Anda di halaman 1dari 1

BAB V

Kasus PT Indo Bharat Rayon

Purwakarta, Indonesia

Pada tanggal 29 April 2016 PT Indo Bharat Rayon terjerat kasus pencemaran
lingkungan akibat tidak melakukan pengelolaan limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan
Beracun) serta melakukan dumping limbah ke suatu lingkungan dengan tanpa izin.
Secara timeline produksinya, PT Indo Bharat Rayon menggunakan bahan bakar
berupa batu bara dengan jumlah total 700 – 800 ton per hari.

Dari penggunaan tersebut, dihasilkan limbah yang berbentuk fly ash serta
bottom ash ( Kategori Limbah B3 ) dari sumber berdasarkan PP No.18 dan No. 85
tahun 1999 serta PP No. 101 tahun 2014. Kuantitas jumlah Limbah B3 yang
dihasilkan oleh PT IBR berjumlah sekitar 56 ton per harinya.

Awal mula kasus ini bermula pada tanggal 27 Februari 2013, dimana ada
pengaduan pembuangan fly ash dan bottom ash yang dilakukan oleh PT IBR.
Kemudian pada tanggal 4 Maret 2013, Asisten Deputi Penyelesaian Lingkungan
KLH ( Kementrian Lingkungan Hidup ) bersama dengan BLH ( Badan Lingkungan
Hidup ) Purwakarta melakukan survey ke lokasi dan benar ditemukan adanya
timbunan Limbah B3.

Berdasarkan penemuan tersebut maka dilakukan Penyidikan PPNS Lingkungan


Hidup pada tanggal 17 April 2013. Hasil dari penyidikan tersebut ternyata
membawakan hasil berupa pembuangan Limbah B3 di sekitar area pabrik dan di
Rawa Kalimati. Singkat cerita pada tanggal 12 Oktober 2015, Penyidik PPNS
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Jaksa Peneliti dan Ahli
Lingkungan melakukan kunjungan kembali ke tempat perkara. Sesuai deduksi,
hamparan serta timbunan limbah B3 ditemukan di lokasi Rawa Kalimati yang
dimanfaatkan masyarakat Desa Cilangkap sebagai area sawah.

PT Indo Bharat Rayon dijatuhkan sanksi ancaman pidana penjara paling


singkat 1 ( satu ) tahun dan paling lama 3 ( tiga ) tahun, denda paling sedikit Rp 1
miliar serta paling banyak Rp 3 miliar atas pasal yang berdasarkan UU No 32 tahun
2009 yakni seperti Pasal 19 ayat 1, “ Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS”, dan juga Pasal 13 ayat 1, “ Pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian
fungsi lingkungan hidup”, Pasal 98, Pasal 103, Pasal 104, etc.

Anda mungkin juga menyukai