Anda di halaman 1dari 2

Jeritan Malam

Malam semakin pekat. Kegelapan yang menyelimuti malam di Kampung Gandaria membuai
kehidupan dalam kesunyian yang dalam. Semilir angin yang berhembus mengantarkan sang
Dewi Malam ke dalam tapuk penguasa malam. Kabut malam di langit, menenggelamkan
sang rembulan dan bintang ke dalam selimut kepekatan.
“Aaaaaa…!!!”
Terdengar suara jeritan perempuan yang memecahkan keheningan malam. Suara jeritan
perempuan itu begitu kerasnya dan menggema ke seluruh pelosok kampung yang cuma berisi
puluhan rumah saja.

Dennis pemuda kampung yang malam ini sedang mendapat jatah tugas ronda, segera berlari
ke arah asal suara itu bersama teman rondanya sambil memukul kentongan. Dennis pemuda
yang baru seminggu menikah dengan gadis kampung pujaannya, Livina, tampak sangat
cemas dengan jeritan suara ini yang seperti mengarah pada rumah mertuanya tempat ia dan
istrinya tinggal.

Suara kentongan yang saling bersaut membuat penduduk kampung Gandaria terbangun dari
tidurnya dan semua beranjak ke luar rumah melihat situasi. Kehidupan mendadak muncul
kembali malam ini di kampung Gandaria gara-gara jeritan seorang wanita.

Malam ini Malam Selasa Kliwon. Malam dimana seluruh penduduk Kampung Gandaria yang
berjenis kelamin laki-laki sibuk berjaga dan meronda. Sudah tiga bulan lamanya tiap malam
Selasa Kliwon penduduk Kampung Gandaria diteror oleh manusia yang cuma bercawet belel.
Manusia bercawet belel ini meneror rumah-rumah penduduk dengan mencuri barang
berharga tanpa diketahui tuan rumah yang tertidur pulas. Yang lebih mengerikan terutama
bagi kaum wanita, manusia bercawet memiliki sifat c*bul. Makhluk ini doyan sekali
meniduri istri-istri para penduduk kampung dan sialnya para suami mereka sering tidak tahu
kalau istri mereka mengalami pelecehan oleh manusia bercawat ini.

Suara jeritan perempuan tadi terus menerus terdengar, Dennis semakin yakin bahwa suara
jeritan itu berasal dari rumah mertuanya. Dennis sadar suara perempuan yang menjerit-jerit
adalah suara istrinya, Livina dan adik kandungnya Rachel. Malam ini hanya mereka berdua
yang tinggal di rumah sementara mertuanya pergi menginapa di rumah famili.

Dennis berlari sangat cepat mendahului rekan-rekannya. Rasa cemas yang sangat, membuat
pengantin baru ini berusaha secepat mungkin sampai di rumah mertuanya. Dennis tak ingin
istri dan adiknya menjadi korban kec*bulan manusia bercawat belel.

Sampai di rumah mertuanya masih terdengar juga suara dua orang perempuan yang saling
menjerit-jerit.
“Livina, buka pintunya!” Kata Dennis sambil menggedor-gedor pintu depan rumah.
Bukannya membuka pintu depan, Livina dan Rachel malah semakin keras jeritannya. Dennis
menduga bahwa si manusia cawet belel telah berada di dalam rumahnya. Karenanya Dennis
segera mencongkel pintu dengan tongkat besi yang biasa ia bawa jika meronda.
Pintu depan berhasil terbuka. Dennis dengan cepatnya langsung masuk ke dalam ruang kamar
tidur dimana ia melihat istri dan adiknya saling berpelukan sambil menjerit-jerit ketakutan.
“Mana makhluk bercawet itu?” Kata Dennis sambil menghunuskan tongkat besinya.
“Dia.. dia.. dia…” Kata Livina terbata-bata sangking ketakutannya sambil menunjuk ke arah
ranjang tidur.
Dennis tertegun begitu melihat makhluk yang berada di atas ranjang tidur.
“Pantas saja mereka berdua menjerit-jerit ketakutan” Kata Dennis dalam hatinya.

Mahkluk itu berkumis panjang tapi hanya beberapa helai saja. Mulutnya agak kepanjangan,
telinganya lebar dan bulat. Meski tubuh mahkluk itu mungil, namun ia memiliki ekor yang
panjang. Makhluk itu memang benar-benar mahluk yang menjijikan dan terus menerus
giginya mengerat-ngerat papan kayu ranjang.
Mahluk menjijikan yang membuat dua perempuan muda menjerit-jerit itu mendadak bersuara
begitu melihat Dennis.
“Cit.. Cit… Cit.. Cit…”

Anda mungkin juga menyukai