Anda di halaman 1dari 2

Laporan Membaca Buku NonFiksi

Identitas Buku
 Judul Buku = Detik-Detik Paling Menegangkan
 Penulis Buku = Mohammad Goenawan
 Tahun Terbit Buku = 2015
 Penerbit Buku. = PALAPA
 Kota. = Yogyakarta
 Tebal Buku. = 244 Halaman

Buku yang berjudul “Detik-Detik Paling Menegangkan” ditulis oleh


Mohammad Goenawan
disusun untuk menguak berbagai peristiwa menjelang lengsernya soekarno dan
soeharto. Buku tersebut terdiri atas 3 Bab,salah satu bab yang akan saya ulas
adalah bab 2 tentang detik-detik menjelang lengsernya soekarno.

Detik-detik menjelang lengsernya Soekarno.


Soekarno merupakan presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat sejak
1945-1966.Ia lahir di Blitar pada 6 Juni 1901.Setelah meraih gelar insinyur dari
Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 25 mei 1926, ia berhasil merumuskan
ajaran Marhenisme dan mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli
1927.
Tujuan pendirian PNI tidak lain untuk Indonesia merdeka.Mengetahui
hal ini, Belanda lantas menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin,Bandung,
pada 29 Desember 1929.Dalam pembelaannya berjudul “Indonesia menggugat” ,
dengan gagah berani ia justru menelanjangi kebobrokan bangsa yang mengaku
lebih maju itu.
Setelah bebas pada 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo,
sekaligus menjadi pemimpin partai tersebut. Dua tahun kemudian, ia kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores. Pada 1937, ia dipindahkan ke
Bengkulu.
Sejak menjabat sebagai pesiden, terdapat berbagai upaya untuk
menggulingkan kekuasaan Soekarno. Soekarno berulang kali akan dijauhkan
dari tahtanya melalui berbagai upaya pembunuhan. Menurut mantan pengawal
pribadi Soekarno, setidaknya tercatat tujuh kali upaya pembunuhan terhadap
Soekarno. Mulai dari pelemparan granat di Cikini hingga pelemparan Granat di
Ciamis.
Setelah berbagai upaya pembunuhan itu gagal, akhirnya pada 1 Oktober
1965 dini hari, terjadi pemberontakan yang diduga didalangi oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan itu merupakan salah satu periode
kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Pembantaian sesama anak bangsa
menjadi pemandangan biasa. Hal ini membuat Soekarno dihadapkan pada
kenyataan sulit karena jenderal-jenderal Angkatan Darat (AD) terkapar.Di
antaranya adalah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. Suprapto, Mayjen. S.Parman,
Mayjen. Haryono M.T, Brigjen. D.I. Pandjaitan, Brigjen. Sutojo, dan Lettu.
Pierre Tendean. Mereka diculik, dibunuh, dan mayatya dimasukkan ke dalam
sebuah sumur yang sangat pengap. Sumur tersebut kini dikenal dengan istilah
“Lubang Buaya”.
Musibah politik yang dialami Soekarno belum berhenti. Pada bulan
pertama tahun 1966, ia menghadapi situasi politik yang sangat
mencekam.Lambert J. Giebels menyebutkan bahwa pada saat itu aksi-aksi
mahasiswa semakin terkonsolidasi dengan baik guna menjatuhkan Soekarno.
Pada 10 Januari, Soekarno terperangah. Kesatuan Aksi Mahasiswa
menggelar demonstrasi besar untuk pertama kalinya. Mereka menyerbu Istana
Kepresidenan dengan berbagai tuntutan yang tertulis dalam spanduk-spanduk
yang dibawa; “Bubarkan PKI”, “Rombak Kabinet”, “Turunkan Harga”, dan
sebagainya. Itulah yang terus menerus mereka disuarakan. Kemudian pada
tanggal 21, Soekarno mengumumkan kabinet baru. Namun, hal itu tidak
menyurutkan gelombang demonstrasi. Justru mahasiswa semakin masif.
Tanggal 11 Maret, Soekarno membubuhkan tanda tangan yang menjadi
titik balik kekuasannya, yakni Supersemar. Lantaran surat itu, kedudukannya
tidak lagi bertaji. Walaupun masih menjabat sebagai presiden, separuh
kekuasaanya telah berada di tangan Soeharto.
Di tangan Soeharto, Supersemar menjadi surat pamungkas untuk
memegang kendali kenegaraan. Menyadari hal itu, Soekarno menegaskan bahwa
Supersemar bukan penyerahn kekuasaan, seperti dalam pidato yanh disampaikan
pada 17 Agustus 1966 yang berjudul “Djas Merah” . Selanjutnya 10 Januari
1967, Soekarno menyerahkan pidato pelengkap Nawaksara kepada Majelis
Permusyawaratn Rakyat Sementara (MPRS). Sayangnya, pidato itu ditolak. Hal
ini sekaligus menjadi penghujung karier politiknya senbagai Presiden Republik
Indonesia.
Setelah Soekarno lengser, Soeharto lantas naik takhta menjadi presiden.
Ia memerintah lebih dari tiga dasawarsa melalui enam kali pemilu, sampai ia
mengundurkan diri pada Kamis, 21 Mei 1998.

BERNANDIKO ( XI IPS 1 / 7 )

Anda mungkin juga menyukai