Anda di halaman 1dari 8

BUKTI KONSEKUENSI TEORI RELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN

DAN KESETARAAN MASSA ENERGI

MAKALAH
diajukan unutk memenuhi tugas kelompok salah mata kuliah Fisika Modern dengan dosen
Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si.

disusun oleh:

Fitri Puspitasari

( NIM. 1401491)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2016
1. Global Positioning System (GPS)
Sistem GPS merupakan kelompok satelit yang mengorbit bumi dengan
ketinggian 20.300 km di atas bumi dan bergerak dengan kecepatan 6.000 mil/jam atau 10
ribu km/jam. GPS tersusun atas 27 satelit, yakni 24 satelit aktif dan 3 satelit cadangan.
Sistem GPS bekerja berdasarkan pada prinsip triangulasi. Semua satelit aktif
mengirimkan sinyal gelombang mikro ke permukaan bumi yang memebentuk triagulasi
dengan alat receiver GPS (digunakan di permukaan bumi). Sinyal tersebut digunakan
untuk menentukan posisi kita di permukaan bumi. GPS harus mampu menangkap
minimal 3 sinyal dari 3 satelit. Sinyal-sinyal tersebut digunakan untuk menghitung jarak
dari satu satelit ke satelit lain dan juga jarak dari masing-masing satelit ke receiver GPS.

Gambar: GPS pada mobil


(sumber: www.teknovanza.com)

Satelit-satelit GPS mengorbit bumi dengan kecepatan tetap yang besarnya jauh
lebih tinggi dari kecepatan pesawat terbang. Agar navigasi GPS dalam mobil berfungsi
secara akurat, kerja satelit harus memperhatikan prinsip relativitas.
Menurut teori relativitas khusus, waktu yang tercatat pada satelit-satelit
tersebut menjadi lebih lambat dari pada waktu menurut kita di bumi (mengalami dilatasi
waktu). Sedangkan menurut teori relativitas umum, objek yang berada di ketinggian
tertentu dari Bumi akan mengalami percepatan waktu oleh efek dilatasi waktu
gravitasional. Waktu yang dialami benda yang terletak jauh dari Bumi (benda yg
memiliki potensial gravitasi yg lebih besar) berjalan lebih cepat dibandingkan benda yg
terletak lebih dekat dengan Bumi. Efek dilatasi waktu gravitasional diamati pada benda
yg mengalami percepatan. Karena efek dilatasi waktu gravitasional lebih besar
dibandingkan efek dilatasi waktu relativitas khusus, maka jam atom pada satelit akan
berjalan sedikit lebih cepat dibandingkan jam di Bumi
Agar navigasi GPS berfungsi secara akurat, satelit menggunakan jam dengan
akurasi hingga beberapa miliar detik (nanodetik). Karena satelit mengorbit pada
ketinggian 12.600 mil atau 20.300 km di atas Bumi dan bergerak dengan kecepatan
6.000 mil/jam atau 10 ribu km/jam maka akan terjadi dilatasi waktu relatif sekitar 4
mikrodetik per hari. Ditambah efek gravitasi, dilatasi dapat bertambah sekitar 7
mikrodetik atau 7000 nanodetik.
Kondisi inilah yang dijadikan penyebab untuk memperhitungkan jumlah rata-
rata keterlambatan jam di bumi dan mengkoreksi keterlambatan tersebut sehingga dapat
memperbaiki tingkat akurasi dalam pengukuran posisi suatu objek. Agar perhitungan
satelit-satelit itu sesuai dengan perhitungan di bumi, maka jam di satelit-satelit GPS
harus di setting sesuai dengan hasil perhitungan relativistik.
Meskipun perbedaannya terlihat kecil, efek yang dihasilkan akan sangat terasa.
Apabila satelit GPS tidak disetting sesuai dengan hasil perhitungan relativistik, misalkan
suatu hari GPS menyebutkan bahwa jarak antara tempat A ke tempat B adalah 0,8 km.
Namun keesokan harinya, GPS akan menyebutkan bahwa jarak antara tempat A ke
tempat B adalah 8 km.

2. Elektromagnet
Magnet merupakan hasil dari efek relativitas khusus. Maxwell telah
menyatukan prinsip kelistrikan dan kemagnetan yang dinyatakan dengan empat
persamaan Maxwell. Akan tetapi, sebelumnya Einstein telah lebih dulu menunjukan
bahwa medan listrik dan medan magnet merupakan aspek yang berasal dari hal yang
sama dengan menggunakan konsep relativitas khususnya. Dengan menggunakan konsep
relativitas khusus, ditemukan bahwa gaya magnet merupakan wujud dari gaya
elektrostatis dari muatan listrik yang bergerak.
Salah satu contohnya adalah prinsip kerja generator. Generator mengubah
energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik. Pada generator, kumparan kawat diputar
melalui medan magnet stasioner atau medan magnet diputar melalui kumparan kawat
stasioner yang kemudian menghasilkan induksi elektromagnet. Partikel bermuatan dalam
kawat dipengaruhi olehperubahan medan magnet sehingga memaksanya bergerak dan
menghasilkan arus listrik. Namun, ketika kawat diam terhadap medan magnet, ternyata
arus listrik masih ada, bukan sebaliknya. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada
kerangka acuan yang mutlak.
Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California,
menggunakan prinsip relativitas untuk mendemonstrasikan Hukum Faraday, yang
menyebut bahwa medan magnet yang berubah memang menimbulkan arus listrik.
Karena itu, siapapun yang sedang menggunakan prinsip dasar trafo dan generator listrik
akan mengalami efek relativitas,

3. Logam Emas
Beberapa sifat mendasar dari unsur mata uang logam emas, perak dan
tembaga, seperti perilaku atau warnanya, sudah ditentukan sebelumnya oleh atom
mereka. Sifat unik dari emas dapat sebagian besar dijelaskan oleh teori Albert Einstein
melalui teori relativitasnya.
Gambar: Gumpalan emas asli
(sumber: www.phys.org)

Kebanyakan logam terlihat mengkilap karena elektron-elektron pada atomnya


melompat dari tingkat energi atau orbital yang berbeda. Sejumlah partikel cahaya atau
foton yang mengenai logam akan terserap dan dipancarkan kembali dengan gelombang
yang lebih panjang.
Muatan negatif elektron emas mencapai kecepatan tinggi yang mendekati
dengan kecepatan cahaya (c). Energi gerak tambahan (E) secara substansial tidak dapat
meningkatkan kecepatan mereka. Namun, elektron-elektron ini meningkatkan massa
mereka (m).
Emas memiliki atom yang berat, sehingga elektronnya bergerak cukup cepat
dan membuat peningkatan massa relativistik yang signifikan. Elektron menjadi berputar
di sekitar inti atom atau nukleus dengan jalur yang lebih pendek, namun dengan
momentum yang lebih besar. Elektron dalam orbital membawa energi yang lebih dekat
dengan energi elektron terluar dan panjang gelombang yang bisa diserap dan dipantulkan
lebih panjang. Sehingga sejumlah cahaya yang terlihat (yang biasanya hanya terefleksi)
juga terserap di ujung spektrum biru.
Cahaya putih adalah percampuran semua warna pembentuk pelangi. Namun,
dalam kasus emas, cahaya terserap dan terpancar kembali dengan gelombang cahaya
yang biasanya lebih panjang. Itu berarti percampuran cahaya yang kita lihat memiliki
warna biru dan ungu yang sedikit. Hal tersebut menyebabkab emas berwarna kuning
karena warna kuning, oranye, dan merah memiliki panjang gelombang yang lebih
panjang dibandingkan warna biru.
Selain itu, efek relativistik pada elektron emas juga menjadi salah satu
penyebab mengapa logam emas tidak berkarat dan tidak mudah bereaksi dengan segala
sesuatu. Emas hanya memiliki 1 elektron di kulit terluarnya, namun tak sereaktif kalsium
atau lithium. Sebaliknya, elektron pada emas lebih berat dari yang seharusnya dan lebih
dekat dengan inti atomnya.

4. Televisi Kuno
Televisi kuno yang dikeluarkan beberapa tahun yang lalu, kebanyakan
memiliki tabung sinar katoda yang digunakan untuk menembakan elektron pada layar.
Layar internal dilapisi dengan senyawa fosfor. Untuk membuat fosfor bersinar,
menciptakan warna dan gambar, elektron harus bergerak sangat cepat.
Dalam sebuah TV kuno, elektron dapat dengan mudah dipercepat menjadi 20-
30 persen dari kecepatan cahaya. Magnet dalam TV mengarahkan elektron ke berbagai
bagian pada layar untuk menghasilkan gambar. Desain magnet harus memperhatikan
teori relativitas khusus. Jika tidak, semua elektron akan keluar beberapa milimeter dari
fokusnya. Prinsip-prinsip ini tidak berlaku untuk TV LCD atau plasma karena perangkat
tersebut tidak bergantung pada berkas elektron.

5. Cahaya
Apabila teori Isaac Newton benar, maka penjelasan tentang cahaya yang kita
miliki akan berbeda sama sekali. Tidak hanya ketidakadaan magnet, cahaya pun tidak
akan ada. Relativitas mengharuskan adanya perubahan medan elektromagnetis pada
kecepatan yang terbatas, bukan seketika. Jika persyaratan itu tidak ada, perubahan pada
medan listrik akan terjadi seketika, bukan melalui gelombang elektromagnetik -- di mana
manetik dan cahaya tak akan diperlukan.

6. Raksa Cair
Sifat suatu materi ditentukan oleh atom-atom penyusunnya. elektron bergerak
mengelilingi inti atom pada orbital tertentu yang sesuai dengan tingkat energi elektron.
Orbital merupakan daerah atau ruang yang berpeluang besar menemukan elektron.
Karena elektron bermuatan negatif, sedangakan inti atom bermuatan positif, terjadi gaya
tarik antara inti atom dengan elektron yang disebut gaya Coloumb. Semakin besar
muatan inti atom ( jumlah proton makin banyak) maka gaya tarik ini akan makin besar.

Gambar: Tetesan raksa


(sumber: www.khabibkhumaini.com)

Dari sistem periodik, konfigurasi elektron untuk raksa adalah [Kr]4f 145d106s2.
Ikatan logam terbentuk dari penggunaan bersama seluruh elektron valensi dari suatu
material. Semakin banyak elektron valensi yang terlibat maka ikatan logam akan
semakin kuat. Berdasarkan konfigurasi elektron di atas maka terlihat bahwa raksa
memiliki dua elektron valensi sama dengan barium (Ba) yang memilki konfigurasi
[Kr]6s2, tetapi titik leleh yang mencerminkan kekuatan ikatan logam berbeda jauh yaitu
barium meleleh pada suhu 727 0C sedangkan raksa -38,30C.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya efek relativitas pada raksa. Merkuri
memiliki jumlah proton yang jauh lebih banyak dibandingkan barium, sehingga gaya
coloumb antara inti dan elektron 6s pada raksa lebih besar. Agar elektron 6s tidak jatuh
ke inti, maka elektron tersebut harus bergerak lebih cepat. Pada atom raksa, kecepatan
elektron 6s tersebut mendekati kecepatan cahaya, sehingga massa elektron 6s pada raksa
akan membesar. Hal ini mengakibatkan energi elektron 6s tersebut semakin rendah
(semakin besar dengan tandanya negatif). Energi elektron 6s yang semakin negatif
menyebabkan jarak inti dan elektron 6s semakin dekat, sehingga elektron 6s pada raksa
yang seharusnya menjadi elektron valensi tertarik ke dalam atom mendekati inti bahkan
menjadi elektron dalam (bukan lagi elektron valensi) dan orbital yang terluar menjadi
orbital 5d. Elektron valensi raksa menjadi elektron dalam dan orbital 5d raksa sudah
penuh. Sehingga ikatan logam pada raksa menjadi sangat lemah sehingga raksa pada
suhu kamar berwujud cair.
7. Energi nuklir
Energi nuklir cukup banyak digunakan, baik untuk hal yang bermanfaat,
seperti PLTN, pemanfaatan di bidang medis, dan pemanfaatan di bidang industri,
maupun untuk hal yang merusak, seperti bom atom yang memiliki efek yang besar.
Rumus relativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam terciptanya bom atom
yang menimpa kota Hirosima dan Nagasaki.

Gambar: Bom di kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945


(sumber: www.gurusejarah.com)

Inti atom merupakan bagian inti dari suatu atom yang menjadi penyusun dari
sebuah materi. Inti atom terdiri atas dua partikel, yaitu proton dan neutron, atau secara
bersama disebut nukleon, yang terikat dan bergabung bersama-sama. Gaya tolak antara
proton-proton yang bermuatan positif di dalam inti atom seharusnya dapat memisahkan
nukleon-nukleon di dalam inti atom, namun pada kenyataannya, proton-proton dan
neutron dapat bergabung di dalam inti atom. Hal ini menunjukkan ada gaya lain yang
lebih kuat yang bekerja di antara nukleon yang membuat nukleon-nukleon dapat bersatu
di dalam inti atom. Gaya ini disebut gaya ikat inti atau gaya nuklir. Massa inti atom
selalu lebih kecil daripada massa partikel-partikel penyusunnya, yaitu jumlah massa
proton dan massa neutron. Jadi, terdapat selisih massa antara jumlah massa proton dan
neutron dengan massa inti keseluruhan. Selisih massa ini disebut defek massa.
Dalam mengembangkan teorinya tentang relativitas, Einstein menyimpulkan
bahwa terdapat kesetaraan antara massa dan energi yang dirumuskan dalam persamaan
E = mc2. Persamaan ini mengartikan bahwa ada keterkaitan antara massa sebuah benda
dan energinya, dimana dapat dikatakan bahwa massa dapat diubah menjadi energi. Dari
kasus inti atom, dapat ditemukan bahwa terdapat hubungan antara gaya ikat inti dan
defek massa di dalam inti atom. Jika prinsip kesetaraan massa dan energi ini diterapkan
pada inti atom, bisa dikatakan bahwa massa yang hilang (defek massa) telah diubah
menjadi energi untuk mengikat nukleon-nukleon di dalam inti atom. Jadi, defek massa
bersesuaian dengan energi ikat inti.
Demikian halnya dengan reaksi nuklir, berkurangnya sejumlah massa dalam
reaksi nuklir dimana sebuah inti atom dapat diubah menjadi inti atom lain disertai
dengan pelepasan energi yang sangat besar. Energi yang sangat besar yang dihasilkan
dari reaksi nuklir berasal dari perubahan sejumlah massa inti yang bereaksi.
Mekanisme di dalam inti atom melibatkan berkurangnya sejumlah massa dari
inti atom yang diubah menjadi energi nuklir. Ketika inti atom bereaksi atau mengalami
pembelahan dan berubah menjadi inti atom yang lain disertai pelepasan sejumlah
partikel, sebagian massa inti atom menjadi berkurang yang ditandai dengan pelepasan
energi yang besar dari dalam inti berupa panas atau energi kinetik. Dalam setiap
mekanisme dimana massa berkurang maka telah terjadi perubahan massa menjadi energi
nuklir. Hal ini sesuai dengan prinsip kesetaraan massa-energi.

Gambar: Reaksi Fisi Uranium


(sumber: www. kwikku.com)

Energi nuklir yang dihasilkan dalam mekanisme inti atom dan reaksi nuklir
begitu besar. Ini tidak lepas dari kenyataan bahwa inti atom merupakan bagian dari atom
sebagai penyusun materi, dimana jumlah atom di dalam materi adalah jumlah yang
sangat besar yang diwakili oleh suatu bilangan yang dinamakan bilangan avogadro.
Bilangan ini adalah bilangan yang sangat besar, yaitu 6,02 x 1023. Apabila 1 kg massa
inti yang mengalami pembelahan dapat menghasilkan energi sebesar puluhan juta
kilowatt jam (kWh). Hal tersebut sama saja dengan energi yang dapat digunakan untuk
menyalakan lampu 100 W selama 30 ribu tahun. Sehingga tidak mengherankan apabila
efek dari bom nuklir atau bom atom sangat besar hingga dapat menghancurkan wilayah
yang luas.
DAFTAR PUSTAKA

Akpan, Nsikan. (2015). TVs, radar guns and other technologies linked to Einstein’s theories
of relativity. [Online]. Diakses dari http://www.pbs.org/newshour/updates/tv-radar-
guns-and-other-technology-linked-to-einsteins-theories-of-relativity/

Anonim. (2013). Magnet Dapat Menarik Benda Lain. [Online]. Diakses dari
http://ujiansma.com/magnet-dapat-menarik-benda-lain

Anonim. (2015). Einstein, Teori Relativitas, dan Bom Atom. [Online]. Diakses dari
http://ilmupengetahuan.org/einstein-teori-relativitas-dan-bom-atom/

Hari, Bayu Sapta. (2009). Dibalik Kedahsyatan Energi Nuklir. [Online]. Diakses dari
http://netsains.net/2009/04/di-balik-kedahsyatan-energi-nuklir/

Heidelberg University. (2015). Einstein's theory of relativity explains fundamental


properties of gold. [Online]. Diakses dari http://phys.org/news/2015-10-einstein-
theory-relativity-fundamental-properties.html#jCp

Khumaini, Khabib. (2009). Fenomena relativitas : Mengapa Raksa (mercury) cair dan emas
lunak?. [Online]. Diakses dari http://khabibkhumaini.com/2009/02/05/fenomena-
relativitas-mengapa-raksa-mercury-cair-dan-emas-lunak/

Setiyo, Hery Tri. (2012). Teori Relativitas dalam Teknologi GPS. [Online].
http://dokumen.tips/documents/tugas-makalah-fisikaa-iii-teknologi-gps.html

Anda mungkin juga menyukai