Nurida Finahari
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
x x
Dimana f1 ( x) = 1 − dan f 2 ( x) = dinamakan fungsi bentuk.
L L
Untuk kondisi tegangan uniaksial, regangan yang terjadi didefinisikan sebagai :
u ( x + ∆x) − u ( x) ∂u
∈= lim = 3)
∆x →0 ∆x ∂x
∆x adalah pertambahan panjang x yang sangat kecil. Jika persamaan 2) disubstitusikan
pada persamaan 3) akan diperoleh ∈ = a1 atau :
S = σ A = E ∈ A = EA ∂u
∂x
S = EA [ f 1' ( x) u1 + f 2' ( x) u 2 ] 5)
Dan energi regangan dinyatakan sebagai :
L L
S2 EA
U =∫
2 ∫0
dx = [ f1' ( x) u1 + f 2' ( x) u 2 ] 2 dx 6)
0
2 EA
L L
= ( EA ∫ f f dx) u1 + ( EA ∫ f 1' f 2' dx) u 2
1
'
1
'
0 0
L L
X 2 = ( EA ∫ f 2' f 1' dx) u1 + ( EA ∫ f 2' f 2' dx) u 2 7)
0 0
Dalam bentuk matriks dapat ditulis menjadi {X} = [k] {u} atau :
X 1 EA 1 − 1 u1
=
X 2 L − 1 1 u 2
Catatan : Persoalan-persoalan elemen hingga pada umumnya bertujuan menentukan
nilai {X} dan {u} sedangkan nilai [k] biasanya telah tersedia / diketahui.
X 1 ,u1
x, y
Gambar 1.3.
Jika digunakan λ = cos φ dan µ = sin φ maka, dalam bentuk matriks, akan diperoleh
persamaan :
u1
u1 λ µ 0 0 v1
= 11)
u 2 0 0 λ µ u 2
v 2
X 1 EA 1 − 1 u1
= 13)
X 2 L − 1 1 u 2
λ2 λµ − λ2 − λµ
EA λµ µ 2 − λµ − µ 2
Jadi matriks adalah matriks [k] yang dicari.
L − λ2 − λµ λ2 λµ
− λµ − µ 2 λµ µ 2
Contoh Soal :
Struktur truss 3 batang dengan panjang L
(2 m) membentuk konstruksi segitiga sama
sisi dan memiliki rigiditas aksial EA se-
besar 4 N. Jika beban P sebesar 10 N
diaplikasikan, tentukan semua gaya batang
dan pergeseran titik ujung yang terjadi
Gambar 1.4. karenanya !
Jawab :
1. Gambar diagram benda bebas dari konstruksi tersebut adalah :
Gambar 1.5.
Elemen φ λ µ λ2 λµ µ2
1-2 0o 1 0 1 0 0
o 3
2-3 120 -½ 2 ¼ -¼ 3 ¾
o 3
1-3 60 ½ 2 ¼ ¼ 3 ¾
X1 1 0 − 1 0 u1 4 0 − 4 0 u1
Y
0 0 0 v1 EA 0
0 0 0 v1
1 EA 0
a. elemen 1-2 : = =
X 2 L − 1 0 1 0 u 2 4 L − 4 0 4 0 u 2
Y2
0 0 0 0 v 2 0 0 0 0 v 2
X 2 1 − 3 −1 3 u 2
Y
2 EA − 3 3 3 − 3 v 2
b. elemen 2-3 : =
X 3 4L − 1 3 1 − 3 u 3
Y3 3 −3 − 3 3 v3
X1 1 3 − 1 − 3 u1
Y
1 EA 3 3 − 3 3 v1
c. elemen 1-3 : =
X 3 4L − 1 − 3 1 3 u 3
Y3 − 3 − 3 3 3 v3
4. Proses penggabungan persamaan elemen menjadi persamaan struktur.
Karena X1, Y1, .... Y3 adalah gaya-gaya nodal, bukan gaya batang. Jadi gaya-
gaya batang diperoleh dari penjumlahan gaya-gaya nodal pada posisi yang bersesuaian.
P1 = X1 (elemen 1-2) + X1 (elemen 1-3)
P2 = Y1 (elemen 1-2) + Y1 (elemen 1-3)
P3 = X2 (elemen 1-2) + X2 (elemen 2-3)
P4 = Y2 (elemen 1-2) + Y2 (elemen 2-3)
P5 = X3 (elemen 1-3) + X3 (elemen 2-3)
P6 = Y3 (elemen 1-3) + Y3 (elemen 2-3)
Jadi {x}4x1 = [k]4x4 {u}4x1 diekspansikan menjadi {P}6x1 = [K]6x6 {D}6x1, dimana :
P1 u1
P v
2 1
P u [K] = [k]12 + [k]23 + [k]13
{P} = 3 {D} = 2
P4 v 2
P5 u 3
P6 v3
1 3 0 0 −1− 3 5 3 −4 0 −1 − 3
3 3 0 0 − 3 −3 3 3 0 0 − 3 −3
0
0 0 0 0 0 EA − 4 0 5 − 3 −1 3
+ =
0 0 0 0 0 0 4L 0 0 − 3 3 3 −3
−1 − 3
0 0 1 3 −1 − 3 −1 3 2 0
− 3 − 3 0 0 3 3 − 3 − 3 3 −3 0 6
P1 5 3 −4 0 − 1 − 3 u1
P
2 3 3 0 0 − 3 − 3 v1
P3 EA − 4 0 5 − 3 −1 3 u 2
Sehingga didapat : =
P4 4 L 0 0 − 3 3 3 − 3 v2
P5 −1 − 3 −1 3 2 0 u 3
P6 − 3 − 3 3 −3 0 6 v3
5. Mengacu pada kondisi pembebanan dan jenis tumpuan, didapatkan syarat batas
sebagai berikut :
a. u1 = v2 = u3 = v3 = 0 (jenis tumpuan jepit dan arah tegak lurus tumpuan rol tidak terjadi pergeseran)
b. P2 = 0 (pada arah gerak tumpuan rol tidak terdapat beban luar)
c. P3 = P (pada arah gerak tumpuan rol terdapat beban luar P)
Dengan memberikan harga pada variabel-variabel {P} dan {D} yang diketahui
maka dapat dilihat bahwa :
a. pada posisi baris 2 dan 3, elemen {P} diketahui nilainya, elemen {D} tidak diketahui
b. pada posisi baris 1, 4, 5, dan 6, elemen {P} tidak diketahui nilainya, elemen {D} diketahui
Maka untuk memudahkan perhitungan dilakukan transformasi matriks dengan urutan
langkah sebagai berikut :
a. Geser elemen baris 2 dan 3 matriks {P} ke posisi baris 1 dan 2 sehingga urutan
baris matriks {P} berubah menjadi 2, 3, 1, 4, 5, 6.
b. Geser baris 2 dan 3 matriks [K] ke posisi baris 1 dan 2 sehingga urutan baris
matriks [K] berubah menjadi 2, 3, 1, 4, 5, 6. Matriks yang dihasilkan adalah :
c. Geser kolom 2 dan 3 matriks [K] hasil pergeseran baris, ke posisi kolom 1 dan 2,
sehingga urutan kolom matriks [K] menjadi 2, 3, 1, 4, 5, 6. Matriks yang dihasilkan
adalah :
3 0 3 0 − 3 −3
0 5 − 4 − 3 −1 3
−1 − 3
[K ] = EA 3 − 4 5 0
4L 0 − 3 0 3 3 −3
− 3 − 1 −1 3 2 0
− 3 3 − 3 −3 0 6
d. Geser elemen baris 2 dan 3 matriks {D} ke posisi baris 1 dan 2 sehingga urutan
baris matriks {D} berubah menjadi 2, 3, 1, 4, 5, 6.
Matriks hasil transformasi adalah :
P2 = 0 3 0 3 0 − 3 − 3 v1 = ?
P = P
3 0 5 − 4 − 3 −1 3 u2 = ?
P1 = ? EA 3 −4 5 0 − 1 − 3 u1 = 0
=
P4 = ? 4 L 0 − 3 0 3 3 − 3 v 2 = 0
P5 = ? − 3 − 1 −1 3 2 0 u3 = 0
P6 = ? − 3 3 − 3 −3 0 6 v3 = 0
Garis merah adalah garis batas partisi matriks yang akan digunakan untuk melakukan
penyederhanaan hitungan.
v1 −1 0 4 L 5 0 0 4 PL 0
= [K ]2 x 2 = =
u 2 P 15 EA 0 3 P 5 EA 1
P1 3 −4 3 −4 −4
P
4 EA 0 − 3 v1 EA 4 PL 0 − 3 0 P − 3
b. =
=
=
P5 4 L − 3 − 1 u 2 4 L 5 EA − 3 − 1 1 5 − 1
P6 − 3 3 3
− 3 3
Dengan demikian semua variabel yang tidak diketahui telah ditemukan. Nilai negatif pada
gaya-gaya batang P menunjukkan arah pembebanan yang berbeda dengan asumsi awal.
Maka diagram benda bebas yang sebenarnya adalah :
Gambar 1.6.
Gambar 1.7.
M 1 , θ1 M 2 ,θ2
Gambar 2.1.
∂ 4v
=0 16)
∂x 4
yang menghasilkan penyelesaian :
v ( x) = a1 + a 2 x + a 3 x 2 + a 4 x 3 17)
a 4
2 L −2 L θ 2
Jika nilai matriks {a} pada persamaan 18) dikembalikan pada persamaan 17) maka akan
didapat :
v ( x ) = f1 ( x) v1 + f 2 ( x) θ1 + f 3 ( x) v 2 + f 4 ( x) θ 2 19)
Dimana :
( L) + 2(x L)
f 1 ( x) = 1 − 3 x
2 3
f ( x) = x − 2(x ) + (x ) 2 3
2
2 L L
f ( x) = 3(x ) − 2(x )
2 3
3 L L
( L )+ (x L )
f 4 ( x) = − x
2 3
2 → adalah fungsi-fungsi bentuk defleksi.
Untuk menentukan matriks konstanta (matriks stiffness), diketahui bahwa dari Teorema
Castigliano untuk beam berlaku persamaan :
(∂ v ∂x ) dx
L 2
2
2∫
U = EI ; Yi = ∂U
2
∂vi
0
Maka dengan mengikuti prosedur sebagaimana pada struktur truss akan diperoleh
persamaan berikut :
12 2 6 − 12 6
Y1 L L L2 L v1
M 2 θ 1
1 EI L
6 4 −6
= L
12 − 2 L2 12 2 − L2 v 2
Y2 L − L2 L
M 2 6
−6 4 θ 2
L
2
L
{F} = [K] {q} 20)
Catatan :
1. Perlu diketahui bahwa dalam kondisi tanpa tumpuan (seperti pada gambar 2.1.)
beam harus berada dalam keseimbangan dibawah 4 gaya nodal dan 4 defleksi.
Jadi :
a. ΣF = 0 → Y1 = -Y2
dapat dilihat pada matriks [K] bahwa baris 1 = - baris 3
b. ΣM terhadap salah satu ujung harus sama dengan nol.
Y2 EI 12 L2 - 6 v 2
L
persamaannya menjadi =
M 2 L - 6 L 4 θ 2
Contoh Soal 2.1. :
Gambar 2.2.
Jawab :
1. Gambar diagram benda bebas dari konstruksi tersebut adalah :
P2 ,θ1 P4 ,θ 2 P6 ,θ 3
Gambar 2.3.
12 2 6 − 12 6
Y1 L L L2 L v1
M 2 θ 1
1 EI L
6 4 −6
a. elemen 1-2 : = L
12 − 2 L2 12 2 − L2 v 2
Y2 L − L2 L
M 2 6
L 2 −6 4 θ 2
L
P1 12
L2
6
L
12
L2
6
L 0 0 v1
P 6
2 L 4 − 6
L 2 0 0 θ1
P3 EI − L2
3
− L6 + L32 − L6 + L3 − L32 v2
12 12
L2 L
= 6
P4 L L 2 − L6 + L3 4+4 − L3 2 θ 2
P5 0 0 − L32 − L3 3
− L3 v3
L2
P6 0 0 3
L 2 − 3
L 4 θ 3
4. Mengacu pada kondisi pembebanan dan jenis tumpuan, didapatkan syarat batas
sebagai berikut :
v1 = θ1 = v3 = 0
P3 = − P P3 = Y2 (el 1) + Y2 (el 2)
P4 = PL P4 = M 2 (el 1) + M 2 (el 2)
P6 = 0
Maka untuk memudahkan perhitungan dilakukan transformasi matriks dengan urutan
langkah sebagai berikut :
a. Geser elemen baris 3, 4 dan 6 matriks {P} ke posisi baris 1, 2 dan 3 sehingga
urutan baris matriks {P} berubah menjadi 3, 4, 6, 1, 2, 5. Lakukan hal yang sama
untuk matriks {q}.
b. Geser elemen baris 3, 4 dan 6 matriks [K] ke posisi baris 1, 2 dan 3 sehingga
urutan baris matriks [K] berubah menjadi 3, 4, 6, 1, 2, 5
c. Geser elemen kolom 3, 4 dan 6 matriks [K] hasil pergeseran b) ke posisi baris 1, 2
dan 3.
Matriks hasil transformasi adalah :
P3 = − P 15
L2
− L3 3
L
− 12
L2
− L6 − L32 v2 = ?
P = PL − 3 8 2 6
2 − L3 θ 2 = ?
4 L L
P6 = 0 EI L − L3 θ 3 = ?
3
2 4 0 0
= 12
P1 = ? L − L2
6 12 6
L
0 L2 L
0 v1 = 0
P2 = ? − L6 2 6 6
4 0 θ1 = 0
3 L
P5 = ? − L2 − L3 − L3 0 0 3
L2 v3 = 0
− P 15
L2
− L3 3
L v 2
2 θ 2
EI
PL = − L
3
8
0 L
L3 2 4 θ 3
28 18 − 30 − P − 10
v 2 L L
Atau θ 2 =
L3 18 51 2 − 39
2 PL =
PL3
33 L
θ 276 EI L L L 276 EI
3 − 30 − 39 2 111 2 0 9
− L
L L L
Sehingga diperoleh juga :
− 12 2 6 0 v
P1 L 2 1 53P
EI − 6
L
2
P = 2 0 θ 2 = 21PL
L
P L 3 46
− 3 θ 3
5 − −3 − 7P
L2 L L
Latihan Soal 2.1.
Gambar 2.4.
v1
θ
W = 1
2
[Y1 M 1 Y2 M 2 ] 1 21)
v 2
θ 2
Di sisi lain, kerja yang dilakukan oleh beban terdistribusi dapat diperoleh dengan cara :
L
W = 1
2 ∫ p ( x) v ( x) dx
0
22)
Dimana fungsi defleksi v (x) dinyatakan dalam persamaan 19) dengan bentuk matriks :
v1
θ
v ( x) = [ f1 ( x) f 2 ( x) f 3 ( x) f 4 ( x)] 1 23)
v 2
θ 2
L
∫ p ( x) f 1 ( x) dx
0
Y1 L
M ∫ p ( x ) f 2 ( x) dx L
1 0
= L atau secara umum : Fi = ∫ p ( x) f i ( x) dx 24)
Y2 p ( x ) f 3 ( x) dx
M 2 ∫0
0
L
p ( x) f 4 ( x) dx
∫0
Persamaan 24) menyatakan bahwa beban ekuivalen kerja yang bersesuaian dengan
derajat kebebasannya diperoleh dengan mengintegrasikan perkalian fungsi beban
gaya
p Gambar 2.5. menunjukkan struktur beam
panjang
dengan ujung-ujung yang ditumpu secara
sederhana dibawah penga-ruh beban
terdistribusi p. Diinginkan untuk mencari
slope pada nodal 1 dan defleksi pada titik
tengah struktur.
Gambar 2.5.
Jawab :
Struktur di atas merupakan struktur yang simetri, karenanya dapat dimodelkan
sebagai beam separuh dan analisis dilakukan terhadap beam dengan panjang l/2.
Dengan kondisi batas beam diperoleh v1 = θ 2 = 0 sehingga persamaan elemen menjadi :
M 1 8l θ
l2 1
− 24
= EI 24 96 25)
Y2 − l 2 v
l3 2
l/2
x x
3
pl
Y2 = ∫0
− p 12 − 16 dx = −
l l 4
12 3 pl 2
− 1
θ1 l l 2 l 48 = − pl
3 3
= pl − 51
v 2 24 EI 3 1 − 24 EI 16
l 4
Hasil yang didapat memiliki tingkat akurasi sesuai dengan persamaan Castigliano.
M 2 ,θ 2
M 1 , θ1
Gambar 3.1.
EA EA
L − 0 0 0 0
L
X 1 − EA EA
0 0 0 0 u1
X L L
2 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI u 2
Y1 0 0 −
= L3 L2 L3 L2 v1
6 EI 4 EI 6 EI 2 EI θ1
M1 0 0 − 2
Y2 L2 L L L v
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 2
M 2 0 0 − 3 − 2 − 2 θ 2
L L L3 L
6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
0 0 − 2
L2 L L L
26)
2 12 2 12 6 12 2 12 6
Rλ + L2 µ (R − )λµ − µ − Rλ2 − µ (− R + )λµ − µ
L2 L L2 L2 L
12 12 6 12 12 6
( R − 2 )λµ Rµ 2 + 2 λ2 λ (− R + 2 )λµ − Rµ 2 − 2 λ2 λ
L L L L L L
6
− µ
6
λ 4
6
µ
6
− µ 2
[K ] = EI L L L L
6
L − Rλ2 − 12 µ 2 12 6 12
Rλ2 + 2 µ 2
12
(− R + 2 )λµ µ ( R − 2 )λµ µ
L2 L L L L L
(− R + 12 )λµ 12
− Rµ − 2 λ2
2 6
− µ
12
( R − 2 )λµ
12
Rµ + 2 λ2
2 6
− λ
L2 L L L L L
6 6 6 6
− µ λ 2 µ − λ 4
L L L L 29)
Dalam hal ini R = (A / I), yaitu perbandingan luas area dan momen inersia.
Jawab :
Struktur frame yang diacu merupakan struktur yang simetri baik dalam arah
vertikal maupun horisontal. Jadi, hanya seperempat bagian struktur saja yang dijadikan
model dengan 2 elemen, yaitu elemen 1-2 dan 2-3. Karena batang frame tidak dapat
meregang maka defleksi aksial tidak terjadi, sehingga didapat kondisi batas :
a. akibat simetrisitas : v1 = θ1 = v 2 = u 3 = θ 3 = 0
− P / 2 12 / L2 − 6 / L 0 u1
EI
0 = − 6 / L 4 + 4 − 6 / L θ 2
0 L 0 − 6 / L 12 / L2 v3
λ = 0 µ = 1 (el.1 − 2)
Untuk
λ = 1 µ = 0 (el.2 − 3)
Penyelesaiannya didapat :
u1 60 − − − P / 2 5 L
L3 72 / L − − 0 = − PL 6
2
θ
2 =
v 288 EI 36
− − 0 48EI
3 3L
a)
12 6
L2 − − − − −
X1 L 5 L − P / 2
Y 0 − − − − 0 0 0
1 6
− − − − − 2 PL2 0 3PL / 8
M 1 EI L −
= =
X 2 L − 2
12 6 48 EI 0
− − − − P/2
Y2 L L 0 0
0 − − − − 0
M 2 6 6 PL / 8
− − − − − 4
L b)
Untuk elemen 2-3 diperoleh :
− − 0 − 0 −
2
X 6 12 0 0
Y − −
L
− − 2
L
−
0 0
2 6
M2 EI − − 4 − − − PL2 6 − PL/ 8
= − −
L =
− 0 − 0 − 48EI 0
X3 L 6 12 0
Y3 − − − − − 3L 0
L L2
M3 6 0 PL/ 8
− − 2 − − −
L c)
Perlu diperhatikan bahwa gaya-gaya X2 dan X3 pada elemen 2-3 dari hasil
perhitungan sama dengan nol, padahal seharusnya masing-masing bernilai –P/2 dan P/2.
Hal ini disebabkan karena asumsi batang tidak teregang mengakibatkan u2 = 0.
Kesimpulannya, batang yang tidak teregang itu tidak mungkin terjadi. Kurva defleksi,
diagram gaya geser dan momen bending dapat dilihat pada gambar 3.3. dibawah ini.
θ2
u1
Gambar 3.3.