Job Sheet 1 Boiler PDF
Job Sheet 1 Boiler PDF
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan boiler sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
pengambilan data Boiler Operator Temperature(0C) seperti thermometer
dan manometer.
3. Mahasiswa dapat menganalisa karateristik unjuk kerja boiler dari data
Boiler Operator Temperature(0C) yang diperoleh.
I. PENDAHULUAN
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk uap atau steam. Uap atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai
bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus
dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari; sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui
sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar
Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya digunakan
untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam rendah sampai
sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam
sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube boilers dapat
menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam
operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi
sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan
tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers
yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik water tube boilers sebagai berikut; Forced, induced
dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran, kurang
toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air,
memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
3. Paket Boiler.
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat
dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan
sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe
shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
maupun konveksi yang tinggi.
Ciri-ciri dari packaged boilers adalah; kecilnya ruang pembakaran dan tingginya
panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat, banyaknya jumlah
pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif
yang baik, sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran
yang baik, sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan
yang lebih baik, tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan boiler lainnya. Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass
nya yaitu berapa kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran
ditempatkan sebagai lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set
pipa api. Boiler yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass/ lintasan
dengan dua set fire-tube/ pipa api dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.
4. Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed(FBC).
Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) muncul sebagai alternatif yang
memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan – rancangan
boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang
tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx.
Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui bed
partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
terganggu pada kecepatan yang rendah. Begitu kecepatan udaranya berangsur-
angsur naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran
udara – bed tersebut disebut terfluidisasikan. Dengan kenaikan kecepatan udara
selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung, turbulensi yang kuat, pencampuran
cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed partikel padat
menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida – bed gelembung
fluida/bubbling fluidized bed. Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan
dipanaskan hingga ke suhu nyala batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus
menerus ke bed, batubara akan terbakar dengan cepat dan bed mencapai suhu
Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric Fluidized
Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional
biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah
dipasang digabungkan dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada tingkatan
batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan,
Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat
padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran
sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed.
Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi,
dinding air, pada keluaran pengangkat/ riser. Boiler CFBC pada umumnya lebih
ekonomis daripada boiler AFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan
lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi
karakteristik tungku boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang
semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula,
dan semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx
daripada pembangkit steam AFBC.
.
Salah satu sistim yang paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah
pembakaran tangensial dengan menggunakan empat buah burner dari keempat
sudut untuk menciptakan bola api pada pusat tungku.
10. Waste Heat Boiler
Dimanapun tersedia limbah panas pada suhu sedang atau tinggi, boiler limbah
panas dapat dipasang secara ekonomis. Jika kebutuhan steam lebih dari steam
yang dihasilkan menggunakan gas buang panas, dapat digunakan burner
tambahan yang menggunakan bahan bakar. Jika steam tidak langsung dapat
digunakan, steam dapat dipakai untuk memproduksi daya listrik menggunakan
generator turbin uap. Hal ini banyak digunakan dalam pemanfaatan kembali panas
dari gas buang dari turbin gas dan mesin diesel.
4
2
Pump Condenser
3'
2' 3
2
4 4'
1
a b c S
Mengacu pada gambar 1.14, jika air dipanaskan dalam boiler menjadi uap jenuh sebelum
diekspansikan ke turbin, maka proses yang terjadi dinyatakan dengan luasan 1-2-3-4-1.
Akan tetapi jika air dipanaskan hingga kondisi panas lanjut (superheated) sebelum masuk
ke turbin, maka proses tersebut dinyatakan dengan luasan 1-2-3’-4’-1. Kita dapat
menghitung neraca panas dari siklus rangkine dengan mengasumsikan bahwa perubahan
energi potensial dan energi kinetik diabaikan. Mengacu pada gambar 1.14, maka terjadi
Laboratorium Motor Bakar I-14
transfer panas dari boiler (ketel) ke air sebagai fluida kerja. Proses ini dinyatakan dengan
luasan 1-2-2’-3-b-a dalam kasus pada siklus daya uap. Secara termodinamik proses
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :
qi = h3 – h2 (1.1)
Panas yang dipindahkan dari flluida kerja terjadi di kondensor. Proses ini dinyatakan
dengan luasan a-1-4-b-a dalam kasus dari uap panas jenuh(Saturated steam). Sedang
untuk kasus siklus daya panas lanjut, siklus daya dinyatakan dengan luasan daerah a-1-
4’-c-a. Untuk siklus daya uap panas lanjut. Secara termodinamik porses tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut :
qo = h4 – h1 (1.2)
Dengan mengacu pada proses yang telah dibahas sebelumnya, maka kerja bersih(net
work) dari suatu siklus dapat dihitung dari persamaan berikut :
w net = area 1-2-2’-3-4-1 = qi - qo (1.3)
Efisiensi termal dari siklus rangkine dinyatakan dengan :
wnet q i q 0 wturb w p (h3 h2 ) (h4 h1 )
th
qi qi qi (h3 h2 )
(1.4)
Efisiensi Thermal dapat dihitung dengan menggunakan proses adiabatis di pompa dan
proses adiabatis yang terjadi di turbine. Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan
pompa dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
wp = h2 – h1 (1.5)
Kerja yang dihasilkan oleh uap yang berekspansi di turbin dinyatakan dengan rumus :
wt = h3 – h4 (1.6)
Karenanya, usaha bersih dari suatu siklus uap dapat dihitung dengan cara mengurangi
kerja yang diperlukan untuk menggerakkan pompa terhadap kerja yang dihasilkan oleh
turbin, sehingga:
w ne t= wt-wp = (h3 – h4) – (h2-h1) (1.7)
Sehingga efisiensi termal dapat dihitung dengan :
Contoh Soal 1:
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler sebagai uap jenuh.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diaasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh; tabel tekanan)
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan:
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk sifat uap.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)
h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap jenuh
menjadi uap campuran(uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat mengetahui sifat
termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan menggunakan persamaan
yang terdapat pada tabel 1.1 Kita juga akan memerlukan harga dari kualitas(fraksi) dari
fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1.
s4 = sf4 + x sfg4
6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,7588 3
Steam
Turbine
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan
Boiler
persamaan berikut :
4
h4 = hf4 + x hfg4 2
h4 = 191, 8 + (0,7588)( 2392,8) Pump Condenser
= 2007,5 Kj/Kg
1
Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :
qi = h3 - h2
= 2799,5 – 193,8
= 2605,7 Kj/Kg
qo = h4 - h1
= 2007,5 – 191,8 3
= 1815,7 Kj/Kg
Contoh Soal 2:
(Uap Keluar dari ketel sebagai uap panas lanjut)
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa pada Temperatur 400OC.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
3' T
Steam
Turbine
Boiler 3'
4'
2'
2
Pump Condenser 4'
1
1 a c S
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dengan menggunakan persamaan pada tabel 1.1
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
panas lanjut(uap kering; superheated steam). Karena uap berada dalam kondisi panas
lanjut, maka kita dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel
termodinamika untuk sifat uap panas lanjut.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
T2 = 400 OC (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 7,1271Kj/KgOK (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)
h3 = 3247 Kj/Kg (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap panas
lanjut menjadi uap campuran(campuran antara uap dan cairan). Sehingga kita tidak
dapat mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan
menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1. Kita juga akan memerlukan harga
dari kualitas(fraksi) dari fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang
terdapat pada tabel 1.1. Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4
dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin
ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan
entropi fluida kerja pada kondisi 3.
qi = h3’ - h2’
= 3247– 193,8
= 3053,2 Kj/Kg
qo = h4’ - h1
= 2258,259 – 191,8
= 2066,459 Kj/Kg
wt = h3’ - h4’
= 3247 – 2258,5
= 988,741 Kj/Kg
Efisiensi Termal :
wnet qi q0 wturb w p 988,741 2
th 0,323
qi qi qi 3053,2
*Tanda( ‘ ) pada Kondisi menunjukkan proses yang terjadi dalam sistim ialah proses
superheat(Panas Lanjut).
P4
2 P4'
2' 4
1
1' 4'
a b S
3'
3
2
4 4'
1
1
a b b‘ S
3' 3
2'
2
4' 4
1
a b‘ b S
P1
P2
a
3
b
2s
1 4
S
Gambar 1.18. T-S Diagram yang Menunjukkan
Kehilangan pada Saluran Pipa
2s
1 4 4s
Pada gambar 1.19 diatas menyatakan kedua kerugian yang terjadi pada turbin.
Tahapan(Stage) 3 menyatakan kondisi uap sebelum masuk ke turbin. Pada siklus ideal,
kita dapat mengasumsikan bahwa uap yang diekspansikan dalam turbin dinyatakan
sebagai proses ekspansi isentropik. Hal ini dinyatakan dengan tahap 4s pada diagram T-S.
Sesungguhnya uap yang diekspansikan tidak mengikuti proses ekspansi isentropik. Hal
ini yang akan merubah uap hasil ekspansi menjadi di titik 4. Inilah yang merupakan
ekspansi uap sesungguhnya pada turbin. Sehingga dapat diketahui bahwa enthalphy uap
yang diekspansikan pada kondisi aktual lebih rendah dari pada siklus ideal. Kita dapat
menyimpulkan bahwa proses ekspansi dari turbin tidaklah reversible.
Terminologi dari efisiensi isentropik dari turbin digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kerja dari turbin yang bekerja pada kondisi aktual sesungguhnya berbeda
dengan kondisi ideal. Secara matematis dapat gunakan rumus perbandingan:
Waktual h h4
th 3 (1.9)
Wideal h3 h4s
Wideal h h1
th 2s (1.10)
Wactual h2 h1
Gambar 2.6. Water Column dan Valve – Valve pada Water Column
2.1.6 Burner
Air PDAM dari tandon atas turun secara gravitasi dan dialirkan ke dalam Softener atau
larutan NaCl denagn membuka katup 1 dan katup 2, sedangkan katup 3 ditutup agar air
dari tendon tidak langsung masuk Feed Water Tank Softener ini berfungsi untuk
melunakkan air baku boiler. Setelah itu air tersebut akan dialirkan masuk kedalam Feed
Water Tank( FWT) dengan membuka katup 4. Air bahan baku boiler yang ada di dalam
FWT harus ditreatment lagi untuk menghilangkan mineral – mineralnya dan oksigen
yang terkandung, yaitu dengan menambahkan larutan Dosage(CaMg) atau larutan
Housemen dengan cara di-injecsikan. Baru setelah Feed Water Pump diaktifkan maka air
dapat dialirkan masuk kedalam boiler.
Q x (hg – hf)
Efisiensi Boiler () = q x GCV x 100% (3.2)
Date :......................................
1. Timing
a. Starting Up Boiler =..................
b. Starting Down Boiler =..................
Jumlah Jam =...............Jam
2. Feedwater Consumption
a. Posisi meteran air setelah shut down =..................m3
b. Posisi meteran air setelah shut up =................. m3
3. Fuel Consumption =...............Liter
4. Massa Jenis Air(Water) =............kg/ m3
5. Massa Jenis Bahan Bakar =............kg/ m3
6. Nilai Kalor Bahan Bakar(GCV) =.............kJ/kg
Time Boiler Operator Temperature Data(0C) Fuel Pressure(bar)
(Menit) Udara Feedwater Fuel Steam Flue Flow Steam Fuel
(Liter) Pump
0
5
10
15
18
35
.....dst
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Boiler, Instructioanal Manual Hand Book” England 1 December
1986, 2 march 1987.
2. M.J. Djokosetyadjo “Ketel Uap” PT Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
3. Maridjo “Petunjuk Praktikum Mesin Konversi” Penerbit Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik, Bandung 1995.
4. British Standard, BS 845:1987
5. USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.