Anda di halaman 1dari 97

Aliran seragam merupakan aliran yang tidak berubah

menurut tempat. Konsep aliran seragam dan aliran kritis


sangat diperlukan dalam peninjauan aliran berubah dengan
cepat atau berubah lambat laun.

Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman normal


sangat penting untuk menentukan perubahan permukaan
aliran akibat gangguan pada aliran.
Gangguan tersebut dapat merupakan bangunan-
bangunan air yang memotong aliran sungai.

Pembahasan aliran kritis dan kedalaman kritis diuraikan dalam


modul 2, dan di dalam modul ini akan dibahas aliran seragam
dan kedalaman normal.

Agar mahasiswa memahami penggunaan persamaan-


persamaan aliran seragam, di akhir suatu pokok bahasan diberi
contoh soal dan latihan yang berupa pekerjaan rumah dan
dibahas pada awal kuliah berikutnya.
Menjelaskan prinsip aliran seragam dan persamaan-
persamaan yang digunakan
Memberi contoh perhitungan aliran seragam untuk saluran
terbuka yang diperlukan untuk bangunan air.
Penjelasan persamaan prinsip aliran seragam dan
persamaannya
Penjelasan aliran seragam untuk saluran terbuka yang
diperlukan untuk bangunan air dan contoh
penggunaannya.
Setelah membaca dan mempelajari modul
ini mahasiswa memahami terbentuknya
aliran seragam dan persamaan-
persamaannya yang dapat digunakan.
Setelah membaca dan mengerjakan
latihan soal-soal mahasiswa mampu
menerapkan persamaan-persamaan
aliran seragam dalam menghitung
kedalaman aliran untuk suatu debit
tertentu.
Seperti telah diuraikan di modul 1 aliran seragam adalah
aliran yang tidak berubah menurut tempat. Terdapat dua
kriteria utama untuk aliran seragam yaitu :

1. Kedalaman aliran
Luas penampang, penampang basah, dan debit aliran
pada setiap penampang dari suatu panjang aliran adalah
tetap.
2. Garis energi
Garis permukaan aliran, dan sasar saluran sejajar, dan ini
berarti bahwa kemiringan garis energi (if), garis
permukaan air (iw) dan dasar saluran (ib) adalah sama atau
:
i f = iw = ib

Ditinjau dari perubahan terhadap waktu maka aliran


dapat berupa aliran tetap dimana :

∂y ∂y ∂V ∂V
= 0 dan = 0; = 0 dan =0
∂S ∂t ∂S ∂t
atau aliran tidak tetap dimana :

∂y ∂y ∂V ∂V
= 0 tetapi ≠ 0; = 0 tetapi ≠ 0
∂S ∂t ∂S ∂t

Tetapi di dalam kenyataannya aliran


seragam tidak tetap tidak pernah
terjadi, maka yang dimaksud disini
aliran seragan adalah aliran
seragam tetap.
Apabila aliran terjadi di dalam suatu saluran, hambatan
akan menghadang aliran air dari hulu ke hilir. Hambatan
tersebut berlawanan dengan komponen gaya gravitasi di arah
aliran.

Aliran seragam terbentuk apabila hambatan diimbangi


oleh gaya gravitasi. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar
3.1 sebagai berikut :
y

Δx

y P1 G sinθ
P2
z
τ z

z V
x G

DATUM

Gambar 3.1. Sket keseimbangan gaya – gaya di dalam aliran seragam


Keseimbangan gaya–gaya yang bekerja pada bagian
kecil aliran sepanjang Δx dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Σ Fx = 0
P1 – P2 + G sin θ - τz Δx Δy = 0 (3.1)

Karena kedalaman air (y – z) tetap maka besarnya


gaya–gaya hidrostatik P1 – P2 = ½ γ (y – z)2 hanya
berlawanan arah maka gaya–gaya tersebut saling
menghapus satu sama lain, sehingga persamaan
(3.3) menjadi :
G sin θ - τz Δx Δy = 0 (3.2)
karena G = ρ g Δx Δy (y – z)
maka persamaan (2) menjadi :
ρ g Δx Δy (y – z) sin θ - τz Δx Δy = 0 (3.3)

Apabila dibagi Δx Δy persamaan (3) menjadi :


τz = ρ g (y – z) sin θ
atau : τz = ρ g ib (y – z) (3.4)

dimana :
sin θ = ib
τz = tegangan geser pada elevasi (y-z) dari
permukaan air
Apabila pada elevasi (y-z) besarnya tegangan geser
τz = ρ g ib (y – z), maka tegangan geser pada dasar
saluran dapat dicari dengan menggunakan
persamaan tersebut untuk harga z = 0, sehingga :
τb = ρ g ib h atau τb = ρ g h ib (3.5)

dimana :
τb = tegangan geser pada dasar saluran
(kg/m.det2)
h = kedalaman air (m)
ib = kemiringan dasar saluran (m/m)
ρ = berapa tan air (kg/cm3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
Untuk aliran di dalam saluran lebar sekali (wide
channel) dimana R = h, maka tegangan geser pada
dasar saluran dapat dinyatakan sebagai berikut :
τ b = ρ g R ib (3.6)

Untuk aliran seragam dimana ib = if persamaan (3.6)


dapat diubah menjadi :
τb = ρ g R i f (3.7)

atau : g Rif =
τ b
ρ
g R i f = U∗
2
=
τ b
ρ
dimana :
U* = kecepatan geser aliran
U*2 = g R if
τ b = ρ U* 2 (3.8)

Dari persamaan (3.7) dan (3.8) tampak bahwa


besarnya hambatan (tegangan geser) tergantung
pada kecepatan aliran. Untuk melihat lebih jelas
terjadinya aliran seragam dapat diambil contoh suatu
aliran dari suatu tandon (reservoir) yang memasuki
suatu saluran panjang dengan kemiringan tertentu
seperti tampak pada Gb. 3.2.
zona
transisi Aliran
Seragam

Reservoir

Kemiringan landai (mild slope)


io < ic
(a)
zona
transisi

Reservoir

Kemiringan kritis (critical slope)


io = i c
(b)
zona
transisi

Reservoir

Kemiringan curam (steep slope)


i o > ic
(c)

Gambar 3.2. Terjadinya aliran seragam di dalam saluran


dengan kondisi kemiringan yang berbeda - beda
Pada waktu air memasuki saluran secara
perlahan–lahan, kecepatan aliran berkurang dan
oleh karenanya besarnya tahanan juga berkurang.
Pada saat tahanan menjadi lebih kecil daripada
komponen gaya berat maka akan terjadi percepatan
di saat memasuki saluran atau di bagian hulu
saluran. Sesudah itu secara lambat laun kecepatan
dan tahanan bertambah besar sampai terjadi
keseimbangan antara tahanan dan gaya berat. Pada
keadaan ini aliran seragam terjadi.
Pada bagian hulu dimana terjadi percepatan
disebut zona transisi (Gb. 3.2.)
Untuk perhitungan hidrolik kecepatan rata–rata dari
aliran turbulen di dalam saluran terbuka biasanya
dinyatakan oleh suatu rumus aliran seragam.
Persamaan yang paling praktis dapat dinyatakan
dalam bentuk sebagai berikut:
V = C R x iy (3.9)
dimana :
V = kecepatan rata–rata
C = faktor hambatan aliran
R = jari–jari hidrolik
if = kemiringan garis energi
Untuk aliran seragam if = iw = i0
iw = kimiringan permukaan air
i0 = kemiringan dasar saluran
Persamaan tersebut menyatakan bahwa kecepatan
aliran tergantung pada jenis hambatan (C), geometri
saluran (R) dan kemiringan aliran ⎛ Δ H ⎞
⎜i = ⎟
⎝ L ⎠
dimana ΔH adalah perbedaan tinggi energi di hulu
dan di hilir.

Persamaan tersebut dikembangkan melalui


penelitian di lapangan.
Pada awal tahun 1769 seorang insinyur
Perancis bernama Antonius Chezy mengembangkan
mungkin untuk pertama kali perumusan kecepatan
aliran yang kemudian dikenal dengan rumus Chezy
yaitu : V = C R i
f (3.10)

V = kecepatan rata–rata (m/det)


R= jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)
C= suatu faktor tahanan aliran yang disebut
koefisien Chezy (m2/det)
Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran
dan kedalaman aliran atau jari–jari hidrolik.
Berbagai rumus dikembangkan untuk memperoleh
harga C antara lain :
Ganguitlef aunt Kutter (1869)

0,00281 1,811
41,65+ +
C= 3 n
⎛ 0,0281⎞ n (3.11)
1+⎜41,65+ ⎟
⎝ S ⎠ R
dimana :
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran
R = jari–jari hidrolik
S = kemiringan dasar saluran

Bazin pada tahun 1897 melalui penelitiannya


menetapkan harga C sebagai berikut :

157,6
C= (3.12)
1+ m
R
dimana,
m = koefisien Bazin
R = jari-jari hidrolik

Masih banyak rumus-rumus yang lain untuk


menetapkan harga koefisien C melalui penelitian-
penelitian di lapangan dimana semua menyatakan
bahwa besarnya hambatan ditentukan oleh bentuk
kekasaran dinding dan dasar saluran, faktor geometri
dan kecepatan aliran.
Manning mengembangkan rumus :
1,49 2 3 1 2
V= R if ( EU )
n (3.13)

atau

1 23 12
V = R if ( SI ) (3.14)
n
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka kekasaran Manning
R = Jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)

Apabila dihubungkan Persamaan Chezy dan


Persamaan Manning akan diperoleh hubungan
antara koefisien Chezy (C) dan koefisien Manning (n)
sebagai berikut :
1
V = C R if = R 2 3
i1 2

n
1 1
C = R 6
(3.16)
n
Faktor–faktor yang mempengaruhi harga kekasaran
manning n adalah :
a. Kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran
b. Tumbuh – tumbuhan
c. Ketidak teraturan bentuk penampang
d. Alignment dari saluran
e. Sedimentasi dan erosi
f. Penyempitan (adanya pilar-pilar jembatan)
g. Bentuk dan ukuran saluran
h. Elevasi permukaan air dan debit aliran
Dari hasil penelitiannya Manning membuat suatu
tabel angka kekasaran (n) untuk berbagai jenis
bahan yang membentuk saluran antara lain
sebagai berikut :

Tabel 3.1. Harga n untuk tipe dasar dan dinding saluran


Tipe Saluran Harga n
1. Saluran dari pasangan batu tanpa plengsengan 0,025
2. Saluran dari pasangan batu dengan pasangan 0,015
3. Saluran dari beton 0,017
4. Saluran alam dengan rumput 0,020
5. Saluran dari batu 0,025

Pengambilan harga n tersebut tergantung pula pada


pengalaman perencana
Aliran Saluran terbuka
Di dalam praktek sering dijumpai saluran
melintas jalan raya. Dalam memecahkan masalah
perlintasan ini pada umumnya dibuat suatu
bangunan perlintasan yang disebut gorong–gorong
(culvert). Bangunan tersebut dapat berpenampang
lingkaran atau persegi empat yang dikenal dengan
istilah box culvert . Bentuk gorong–gorong adalah
saluran tertutup tetapi alirannya adalah aliran
terbuka.
Karena bentuknya yang tetap maka untuk
memudahkan perhitungan dapat dibuat suatu kurva–
kurva tidak berdimensi agar dapat berlaku umum.
Penampang Lingkaran

Apabila angka n diambil tetap atau tidak


tergantung pada variasi kedalaman air, maka dapat
dibuat kurva hubungan antara Q dan Q0 serta V dan
V0 dimana harga–harga tersebut merupakan harga
perbandingan antara debit Q dan kecepatan V untuk
suatu kedalaman aliran y terhadap debit Q0 dan
kecepatan V0 dari kondisi aliran penuh.
Dari persamaan Manning :

1 23 12
V= R i
n
Dapat dilihat bahwa untuk harga n konstan dan
kemiringan i konstan, maka kecepatan aliran V
hanya tergantung pada besarnya R yang tergantung
pada kedalaman aliran y. Demikian pula debit aliran
Q, karena besarnya tergantung pada kecepatan V
dan luas penampang aliran A.
Karena kurva–kurva hubungan antara A dan A0
(A/A0) serta R dan R0 dimana A0 dan R0 adalah luas
penampang dan jari–jari hidrolik dalam kondisi
saluran di dalam modul 2 (Gb.2.1) maka kurva–kurva
hubungan antara Q dan Q0 serat V dan V0 dapat
dilakukan dengan bantuan kurva–kurva tersebut.
1 2/3 1 / 2
R ib
V n
=
V0 1 2 / 3 1 / 2
R 0 ib
n

Karena n dan ib konstan maka persamaan tersebut


dapat disederhanakan menjadi : V R 2/3
= 2/3
V0 R0

kemudian karena Q = VA maka : Q


=
VA
=
AR 2 / 3
Q 0 V0 A 0 A 0R 0 2 / 3

Dengan persamaan–persamaan tersebut dapat


dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Perhitungan R2/3/R02/3 dan AR2/3/ A0R02/3 untuk
harga-harga y/d0 yang diketahui
AR2/3/A0R0
Y/d0 A/A0 R/R0 (R/R0 )2/3 2/3

0,10 0,05 0,25 0,397 0,020


0,20 0,15 0,50 0,630 0,095
0,30 0,25 0,70 0,788 0,197
0,40 0,37 0,86 0,904 0,335
0,50 0,50 1,00 1,00 0,500
0,60 0,62 1,10 1,072 0,665
0,70 0,75 1,18 1,117 0,838
0,80 0,85 1,21 1,136 0,965
0,90 0,90 1,20 1,129 1,073
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Harga-harga dalam tabel tersebut diplot pada kertas


milimeter menghasilkan kurva-kurva seperti pada
Gb. 3.3.
Gambar 3.3. Kurva hubungan antara y/d0 dan Q/Q0, V/V0,
AR2/3, A0R02/3 dan R2/3/R02/3
Dari kurva-kurva tersebut tampak bahwa baik
harga Q/Q0 maupun harga V/V0 mempunyai harga
maksimum yang terjadi pada kedalaman 0,938 d0
untuk Q/Q0 dan kedalaman 0,81 d0 untuk V/V0. Dari
gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa pada
kedalaman lebih besar dari pada 0,82 d0
dimungkinkan untuk mempunyai dua kedalaman
berbeda untuk satu debit, satu diatas 0,938 d0 dan
yang satu lagi antara 0,82 d0 sampai 0,938 d0.
Demikian juga dengan kurva V/V0 yang menunjukkan
bahwa untuk kedalaman melebihi 0,5 d0 terdapat dua
kemungkinan kedalaman untuk satu harga
kecepatan V yaitu satu diatas 0,81 d0 dan yang satu
diantara 0,81 d0 dan 0,5 d0. Penjelasan tersebut
diatas adalah untuk asumsi harga n konstan.

Di dalam praktek ternyata didapat bahwa pada


saluran dari beton maupun lempung terjadi kenaikan
harga n sebesar 28% dari 1,00 d0 sampai 0,25 d0
yang tampaknya merupakan kenaikan maksimum
kurva untuk kondisi ini seperti ditunjukkan pada garis
putus–putus.
Kedalaman air untuk aliran seragam ditulis
dengan notasi yn yaitu kedalaman normal. Salah
satu cara perhitungan untuk menentukan kedalaman
normal suatu aliran dengan debit tertetu dapat
digunakan beberapa cara seperti pada contoh soal
berikut ini :
Contoh soal 3.1

Suatu trapesium terbuka berpenampang


trapesium, mempunyai
lebar dasar B = 6 m;
kemiringan tebing 1 : z = 1 : 2.
Kemiringan longitudinal ib = 0,0016
dan faktor kekasaran Manning n = 0,025.
Tentukan kedalaman normal, dengan cara aljabar
apabila Q = 11 m3/det.
A. Cara Aljabar

A = (B + zy ) y = (6 + 2 y ) y

P = B + 2 y 1 + 22 = 6 + 2 y 5
A (6 + 2 y ) y 2 (3 + y ) y (3 + y ) y
R= + = =
P 6 + 2y 5 2 3+ y 5( ) (
3+ y 5 )
1 12
Q = AR 2 3 ib nQ
= AR 2 3
n 12
ib
0,025 × 11
= [2(3 + y ) y ]
[(3 + y )y] 2 3
(0,0016)12
(3 + y 5 ) 2 3
(
= 6,875 3 + y 5 ) 23

= 2[(3 + y ) y ] 5 3
Ruas kiri dan ruas kanan dipangkatkan 3/2 pers.
tersebut menjadi :
6,8753/2 (3 + y√5) = 23/2 [(3 + y)y]2,5
6.373 (3 + y√5) = [(3 + y)y]2,5
Untuk mencari harga dari persamaan tersebut
diperlukan cara coba-coba (trial and error) sebagai
berikut : Y Ruas kiri Ruas kanan
0,80 30,519 ≠ 16,113
0,90 31,944 ≠ 23,082
1,00 33,369 ≠ 32,00
yang paling
mendekati 1,015 33,583 ≠ 33,525
1,02 33,654 ≠ 34,046
1,10 34,794 ≠ 43,196
berarti yn = 1,015 m
B. Cara Coba-coba

Cara coba-coba juga sering dilakukan dengan cara


langsung menggunakan data “kedalaman air” sampai
ditemukan harga AR2/3 yang paling mendekati.
Dalam hal contoh soal tersebut diatas ditentukan
beberapa kedalaman normal yn , kemudian dicari
harga A dan R dan AR2/3 seperti pada tabel sebagai
berikut :

nQ 0 , 025 × 11
A R2 3 = = = 6 ,875
i 0 , 0016 (i)
Tabel 3.2 Perhitungan harga yn contoh soal 3.1
y A R R2/3 A R2/3 Remark
0,80 6,080 0,635 0,739 4,492 y terlalu
0,90 7,080 0,700 0,788 5,532 kecil

1,00 8,000 0,764 0,836 6,686

paling
1,015 8,150 0,773 0,842 6,864
mendekati

1,02 8,200 0,776 0,844 6,934

y terlalu
1,10 9,020 0,826 0,880 7,941
besar

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga AR2/3


yang paling mendekati perhitungan tersebut diatas (i)
adalah pada kedalaman y = 1,015. Ini berarti
yn = 1,015.
C. Cara Grafis
Cara grafis seringkali digunakan dalam hal
penampang saluran yang sulit. Di dalam prosedur ini
dibuat suatu grafik hubungan antara y dan AR2/3.
Setelah grafik selesai maka hasil perhitungan :

nQ
AR 23
=
i

diplot pada grafik dan dicari harga y yang sesuai.

Dengan menggunakan perhitungan pada tabel 3.2


dibuat suatu grafik suatu berikut :
y 1,2

1,1
1,015
1
0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3
0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6,864
AR2/3

Gambar 3.4 Grafik hubungan antara kedalaman air y dan


faktor penampang AR2/3 contoh soal 3.1
D. Cara perhitungan dengan menggunakan Design Chart
(dari Ven Te Chow)

Pada sekumpulan kurva untuk menentukan


kedalaman normal yang tersedia (Ven Te Chow
gambar 6.1) dapat dicari harga y dengan menghitung
lebih dulu harga AR2/3 dan persamaan Manning
dimana : nQ 0,025 ×11
AR23
= = = 6,875
i 0,0016
A R 2 3 6,875
= 8 3 = 0,058
B 83
( )
6

Dari kurva didapat yn/B = 0,18


yn = 0,17 x 6 = 1,02 m
ALIRAN SERAGAM
10
8
6

r)
2 y
d0
gula
n
ta
ec 1.0
(R z=
0 .5
z= =0
z
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.6 z = 2.5
Values of y/b and y/d o

z = 3.0
0.4 z = 4.0

ar
cul
0.2 Cir
0.17

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.058 0.1 1 10

2/3 8/3 2/3 8/3


Values of AR /b and AR /d o
Contoh soal 3.2

Tentukan kedalaman normal dari suatu aliran


di dalam gorong–gorong (culvert) yang mempunyai
diameter d0 = 0,90 m,
kemiringan dasar ib = 0,016,
kekasaran dinding dengan angka Manning n = 0,015
dan mengalirkan air sebesar Q = 540 l/det.
A. Cara Grafis

Buat suatu kurva hubungan antara y dan


AR2/3 . Pembuatan kurva ini memerlukan
bantuan kurva pada Gb. 3.4 dan menghitung
harga AR2/3 untuk setiap harga y seperti di
dalam tabel berikut ini :
A0 = 0,25π × 0,902 = 0,636
R0 = 0,25 × 0,90 = 0,225
A0 R02/3 = 0,636 × (0,225)2/3 = 0,235
Gambar 3.6. Flow characteristic s of a circular section (After
T, R. Camp, [27] of Chap 5)
Dengan menggunakan kurva-kurva pada Gb. 3.6
dihitung harga AR2/3 untuk setiap harga y/d0 seperti
yang tampak pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Perhitungan hubungan antara y dan AR2/3


y y/d0 A/A0 R/R0 (R/R0)2/3 AR2/3/A0R02/3 AR2/3

0,09 0,10 0,05 0,25 0,397 0,020 0,005


0,18 0,20 0,15 0,50 0,630 0,095 0,022
0,27 0,30 0,25 0,70 0,788 0,197 0,049
0,36 0,40 0,37 0,86 0,904 0,335 0,079
0,45 0,50 0,50 1,00 1,00 0,500 0,118
0,54 0,60 0,62 1,10 1,072 0,665 0,156
0,63 0,70 0,75 1,18 1,117 0,838 0,198
0,72 0,80 0,85 1,21 1,136 0,965 ,0227
0,81 0,90 0,95 1,20 1,129 1,073 0,252
0,90 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,235
Harga-harga di dalam tabel tersebut diplot pada
kertas milimeter hubungan antara y/d0 dan AR2/3
didapat kurva seperti pada Gb. 3.5.
Persamaan Manning :
1
Q= A R 2 3 i1 2
n
nQ 0,015 × 0,540
AR = 12 =
23
= 0,2025
i 0,0016

Dari grafik pada Gb. 3.7 dapat diperoleh angka


yn = 0,64 m
Gambar 3.7. Kurva hubungan antara y dan AR2/3 untuk
penampang lingkaran
B. Cara penentuan harga yn
dengan menggunakan
Design Chart

Dari persamaan manning didapat :


nQ 0,015 × 0,540
A R2 3 = = = 0,2025
i 0,0016
A R 2 3 0,2025
= = 0,27
B 83
(
0,90 83
)

Angka tersebut diplot pada design chart sehingga


didapat yn = 0,64 (lihat Gb. 3.8).
10
8
6

r)
la
2 y
d0
ngu
a
ct
( Re 1 .0
0 .5 z=
=
z
z =0
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.64 z = 2.5
Values of y/b and y/do

z = 3.0
0.4 z = 4.0

ar
cu l
0.2 Cir

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.1 0.27 1 10

8/3
Values of AR 2/3/b8/3and AR 2/3/do

Gambar 3.8. Penggunaan “design chart” untuk penentuan yn


contoh soal 3.2
Di dalam praktek sering dijumpai kondisi
dimana kekasaran dinding tidak sama di sepanjang
keliling basah, misalnya saluran terbuka yang
dasarnya dari tanah asli sedang dindingnya dari
pasangan batu atau saluran berbentuk persegi
empat yang dasarnya dari pelat beton sedang
dindingnya dari kayu.
- Untuk saluran yang mempunyai penampang
sederhana dengan perbedaan kekasaran
tersebut perhitungan kecepatan rata–ratanya
tidak perlu harus membagi luas penampang
menurut harga n yang berbeda–beda
tersebut.
Dalam menerapkan Persamaan Manning untuk
saluran seperti tersebut diatas perlu dihitung
harga n ekivalen untuk seluruh keliling basah,
Ada beberapa cara untuk menghitung harga n
ekivalen tersebut.
- Horton dan Einstein
Untuk mencari harga n diambil asumsi tiap
bagian luas mempunyai kecepatan rata–rata
sama, berarti V1 = V2 ; …= V2 = V. Dengan
dasar asumsi ini harga n ekuivalen dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

23

( )

n

⎢∑ n n (P n )
1, 5
P n ⎥ 1, 5 1, 5 2 3
+ P2 n + ... + Pn nn
1, 5
n=⎢ 1 ⎥ = 1 1

⎢ P ⎥ P2 3
⎢⎣ ⎥⎦ (3.17)
- Parlovskii dan Miill Lofer dan Einstein serta
Banks
Mengambil asumsi bahwa gaya yang
menghambat aliran sama dengan jumlah
gaya–gaya yang menghambat aliran yang
terbentuk dalam bagian–bagian penampang
saluran. Dengan asumsi tersebut angka n
ekivalen dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
12

∑ (P n )
⎡ n
2 ⎤

n=⎢ 1
n n ⎥
⎥ =
(Pn
1 1
2 2
+ P2 n2 + ... + Pn nn )
2 12
(3.18)
⎢ P 12 ⎥ P1 2
⎢ ⎥
⎣ ⎦
Suatu penampang saluran
dapat terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai angka
kekasaran yang berbeda–beda.
Sebagai contoh yang paling
mudah dikenali adalah saluran
banjir. Saluran tersebut pada
umumnya terdiri saluran utama
dan saluran samping sebagai
penampang debit banjir.
Penampang tersebut adalah sebagai berikut :

n3 n3
I II III
n2 n2

n1 n1
n1

Gambar 3.9. Penampang gabungan dari suatu saluran


Penampang tersebut mempunyai kekasaran
yang berbeda–beda, pada umumnya harga n di
penampang samping lebih besar daripada di
penampang utama. Untuk menghitung debit aliran
penampang tersebut dibagi menjadi beberapa
bagian penampang menurut jenis kekasarannya.
Pembagian penampang dapat dilakukan menurut
garis–garis vertikal (garis putus–putus seperti pada
gambar diatas) atau menurut garis yang sejajar
dengan kemiringan tebing (garis titik–titik seperti
pada gambar).
Dengan menggunakan persamaan Manning
debit aliran melalui setiap bagian penampang
tersebut dapat dihitung. Debit toatal adalah
penjumlahan dari debit di setiap bagian penampang.
Kemudian kecepatan rata–rata aliran dihitung dari
debit total aliran dibagi dengan luas seluruh
penampang.
Misalnya kecepatan rata–rata setiap bagian
penampang adalah : V1 , V2 , ….VN dan koefisien
energi dan koefisien momentum setiap bagian
adalah : α1 , α2 , …αN dan β1 , β2 , ….βN . Kemudian,
apabila luas penampang setiap bagian tersebut
adalah ΔA1 , ΔA2 , …. ΔAN , maka :
1
AR 2 3i1 2
K
V1 = n = 1 i1 2 (3.19)
ΔA1 ΔA1

dimana K1 = 1/n A R⅔ = faktor penghantar


(conveyence) untuk penampang 1. dan :

K2 1 2 KN 1 2
V2 = i ....VN = i
ΔA2 ΔAN

Q = V A = V1 ΔA1 + V2 ΔA2 + ……… V3 ΔA3


⎛ N ⎞
Q = (K1 + K 2 + ... K N )i 12
= ⎜ ∑ K N ⎟ i1 2
⎝ 1 ⎠
⎛ N ⎞
⎜ ∑ K N ⎟ i1 2 (3.20)
V = =⎝ 1
Q ⎠
A A
Dalam hal pembagian
kecepatan tidak
merata di penampang
aliran maka di dalam
α= ∑ v ΔA
3

perhitungan alirannya 3
diperlukan koefisien
V A
energi α dan β
tersebut dapat
digunakan persamaan
tersebut diatas. Dari β= ∑ v ΔA
2

2
persamaan (1.18) dan V A
(1.24) yang telah
dijelaskan di dalam
modul 1.
memasukkan persamaan (3.20) ke persamaan ini
N N

∑ (α N K N ) (
∑ N N
α )
3 3 3 3
ΔAN ΔAN K ΔAN
α= 1
= 1

⎛ N ⎞
3
⎛ N ⎞
3
(3.21)
⎜ ∑ K N ⎟ A A2 ⎜∑ KN ⎟ A 2

⎝ 1 ⎠ ⎝ 1 ⎠

N N

∑ (β N K N ) (
∑ N N
α )
3 2 3 3
ΔAN AN K ΔAN
β= 1
= 1

⎛ N ⎞
3
⎛ N ⎞
3
(3.22)
⎜ ∑ K N ⎟ A A2 ⎜∑ KN ⎟ A 2

⎝ 1 ⎠ ⎝ 1 ⎠

Untuk memahami penerapan konsep penampang


gabungan (compound section).
Lihat contoh sebagai berikut :
Contoh soal 3.3

a. Suatu saluran berpenampang gabungan


seperti pada gambar terdiri dari saluran
utama dan dua sisi saluran samping untuk
penampang banjir, apabila dasar (longitudinal)
ib = 0,0016 berapa besar kecepatan rata–rata
aliran di dalam saluran tersebut.
1 I II III 1 1,80 m
1,5 1,5

n2 = 0,035
n2 = 0,035
2,40 m
n1 = 0,040 1
1

3,6 m 12 m 2,4 m 6m 2,4 m 3m 2,4 m

Gambar 3.10. Penampang gabungan contoh soal 3.3


1 1
Persamaan Manning : Q=
n
AR 2 3i1 2 ; K = AR 2 3
n

Penampang 1 :
12 + 12 + (1,5 ×1,8)
A1 = ×1,80 = 24,03 m 2
2

O1 = 12 + 1,8 1 + 1,52 = 15,245 m

A1
R1 = = 1 , 576 m
P1

23
R1 = 1,354
1 23 1
K1 = A1 R1 = × 24,03 × 1,354 = 929,92
n 0,035
Penampang 2 :

A2 = (6 + 2,4 )2,4 + (6 + 2,4 + 2,4)×1,80 = 39,60 m 2


O2 = 6 + 2 × 2, 4 2 = 12 ,79 m

A2 39,60
R2 = =
O2 12,79
= 3,10 m
23
R2 = 3,10 2 3 = 2,12
1 23
K2 = A2 R2
n
1
= × 39,60 × 2,12
0,040
= 2103,33
Penampang 3 :
3 + 3 + (1,5 × 1,8 )
A3 = × 1,80 = 7 ,83 m 2
2

O 3 = 3 + 1,8 1 + 1, 5 2 = 6 , 245 m
7 , 83 23
R3 =
6 , 245
= 1 , 254 m R3 = 1,163
1 2 3 1
K3 = A3 R3 = × 7 ,83 × 1,163 = 260 ,125
n 0 ,035

⎛ 3 ⎞
⎜ ∑ K 3 ⎟i 2 3

V = ⎝ 1 ⎠ =
( K 1 + K 2 + K 3 )i 2 3
A ( A1 + A 2 + A 3 )
=
(929 , 92 + 2103 , 33 + 260 ,125 ) 0 , 0016
24 , 03 + 39 , 60 + 7 ,83
3293 , 38 0 , 0016 131 , 735
= = = 1,84 cm det
71 , 46 71 , 46
b. Apabila dari soal no.a tersebut diatas juga
diketahui bahwa harga α dan β dari
penampang utama dan penampang samping
sebagai berikut :
α1 = 1,12 ; β1 = 1,04
α2 = 1,10 ; β2 = 1,04
α3 = 1,11 ; β3 = 1,04
Tentukan besarnya α dan β dari penampang
tersebut.
Dari perhitungan diatas dapat ditabelkan
sebagai berikut :

Penam
ΔA O R2/3 n K α β αK³/ΔA² βK²/ΔA
pang

I 24,03 15,245 1,354 0,035 929,93 1,12 1,04 1,56 × 106 3,74 × 104

II 39,60 12,79 2,12 0,040 2103,83 1,12 1,04 6,35 × 106 11,62 × 104

III 7,83 6,245 1,163 0,035 260,125 1,11 1,04 0,32 × 106 0,90 × 104

Total 76,46 3293,38 8,41 × 106 16,26 × 104


∑ (α )
N
3 2
N KN AN ΔAN
α= 8,41×106
α=
1
= 1,376
(3293,38) 76,46
3
⎛ N ⎞ 3 2
⎜∑ KN ⎟ A2
⎝ 1 ⎠

∑ (β ) ΔA
N
2
KN
N N
16,26 × 10 4
β = 1
β= = 1,146
⎛N

⎜∑ KN ⎟
2

A
(3293,38) 76,46
2

⎝ 1 ⎠
1. Suatu saluran berpenampang persegi
empat mempunyai lebar dasar B = 6 m,
kemiringan tebing z = 2, angka
kekasaran manning n = 0,025 dan
kemiringan aliran i = 0,001.
Q = 12 m3/det.
a) Hitung kedalaman kritis (yc)
b) Hitung kedalaman normal (yn)
c) Tentukan jenis alirannya
d) Apabila akan digunakan persamaan
Chezy berapa besar angka chezy (C)
2. Tentukan debit normal aliran dalam suatu
saluran terbuka yang mempunyai penampang
seperti di bawah ini dengan yn = 2 m;
n = 0,015; i = 0,0020
(a) Suatu penampang persegi empat dengan
lebar B = 6 m
(b) Suatu segitiga dengan sudut dasar φ = 60o
(c) Suatu trapesium dengan lebar dasar
B = 6 m dam kemiringan tebing 1 ; z = 1 : 2
(d) Suatu lingkaran dengan diameter d0= 4,5 m
dengan kedalaman air y = 3,00 m
☺ Aliran seragam mempunyai kedalaman air
dan kecepatan aliran yang sama disepanjang
aliran.
Kedalaman aliran disebut
kedalaman normal.

☺ Aliran seragam terbentuk apabila


besarnya hambatan diimbangi oleh gaya
gravitasi.
☺ Perhitungan kedalaman normal pada
aliran seragam dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan manning atau
persamaan chezy dengan cara aljabar dan
cara grafis.

☺ Faktor hambatan adalah kekasaran


saluran.

☺ Penampang gabungan suatu saluran


terdiri dari penampang saluran utama dan
penampang banjir.
Untuk suatu saluran yang mengalirkan banjir
dimana kondisi geometri penampang hilir tidak sama
karena debit aliran yang sampai ke hilir tidak lagi
sama dengan debit di hulu karena tambahan air
banjir, perlu pendekatan aliran seragam untuk
perhitungan kemampuannya.
Suatu cara untuk menghitung besarnya debit
banjir yang dapat dialirkan oleh suatu saluran adalah
cara Luas Kemiringan (Slope area method). Cara ini
pada dasarnya menggunakan konsep aliran seragam
dengan persamaan Manning.
u

Laut
L

Gambar 3.11. Suatu penampang memanjang saluran untuk


penampang banjir
Misalnya suatu saluran digunakan untuk
menampung dan mengalirkan debit banjir
mempunyai dimensi yang berbeda antara hulu
(up stream) dan hilir (down stream).

Untuk menghitung debit banjir melalui saluran


tersebut perlu dilakukan prosedur sebagai berikut :
1. Dari harga–harga A, R dan n yang diketahui,
hitung faktor penghantar Ku dan Kd.
2. Hitung harga K rata–rata.

K = K u .K d
3. Diambil asumsi bahwa tinggi kecepatan dapat
diabaikan, kemiringan garis energi sama dengan
selisih tinggi muka air di hulu dan di hilir F dibagi
panjang saluran.
F
i=
L

4. Dengan asumsi tersebut hitung perkiraan


pertama debit aliran.

Q=K i
5. Ambil asumsi bahwa debit aliran sama dengan
perkiraan pertama Q dan hitung harga.

αVu 2 αVd 2
dan
2g 2g

Dengan harga–harga tersebut maka kemiringan


garis energi

hf
i=
L
dimana :

(
h f = F + k α uVu 2 g − α dVu 2 g
2 2
)
V u < V d ; k = 1, 0

Vu > Vd ; k = 0,5

Ulangi perhitungan tersebut sampai diperoleh


harga Q yang tetap.

Untuk memperdalam penguasaan materi ini lihat


contoh soal sebagai berikut :
Contol soal 3.4

Perkirakan besarnya debit banjir melalui suatu


sungai yang panjangnya 1300 m, apabila diketahui :
F = 2,08 m ;
αu = 1,12 ;
αd = 1,20 ;
n = 0,035 ;
Au = 110 m2 ;
Ou = 76 m ;
Ad = 133 m2 ;
dan Od = 91 m (lihat Gb. 3.9)
Ad

Od

garis horosontal
F
iw = if
Au

Ou ib

Gambar 3.12. Penampang melintang dan memanjang saluran


untuk banjir
Penerapan konsep aliran seragam sebagai
pendekatan penyelesaian soal ini dapat
dilakukan sebagai berikut :
Step 1 : Dari harga A, O dan n yang diketahui,
cari harga faktor Hantaran K di
penampang hulu dan di penampang
hilir.
Hulu : Au 110
Au = 110 m2
Ru = = = 1,45 m
Ou 76
Ou = 76 m 23
Ru = 1,281 m 2 3

1 23 110 × 1,281
Ku = Au Ru = = 4026
n 0,035
Hilir : Ad = 133 m 2 Rd =
Ad 133
= = 1,46 m
Od 91

O d = 91 m Rd
23
= 1,289 m

1 23 133 × 1,289
Kd = Ad Rd = = 4894
n 0,035

Step 2 : Harga rata-rata geometrik

K = Ku × K d
= 4026 × 4894
= 4439
Step 3 : Diasumsikan bahwa tinggi kecepatan
diabaikan atau sama dengan nol sehingga
kemiringan garis energi.
F 2,08 m
i= = = 0,0016
L 1300 m

Step 4 : Hitung harga Q (perkiraan pertama)

Q = K if
= 4439 0,0016
= 177,56 m 3 det
Step 5 : Diasumsikan bahwa debit aliran sama
dengan debit perkiraan dari hasil
perhitungan step 4. Dengan asumsi ini
hitung tinggi kecepatan di hulu dan di hilir.
Q 177,56
Vu = = = 1,614 m det
Au 110

α uVu 21,12 × 1,614 2


= = 0,149 m
2g 2 × 9,81

Q 177,56
Vd = = = 0,970 m det
Ad 183

α dVd 21,20 × 0,970 2


= = 0,057 m
2g 2 × 9,81
Step 6 : Dari harga–harga tersebut hitung kemiringan
garis energi if dengan memperhitungkan
tinggi kecepatan.
hf ⎛ Vu 2 V
2


h f = F + k αu − αu ⎟
if =
d
⎜ 2g 2 g ⎟⎠
L ⎝

karena Au < Ad k = 0,5


Jadi hf = 2,08 + 0,5 (0,149 – 0,057) = 2,126
2 ,126 m
if = = 0 , 00164
1300 m

Dengan harga i tersebut dihitung lagi harga


Q sebagai berikut :
Q = k i f = 4438 0,00164 = 179,725 m 3 det
Dengan harga Q ini hitung lagi harga Vu dan
Vd :

Q 179,725 α uV u 2 1,12 × 1,634 2


Vu = = = 1,634 m / det = = 0,512 m
Au 110 2g 2 × 9,81

Q 179,725 α dVd 2 1,20 × 0,982 2


Vd = = = 0,982 m / det = = 0,059 m
Ad 183 2g 2 × 9,81

⎛ Vu 2 Vd ⎞
2
h f = F + 0,50⎜⎜ α u − αu ⎟ 2,177 m
2 g ⎟⎠ if = = 0,00167
⎝ 2g 1300 m
= 2,08 + 0,50(0,152 − 0,059) = 2,177

Q = k i f = 4438 0,00167 = 181,600 m 3 / det


Karena masih belum sama diulangi lagi perhitungan
dengan menggunakan Q yang terakhir.
Q 181,600 α uV u 2 1,12 × 1,651 2
Vu = = = 1,651 m / det = = 0 ,156 m
Au 110 2g 2 × 9 ,81

Q 181,600 α dVd 21,20 × 0,992 2


Vd = = = 0,992 m / det = = 0,060 m
Ad 183 2g 2 × 9,81

h f = 2 , 08 + 0 , 50 (0 ,156 − 0 , 060 )= 2 ,128

2,128 m Q = k i f = 4438 0 , 00164 = 179 , 725 m 3 / det


if = = 0,00164
1300 m

Apabila diulang akan dihasilkan Q yang sama yaitu


antara 179,725 m3/det sampai 181,600 m3/det. Untuk
itu dapat ditetapkan Q = 180 m3/det.
Soal latihan

Suatu saluran berpenampang


trapesium merupakan saluran
untuk banjir. Hal ini berarti makin
ke muara kedalaman aliran dan
luas penampang di hilir akan
lebih besar daripada kedalaman
air dan luas penampang aliran di
hulu. Apabila saluran tersebut
mempunyai penampang
memanjang dan penampang
melintang seperti pada Gb. 3.12,
hitung debit banjir yang dapat dialirkan apabila
diketahui :

Au = 11,25 m2
Ad = 22,68 m2
αu =1
αd =1
nu = 0,035
nd = 0,020
L = 1500 m
F = 2,40 m
☺ Perhitungan debit banjir untuk suatu
saluran dapat dilakukan menggunakan
persamaan aliran seragam.

Anda mungkin juga menyukai