Anda di halaman 1dari 24

SUB DIV BEASISWA

Kemauan
Kemampuan
Kesempatan
Usaha dan Doa Si Remedi-Man untuk Studi S2
di Inggris dan S3 di Amerika

Penulis :
Dian “Ocu Bangkinang” Setiawan M,
Kamis, 10-10-2019 - Lincoln, Nebraska, USA.
SUB DIV BEASISWA

ALASAN
MELANJUTKAN
STUDY
A. ALASAN
MELANJUTKAN STUDY
Kalau diputar balik ke masa lalu, mustahil rasanya seorang anak
dan siswa seperti saya mempunyai mimpi sekolah ke luar negeri. Karena
salah satu kunci utama kesuksesan meraih beasiswa studi di luar negeri
adalah Bahasa Inggris. Sedangkan nyatanya, dulu saya adalah orang yang
“bebal” dan “kesal” setiap mendengar 2 kata itu. Saat SMP, saya gagal
mendapat juara 1 karena kalah dari teman saya di nilai Bahasa Inggris.
Dia merupakan anak seorang Guru Bahasa Inggris, dan kebetulan Guru
tersebut yang mengajar di kelas kami. Ketika SMA, saya hampir terancam
D.O karena nilai Bahasa Inggris yang mendapat nilai rendah sekali,
hampir memperoleh gelar “K”, yaitu gelar untuk nilai di bawah
persyaratan minimal. Nilai ujian Bahasa Inggris yang saya peroleh hanya
selalu dalam range 0–60. Waktu itu saya beruntung, para guru berbaik
hati memberikan saya kesempatan Remedi, mengulang ujian. Gelar
Remedi-man patut sekali disematkan untuk saya khusus terkait dengan
pelajaran Bahasa Inggris ini. Alhamdulillah, saya lulus SMA pada tahun
2006 dan di tahun yang sama saya mendapatkan kesempatan kuliah S1
Teknik Sipil di Universitas Gadjah Mada.

Singkat cerita, langsung ke tahun 2010, 1 tahun menjelang lulus S1.


Sebagai seorang alumni SMAN Plus yang dibiayai oleh masyarakat Riau,
maka untuk menunjukkan balas budi, membuat saya mempersiapkan
diri ingin pulang mengabdi di kampung halaman, di Kampar atau di
ibukota provinsi, Pekanbaru ketika sudah lulus S1. Namun waktu itu
banyak berhembus kabar jika disana raihan IPK tinggi dan lulusan
universitas ternama tidak menjadi jaminan mendapatkan pekerjaan, dan
pada kondisi tertentu akan kalah oleh saingan yang mempunyai
kekuatan ampuh lain dibelakangnya. Memang tidak dapat digeneralisir,
namun hal itu sudah menjadi rahasia umum. Akhirnya saya
mengurungkan niat pulang kampung, beralih mendaftar beasiswa S2,
disertai harapan semoga selesai S2, saya nantinya akan lebih
diperhitungkan ketika melamar pekerjaan.
Target saya waktu itu adalah Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2011,
yang bekerja sama dengan Magister Sistem dan Teknik Transportasi
(MSTT) UGM. Pendaftaran dimulai Mei 2011, sedangkan niat lanjut
sekolah baru muncul sekitar akhir 2010. Sehingga saya hanya punya
waktu sekitar 6 bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya,
beberapa diantaranya seperti sertifikat kemampuan Bahasa Inggris,
surat rekomendasi dari 2 orang dosen yang mengenal kepribadian dan
kemampuan pelamar, dan tentu Ijazah S1.
SUB DIV BEASISWA

Kisah perjuangan
mencari jodoh
beasiswa
B. KISAH PERJUANGAN
MENCARI JODOH BEASISWA
Waktu itu ada satu masalah. Salah satu syarat beasiswanya ialah
skor TOEFL 450. Sejak saya lulus SMA tahun 2006, saya sudah tidak
bersentuhan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan sertifikat
kemampuan Bahasa Inggris harus disediakan dalam kurun waktu 6
bulan. Tidak ada kata telambat, akhirnya saya mendaftar les di salah satu
tempat kursus Bahasa Inggris di Yogyakarta. Programnya dimulai di
bulan Januari dan berakhir di bulan Februari. Tantangan tidak berhenti
sampai disitu. Karena ternyata skor dari placement test saya
menunjukkan nilai TOEFL hanya sekitar 350-an, sangat jauh dari standar.
Tapi hal itu memotivasi saya untuk membuktikan bahwa saya harus bisa
mengalahkan Bahasa Inggris. Pelajaran di tempat kursus saya perhatikan
dengan seksama dan saya ulangi kembali di kost-an. Saya hanya
menggunakan 1 buku panduan yang mudah dijumpai di toko buku.
Walaupun begitu, buku tersebut betul-betul saya ulang mengkajinya
sampai beberapa kali, dari halaman pertama sampai halaman terakhir.
Setelah saya coret, saya hapus lagi, sampai sekitar 3-4 kali pengulangan
dalam rentang waktu 2 minggu sebelum ujian TOEFL yang
sesungguhnya.

Singkat cerita, akhirnya saya mendapatkan skor TOEFL 460-an,


mendekati border-line, dan Alhamdulillah dapat mengantarkan saya
menjadi salah satu mahasiswa baru penerima beasiswa Unggulan untuk
S2 di MSTT UGM. Beberapa mahasiswa baru MSTT UGM lainnya ternyata
ada yang memiliki skor TOEFL di atas 550-an. Mahasiswa baru di tahun
angkatan saya (2011) tersebut datang dari kelompok Freshgraduate (8
orang, termasuk saya), Pegawai Kementerian Perhubungan (sekitar 30-40
orang), dan beberapa orang dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Kami dibagi dalam 2 kelas, kelas Internasional (pengantar Bahasa


Inggris), dan kelas Bilingual. Entah beruntung atau tidak, ternyata saya
dikelompokkan ke dalam kelas Internasional. Di awal saya merasa
minder, tidak percaya diri. Dahulu kala sudah digelari Remedi-man,
jangan sampai mendapatkan gelar Failed-man. Bismillah, hari demi hari
dilalui, semakin lama semakin terbiasa. Hingga akhirnya 2 semester
dilalui dengan IPK 3.75. Selain itu, saat tahun pertama tersebut, kami
para mahasiswa diberi kesempatan mengikuti seleksi S2 Double-degree di
beberapa pilihan kampus di luar negeri, antara lain Inggris (Leeds
University, University of Birmingham, dan Cranfield University) Belanda
(Rotterdam), dan Swedia (Karlstad University) yang bekerja sama dengan
Kemendikbud dan MSTT UGM. Untuk Fresh-graduate seperti saya,
beasiswa yang diberikan adalah Beasiswa Unggulan Kemendikbud yang
sama dengan sebelumnya, namun dengan pendanaan dan persyaratan
yang juga berbeda. Diantaranya ialah skor IELTS minimal 6.0, IPK S1, IPK
2 semester pertama di MSTT UGM, dan skor Test Potensi Akademik.
Penilaian dan seleksi dilakukan berdasarkan pemeringkatan dari nilai
dan skor-skor tersebut. Alhamdulillah takdir Allah, saya meraih posisi
pertama diantara 8 fresh-graduate, sehingga saya berhak ditempatkan di
Leeds University, Inggris, untuk studi S2 bidang Sistem Transportasi.

Namun momen inilah yang menjadi cikal bakal pilihan dan


semangat Kereta Api yang saya pegang hingga saat ini. Waktu itu sebelum
memutuskan persetujuan untuk lanjut studi ke Leeds University, saya
menemui salah satu pengelola MSTT UGM, untuk memohon izin belajar
Kereta Api sehingga minta dialihkan ke University of Birmingham. Saat
itu saya harus benar-benar menyampaikan alasan yang jelas agar
permohonan saya dikabulkan. Alhamdulillah, izin tersebut diberikan.
Cita-cita dan semangat kereta api itu muncul sejak pertama kali saya
membaca sebuah artikel tentang sejarah pembangunan kereta api di
Provinsi Riau antara Pekanbaru – Muaro tahun 1944 - 1945, saat
menyiapkan tugas proposal penelitian tesis (http://www.riaudaily
photo.com/2011/05/napak-tilas-kereta-api-di-riau.html). Artikel tersebut
menceritakan tentang sejarah pembangunan kereta api di Riau pada
tahun 1944-1945 yang tidak dapat diselesaikan karena keterbatasan
teknologi dan kompleksitas kondisi bentang alam yang dihadapi oleh
sekitar 10.000 orang pekerja Romusha pada saat itu.

Keberangkatan sekolah S2 ke Inggris, diiringi dengan cemoohan


dan keraguan dari kolega dan sanak saudara di Riau. Maklum, seorang
anak melayu mau belajar kereta api, padahal di kampungnya sendiri
tidak ada kereta api. Namun begitu, saya tetap meneruskan langkah
sebagai wujud rasa syukur atas kesempatan yang Allah berikan. Dulunya
selalu Remedi Alhamdulillah diberi peluang kuliah ke luar negeri, ke
negara asal Bahasa Inggris itu sendiri. Berangkat sekitar ke Birmingham
pada awal Agustus 2012, dan kembali ke Indonesia pada Agustus 2013.
Umumnya pendidikan S2 di Inggris dapat diselesaikan dalam waktu 1
tahun. Program yang saya ambil ialah Master of Science (M.Sc) di bidang
Railway Systems Engineering and Integration di bawah naungan
Birmingham Centre for Railway Research and Education (BCREE).
Alhamdulillah, saya lulus dengan perolehan peringkat 3 terbaik. Hal ini
baru saya ketahui setelah saya kembali ke Indonesia, setelah mendapat
informasi dari salah satu pengelola Program MSTT UGM waktu itu
sekaligus pembimbing tesis saya di pendidikan S2 di UGM. Karena saya
tidak dapat menghadiri wisuda di Birmingham pada Bulan Desember
2013 karena saya diharuskan segera pulang dari ke Indonesia untuk
menyelesaikan studi S2 di MSTT UGM. Alhamdulillah akhirnya saya juga
dapat meraih gelas M.Sc yang kedua di bidang Sistem dan Teknik
Transportasi dengan IPK 3.86 pada Januari 2014.

Selesai pendidikan S2, sebenarnya saya diberi kesempatan untuk


magang di BPSDM Kementerian Perhubungan. Namun, saya lebih
memilih untuk mengembangan teori yang saya peroleh di bangku kuliah
dengan aplikasi langsung di lapangan dan menjadi asisten dosen di MSTT
UGM. Sehingga sejak awal 2014 hingga akhir 2015, saya berkesempatan
membantu Kementerian Perhubungan dengan menjadi peneliti dan
freelancer consultant di bidang transportasi dengan spesialisasi sistem
dan teknik kereta api, dan terlibat dalam beberapa studi kelayakan, studi
perencanaan, desain rinci (DED), dan persiapan konstruksi pekerjaan
pembangunan jalur kereta api di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

Masih ingat dengan link website yang saya berikan sebelumnya?


Alhamdulillah tanpa diduga Allah SWT memberikan kesempatan emas
kepada saya untuk terlibat dalam pekerjaan review detail desain
pembangunan jalur kereta api antara Pekanbaru – Muaro sepanjang 200
KM pada awal September 2015. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran teknis, operasional, dan anggaran
dari rencana pembangunan jalur KA yang dimaksud. Hasil review detail
desain ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan konstruksi pembangunan jalur kereta api antara Pekanbaru
– Muaro. Alhamdulilah, Allah SWT memberi kepercayaan kepada saya
untuk ikut berkontribusi melanjutkan perjuangan 10.000 pekerja
Romusha yang meninggal sia-sia di sepanjang bekas jalur kereta api Riau
pada tahun 1944-1945. Itulah namanya jodoh, tak ada yang menyangka,
dari sekian banyak paket pekerjaan DED kereta api di Pulau Jawa dan
Sumatera, Allah mempertemukan saya dengan jalur kereta api ini yang
menjadi cikal bakal cita-cita kereta api saya. Namun sejak tim perancang
menyerahkan hasil final rancangannya pada 2016-2017 lalu, saya tidak
dapat lagi mengikuti perkembangannya, karena sudah disibukkan
dengan persiapan studi lanjut S3. Semoga Allah memberikan jalan agar
Riau benar-benar memiliki jalur kereta api suatu hari nanti, aamiin
aamiin aamiin.

Setelah selama 2 tahun kerkecimpung di lapangan dan


mendapatkan tunjuk ajar dari para senior-senior yang berpengalaman,
membuat saya akhirnya beralih mengejar mimpi menjadi seorang dosen.
Dengan kepribadian dan idealisme yang saya miliki, menjadi seorang
dosen adalah pilihan yang tepat. Niat awalnya ingin pulang kampung
untuk mengabdi di Riau dan melamar beberapa kampus swasta dan
negeri disana. Namun dikarenakan beberapa hal terkait idealisme yang
tidak dapat saya ceritakan disini, membuat saya mencoba peruntungan
lain. Saya mencoba melamar di Sekolah Vokasi D4 Teknik Sipil UGM, dan
di saat yang sama juga mencoba peruntungan menjadi dosen di S1 Teknik
Sipil UGM. Namun sayang, UGM bukan jodoh saya.

Hingga akhirnya jalan terbaik dari Allah itu datang melalui UMY.
Salah seorang kolega dengan baik hati memberikan info bahwa ada
penerimaan dosen di Prodi Teknik Sipil UMY. Itulah namanya jodoh,
saking dimudahkannya, saya diberikan kesempatan untuk meminta
dimajukan jadwal wawancara dan Micro-Teaching, karena jadwal
pesawat saya pulang ke Bangkinang untuk melangsungkan pernikahan
ternyata bentrok dengan jadwal wawancara dan Micro-Teaching
tersebut. Alhamdulillah, sejak Februari 2016 dan insyaallah hingga
seterusnya, saya ditugaskan menjadi dosen tetap di Departemen Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Bidang Keahlian
Transportasi dengan Spesialisasi Rail Track - Pavement Materials and
Mechanics.

Pada tahun 2018, saya berhasil menjadi salah satu penerima


Beasiswa Fulbright Grants for Indonesian Lecturers-DIKTI. Beasiswa ini
adalah beasiswa studi Doktoral (S3) di universitas Amerika Serikat.
Program Fulbright itu sendiri adalah sebuah program Beasiswa untuk
pertukaran pelajar internasional untuk sarjana, pendidik, mahasiswa
pasca sarjana dan profesional, didirikan oleh Senator Amerika Serikat J.
William Fulbright pada tahun 1946. Sebelum keberhasilannya meraih
beasiswa ini, beberapa beasiswa sudah pernah saya coba namun
berujung kegagalan, diantaranya adalah Beasiswa LPDP (2015), BUDI-LN
(2017), Beasiswa Islamic Development Bank (2017), dan Beasiswa
Australia Awards (2017).

Pada saat proses seleksi Beasiswa LPDP 2015, saya akui bahwa
waktu itu saya mengawalinya dengan ketidaksiapan. Disaat masih
disibukkan dengan deadline-deadline laporan proyek dan pekerjaan
lainnya, saya malah nekat mendaftar tanpa mematangkan Research
Proposal. Saya memang dapat lolos pada Tahap Seleksi Administrasi,
namun di Tahap Seleksi Wawancara, ternyata tidak berjalan
sebagaimana mestinya. 3 orang Panelis meragukan kemungkinan
terselesaikannya penelitian yang saya ajukan karena saya menuliskan
sebanyak 15 buah research questions, yang bisa dikatakan mustahil
untuk diselesaikan dalam masa studi 3 tahun. Kegagalan pertama!

2 tahun sejak kegagalan Beasiswa LPDP, saya fokus pada proses


adaptasi menjadi dosen muda dalam kegiatan mengajar, meneliti,
mengabdi pada masyarakat, kenaikan jabatan fungsional, serta mencari
Letter of Acceptance dari University of Nottingham. Mempersiapkan
segala sesuatunya terkait dokumen-dokumen persyaratan Beasiswa
sungguh memakan waktu dan tenaga. Untuk memenuhi syarat Bahasa
Inggris, saya harus meninggalkan Istri dan anak pertama yang baru lahir
2 bulan di Jogja, untuk kembali kursus Bahasa Inggris di IEDUC Bandung
selama 1 bulan dengan didanai oleh UMY. Hal ini dilakukan karena saya
membutuhkan sertifikat dalam waktu singkat agar dapat segera
mendaftar beasiswa BUDI-LN 2017. Sehingga Akhirnya, setelah melalui
Crash Program selama 1 bulan di IEDUC, saya langsung mengambil Tes
IELTS di kota yang sama, dan Alhamdulillah saya mendapatkan Skor
IELTS 7.0. Dengan bermodalkan skor tersebut beserta LoA dari University
of Nottingham, saya dapat mendaftar Beasiswa BUDI-LN 2017. Namun
yang disayangkan, pada tahun 2016, kuota yang diberikan adalah untuk
300 orang dosen. Sedangkan pada tahun saya mendaftar, kuota
diturunkan menjadi hanya untuk 50 orang dosen. Sehingga dari awal
saya ragu, namun berkat dorongan dari keluarga dan kolega, saya tetap
mendaftar. Dari ribuan dosen yang mendaftar, sekitar 300 orang lolos ke
tahap kedua. Kemudian dari 300 orang tersebut, tercatat ada sekitar
150an orang yang lolos ke tahap akhir yaitu wawancara untuk mencari
50 besar. Namun, lagi-lagi belum jodohnya, saya hanya berada di urutan
ke-53. Beberapa poin penyebab tidak lolosnya saya adalah, pertama,
Tuition Fee S3 di UK memang termasuk yang paling mahal, saya
membutuhkan 20.070 Poundsterling (₤ 20,070) pertahun (Rp. 350 juta
pertahun). Isu yang beredar, besarnya Tuition Fee juga menjadi faktor
penting dari proses seleksi, sehingga tidak heran bahwa kuota tahun itu
diturunkan. Kegagalan ke-2!

Selanjutnya saya mendaftar Beasiswa Islamic Development Bank


(2017), bersamaan dengan mendaftar Beasiswa Australia Awards (2017).
Pada proses Beasiswa Islamic Development Bank, terbagi dalam dua
tahap. Tahap pertama, saya lolos sebagai salah satu dari 11 orang wakil
Indonesia yang berhak lanjut ke tahap kedua, dimana prosesnya adalah
review dokumen oleh para panelis di Kantor Pusat IsDB. Sayang, saya
tidak kunjung mendapat kabar hasil, sehingga saya simpulkan bahwa
saya tidak lolos. Kegagalan ke-3!

Pada proses Beasiswa Australia Awards, para pelamar telah


diinfokan sejak awal bahwa kuota untuk jenjang S3 hanya 15% dari total
kuota. Selain itu, yang menjadi prioritas adalah pendaftar dengan gender
wanita, serta pendaftar yang berasal dari luar pulau Jawa (Demografis).
Pendaftar pada tahun 2017 adalah sekitar 5600 orang. Kebetulan waktu
itu saya juga belum memperoleh LoA dari universitas di Australia, dan
saya mendaftar dengan data domisili di Yogyakarta (pulau Jawa).
Mungkin itu yang menyebabkan saya tidak lolos ke Tahap Wawancara.
Kegagalan ke-4!.
Saya sempat mengalami putus asa mendaftar beasiswa. Sempat
terpikir untuk S3 di Malaysia supaya dekat dengan Riau dan cukup
menggunakan fasilitas pembiayaan studi lanjut dan Living Cost dari UMY.
Sebelum itu terwujud, salah satu kolega dan mentor membagikan
informasi pengumuman Pendaftaran Beasiswa Fulbright 2018. Dari dulu,
bagi saya studi Teknik Sipil di Amerika Serikat merupakan hal yang
mustahil. Karena sepanjang pengetahuannya, biaya studi di Amerika
Serikat sangat mahal. Selain itu, persyaratan admisinya juga sangat ketat
dan tinggi, terutama untuk bidang studi Teknik Sipil. Dapat dikatakan
sangat jarang dosen Indonesia yang menuntut ilmu bidang teknik sipil di
Amerika Serikat. Ditambah pada tahun-tahun sebelumnya, rentetan
kegagalan dalam mencari beasiswa saya alami. Namun berkat dorongan
dari rekan-rekan sesama dosen, serta dukungan penuh dari Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, maka saya beranikan diri untuk melamar
Beasiswa ini. Paling tidak, saya sudah mencoba, kalau gagal, tinggal
dilanjutkan niat studi S3 di Malaysia.

Syukur Alhamdulillah, tak disangka, ternyata saya lolos hingga


akhir dan menempati peringkat 12 dari total 42 orang yang lolos. Setelah
dinyatakan lolos beasiswa, dibutuhkan proses yang panjang selama 1
tahun untuk serangkaian persiapan GRE, TOEFL iBT, dan proses
pendaftaran ke universitas di Amerika Serikat. Perasaan lega baru bisa
saya rasakan jika telah diterima minimal di satu universitas disana. Skor
GRE, TOEFL iBT, serta dokumen pendukung lainnya seperti Study
Objective, Personal Statement, serta Research Proposal haruslah bagus
dan diatas rata-rata agar disetujui oleh pihak Admisi maupun oleh
Professor di Universitas tujuan. Setelah semua persyaratan dipersiapkan,
selanjutnya saya didaftarkan di beberapa perguruan tinggi di US, 3
diantaranya adalah University of Nebraska – Lincoln, University of
Kentucky, dan Michigan Tech University.

Diantara beberapa universitas yang menerima saya, akhirnya


dengan beberapa pertimbangan penting terkait Track Record dari
Professor yang akan menjadi Supervisor, komunikasi yang terjalin
dengan Professor, pusat studi yang dimiliki Universitas, serta melihat
kenyamanan lingkungan kota (karena akan membawa anak dan Istri),
maka pilihan saya jatuh kepada University of Nebraska – Lincoln,
di bawah bimbingan Prof. Yong-Rak Kim, dalam lingkup pusat studi
Nebraska Transportation Center dan Nebraska Center for Materials and
Nanoscience. Prof Kim merupakan salah satu ahli dibidang Sustainable
Infrastructure and Materials, Multiscale (nano-micro-mesomacro)
Analysis and Modeling of Construction Materials and Infrastructure
Systems, Multiphysics (thermo-, hygro-, chemical, and mechanical) and
Multiphase Mechanics of Infrastructure Materials.

Dalam penelitian saya nanti, saya akan mengembangkan desain


komponen struktural jalur rel baru bernama Asphalt-Rubber Track-Bed
(ART-Bed) dan sekaligus metode baru untuk meningkatkan ketahanan air
dan panas pada struktur ART-Bed tersebut. Desain jalan rel baru ini
diharapkan memiliki kemampuan untuk melayani koridor jalur kereta
api berkecepatan menengah-tinggi dan juga lebih efisien daripada jalur
kereta api konvensional karena kualitas struktural dan stabilitasnya yang
lebih tinggi, kebutuhan pemeliharaan yang jauh lebih rendah, dan siklus
masa pakai yang lebih lama. Saya juga mentargetkan bahwa jenis jalan
rel ini dapat melayani perjalanan kereta api dengan kecepatan yang lebih
tinggi (sehingga penumpang dapat mencapai tujuan lebih cepat) dan
beban gandar yang lebih tinggi (sehingga kereta dapat membawa lebih
banyak penumpang dan lebih banyak barang). Ruang lingkup penelitian
ini juga untuk mengurangi biaya siklus pemakaian dengan meningkatkan
daya tahan lapisan balas itu sendiri dan mengurangi konsumsi agregat
balas yang akan mengarah pada serangkaian manfaat sosial-lingkungan.
Melalui penelitiannya ini dan dengan kerjasama-kolaborasi bersama
rekan-rekan, saya bercita-cita dapat memajukan teknologi jalan rel pada
sistem perkeretaapian Indonesia, dan mengukuhkan nama departemen
dan institusi saya, Teknik Sipil dan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, sebagai salah satu pelopor pengembang teknologi
infrastruktur perkeretaapian.
SUB DIV BEASISWA

Kesan
studi
di Amerika
C. KESAN STUDI
DI AMERIKA
Awalnya saya takut pergi ke Amerika. Katanya, ke Amerika jauh
lebih susah dibanding ke Surga. Mulai dari mendapatkan beasiswa,
kampus, visa, dan adaptasi sistem pembelajarannya. Terkait visa,
prosesnya juga dilalui dengan mendebarkan. Cukup banyak syarat yang
harus dipenuhi, seperti bukti telah mendapatkan vaksin (BCG, DPT, MMR,
TD, Meningitis), pemeriksaan kesehatan (tes darah, tes TBC, dll) yang
harus dengan tandatangan dokter spesialis, dan wawancara langsung di
Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. Proses visa juga mengharuskan kita
menyertakan informasi link akun media sosial yang kita miliki, seperti
Facebook, Instagram, dll, yang nantinya akan diperiksa sebagai
pertimbangan terkabul atau tidaknya permohonan visa Amerika Serikat.

Studi S2 di Amerika umumnya ditempuh dalam waktu 2 tahun.


Masing-masing semester harus menyelesaikan sekitar 15-19 Credit Hours.
Sedangkan studi S3 memerlukan waktu normal selama 5 tahun, dimana
hal ini dapat dikatakan lebih lama jika dibandingkan dengan studi S3 di
Jepang atau Inggris yang hanya memerlukan waktu 3-4 tahun saja. Studi
S3 di Amerika diawali dengan mengambil beberapa course wajib
maupun pilihan yang diperlukan sebagai fundamental knowledges untuk
menyelesaikan penelitian disertasi. Pada akhir semester 2 atau awal
semester 3, seorang Ph.D candidate harus melalui Qualifying Exam
sebagai ujian penentuan apakah dapat melanjutkan ke tahun selanjutnya
atau terpaksa dikeluarkan. Kesempatan akan diberikan sebanyak 2 kali.
Sehingga studi di Amerika merupakan sebuah proses panjang yang
benar-benar menantang dan memerlukan perhatian khusus, dari awal
studi dituntut agar serius agar sehingga memenuhi kualifikasi seorang
Ph.D student.

Kualitas sistem pendidikan Amerika Serikat memang tidak perlu


diragukan lagi. Dengan dukungan teknologi yang maju serta suasana
yang aktif dengan adanya tanya-jawab yang kritis, membuat kita orang
Indonesia harus cepat beradaptasi jika tidak ingin ketinggalan. Proses
penilaian masing-masing courses berdasarkan beberapa item,
diantaranya lab assignment, homework, mid-term exam (biasanya 1-2
kali), dan final exam. Angka penilaian dalam rentang 0-100, dan
disetarakan dengan penilaian Huruf A (>85), A-minus (81<X<85), B-plus,
B, B-minus, dan seterusnya. Setiap course umumnya berbobot 3 atau 4
credits (in class/lab/online). Khusus untuk penerima beasiswa Fulbright,
maka terdapat syarat yang harus dipenuhi agar beasiswa tetap
dilanjutkan untuk tahun berikutnya yaitu IP tiap semester harus > 3.00.
Jika kurang dari batas yang disyaratkan, maka para awardee akan
dievaluasi performanya dan akan dipertimbangkan kembali apakah
beasiswanya dilanjutkan atau dihentikan.

Terkait metode belajar mandiri, tentu setiap orang akan melakukan


metode yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian dan keinginan
masing-masing. Hal tersebut tergantung pada diri kita sendiri. Seperti
contoh saya jika dibanding teman-teman lainnya yang hanya butuh
waktu 1 jam untuk memahami pelajaran, maka saya perlu waktu 5 jam.
Ini tidak masalah, walau lebih lama, tetap saya jalani, asalkan saya dapat
membagi waktu antara belajar dan refreshing, dan tentu tak kalah
pentingnya bagaimana kemampuan kita dalam menentukan prioritas,
mana yang sebaiknya lebih dulu dilakukan, mana yang dapat ditunda,
mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.

Refreshing itu sangat penting untuk menghindari rasa jenuh. Salah


satu cara yang dilakukan mahasiswa di Kota Lincoln untuk refreshing
biasanya dengan memanfaatkan fasilitas Gym yang dilengkapi dengan
arena olahraga indoor dan outdoor, seperti Soccer, Futsal, Basket,
Badminton, Volly, Tenis Meja, Renang, dll. Selain itu, olahraga yang paling
popular di Amerika Serikat adalah American Footbal. Penduduk disini
sangat fanatik dengan tim mereka masing-masing, sama fanatiknya
dengan Jakmania atau Bobotoh. Tua, muda, hingga balita selalu datang
meramaikan stadion untuk menghadiri setiap pertandingan. Khusus
untuk State of Nebraska, tim kesayangan mereka dijuluki The Huskers,
yang merupakan salah satu tim terkenal di Amerika karena sudah
beberapa kali menjadi Juara Nasional.

Untuk menuju kampus maupun untuk keperluan perjalanan di


dalam kota, mahasiswa diberi fasilitas kartu Free-Pass agar dapat
menggunakan fasilitas Bus secara gratis yang akan diperbarui setiap
tahunnya. Sistem transportasi Bus dan Kereta Api di Amerika Serikat
khususnya Lincoln sangat bagus, dengan ketepatan waktu perjalanan
yang sangat baik. Para mahasiswa juga dapat mendownload aplikasi
Maps khusus yang memberikan informasi posisi Bus di wilayah kampus,
agar mahasiswa dapat mengelola waktu tunggu di halte. Terutama untuk
menghindari keterlambatan menghadiri kelas ataupun agar tidak
membeku di halte bus ketika turun musim salju.

Terdapat 4 musim di Amerika, yaitu Fall (awal tahun ajaran),


Winter, Spring, Summer. Musim gugur (Fall) adalah waktu dimana terjadi
peralihan suhu panas dan suhu dingin. Selain itu, akan banyak
mahasiswa baru yang datang untuk persiapan studi, mulai dari mencari
apartment, proses KRS-an, dll. Khusus di kota Lincoln, yang letaknya
Utara wilayah Amerika, pada musim gugur suhu dapat mencapai 6
derajat Celcius. Sangat dingin, padahal belum masuk musim salju. Terkait
musim dingin, tiap wilayah di Amerika Serikat mengalami dampak
musim dingin yang berbeda-beda, karena wilayah Negara ini sangat luas.
Seperti contoh, wilayah Texas yang berada di bagian Selatan sangat
jarang atau hampir tidak pernah mendapatkan salju dan suhu dingin
yang ekstrim. Sedangkan untuk wilayah Nebraska ini (state dimana kota
Linconl berlokasi), musim dingin dapat berlangsung dalam kurun waktu
5 bulan lamanya, mulai dari November hingga Maret.
SUB DIV BEASISWA

Motivasi untuk
menarik minat
para alumni
D. MOTIVASI UNTUK MENARIK
MINAT PARA ALUMNI
Kepada adik-adik yang membaca tulisan ini, perkenankan saya
menyampaikan motivasi dan saran-saran yang menurut saya bermanfaat
untuk dipertimbangkan. Jangan takut mencoba, berani gagal, perbaiki
kekurangan, maksimalkan kelebihan. Jika dirasa Bahasa Inggris yang kita
kuasai dan skor sertifikat yang dimiliki berada pada batas standar
ketentuan beasiswa yang ingin kita lamar, maka untuk menutupinya
dapat dengan cara memaksimalkan CV melalui riwayat pencapaian dan
kegiatan/aktifitas yang luar biasa, terutama yang berkaitan dengan
bidang ilmu yang ingin kita dalami di studi lanjut. Terkait dengan detail
persiapan dokumen essay beasiswa maupun persiapan wawancara, akan
saya jelaskan di tulisan atau di kesempatan berikutnya, Insyaallah.

Produktiflah walaupun hanya dengan fasilitas yg terbatas. Belajar


Bahasa Inggris tidak perlu harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk
kursus atau membeli buku. Dengan perkembangan teknologi saat ini,
media belajar juga dapat menggunakan sistem online, video, dan lainnya.

Beranilah untuk bermimpi, dimulai dari khayalan, dan


berusahalah untuk menjadikannya sebuah kenyataan. Selalu berkata
pengandaian-pengandaian yang baik, insyaallah pengandaian itu sama
seperti sebuah doa yang diakhiri dengan “Aamiin Aamiin Aamiin Ya
Allah”. Doa yang baik selalu dikabulkan, entah saat itu juga, entah besok
atau lusa, atau tahun depan, ataupun dapat dikabulkan melalui saudara
atau keturunan kita.

Bagi adik-adik yang ingin studi S2, perlu diperhatikan alasan studi
S2. Apakah karena ingin menjadi seorang dosen / akademisi? Apakah
ingin menjadi praktisi di BUMN ataupun ASN? Jika ingin menjadi seorang
dosen, harap perhatikan istilah linieratas. Jika anda lebin memilih opsi
kedua, misalnya, maka lineritas bukan menjadi masalah. Setelah
menentukan program studi yang diinginkan, maka cek kurikulum yang
ditawarkan oleh program studi pada universitas yang ingin kamu
targetkan tersebut.
Selain kurikulum, pemilihan juga disertai dengan pertimbangan
situasi di Negara tujuan dan peringkat program studi atau bidang ilmu
target kita di universitas tersebut. Seperti contoh, universitas “X” secara
lingkup institusi berada di peringkat 400-500 dunia menurut QS World,
namun ternyata jika didetailkan pemeringkatannya berdasarkan
program studi Teknik Sipil, universitas tersebut berada di peringkat yang
lebih baik, misalnya 100 besar dunia. Maka artinya adalah, orientasi
pemilihan diutamakan berdasarkan program studinya (kurikulum), baru
kemudian berdasarkan universitasnya.

Untuk adik-adik yang ingin lanjut studi S3, langkahnya sedikit


berbeda dengan jenjang, S2 dimana lebih kepada ada atau tidaknya
Professor di bidang yang sama yang aktif dalam meneliti, dan juga
keberadaan pusat studi yang aktif di bidang yang kita minati di
universitas yang kita tuju tersebut. Cara mengetahuinya tentu dengan
melihat website pusat studinya, cek di bagian Faculty/People, dan buka
link Scopus ID, GoogleScholar, atau Researchgate Professornya. Penting
dilihat H-Index profil mereka, yang menunjukkan keaktifan mereka
dalam menghasilkan penelitian dan publikasi berkualitas, yang disitasi
oleh banyak peneliti lainnya di seluruh dunia. Semakin tinggi H-
Indexnya, artinya semakin berkembang keilmuan yang beliau bidangi.
Jadi, Professor yang hebat tidak selalu berada di Universitas Top Dunia.
Karena, kunci sukses PhD bukan nama universitasnya, namun hubungan
baik antara Professor dengan studentnya, serta proses research yang
berjalan lancar dengan dukungan hubungan baik tersebut. Biasanya,
semakin Top Universitasnya, semakin tinggi persyaratan admission dan
lulusnya.

Penting bagi calon mahasiswa S3, untuk mulai mendekati dan


menghubungi para Professor tersebut untuk mendapatkan persetujuan
mereka menerima kita sebagai muridnya sekaligus mendapatkan
bantuan dari mereka agar kita diberi Letter of Acceptance sebagai modal
dan syarat melamar beasiswa. Hal ini sangat krusial agar kita dapat
meyakinkan panelis wawancara bahwa sudah ada professor yang
bersedia menjadi pembimbing penelitian. Jadi misalnya kita ingin
mendaftar beasiswa awal 2020, maka 1 tahun sebelumnya kita sudah
mulai mengejar Professor.
Kunci sukses studi di luar negeri bukan hanya ditentukan oleh
seberapa lancar kita berbahasa inggris, tapi juga seberapa maksimal kita
menggunakannya. Yang membuat kita lulus, bukan sekedar lancar
berbicara, namun, juga bagaimana kita dapat menyelesaikan tugas-tugas
kuliah yang berupa Lab Assignment, Minor Assignment, Major
Assignment, Homework, Project Presentation, Thesis/Disertation dengn
baik dan tepat waktu. Selain speaking yang mumpuni untuk kegiatan
presentasi, kita juga dituntut untuk mahir dalam membuat essay
(writing), merangkai kata menjadi tulisan terstruktur baik dan mampu
dipahami oleh pengampu mata kuliah (instructor/professor), serta
memiliki Critical Thinking terhadap permasahalan yang dihadapi atau
diberikan pada soal. Listening juga sama pentingnya, agar kita dapat
memahami dengan baik materi-materi yang disampaikan di kelas, dan
dapat mengulang kembali pemahaman ketika belajar mandiri di rumah.
Biasanya tugas-tugas yang diberikan juga berupa Reading assignment,
yang mengharuskan kita menyelesaikan bacaan beberapa paper jurnal
dan buku yang berkaitan dengan course dan penelitian, untuk dibuat
Annotated Bibliography-nya.

1. Self Motivation dan Positive Thinking.

Selama 3 bulan pertama saya kuliah di Amerika, ada beberapa teman


dari Indonesia bahkan mancanegara (international student lainnya) yang
mengalami depresi dan stress. Hal ini terjadi umumnya pada mahasiswa
baru yang pertama kali studi di luar negeri. Penyebabnya karena
tingginya tekanan dan tuntutan proses di kelas dengan banyaknya tugas
dan deadline. Sehingga, ketika kita sudah memulai studi lanjut di luar
negeri, yang pertama kali membantu kita adalah diri kita sendiri, baru
kemudian teman dan rekan yang peduli. Alhamdulillah, pengalaman
studi S2 di Inggris serta pengalaman menyelesaikan laporan-laporan
proyek kereta api memberikan saya banyak pengalaman bagaimana
menyelesaikan deadline tugas dan bagaimana mengendalikan serta
memotivasi diri, sehingga terhindar dari depresi, dan lebih tenang dalam
menghadapi segala situasi. Teruntuk adik-adik yang membaca tulisan ini,
saya sarankan, mulailah terbiasa dengan pekerjaan yang memberikan
tekanan tinggi dan deadline yang padat untuk mempersiapkan diri
menghadapi suasana pembelajaran di luar negeri. Selain itu, berlatihlah
untuk dapat memotivasi diri sendiri, dan selalu berpikir positif terhadap
segala sesuatunya, sekalipun itu sebuah kesulitan. Jangan berlama-lama
meratapi kegagalan, kesedihan, dan keterpurukan. Bangkit, dan ingat
kembali perjalanan dan perjuangan yang sudah dilalui hingga sampai ke
titik ini.

2. Pengendalian diri.

Godaan selalu datang ketika ingin memulai mengerjakan tugas. Maka


lawan tembok penghalang itu, rubuhkan. Kecerdasan emosional lebih
berperan penting dalam mendukung kesuksesan seseorang. Jangan
biarkan emosi dan kesedihan mengalahkan konsentrasi belajar dan
mengganggu rencana target waktu penyelesaian tugas-tugas kuliah.

3. Produktif walaupun dengan fasilitas yg terbatas.

Jika laptop rusak, dan tidak ingin membeli yang baru untuk berhemat
atau terpaksa menunda membeli, maka gunakan komputer di
perpustakaan. Fasilitas perpustakaan di universitas luar negeri
umumnya lebih lengkap dibandingkan dengan di Indonesia. Jangan
menghalangi ketepatan waktu pengumpulan tugas-tugas. Gunakan
keuntungan memiliki banyak teman. Ketika orang lain hanya belajar,
membuat tugas, dan refreshing, maka sebaiknya kita menambahnya
dengan dapat menulis buku dan publikasi di international journal.

4. Beasiswa studi lanjut juga termasuk proses mencari jodoh.

Sehingga, selalulah ingat dengan 3 cara Allah mengabulkan doa


hambaNYA:

• Allah akan berikan sesuai dengan apa dan sesuai dengan waktu yang
kita inginkan.

• Allah akan berikan, namun kita perlu bersabar karena akan ditunda
sampai tiba waktu yang tepat.

• Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, namun Allah ganti
dengan yang lebih baik sesuai dengan yang benar-benar kita
butuhkan. Rahasia Allah SWT itu indah, sangat indah,percayalah.
5. Ada 4 Prinsip yang selalu saya pegang teguh.

• Mutiara akan tetap menjadi mutiara dimanapun dia berada. Bukan


tentang keberadaan kita dimana, namun siapa diri kita dan apa
konstribusinya untuk Keluarga, Bangsa, dan Agama.

• Man Jadda Wa Jada.

• Surat Yasin ayat 82. Kalau Allah SWT sudah berkehendak, Jadilah
maka Jadilah Ia. Insyaallah tidak ada yang tidak mungkin untuk
hambaNYA yang mau, tekun dan gigih berusaha. Buktinya, saya yang
Remedi-man English ini diberi kesempatan olehNYA untuk kuliah di
Inggris dan Amerika.

• Di atas langit masih ada langit. Saya hanya 1 dari sekian banyak orang
lain di luar sana yang mana mereka berada jauh di atas saya dalam hal
kualitas dan prestasi. Namun walaupun begitu, sebaik-baiknya
manusia adalah manusia yang memberi manfaat untuk sesama.

Semoga tulisan saya ini dapat memberikan semangat dan motivasi bagi
Alumni SMAN Plus Provinsi Riau yang ingin menuntut ilmu, tidak hanya
sampai ke luar negeri, namun insyaallah sampai ke luar angkasa, hingga
nantinya akan ada Astronout pertama dari Indonesia. Aamiin aamiin
aamiin, yaa rabbal „alamin.
SUB DIV BEASISWA

Terimakasih saya ucapkan kepada Generasi Enam (KAPTEN) atas pengalaman asrama
3 tahunnya, dan kepada rekan-rekan seperjuangan Blimbingrasi – UGM 2006 atas
pengalaman di Kota Jogja, Gun “Tengkorak Labor” Faisal, Eka “Batak” Irvianto Wastya,
Firman “The Rain” Syarif, dan Berry “Mpong” Friza.

Maju SMAN Plus, Jaya Provinsi Riau, Jaya Indonesia!

Dian “Ocu Bangkinang” Setiawan M,

Kamis, 10-10-2019

Lincoln, Nebraska, USA

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai