunan Jalan
Juni 1.000.000.000 2% 20.000.000
Kabupaten
Renovasi Ruang
Kelas MTsN
Juli 200.000.000 2% 4.000.000
Penawangan Kab
Grobogan
Pembangunan Jalan
Agustus 80.000.000 2% 1.600.000
Desa
Pembangunan Balai
Nikah Dan Manasik
Oktober 500.000.000 2% 10.000.000
Kementrian Agama
Kab. Grobogan
Pembangunan Jalan
Desember 1.500.000.000 2% 30.000.000
Lokal
Total 4.300.000.000 86.000.000

Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019


Tabel 4.2 menjelaskan pada bulan-bulan tersebut PT A
memotong penghasilannya sendiri PPh 4 ayat (2) bersifat
final sebesar 2%, untuk perhitungan sudah sesuai dengan PP
No. 40 Tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
b. PPh Pasal 23
PT A selama tahun 2018 telah menyelesaikan berbagai
macam proyek selain dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2), PT A
juga dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% atas jasa lain yang
ruang lingkupnya masih dalam jasa kontruksi.

41
Berikut penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa konstruksi
menurut PT A tahun 2018
Tabel 4.3
Peghitungan PPh Pasal 23 atas Jasa Konstruksi
Menurut PT A Tahun 2018

Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh Pasal 23 (Rp)


Pengadaan Dan
April Pemasangan Tiang 200.000.000 2% 4.000.000
Pancang
Pemeliharaan dan
Mei Perawatan Kantor 100.000.000 2% 2.000.000
Polres Grobogan
Pemeliharaan Dan
Perawatan Klinik
September 100.000.000 2% 2.000.000
Pratama
Bhayangkara
Pengadaan Dan
November Pemasangan 150.000.000 2% 3.000.000
Instalasi Listrik
Total 550.000.000 11.000.000

Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019


Tabel 4.3 menjelaskan pada bulan-bulan tersebut menurut
PT A dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%. Untuk perhitungan
dan pengenaan atas penghasilan dari PT A belum sesuai
dengan ketentuan karena untuk proyek pada bulan Mei dan
September seharusnya dikenakan tarif PPh Pasal 4 ayat (2)
sebagai jasa pelaksana konstruksi, kecuali dalam proyek
pengadaan barang dan pemasangannya serta jasa lain yang
ruang lingkupnya jasa lain bagi pengusaha jasa konstruksi
dikenakan PPh pasal 23 sebesar 2% sesuai ketentuan yang
diatur dalam PMK No.141/PMK.03/2015.
c. PPN
Selama tahun 2018 PT A telah menyelesaikan berbagai
jenis proyek yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

42
atas penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak
(BKP/JKP)
Berikut rangkuman data PPN PT A selama tahun 2018
Tabel 4.4
Rangkuman PPN PT A Tahun 2018

Masa Nama Pemberi Kerja DPP (Rp) PPN 10% (Rp)


SETDA KABUPATEN
Januari GROBOGAN 250.000.000 25.000.000
BEND. KEMENTRIAN
AGAMA KABUPATEN
Februari GROBOGAN 270.000.000 27.000.000
BENDAHARA DINAS
KESEHATAN
KABUPATEN
Maret GROBOGAN 500.000.000 50.000.000
PT CIPTA JAYA
April KONTRUKSI 200.000.000 20.000.000
POLRES RESOR
Mei GROBOGAN 100.000.000 10.000.000
Juni Dinas PU Grobogan 1.000.000.000 100.000.000
BEND.
PEMBANGUNAN RKB
MAN GUBUG-KAB.
Juli GROBOGAN 200.000.000 20.000.000
Agustus PT INDRA KARYA 80.000.000 8.000.000
BENDAHARA
PENGELUARAN
BIDDOKKES POLDA
September JATENG 100.000.000 10.000.000
BENDAHARAN
KEMENTRIAN
AGAMA KABUPATEN
Oktober GROBOGAN 500.000.000 50.000.000
November PT Holi Karya Sakti 150.000.000 15.000.000
Desember Dinas PU Grobogan 1.500.000.000 150.000.000
Total 4.850.000.000 485.000.000

Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019


Tabel 4.4 menjelaskan data PPN PT A yang termasuk jasa
konstruksi maupun jasa lain yang ruang lingkupnya dalam
bidang jasa konstruksi selama tahun 2018. Semua proyek

43
yang diterima oleh PT A telah disepakati sebelumnya nilai
tersebut belum termasuk PPN sebesar 10%.
d. Laporan Keuangan
Berikut ini data laporan laba (rugi) PT A sebelum
pembetulan tahun 2018
Tabel 4.5
Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018
PT. A
LAPORAN LABA / RUGI
PERIODE JANUARI - DESEMBER 2018
Uraian Tidak Final Final Gabungan

Pendapatan :
- Pendapatan 550.000.000 4.300.000.000 4.850.000.000
- HPP (412.500.000) (3.268.000.000) (3.680.500.000)
Laba Kotor 137.500.000 1.032.000.000 1.169.500.000

Biaya Usaha :
- Biaya Gaji 44.000.000 344.000.000 388.000.000
- Biaya Administrasi & Umum 11.000.000 82.560.000 93.560.000
- Biaya Alat Tulis Kantor 6.875.000 51.600.000 58.475.000
- Biaya Telepon & Internet 8.250.000 61.920.000 70.170.000
- Biaya Listrik & Air 9.625.000 72.240.000 81.865.000
- Biaya BBM 2.750.000 20.640.000 23.390.000
- Biaya Pajak Final 86.000.000 86.000.000
Total Biaya Usaha 82.500.000 718.960.000 801.460.000

Laba (Rugi) Komersial 55.000.000 313.040.000 368.040.000

Koreksi Fiskal :
- Pendapatan - (4.300.000.000) (4.300.000.000)
- HPP - 3.268.000.000 3.268.000.000
- Biaya Gaji - 344.000.000 344.000.000
- Biaya Administrasi & Umum - 82.560.000 82.560.000
- Biaya Alat Tulis Kantor - 51.600.000 51.600.000
- Biaya Telepon & Internet - 61.920.000 61.920.000
- Biaya Listrik - 72.240.000 72.240.000
- Biaya BBM - 20.640.000 20.640.000
- Biaya Pajak Final - 86.000.000 86.000.000
Total Koreksi Fiskal - (313.040.000) (313.040.000)

Laba (Rugi) Fiskal 55.000.000 - 55.000.000

Sumber : Adyuta Konsultan Tahun 2019

44
Tabel 4.5 menampilkan laporan laba rugi yang terdiri dari
penghasilan yang dikenakan PPh final dan PPh tidak final.
Laporan laba/rugi gabungan didapat dari laporan laba/rugi final
ditambah laporan laba/rugi tidak final. Laporan laba/rugi final
dikoreksi fiskal karena penghasilan tersebut telah dikenakan PPh
final pasal 4 ayat (2) sebesar 2%, sehingga tidak perlu dihitung
kembali pada akhir tahun dalam pelaporan SPT Tahunan.
Sedangkan laporan laba/rugi tidak final tidak ada yang dikoreksi
fiskal karena semua penghasilan tersebut boleh diakui sebagai
penghasilan dan biaya tersebut boleh dibebankan sebagai biaya
sehingga mengakibatkan tidak ada koreksi fiskal.

4.3. Kewajiban Perpajakan yang Harusnya Dipenuhi oleh PT A

4.3.1. Kewajiban Pemotongan Pemungutan Pajak atas Jasa


Konstruksi yang seharusnya oleh PT A

Dikarekan PT A telah terdaftar menjadi PKP, seharusnya PT A


dapat menghitung, menyetorkan serta melaporkan pajak atas
penghasilannya dengan tepat. Namun ternyata PT A masih belum
sesuai aturan yang berlaku dalam hal pemotongan pemungutan
pajaknya, ini dibuktikan dengan belum dapatnya PT A melaporkan
kewajiban perpajakannya dengan tepat, dikarenakan minimnya
pengerahuan dari Wajib Pajak itu sendiri serta masih dirasa
kurangnya sosialisasi dari Direktoran Jendral Pajak tentang apa saja
kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh masing-masing
Wajib Pajak.
Pembahasan pada tabel 4.2 proyek yang masuk dalam golongan
penghasilan final atas jasa konstruksi sudah sesuai dengan PP No. 40
tahun 2009, sedangkan pada tabel 4.3 yang menurut PT A masuk
dalam golongan pengasilan tidak final masih terdapat kekeliruan
pada bulan Mei dan November dikerenakan menurut PT A proyek
tersebut merupakan proyek pemeliharaan dan dikenakan tarif PPh

45
pasal 23 sebesar 2%. Anggapan dari PT A tidak tepat karena proyek
tersebut tidak termasuk jasa lain yang tercantum dalam PMK
No.141/PMK.03/2015, melainkan termasuk dalam kategori proyek
yang dikenakan PPh 4 ayat (2) yang bersifat final berdasarkan PP
No. 40 tahun 2009.
Berikut tabel 4.6 menjelaskan daftar proyek PT A selama tahun 2018
berdasarkan dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

46
Tabel 4.6
Daftar Proyek PT A tahun 2018
sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Masa Nama Pekerjaan Keterangan Dasar Hukum


Renovasi Kantor Setda
Januari Final PP No. 40 Th 2009
Kab. Grobogan
Renovasi Kantor
Februari Final PP No. 40 Th 2010
Kementrian Agama
Pembangunan Gudang
Maret Final PP No. 40 Th 2011
Obat Puskesmas Toroh II
Pengadaan Dan
PMK
April Pemasangan Tiang Tidak Final
No.141/PMK.03/2015
Pancang
Pemeliharaan dan
Mei Perawatan Kantor Polres Final PP No. 40 Th 2011
Grobogan
Pembangunan Jalan
Juni Final PP No. 40 Th 2012
Kabupaten
Renovasi Ruang Kelas
Juli MTsN Penawangan Kab Final PP No. 40 Th 2013
Grobogan
Agustus Pembangunan Jalan Desa Final PP No. 40 Th 2014
Pemeliharaan Dan
September Perawatan Klinik Final PP No. 40 Th 2015
Pratama Bhayangkara
Pembangunan Balai
Nikah Dan Manasik
Oktober Final PP No. 40 Th 2016
Kementrian Agama Kab.
Grobogan
Pengadaan Dan
PMK
November Pemasangan Instalasi Tidak Final
No.141/PMK.03/2015
Listrik
Pembangunan Jalan
Desember Final PP No. 40 Th 2016
Lokal
Sumber : Data Diolah 2019
Tabel 4.6 menjelaskan daftar proyek selama tahun 2018 di PT A
yang terhutang PPh final atau PPh pasal 4 ayat (2) dan PPh tidak
final atau PPh pasal 23. Proyek pada bulan Januari, Februari, Maret,

47
Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan Desember
termasuk dalam proyek jasa konstruksi yang tergolong dalam
penghasilan yang bersifat final dan dikenakan PPh pasal 4 ayat (2)
sesuai dengan PP No. 40 tahun 2009. Sedangkan proyek pada bulan
Mei dan November termasuk dalam jasa lain yang ruang lingkupnya
termasuk jasa konstruksi, dikarenakan proyek tersebut merupakan
proyek pengadaan serta pemasangan yang termasuk dalam objek
PPh pasal 23 sesuai dengan PMK No.141/PMK.03/2015.
Pembahasan kali ini lebih menekankan pada penghitungan atas
PPh potongan pungutan atas penghasilan yang tergolong final
maupun tidak final karena penghasilan yang masuk dalam golongan
final tidak perlu diperhitungkan kembali saat pelaporan SPT
Tahunan, sedangkan penghasilan yang masuk dalam golongan tidak
final harus diperhitungkan kembali saat SPT Tahunan badan. Berikut
tabel 4.7 menjelaskan daftar perbandingan proyek yang dikenakan
PPh Pasal 4 Ayat (2) menurut PT A dan sesuai peraturan yang
berlaku.

48
Tabel 4.7
Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2)
Menurut PT A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku
Menurut PT A Sesuai Peraturan yang Berlaku
Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum
Final sesuai
Renovasi Kantor Final sesuai Renovasi Kantor
dengan PP
Setda Kab. 250.000.000 2% 5.000.000 dengan PP No. Setda Kab. 250.000.000 2% 5.000.000
Januari Januari No. 40 Th
Grobogan 40 Th 2009 Grobogan
2009
Final sesuai
Renovasi Kantor Final sesuai
Renovasi Kantor dengan PP
Februa Kementrian 270.000.000 2% 5.400.000 dengan PP No. Februa 270.000.000 2% 5.400.000
Kementrian Agama No. 40 Th
ri Agama 40 Th 2009 ri
2009
Pembangunan Pembangunan Final sesuai
Final sesuai
Gudang Obat Gudang Obat dengan PP
Maret 500.000.000 2% 10.000.000 dengan PP No. Maret 500.000.000 2% 10.000.000
Puskesmas Toroh Puskesmas Toroh No. 40 Th
40 Th 2009
II II 2009
Final sesuai
Final sesuai Pemeliharaan dan
Pembangunan dengan PP
Juni 1.000.000.000 2% 20.000.000 dengan PP No. Mei Perawatan Kantor 100.000.000 2% 2.000.000
Jalan Kabupaten No. 40 Th
40 Th 2009 Polres Grobogan
2009
Renovasi Ruang Final sesuai
Final sesuai
Kelas MTsN Pembangunan dengan PP
Juli 200.000.000 2% 4.000.000 dengan PP No. Juni 1.000.000.000 2% 20.000.000
Penawangan Kab Jalan Kabupaten No. 40 Th
40 Th 2009
Grobogan 2009
Renovasi Ruang Final sesuai
Final sesuai
Pembangunan Kelas MTsN dengan PP
Agust 80.000.000 2% 1.600.000 dengan PP No. Juli 200.000.000 2% 4.000.000
Jalan Desa Penawangan Kab No. 40 Th
us 40 Th 2009
Grobogan 2009
Pembangunan
Balai Nikah Dan Final sesuai
Final sesuai
Manasik Pembangunan dengan PP
Oktobe 500.000.000 2% 10.000.000 dengan PP No. Agust 80.000.000 2% 1.600.000
Kementrian Jalan Desa No. 40 Th
r 40 Th 2009 us
Agama Kab. 2009
Grobogan
Pemeliharaan Dan Final sesuai
Final sesuai
Pembangunan Perawatan Klinik dengan PP
Desem 1.500.000.000 2% 30.000.000 dengan PP No. Septem 100.000.000 2% 2.000.000
Jalan Lokal Pratama No. 40 Th
ber 40 Th 2009 ber
Bhayangkara 2009
Pembangunan
Final sesuai
Balai Nikah Dan
dengan PP
Oktobe Manasik 500.000.000 2% 10.000.000
No. 40 Th
r Kementrian Agama
2009
Kab. Grobogan

Final sesuai
Pembangunan dengan PP
Desem 1.500.000.000 2% 30.000.000
Jalan Lokal No. 40 Th
ber
2009
Total 4.300.000.000 86.000.000 Total 4.500.000.000 90.000.000

Sumber : Data Diolah 2019


Tabel 4.7 menjelaskan tentang perbandingan proyek yang
dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2) menurut PT A dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, yaitu sesuai PP No. 40 tahun 2009. Terdapat
perbedaan pada bulan Mei dan September karena PT A kurang benar
dalam mendefinisikan PP No. 40 tahun 2009.
Berikut tabel 4.8 menjelaskan daftar perbandingan proyek yang
dikenakan PPh Pasal 23 menurut PT A dan sesuai peraturan yang
berlaku.

49
Tabel 4.8
Daftar Perbandingan Proyek yang Dikenakan PPh Pasal 23
Menurut PT A dan Sesuai Peraturan yang Berlaku
Menurut PT A Sesuai Peraturan yang Berlaku
Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum Masa Nama Pekerjaan DPP (Rp) Tarif PPh (Rp) Dasar Hukum
Pengadaan Dan PMK No. Pengadaan Dan PMK No.
April Pemasangan 200.000.000 2% 4.000.000 141/PMK.03/20 April Pemasangan Tiang 200.000.000 2% 4.000.000 141/PMK.03/
Tiang Pancang 15 Pancang 2015
Pemeliharaan dan PMK No. Pengadaan Dan PMK No.
Mei Perawatan Kantor 100.000.000 2% 2.000.000 141/PMK.03/20 Novem Pemasangan 150.000.000 2% 3.000.000 141/PMK.03/
Polres Grobogan 15 ber Instalasi Listrik 2015
Pemeliharaan Dan
PMK No.
Perawatan Klinik
Septem 100.000.000 2% 2.000.000 141/PMK.03/20
Pratama
ber 15
Bhayangkara
Pengadaan Dan PMK No.
Novem Pemasangan 150.000.000 2% 3.000.000 141/PMK.03/20
ber Instalasi Listrik 15
Total 550.000.000 11.000.000 Total 350.000.000 7.000.000

Sumber : Data Diolah 2019


Tabel 4.8 menjelaskan tentang perbandingan proyek yang
dikenakan PPh Pasal 23 menurut PT A dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, yaitu sesuai PMK No.141/PMK.03/2015 tentang jasa
lain yang dikenakan PPh 23. Terdapat perbedaan pada bulan Mei dan
September karena PT A kurang benar dalam mendefinisikan PMK
No.141/PMK.03/2015 sebagai dasar hokum untuk PPh Pasal 23.
Berdasarkan PMK No. 141/PMK.03/2015 Pasal 1 Ayat (6) Huruf Z
yang menyatakan Jasa perawatan/ perbaikan/ pemeliharaan mesin,
peralatan listrik, telepon, air, gas, AC, dan/ atau TV kabel, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/ atau sertifikat sebagai
pengusaha konstruksi.
Oleh karena itu proyek pemeliharaan dan perawatan kantor dan
klinik pada bulan Mei dan September yang dikerjakan oleh PT A
yang memiliki kualifikasi perusahaan jasa konstruksi K2 dan
memiliki SBU sebagai pengusaha konstruksi seharusnya tidak
dikenakan PPh Pasal 23 tetapi dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas
jasa pelaksana konstruksi dengan kualifikasi K2

50
4.3.2. Pembetulan Laporan Laba/Rugi pada PT A

Berikut tabel 4.9 menjelaskan laporan laba/rugi PT A tahun 2018


setelah pembetulan
Tabel 4.9
Laporan Laba/Rugi PT A Tahun 2018
Pembetulan
PT. A
LAPORAN LABA / RUGI PEMBETULAN
PERIODE JANUARI - DESEMBER 2018
Uraian Tidak Final Final Gabungan

Pendapatan :
- Pendapatan 350.000.000 4.500.000.000 4.850.000.000
- HPP (261.500.000) (3.419.000.000) (3.680.500.000)
Laba Kotor 88.500.000 1.081.000.000 1.169.500.000

Biaya Usaha :
- Biaya Gaji 28.000.000 360.000.000 388.000.000
- Biaya Administrasi & Umum 7.080.000 86.480.000 93.560.000
- Biaya Alat Tulis Kantor 4.425.000 54.050.000 58.475.000
- Biaya Telepon & Internet 5.310.000 64.860.000 70.170.000
- Biaya Listrik & Air 6.195.000 75.670.000 81.865.000
- Biaya BBM 1.770.000 21.620.000 23.390.000
- Biaya Pajak Final 90.000.000 90.000.000
Total Biaya Usaha 52.780.000 752.680.000 805.460.000

Laba (Rugi) Komersial 35.720.000 328.320.000 364.040.000

Koreksi Fiskal :
- Pendapatan - (4.500.000.000) (4.500.000.000)
- HPP - 3.419.000.000 3.419.000.000
- Biaya Gaji - 360.000.000 360.000.000
- Biaya Administrasi & Umum - 86.480.000 86.480.000
- Biaya Alat Tulis Kantor - 54.050.000 54.050.000
- Biaya Telepon & Internet - 64.860.000 64.860.000
- Biaya Listrik - 75.670.000 75.670.000
- Biaya BBM - 21.620.000 21.620.000
- Biaya Pajak Final - 90.000.000 90.000.000
Total Koreksi Fiskal - (328.320.000) (328.320.000)

Laba (Rugi) Fiskal 35.720.000 - 35.720.000

Sumber : Data Diolah 2019

51
Berdasarkan tabel 4.9 yang merupakan laporan laba/rugi pembetulan
PT A tahun 2018 dapat dijelaskan :
a. Omset PT A di tahun 2018 setelah pembetulan tidak mengalami
perubahan, yaitu sebesar Rp 4.850.000.000
b. Perubahan terdapat pada total penghasilan final dan tidak final di
PT A di tahun 2018, sebelum pembetulan total penghasilan final
Rp 4.300.000.000 dan setelah dilakukan pembetulan total
penghasilan final berubah menjadi Rp 4.500.000.000 .
Sedangkan pada total penghasilan tidak final sebelum
pembetulan sebesar Rp 550.000.000 dan setelah dilakukan
pembetulan total penghasilan tidak final berubah menjadi
Rp 350.000.000
c. Perubahan juga terdapat pada jumlah PPh pasal 4 ayat (2) yang
disetor PT A tahun 2018, sebelum pembetulan sebesar
Rp 86.000.000 dan setelah pembetulan berubah menjadi
Rp 90.000.000
d. Karena ada perubahan dalam penghasilan dan biaya usaha final
dan tidak final mengakibatkan pada jumlah laba/rugi bersih
komersial yang diperoleh PT A tahun 2018 juga mengalami
perubahan
Laba (Rugi) PT A sebelum pembetulan
Laba (Rugi) bersih komersial (final) : Rp 313.040.000
Laba (Rugi) bersih komersial (tidak final) : Rp 55.000.000 +
Laba (Rugi) bersih komersial (gabungan) : Rp 368.040.000
Laba (Rugi) PT A setelah pembetulan
Laba (Rugi) bersih komersial (final) : Rp 328.320.000
Laba (Rugi) bersih komersial (tidak final) : Rp 35.720.000 +
Laba (Rugi) bersih komersial (gabungan) : Rp 364.040.000
e. Laba/Rugi kena pajak PT A tahun 2018 juga mengalami
perubahan, sebelum pembetulan sebesar Rp 55.000.000 dan
setelah pembetulan berubah menjadi Rp 35.720.000

52
4.4. Dampak Kesalahan Pelaporan Kewajiban Perpajakan PT A

PT A belum dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan tepat


sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan kesalahan tersebut
menimbulkan kerugian bagi PT A. Kesalahan terletak pada kesalahan PT A
dalam menentukan kualifikasi dari suatu penghasilan yang menyebabkan
adanya sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah
pajak yang seharusnya dibayar, sesuai dengan UU KUP Pasal 13 ayat (2)
yang mengatur tentang sanksi administratif berupa bunga paling lama 24
bulan dan denda karena telat lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu
sebesar Rp 100.000. Berikut tabel 4.10 tentang penghitungan sanksi
administratif pada PT A
Tabel 4.10
Penghitungan Sanksi Adminstratif

Masa PPh 4 (2) 2% (Rp) Denda (Rp) Bunga (Rp)


Mei 2.000.000 100.000 320.000
September 2.000.000 100.000 160.000
Total 4.000.000 200.000 480.000
Sumber : Data Diolah 2019
Tabel 4.10 menjelaskan tentang penghitungan sanksi administratif pada
saat PT A melakukan kesalahan pengkualifikasian pajak yaitu pada bulan
Mei dan September 2018. Adyuta Konsultan melakukan evaluasi pada PT A
guna untuk pelaporan SPT Tahunan pada tanggal 10 Februari 2019 dan
karena terjadi kesalahan tersebut PT A membayar dan melaporkan SPT
Masa PPh pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi pada hari itu juga sehingga
ada keterlambatan lapor pada bulan Mei dan September tersebut, maka
dikenakan denda sebesar Rp 200.000 (Rp 100.000 x 2) serta karena akibat
dari telat setor PPh pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi PT A dikenakan
sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% dari pokok pajak yang
seharusnya disetor dikalikan dengan masa telat bayar yaitu pada bulan Mei

53
terlambat 7 bulan dan pada bulan September terlabat 4 bulan sehingga di
dapat penghitungan sebagai berikut :
Mei : 2% x 7 bulan x Rp 2.000.000
: Rp 320.000
September : 2% x 4 bulan x Rp 2.000.000
: Rp 160.000
Total bunga yang harus dibayar PT A sebesar Rp 320.000 + Rp 160.000 =
Rp 480.000
Sehingga sanksi administrasi berupa denda dan bunga yang harus dibayar
oleh PT A sebesar Rp 200.000 + Rp 480.000 = Rp 680.000
Jumlah pokok pajak telah dipindah buku kan dari PPh Pasal 23 menjadi PPh
Pasal 4 Ayat (2) dan bunga telah juga telah dibayarkan pada taanggal 10
Februari 2019.

54
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan mengenai


permasalahan yang akan dikemukakan sebagai berikut :
1. Sebagai PKP PT A mempunyai kewajiban pajak atas jasa konstruksi
dalam hal memotong dan/atau memungut, menyetor dan melaporkan
penghasilan dari usaha jasa konstruksi. Saat pelaporan kewajiban pajak
setiap bulannya PT A tahun 2018 dengan rincian PPh pasal 23 sebesar
Rp 11.000.000 PPh pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 86.000.000 dan PPN
sebesar Rp 485.000.000
2. Kewajiban perpajakan pada PT A atas jasa konstruksi di tahun 2018
terdapat kesalahan dalam hal pengualifikasian penghasilan yang
seharusnya dipotong sendiri PPh pasal 4 ayat (2) tetapi dipotong PPh
pasal 23. Hal ini dapat dilihat dari PPh yang telah disetorkan oleh PT A,
untuk PPh pasal 23 sebesar Rp 11.000.000 dan PPh pasal 4 ayat (2)
sebesar Rp 86.000.000 , setelah dilakukan pembetulan jumlah PPh yang
terutang pada PT A untuk PPh pasal 23 berubah menjadi Rp 7.000.000
dan PPh pasal 4 ayat (2) berubah menjadi Rp 90.000.000 setelah
dibetulkan PPh pasal 23 yang disetorkan menjadi lebih kecil dan PPh
pasal 4 ayat (2) yang disetorkan menjadi lebih besar. Karena perbedaan
tersebut menyebabkan perubahan juga pada laporan laba/rugi PT A
tahun 2018.
3. Karena kesalahan penyetoran dan pelaporan PPh yang dilakukan oleh
PT A mengakibatkan adanya sanksi administratif sesuai dengan UU
KUP Pasal 13 ayat (2) yang diakibatkan karena telat lapor SPT Masa
PPh pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 200.000 pada bulan Mei dan September
yang sebelumnya dikenakan PPh pasal 23, serta bunga akibat terlambat
setor PPh pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 480.000 dengan total sanksi
administratif berupa denda dan bunga sebesar Rp 680.000

55
5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, penghitungan, penelitian serta pembahasan


penulis dapat memberikan saran, antara lain :
a. Bagi Perusahaan PT A
PT A kedepannya kedepannya membaca dengan seksama dan lebih
teliti kontrak yang didapatkan dan mengklasifikasikannya dengan benar
agar tidak terjadi kesalahan serta diharapkan mempelajari lebih lanjut
tentang peraturan perpajakan yang berlaku atas usaha jasa konstruksi
dan jasa lain yang ruang lingkupnya masih dalam jasa konstruksi agar
mengurangi kesalahan dalam mengkualifikasikan jenis penghasilan agar
tidak menimbulkan kerugian pada perusahaan karena harus membayar
sanksi administratif pajak.
b. Bagi Adyuta Konsultan
Adyuta Konsultan kedepannya diharapkan lebih membimbing dan
memberikan pembelajaran kliennya tentang peraturan perpajakan yang
berlaku agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali dan
menyebabkan kerugian bagi kliennya karena harus membayar sanksi
administratif pajak.
c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Kantor Pelayanan Pajak kedepannya dirapkan lebih meningkatkan
dan mengoptimalkan sosialisasi kepada wajib pajak terkait kewajiban
perapajakan apa saja yang harus dipenuhi oleh wajib pajak tersebut.
Himbauan dan sanksi pajak dapat diterapkan apabila wajib pajak lalai
dan tidak taat pada aturan pajak yang berlaku agar kedepannya wajib
pajak mengetahui apa kesalahannya dan membuat efek jera kepada
wajib pajak tersebut.

56
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. (2014, Agustus 29). Re


http://www.sertifikasi.biz/Peraturan%20LPJK%20Nomor%2010%20tahun
%202014%20tentang%20Registrasi%20Usaha%20Jasa%20Pelaksana%20K
onstruksi.pdf
Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pelaporan Usaha untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP). (2013) dapat di akses di pajak.Re
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015.
(2015, Juli 24) dapat di akses di ortax.Re
http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15833&hlm=
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian
Subkualifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi. (2011) dapat
diakses di bpkm.Re
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/prosedur_investasi/file_upload/Per
menpu_8_PRT_M_2011.pdf
PMK No. 153/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas PMK No.
187/PMK.03/2008. (2009) dapat di akses di jdih.kemenkeu.Re
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/153~PMK.03~2009Per.HTM
PP No 40 tahun 2009. (2009, Agustus 29) Peraturan Pemerintah No 40 Tahun
2009 dapat diakses di ortax.Re
https://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=42&list=&q=&hl
m=6
PP 4 Tahun 2010. (2010) dapat diakses di luk.tsipil.ugm.Re
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/konstruksi/PP4-
2010MasyarakatJasaKonstruksi.pdf
Puspa, D. (2016, November 30) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat diakses di
online pajak.Re https://www.online-pajak.com/id/pajak/pajak-pertambahan-
nilai-ppn
Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaanya. (2013, Desember) dapat
diakses di pajak.Re http://www.pajak.go.id/sites/default/files/UU-KUP-001-
13-UU%20KUP%202013-00%20Mobile.pdf

57
UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi. (2017) dapat di akses di
lkpp.Re
http://www.lkpp.go.id/v3/files/attachments/5_shOZLkcQtAWWUCHVmD
OnNvhtzMvlPLyp.pdf
UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(2009) dapak diakses di kemenkeu.Re
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/uu-kup%20mobile.pdf
Zentrum. (2015). Daftar Obyek dan Tarif Pajak Penghasilan dapat diakses di
solusi pajak online.Re http://solusipajakonline.com/documents/03_LAIN-
LAIN/01_Daftar%20dan%20Tarif%20Pajak%20Penghasilan.pdf
3 Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia. (2019) dapat di akses di klik pajak.Re
https://klikpajak.id/en/blog/lapor-pajak/3-sistem-pemungutan-pajak-di-
indonesia/
5 Hal Penting Terkait PPh Jasa Konstruksi yang Harus Anda Pahami. (2018,
Oktober 4) dapat di akses di online pajak.Re https://www.online-
pajak.com/5-hal-penting-terkait-pph-jasa-konstruksi-yang-harus-anda-
pahami

58
59

Anda mungkin juga menyukai