Anda di halaman 1dari 20

Tugas Keperawatan Anak

Makalah dan Asuhan Keperawatan pada Campak

Pembimbing :

Binti Yunariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di susun oleh :

1. Dhia Nur Hidayatin (P27820518017)


2. Linda Nur Alfiyah (P27820518019)
3. Yustika Dyah Rahayu (P27820518020)
4. Intan Retno Kumala (P27820518021)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI DIII KEPERAWATAN TUBAN
Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 2 Tuban
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
akan membahas “Makalah dan Asuhan Keperawatan pada Campak ”

Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar terciptanya makalah yang


sesuai yang diharapkan , meskipun demikian penyusun menyadari bahwa makalah
“Makalah dan Asuhan Keperawatan pada Campak ” ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan
demi sempurnanya makalah ini. .

Akhirnya, dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar isi.................................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Tujuan......................................................................................................................1

BAB II Pembahasan...............................................................................................................2

1.1 Definisi Campak.....................................................................................................2


1.2 Etiologi Campak....................................................................................................3
1.3 Patofisiolgi............................................................................................................ 3
1.4 Manisfestasi Klinis............................................ ....................................................4
1.5 Komplikasi....................................... .....................................................................5
1.6 Penatalaksanaan .....................................................................................................6
1.7 Pencegahan............................................................................................................ 7
1.8 Pathway..................................................................................................................8

BAB IV Penutup....................................................................................................................16

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada waktu
yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak
mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang
termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian
yang disebabkan komplikasinya.
Morbili atau campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek,
konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (koplik’s spot), diikuti dengan
erupsi makulopopuler yang me nyeluruh. Bertahun-tahun kejadian penyakit
campak terjadi pada anak-ana k balita meminta banyak korban tetapi masyarakat
belum menyadari bahayanya, bahkan ada mitos jangan memberikan obat apa saja
pada klien sebelum bercak-bercak merah pada kulit keluar.
Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurangnya gizi
sebagai akibat diare berulang da n berkepanjangan pasca campak.Subacute
Sclerosing Panensifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun, Munculnya gejala
penyakit tuberculosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak
yang berat disertai pneumonia.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami konsep dasar penyakit morbili
2. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan morbili

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Morbili atau campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh infeksi virus, umumnya menyerang anak.
(Nanda,2015)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai
dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium
erupsi
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam
famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif
terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan
-20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin
dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas
komplemen.
Sekitar 10 hari setelah infeksi, demam yang biasanya tinggi akan
muncul, diikuti dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala
penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium.
1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.
2. Stadium masa prodromal, yaitu munculnya gejala demam ringan
hingga sedang, batuk yang makin berat, koriza, peradangan mata, dan
munculnya enantema atau bercak koplik yang khas pada campak, yaitu
bercak putih pada mukosa pipi.
3. Stadium akhir, ditandai oleh demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam
kulit kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian
menyebar ke leher, muka, tubuh, dan anggota gerak.
Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit
mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna
menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak

2
sehat apabila tidak disertai oleh komplikasi. Komplikasi yang sering
terjadi adalah konjungtivitis, bronkopneumonia, radang telinga tengah,
dan peradangan otak.

2.3 Patofisiologi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai
timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan
anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan
kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan
berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2
minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.
(Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi
antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul
ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang
dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan
limforetikular seperti limpa.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh,
tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik.
Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan
tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap
antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada
kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke
pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi

3
virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di
nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan
infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-
lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia
dapat terjadi pada kasus campak.

2.4 Manisfestasi Klinis


Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :
1. Stadium kataral (prodiomal)
- Stadium berlangsung 4-5 hari,
- Panas
- Malaise
- Batuk
- Fotofobia
- Konjungtivitis
- Koriza
- Akhir stadium kataral dan 24 jam timbul Bercak komplik berwarna putih
kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi di eritema dan berlokalisasi gukalis
dengan molar bawah.
- Gambaran darah tepi ialah Limfositosis dan Leukopenia
2. Stadium erupsi gejala
- Koriza dan batuk-batuk bertambah,
- Timbulnya enantem dipalatum durum dan palatum mole.
- Kemudian terjadi ruam eritomatosa yang berbentuk macula papula disertai
meningkatnya suhu badan
- Eritema mula-mula timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah,
- Rasa gatal
- Muka bengkak.
- Pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang,

4
- Diare
- Muntah,
- Black measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit
mulut,hidung dan traktus dingestivus.
3. Stadium kovalensi
- Erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit yang berwarna lebih
tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri
- Kulit bersisik
- Suhu turun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
(Nanda, 2015)
2.5 Komplikasi
Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit tersebut
antara lain:
1. Konjungtivitis
2. Stomatitis, Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit (akibat
stomatitis)
3. Bronkopnemonia
4. Diare
5. Otitis media akut
6. Laringitis
7. Malnutrisi, merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng.
malnutrisi dan campak membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi
memudahkan terjadinya sekaligus memperberat campak, sedangkan campak
akan menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak dapat
menyebabkan hal tersebut karena diare.
8. Purpura trombositopenia
9. Ensefalitis, Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000
kasus, ditandai dengan demam tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya
terjadi antara 2 hari sampai 3 minggu setelah ruam muncul. Ensefalitis
biasanya berlangsung singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi

5
kadang-kadang bisa berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan
otak yang serius bahkan kematian.
10. Subakut sklerosing panensefalitis, Subakut sklerosing panensefalitis
merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan
oleh virus "detektif" yang mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat
berkembang bertahun-tahun kemudian, khususnya bila campak terjadi pada
usia muda.

2.6 Penatalaksanaan
1. Medik
Pengobatan bersifat suportif dan simtomatis, terdiri dari istirahat,
pemberiaan cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila
terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang, antipeuretik bila
demam,dan vitamin A 100000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun da
200000 unit untuk anak usia lebih dari 1 tahun.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas
yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu lebih dari 39,5 derajat celcius),
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau danya penyulit. Pengobatan dengan
penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
2. Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan
pernafasan, perhatikan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas
tenang.
a. Perawatan mata :
1. beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
2. bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin hangat untuk
menghilangkan secret.
3. jaga anak tidak menggosok mata
4. periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

6
b. Koriza / batuk :
1. gunakan vaporizer embun dingin
2. lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum
3. anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan
c. Perawatan kulit :
1. jaga agar kulit tetap bersih
2. gunakan mandi air hangat bila perlu
2.7 Pencegahan
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang
telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain
Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut
membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara
luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas
yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak
rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum
umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik
karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak
terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan,
serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama
globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif
untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan
erum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan
selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

7
2.8 PATHWAY

Reaksi Faktor R dg
Reaksi Peradangan
antibodi, faktor metabolik,
infeksi dengan
kecenderungan virus

Nyeri Kurang informasi tentang Sinovial menebal


penyakit

Deformitas sendi -
Defisienisi pengetahuan Gangguan citra tubuh

Infiltrasi kedalam os
subcondria

Hambatan nutrisi pada


kartilago artikularis

Kerusakan kartilago dan Kartilago nekrosis


tulang

Tendon dan ligamen Erosi kartilago


melemah

Adesi pada permukaan


sendi
Hilangnya kekuatan otot Mudah luksasi subluksasi

Ankilosis fibrosa
ankilosis tulang
Resiko cidera

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik Terbatasnya gerakan


sendi
Defisit perawatan diri

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak adalah demam, batuk,
sakit kepala, dan konjungtivitis.  Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap pada klien campak.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari campak,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
campak bisa diketahui penyakit kulit yang lain.  (Ignatavicius, Donna D,
1995).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab campak dan
memberi petunjuk berapa lama penyakit campak tersebut berlangsung.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit camapak
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya campak, pneumonia,
batuk, demam, konjungtivitis. (Ignatavicius, Donna D, 1995)

9
f. Riwayat Psikososial,
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
2. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1.  Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat
mengganggu kesehatan kulit (Ignatavicius, Donna D,1995).
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa
membantu menentukan penyebab masalah kulit
3.  Pola Eliminasi
Untuk kasus campak  gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
4. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur.  (Doengos. Marilynn E, 2002).
5. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu

10
oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
6. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak
efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis,  rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D,
1995).
8. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit
yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat camapak (Ignatavicius, Donna D, 1995).
9. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. 
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
10. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien
3. Pemeriksaan Fisik :
1. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala : sakit kepala
3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung ( pada stad eripsi ).

11
4. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa
pahit.
5. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stadium Konvalensi ), evitema,
panas ( demam ).
6. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
7. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9. Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
10. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran nafas,
produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada kulit,
eritema
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu tubuh
3.3 Perencanaan
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif dengan
Kriteria hasil
1. Tidak terdapat secret.
2. RR 12-20X per menit
3. Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)

12
INTERVENSI RASIONAL
Observasi karakteristik batuk Batuk paling efektif pada posisi duduk
tinggi atau kepala di bawah setelah
perkus dada.
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus
bunyi nafas tambahan. terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat dimanifestasikan adanya bunyi
nafas tambahan
Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat meningkatkan
fungsi pernapasan
Ajarkan teknik nafas efektif Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan udara
Delegasi dalam pemberian obat sesuai Merilekskan otot halus dan menurunkan
indikasi (bronkodilator, mukolitik) kongesti local, menurunkan spasme
jalan nafas, dan produksi secret

Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada
kulit, eritema
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam diharapkan
nyeri terkontrol dengan
Kriteria hasil
1. Skala nyeri 0-3
2. Kemampuan istirahat meningkat
3. Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tingkat cema, mudah Petunjuk nonverbal ini
tersinggung, menangis, gelisah, mengindikasikan adanya nyeri yang
gangguan tidur dialami
Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri Nyeri dirasakan, dimanifestasikan,
dan di toleransi secara individual
Berikan tindakan nyaman seperti Dapat meningkatkan relaksasi
mengubah posisi pasien
Anjurkan pasien jika suhu tubuh Air hangat dapat mengurangi gatal

13
turun, untuk mengurangi gatal dapat dan menambah rasa nyaman.
dimandikan dengan air hangat
Delegasi dalam pemberian obat Menurunkan demam dan inflamasi
analgesik dan antipiretik sesuai serta menurunkan ketegangan otot
indikasi

Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu tubuh.


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X2 jam diharapkan suhu
tubuh terkontrol dengan
Kriteria hasil
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2. Membrane mukosa lembab
3. Kulit tidak teraba panas
INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu tubuh pasien Suhu 38,9oC - 41oC menunjukan
proses penyakit infeksius.
Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi demam,
penggunaan air es/alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara actual. Selain
itu alcohol dapat mengeringkan kulit.
Anjurkan menggunakan pakaian yang Pakaian tipis dapat meningkatkan
tipis evaporasi.
Delegasi dalam pemberian obat Digunakan untuk mengurangi demam
antipiretik dengan aksisentralnya pada
hipotalamus,

3.4 Implementasi
Implementasi sesuai intervensi

3.5 Evaluasi
Dx 1 : bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil

14
1. Tidak terdapat secret.
2. RR 12-20X per menit
3. Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)
Dx 2 : nyeri terkontrol dengan kriteria hasil
1. Skala nyeri 0-3
2. Kemampuan istirahat meningkat
3. Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas
Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan kriteria hasil
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2. Membrane mukosa lembab
3. Kulit tidak teraba panas

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

15
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena
paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas
dan bercak koplik yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel
dan Robert, 1995). Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam
sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah
timbul bercak-bercak.
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang
mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan
makan & minum bersama. Manifestasi klinis dari morbili dapa kita lihat dari 3
stadiumnya yang memiliki tanda dan gejala yang berbeda yaitu pada Stadium
kataral (prodormal), Stadium erupsi, Stadium konvalesensi
Adapun beberapa pencagahan dari morbili sendiri yaitu dengan
melakukan vaksin. Vaksin ini memiliki 2 cara yaitu dengan Imunusasi aktif
yaitu hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang
telah dilemahkan. Dan Imunusasi pasif yaitu Imunusasi pasif dengan serum
oarng dewasa yang dikumpulkan
4.2 Saran
 Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anaknya pada saat terkena campak,
agar menjaga kebersihan diri anak tersebut dan tida berdampak negatif atau
terdapat komplikasi lain setelah sembuh dari campak.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

16
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Nanda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic-Noc.ed:3.Bantul:Mediaction

17

Anda mungkin juga menyukai