Anda di halaman 1dari 12

INFEKSI SALURAN KEMIH, BPH DAN UROLITHIASIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askep Sistem Perkemihan


Dosen Pengampu : Ns. Hamidah Retno W, S.Kep.

Oleh :

AJI MAULANA MAJID


NIM: 17037140982

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020
INFEKSI SALURAN PERKEMIHAN

1. Pengertian
Infeksi saluran perkemihan atau urinarius tractus infection (UTI) adalah
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih, dapat mengenai perempuan
maupun laki-laki dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun
umur lanjut.
2. Etiologi

Etiologi infeksi saluran kemih:

ISK terjadi di pengaruhi oleh banyak faktor seperti: usia, gender,


prevalensi bakteriuria dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal, dan kateterisasi.

4 bakteri infeksi saluran kemih dapat di sebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah


ini:

a. Escherichia coli
b. Klebsiella
c. Enterobacter aerogenes
d. Proteus
e. Providencia
f. Citrobacter
g. Pseudomonas aerugnosa
h. Acinetobacter
i. Enterokokus faecalis
3. Manifestasi klinis
Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa:
a. Rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit-sedikit
b. Rasa tidak enak di daerah suprapublik
c. Hematuria
Pada ISK bagian atas dapat di temukan:

a. Gejala sakit kepala


b. Malaise
c. Mual
d. Muntah
e. Demam
f. Menggigil
g. Rasa tidak enak atau nyeri di pinggang
4. Patofisiologi
Hampir semua ISK di sebabkan invasi mikroorganisme asending dari
uretra de dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal
di permdah dengan reflks vesikoreter. Pada wanita mla-mla kman dari anal
berkoloni di vlva, kemdian mask ke kandung kemih melalui uretra yang pendek
secara spontan atau nekanik akibat hubungan seksual.
5. Klasifikasi
Jenis infeksi saluran kemih, Antara lain:
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Uretra (urethritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
6. Penatalaksanaan
Penanganan infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari fraktus urinarius
dengan efek minimal terhadap flora dan vagina.
Terapi infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dapat di bedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
7. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis
2. Bakteriologis, mikroskopis, biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni
5. Pemeriksaan darah
6. Pencitraan: USG, CT-SCA
8. Komplikasi
a. Pembentukan abses ginjal atau perineal
b. Gagal ginjal
9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian ISK menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu:
1. Data biologis
2. Riwayat kesehatan
3. Riwayat psikososial
4. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
10. Diagnosa keperawatan
1. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
2. Perubahan pola eliminasi urine (hambatan eliminasi urine, inkontinensia,
retensi urine) yang berhubungan dengan ISK
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan ISK
BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)

1. Pengertian

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kondisi yang


menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kelenjar prostat. Namun, kondisi
tidak bersifat kanker, atau sel-sel abnormal. Kelenjar prostat sendiri memiliki
fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara
kandung kemih dan penis.

2. Etiologi
Penyebab pasti BPH (benign prostate hyperplasia) belum diketahui secara pasti.
Namun usia sangat berpengaruh terhadap kejadian BPH. Gangguan ini memang
umumnya lebih banyak ditemukan pada pria yang sudah lanjut usia. Diduga hal
ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen.
Ada beberapa faktor penyebab BPH antara lain:
1. Perubahan keseimbangan hormone estrogen dan testosterone
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasi stroma
2. Interaksi stroma-epitel
Peningkatan epidermal growth faktor atau fibroblast growth fakktor dan
penurunan transforming growth faktor beta menyebabkan hiperplasi
stroma-epitel
3. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat
3. Faktor resiko
a. Kadar Hormon
b. Usia
c. Ras
d. Riwayat keluarga
e. Obesitas
f. Pola Diet
g. Aktivitas Seksual
h. Kebiasaan Merokok
i. Kebiasaan minum-minuman alkohol
j. Olahraga
k. Penyakit Diabetes Mellitus

4. Tanda dan gejala

ada beberapa gejala yang mungkin dialaminya. Misalnya:

 Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.

 Inkontinensia urine atau beser.

 Sulit mengeluarkan urine.

 Mengejan pada waktu berkemih.

 Aliran urine tersendat-sendat.

 Mengeluarkan urine yang disertai darah.

 Merasa tidak tuntas setelah berkemih.

5. Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan menghambat aliran urine sehingga menyebabkan tingginya
tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya
perubahan anatomi buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel bulibuli. Perubahan struktur pada
buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah
atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).
6. Manifestasi klinis
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya
dapat menyebabkan sumbatan aliran urine secara bertahap.
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, benjolan
di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis)
c. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat
berkemih sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal
7. Komplikasi
1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urine yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat
terbentuk batu saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi.
8. Diagnosis

a. Pemeriksaan Fisik

b. Pemeriksaan Laboratorium

c. Pencitraan

9. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
b. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
c. Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)
d. Catatan Harian Miksi (Voiding Diaries)
e. Uroflometri
f. Pemeriksaan Residual Urine

g. Pencitraan Traktus Urinarius

10. Pengobatan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan,


terapi menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup seperti:

 Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap
hari.

 Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.

 Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau
meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.

 Biasakan untuk tak mengonsumsi minum apa pun dua jam sebelum tidur.
Tujuannya agar tehindari dari berkemih sepanjang malam (nokturia).
UROLITHIASIS

1. Pengertian
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin.

Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan letak batu antara lain:
(Prabawa & Pranata, 2014):

1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal

2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter

3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli

4) Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter

2. Etiologi

Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk


diseluruh salurah kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami
hambatan aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-
buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis (stenosis uretro-pelvis),
divertikel, obstruksi intravesiko kronik, seperti Benign Prostate Hyperplasia
(BPH), striktur dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu

3. Manifestasi klinis

Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada pasien urolithiasis:

a. Nyeri Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada
saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan
sekitar
b. Gangguan miksi Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin
(urine flow) mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi
secara spontan.
c. Hematuria Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering
mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar.
Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu
sehingga urin yang dikeluarkan bercampur dengan darah (hematuria).
d. Mual dan muntah Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi
ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga
pasien mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi HCl pada
lambung.
e. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat
lain. Tanda demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi
pembuluh darah di kulit merupakan tanda terjadinya urosepsis.
4. Patofisiologi

Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan


menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan menurunnya
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat
meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin adalah gejala
abnormal yang umum terjadi. selain itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya
urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor utama bekal
identifikasi penyebab urolithiasis.

5. Faktor resiko

Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang disebut


faktor resiko. Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang
dapat mengubah faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat
diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain: umur atau penuaan, jenis
kelamin, riwayat keluarga, penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes
mellitus dan lain-lain.
1. Jenis Kelamin Pasien dengan urolithiasis umumnya terjadi pada laki-laki
70-81% dibandingkan dengan perempuan 47-60%, salah satu
penyebabnya adalah adanya peningkatan kadar hormon testosteron dan
penurunan kadar hormon estrogen pada laki-laki dalam pembentukan batu.

2. Umur Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua,
namun bila dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih
sering terjadi.

3. Riwayat Keluarga Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan


urolithiasis ada kemungkinan membantu dalam proses pembentukan batu
saluran kemih pada pasien.

4. Kebiasaan diet dan obesitas Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat
yang dapat ditemukan pada teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa,
arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam dapat
menjadi penyebab terjadinya batu.

5. Faktor lingkungan

6. Pekerjaan

7. Cairan

8. Co-Morbiditi

6. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis


urolithiasis dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:

1) Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar


kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
2) Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
3) Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria).
4) Foto polos abdomen Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk
melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih.
5) Intra Vena Pielografi (IVP) merupakan prosedur standar dalam
menggambarkan adanya batu pada saluran kemih.
6) Ultrasonografi (USG), USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya
batu dan merupakan manajemen pada kasus urolithiasis.
7. Penatalaksanaan
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk
menyingkirkan batu, menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron,
mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi.
11. Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat
menyebabkan obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini
dapat mengalami retensi urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan
hidronefrosis dan akhirnya jika terus berlanjut maka dapat menyebabkan gagal
ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak,
hipertensi, dan anemia.

Anda mungkin juga menyukai