Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga makalah Seminar Fisika dapat diselesaikan dengan

judul “Kereta Api Magnetic Levitation”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

individu mata kuliah Seminar Fisika. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak

menemui kesulitan. Namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

maka makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan pihak-pihak lainnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman

penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat

membangun dari pembaca untuk dapat penulis perbaiki dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 22 April 2014

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS.............................................................................................4
A. Magnet...................................................................................................................4
B. Medan Magnetik....................................................................................................4
C. Induksi Magnetik...................................................................................................6
D. Hukum Lenz...........................................................................................................7
E. Bahan Magnetik.....................................................................................................7
F. Superkonduktivitas...............................................................................................10
G. Efek Meissner Pada Magnetic Levitation.............................................................12
BAB III KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC LEVITATION..........14
A. Sejarah Perkembangan Kereta Api.......................................................................14
B. Magnetic Levitation Train....................................................................................15
C. System Kerja Magnetic Levitation Train..............................................................15
D. Kelebihan dan Kekurangan Magnetic Levitation Train........................................22
BAB IV PENUTUP........................................................................................................23
A. Kesimpulan..........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUATAKA......................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang atau


manusia dari suatu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan.
Pemindahan barang atau manusia ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Cara-cara ini dapat kita sebut sebagai sebuah system, dimana system
transportasi merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
transportasi untuk tujuan tertentu. Dalam suatu system transportasi
dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung jalannya suatu
transportasi. Sarana ini berupa kendaraan yang memindahkan barang atau
manusia. Prasarana berupa media yang dapat mendukung terjadinya suatu
transportasi yaitu jalan raya, rel, terminal, sungai dan udara. Sarana dan
prasarana transportasi ini terus mengalami perkembangan seiring
berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan kontribusi
yang besar dalam perkembangan system transportasi, karena system
transportasi selalu berkembang mengikuti perkembangan IPTEK. Dimulai
dengan berjalan kaki, menggunakan hewan, penemuan roda untuk pertama
kalinya pada tahun 3500 SM yang merupakan cikal bakal transportasi
modern. Perkembangan system transportasi selanjutnya ditandai dengan
diciptakannya alat transportasi berupa kereta yang ditarik oleh hewan
seperti kuda, onta, sapi dan sebagainya, penemuan kapal, lokomotif uap,
mesin mobil dengan bahan bakar dan lain sebgainya.
Perkembangan system transportasi didukung oleh penemuan pada
bergabagai bidang ilmu sains. Fisika sebagai salah satu bagian dari ilmu
sains slalu menyumbangkan karya-karya inovatifnya dalam system
transportasi. Mobil, motor, kereta api, sepeda, kapal laut, kapal selam,
perahu, pesawat, helikopter dan roket merupakan beberapa alat transortasi
yang merupakan hasil penemuan inovatif dalam bidang fisika.
System transportasi diharapkan mampu menyediakan transportasi
yang aman dan nyaman bagi penggunanya, namun saat ini perkembangan
system transportasi di Indonesia sangat jauh dari harapan. Berbagai
masalah di bidang transportasi sangat banyak kita temui, seperti
kemacetan yang terjadi di kota-kota besar yang padat penduduk.
Kemacetan terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan yang tidak
sebanding dengan pertambahan jalur lalu lintas. Di Indonesia pertambahan
jumlah kendaraan berkisar antara 8%-12% per-tahun, sedangkan
pertambahan jalur lalu lintas hanya berkisar 2%-5% per-tahun dengan
rata-rata jalur lalu lintas di Indonesia kurang dari 4% dari total wilayah
kota. Masyarakat masa kini yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi
menuntut suatu system transportasi yang lancar tanpa macet, cepat dan
aman, sehingga mereka tidak menghabiskan waktu berjam-jam dalam
kemacetan dan perjalanan serta tidak selalu cemas akan keamanan mereka
dalam melakukan perjalanan.

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat masa kini, dikembangkan


suatu alat transportasi yang dapat melaju dengan sangat cepat, dengan
lintasan tanpa hambatan dan memiliki tingkat keamanan perjalanan yang
cukup tinggi. Alat transportasi ini berupa kereta api super cepat yang
dikenal dengan Magnetic Levitation Train (Maglev Train) yang
menerapkan prinsip fisika dalam pergerakannya. Prinsip fisika yang
diterapkan dalam Maglev Train ini adalah konsep magnet. Berdasarkan
latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas prinsip
kerja dari kereta Maglev Train ini yang berjudul “Kereta Api Magnetic
Levitation”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Teori fisika apa saja yang yang mendasari cara kerja Magnetic
Levitation Train?

2. Bagaimana sejarah perkembangan kereta api?

3. Apa pengertian Magnetic Levitation Train?

4. Bagaimana system kerja Magnetic Levitation Train?

5. Apa kelebihan dan kekurangan Magnetic Levitation Train?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

1. Teori fisika yang terkait dengan Magnetic Levitation Train

2. Sejarah perkembangan kereta api

3. Pengertian Magnetic Levitation Train

4. System kerja Magnetic Levitation Train

5. Kelebihan dan kekurangan Magnetic Levitation Train

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi penulis, menambah ilmu pengetahuan tentang konsep magnet


pada Magnetic Levitation Train.

2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan tentang konsep magnet pada


Magnetic Levitation Train.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Magnetic Levitation Train sebagai salah satu alat transportasi modern


memanfaatkan magnet dalam pergerakannya. Disini akan dijelaskan teori-teori
yang terkait dengan prinsip kerja dari Magnetic Levitation Train.

A. Magnet
Magnet merupakan sutau objek yang memiliki medan magnet yang
dapat menarik material berjenis logam. Magnet barasal dari kata
“magnesia” yang merupakan nama suatu daerah di Asia kecil yang
menjadi tempat ditemukannya magnet untuk pertama kali. Sebuah magnet
terdiri dari magnet-magnet kecil yang tersusun teratur (disusun dengan
arah yang sama), magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada
logam biasa (bukan magnet) megnet elementernya tersusun sembarang
atau tidak sejajar, magnet-magnet elementer tersebut bersifat saling
meniadakan, sehingga logam tidak memiliki kutub-kutub magnet. Magnet
memiliki kutub pada kedua ujung-ujungnya,yaitu kutub positif dan kutub
negative. Ujung-ujung magnet ini memiliki sifat kemagnetan yang paling
tinggi.

B. Medan Magnetik
Medan magnet merupakan daerah disekitar magnet yang dipengaruhi oleh
gaya-gaya magnet. Young & Freedman (2001) menyatakan :
Medan magnetic adalah sebuah medan vector, yakni, sebuah
kuantitas vector yang di asosiasikan dengan setiap titik dalam

ruang. Kita akan menggunakan symbol B untuk medan magnetic.

Di sembarang posisi, arah B didefenisikan sebagai arah yang
cenderung ditunjuk oleh kutub utara sebuah magnet kompas.
Sebuah partikel yang tidak bergerak tidak memiliki gaya magnetic. Dalam

suatu medan magnet, gaya magnetic F selalu tegak lurus terhadap B

maupun v .

→ →

Gambar 1. Saat v berada pada sudut ϕterhadap B

Sumber: Young & Freedman (2001)

→ → → →
(1)
F = |vq|⊥
B = |q|v Bsin ϕ


Dimana |q| = besarnya muatan (C) ,ϕ = sudut yang di ukur dari arah v ke

arah B.

Dan gaya magnetic pada sebuah partikel bermuatan yang bergerak :


→ →

F = qv x B (2)


Satuan SI dari B adalah equivalen dengan 1N . s/C . m, atau karena 1 A

adalah satu coulomb per detik (1A=1C/s), 1 N/A.m. satuan ini dinamakan
tesla (disingkat T), untuk menghormati Nikola Tesla(1857-1943), seorang
ilmuwan keturunan Amerika-Serbia dan seorang penemu :

1 tesla = 1 T =1 N/A.m

Satuan cgs dari B, yakni gauss (1 G = 10-4 T).

Young & Freedman (2001)

C. Induksi Magnetik
Dhina (2013) menyatakan bahwa:
Jika sebuah penghantar dialiri arus listrik maka disekitar kawat
penghantar akan timbul medan magnet. Hal ini dikemukakan oleh
Hans Christian Oersted (1777-1851) melalui percobaannya yang
dikenal dengan percobaan Oersted. Oersted menyimpulkan bahwa
disekitar arus listrik terdapat medan magnet atau perpindahan
muatan listrik menimbulkan medan magnet.
Arah garis-garis medan magnet atau arah induksi magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik tersebut dapat ditentukan dengan
kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus
listrik maka arah lipatan jari lainnya menunjukkan arah medan
magnet atau arah induksi magnetic.

Gambar 2. Kaidah tangan kanan


Sumber: http://pepustakaancyber.blogspot.com

Jika suatu bahan magnetic diletakkan dalam medan luar H́ , makan akan
dihasilkan medan tersendiri sebesar H́ ' yang meningkatkan nilai total
medan magnetic bahan tersebut. Induksi magnetic yang didefenisikan
sebagai medan total bahan ditulis sebagai

B́= H́ + H́ '
(3)
Hubungan medan sekunder H́ ' = 4ᴨM, satuan B́ dalam cgs adalah gauss
dan dalam SI adalah tesla (T).

D. Hukum Lenz
Hukum Lenz menyatakan : Arah sembarang efek induksi magnetik adalah
sedemikian rupa sehingga menentang penyebab efek itu.
Penyebab efek induksi dapat berupa fluks yang berubah-ubah
melalui sebuah rangkaian stasioner yang ditimbulkan oleh sebuah medan
magnetik yang berubah-ubah, atau dapat berupa fluks yang berubah-ubah
yang ditimbulkan oleh gerak konduktor yang membentuk rangkaian, atau
dapat berupa gabungan dari keduanya. Jika fluks dalam sebuah rangkaian
stasioner berubah, maka arus induksi itu menimbulkan medan
magnetiknya sendiri. Di dalam luas yang di batasi oleh rangkaian itu,
medan ini berlawanan dengan medan yang semula jika medan yang
semula itu semakin bertambah, tetapi mempunyai arah yang sama seperti
medan medan yang semula jika medan yang semula semakin berkurang.
Yakni, arus induksi menentang perubahan fluks yang melalui rangkaian
tersebut (bukan fluks itu sendiri).
Jika perubahan fluks ditimbulkan oleh gerak konduktor, maka arus induksi
dalam konduktor yang bergerak adalah sedemikian rupa sehingga arah
gaya medan magnetik pada konduktor berlawanan dengan gerak
konduktor tersebut. Jadi, gerak konduktor yang menyebabkan arus induksi
akan di tentang.

Hukum lenz juga secara langsung dikaitkan dengan kekekalan


energi seandainya arus induksi berada dalam arah yang berlawanan dengan
arah yang diberikan oleh hukum lenz, maka gaya magnetik pada batang itu
akan mempercepat batang ke laju yang terus bertambah tanpa ada sumber
energi luar, walaupun energi listrik disisipkan dalam rangkaian itu. Ini
jelas merupakan pelanggaran kekekalan energi dan tidak terjadi di alam.

E. Bahan Magnetik
Magnetic materials atau bahan magnetic merupakan suatu bahan
yang memiliki sifat kemagnetan dalam bahan penyusunnya. Berdasarkan
perilaku molekulnya di dalam medan magnetic luar, bahan magnetic
dibedakan menjadi tiga yaitu paramagnetisme, diamagnetisme dan
feromagnetisme.

1. Paramagnetisme

Menurut Halliday & Resnick (1989) : bahan paramagnetic


adalah bahan yang resultan medan magnet atomis total seluruh
atom/molekulnya tidak nol, hal ini disebabkan karena gerakan
atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis masing-
masing atom saling meniadakan. (dikutip dalam
http://magnet.repository.usu.ac.id).

Gambar 3. Arah domain-domain dalam bahan paramagnetic sebelum


diberi medan magnet luar

Sumber : http://magnet.repository.usu.ac.id

Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-


elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan
magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat
paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi
terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik
(efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet
penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.

Gambar 4. Arah domain dalam bahan paramagnetic setelah diberi


medan magnet luar

Sumber : http://magnet.repository.usu.ac.id

Pada umumnya tarikan dari zat paramagnetic sangat lemah


karena pengacakan termal dari momen magnetic atom tersebut. Medan
magnetic di sembarang titik dalam material paramagnetic lebih besar
oleh sebuah factor tak berdimensi Km, yang dinamakan permebilitas
relatif dari material itu, dibandingkan dengan medan magnetic di titik
itu jika material tersebut digantikan dengan ruang hampa. Km
umumnya bernilai 1,00001 sampai 1,003. Contoh dari bahan
paramagnetic adalah aluminium, magnesium dan wolfram.

2. Diamagnetisme

Young & Freedman (2001) menyatakan : momen magnetic


total dari semua simpal arus-arus atom adalah nol bila tidak ada medan
magnetic yang hadir. Tetapi medan magnet akibat orbit dan spin
electron tidak nol.

Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-


elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga
menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya
berlawanan.
Material diamagnetic selalu memiliki suseptibilitas negative,
permeabilitas relative Km umumnya berorde 0,99990 sampai 0,99999
untuk benda padat an cairan. Suseptibilitas diamagnetic hamper tidak
bergantung pada suhu. Contoh dari bahan diamagnetic yaitu: bismuth,
perak, emas, tembaga dan seng.

3. Feromagnetisme

Menurut Halliday & Resnick,1989 : Bahan ferromagnetik


adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar. Hal ini
terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan
ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya
pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak
berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini
akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik
yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar. (dikutip dalam
http://magnet.repository.usu.ac.id).

Material ferromagnetic memiliki permeabilitas relative Km yang jauh


lebih besar daripada satu satuan, yaitu berorde sebesar 1.000 sampai
100.000. contoh dari bahan ferromagnetic yaitu: besi, baja, besi
silicon, dll.

F. Superkonduktivitas
Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua
resistansi pada material jika material didingingkan hingga mencapai suhu
dibawah suhu kritis (Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert
Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan menolak
medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor
digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam
konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam
generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat
berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat
menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan
magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah
diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek
Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor.

Efek Meissner menunjukkan bahwa medan magnet di dalam sebuah logam


superkonduktor seolah-olah sama dengan nol. Oleh karena itu, kita dapat
menuliskan persamaan untuk medan magnet dalam logam superkonduktor
sebagai berikut :

B = Bac + 4ᴨM = 0 (dalam system satuan CGS) atau


(4)
B = Bac + µ0M = 0 (dalam system msatuan SI)

Dengan Bac = medan magnet kritis dan M= magnetisasi.

Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :

Bac = - 4 ᴨM (dalam system satuan CGS) atau


(5)
Bac = - µ0M (dalam system satuan SI)

Dimana µ0 = permeabilitas ruang hampa = 4 ᴨ x 10-7 Wb/A.m dan ε 0 =


permitivitas ruang hampa = 8,854 x 10-12 F/m.

Berdasarkan sifat magnetisasi bahan superkonduktor dapat dibedakan


menjadi dua yaitu

1. Superkonduktor Tipe I

Tipe superkonduktor ini sering disebut sebagai superkonduktor


lunak. Memiliki kharakteristik efek meissner secara utuh, yaitu pada
saat suhu superkonduktor lebih kecil dari suhu kritisnya, maka
superkonduktor memiliki resistansi nol dan menolak semua medan
magnet luar. Tetapi jika medan magnet itu diperbesar sampai tepat
sama dengan medan magnet kritisnya (Bac), maka sifat
superkonduktivitasnya langsung rusak atau hilang. Sehingga
magnetisasi (M) dari superkonduktor langsung jatuh ke nol. Nilai Bac
superkonduktor ini sangat kecil yaitu sekitar 0,1 Tesla. Bahan
superkonduktor tipe I ini kebanyakan adalah unsur tunggal.

2. Superkonduktor Tipe II

Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih


tinggi dan memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac
superkonduktor tipe I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih
besar tanpa merusak keadaan superkonduksi itu. Superkonduktor tipe
II memiliki dua medan magnet kritis yaitu Bac1 dan Bac2.

G. Efek Meissner Pada Magnetic Levitation


Magnetic Levitation berkaitan erat dengan efek meissner, Efek
meissner yang ditemukan pada tahun 1933 oleh Meissner merupakan efek
yang terjadi dalam superkonduktor yakni material yang memiliki resistansi
nol pada suhu di bawah suhu kritisnya. Medan magnet eksternal yang
seharusnya melakukan penetrasi dalam bahan menjadi terblokade dan
mengalir diluar bahan dan dekat ke permukaan bahan sampai kedalaman
London (London depth). London depth merupakan jarak yang ditimbulkan
pada saat medan magnet akan menembus superkonduktor, jarak ini sangat
kecil pada umumnya beriksar 100 nm.

Gambar 5. Efek Meissner


Sumber:// maglevworld.wordpress.com

Efek Meissner ini sangat kuat sehingga magnet dapat melayang karena
ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini tidak boleh terlalu besar,
jika medan magnetnya terlalu besar maka efek meissner ini akan hilang
dan material akan hilang sifat superkonduktifitasnya.

(Bardiyah Sri Aprilia.2013)


BAB III
KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC
LEVITATION

Berikut ini merupakan pembahasan dari kereta api Magnetic Levitation, yaitu
dimulai dengan sejarah perkembengan kereta api, pengertian dari Magnetic
Levitation Train, sitem kerja Magnetic Levitation Train dan kelebihan dan
kekurang dari Magnetic Levitation Train. Pembahasan Magnetic Levitation
Train ini didasari oleh penelitian dari Hamid Yaghoubi (2012) tentang
Magnetic Levitation Train.

A. Sejarah Perkembangan Kereta Api


Kereta api merupakan suatu alat transportasi massal yang secara
umum terdiri dari lokomotif dan serangkaian gerbong-gerbong yang luas
yang dapat mengangkut banyak penumpang dan barang. Perkembangan
kereta api tak lepas dari perkembangan mesin lokomotif yang merupakan
tempat mesin penggerak kereta api. Lokomotif uap mengalami
penyempurnaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, penyempurnaan dari lokomotif inilah yang membuat lokomotif
berubah menjadi kereta api.
Saat ini ada beberapa kereta api yang dikenal oleh masyarakat
yaitu: kereta api rel konvensional (kereta yang umum dijumpai dengan dua
batang besi sebagai rel yang diletakkan di bantalan), kereta api
monorel(terdiri dari satu batang besi sebagai rel), kereta api permukaan
atau sufcace (yang berjalan di atas permukaan tanah), kereta api layang
atau elevated (berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang) kereta api
bawah tanah (subway), dan akhir-akhir ini dikembangkan teknologi kereta
apai terbaru yaitu kereta api Magnetically levitation yang dapat menempuh
kecepatan hingga 500 km/jam (311 mph).
B. Magnetic Levitation Train
Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk membuat sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain
medan magnet. Medan ini digunakan untuk menolak atau meniadakan
gaya tarik gravitasi. Magnetic levitation train atau yang sering disebut
dengan Maglev train adalah kereta api super cepat tanpa roda yang
memanfaatkan gaya magnet untuk melayang, menggerakkannya dan
mengontrol jalannya kereta.

Gambar 7. Magnetic Levitation Train

Sumber : http://yohanessurya.com

Kereta magnetic levitatation ini melayang sekitar 10 cm -15 cm di atas


relnya. Hal ini menyebabkan tidak adanya gaya gesek antara rel dengan
kereta yang dapat menghambat pergerakan kereta sehingga kereta dapat
melaju dengan cepat mencapai 500 km/jam (310 mph).

C. System Kerja Magnetic Levitation Train

Sistem kereta api Maglev memiliki tiga kompenen utama yaitu:


1. Sumber daya listrik
2. Kumparan logam
3. Guideway
System kerja Magnetic Levitation Train memanfaatkan 2 prinsip
magnet yaitu gaya tarik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah
system kerja dari maglev train ini sehingga ia dapat mengambang atau
melayang di atas rel nya yaitu: Electromagnetic Suspension (EMS) yang
dikembangkan di Negara Jerman dan Electrodinamic Suspension (EDS)
yang dikembangkankan di Negara Jepang. Pada saat sekarang ini ada
sebuah system baru yang sedang dikembangkan yaitu system Inductrack,
yaitu menggunakan magnet tetap, namun cara ini belum diterapkan. Yang
banyak dikembangkan dan digunakan saat ini yaitu system EDS karena
lebih stabil, sehingga disini system EDS akan dibahas lebih rinci.

1. Electromagnetic Suspension (EMS)

System kerja dari Electromagnetic Suspension (EMS)


memanfaatkan gaya tarik magnet. Dimana bagian-bagian pada rel
kereta yaitu beam (balok rel) dan levitations rails yang merupakan
bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada gerbong kereta yaitu support
magnet (magnet pendukung), guidance magnets (magnet
penuntun),dan vehicle ( gerbonh kereta). Antara rel dengan gerbong
terdapat air gap vertical dan air gap horizontal. (Hamid.2012)
Gambar 8. Schematic diagram of EMS Maglev system
Sumber: Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic
Levitation Tecnologi. Iran: IMT.

Pada Electromagnetic suspension (EMS) magnet berada pada


badan kereta. Electromagnet pada badan kereta berintekasi dan
menarik levitation rails pada guideway (jalur pemandu), hal ini
mempertahankan posisi kereta secara horizontal. Electromagnet pada
bagian bawah kereta dipasang mengarah langsung ke jalur pemandu,
yang mengambangkan kereta sekitar 1 cm di atas jalur pemandu dan
menjaga kereta agar tetap mengambang bahkan di saat kereta tidak
bergerak. Saat bergerak dorongan kedepan didapatkan melalui
interaksi antara rel magnetic dengan mesin induksi. Namun cara ini
kurang stabil sehingga jarak antara rel dengan gerbong harus selalu di
control kerena ketika daya magnet berkurang gerbong dapat turun dan
menabrak rel. (Hamid.2012)
Gambar 9. Maglev Train dengan EMS sistem

Sumber: http://ilmumum.blogspot.com

Magnetic Levitation Train dengan system EMS ini dikembangkan di


Negara Jerman.

2. Electrodinamic Suspension (EDS)

EDS (electrodinamik suspension) memanfaatkan gaya tolak


magnet. System ini menggunakan magnet superkonduktor.
Superkonduktor memiliki sifat yang menarik yaitu sifat Efek Meissner,
yaitu efek pada bahan superkonduktor yang berada dibawah suhu
kritisnya(Tc). Bahan superkonduktor menjadi bagian pada badan
kereta sedangkan magnet terdapat pada relnya. Sistem EDS ini
menggunakan nitrogen cair yang digunakan untuk mendinginkan
bahan superkonduktor sehingga bahan superkonduktor mencapai suhu
di bawah suhu kritis (Tc). Pada saat suhu bahan superkonduktor berada
dibawah suhu kritisnya, maka bahan superkonduktor akan memiliki
resistansi nol (0) dan akan menolak medan magnet disekitarnya
Gambar 10. Electrodinamik Suspension System

http://maglevworld.wordpress.com

Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation Magnets yang


berhadapan dengan magnet yang terdapat pada rel, magnet ini saling
tolak-menolak sehingga membuat kereta melayang di atas relnya.

Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat


beam sebagai dinding pemandu, levitation and guidance coil
(kumparan penuntun kereta), propulsion coil (kumparan penggerak
kereta) dan wheel support path (bagian rel pendukung).

Gambar 11. Schematic diagram of EDS Maglev system


Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic Levitation
Tecnologi. Iran: IMT.
Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel
melainkan diam berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet
superkonduktor dinyalakan, kemudian kereta mulai mengambang
sekitar 100 mm di atas rel. Magnet superkonduktor mengatur posisi
kereta agar tepat berada di tengah jalur giudeaway nya kemudian
computer pada sisitem control mengunci posisi kereta dan
mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak
berubah. Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dinding-
dinding jalur pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat
menarik dan mendorong kereta sepanjang jalur pemandu.

Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur


pemandu secara berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet.
Perubahan polaritas ini menyebabkan medan magnetik di depan kereta
menarik kereta ke depan, sementara medan magnet di belakang kereta
menambahkan gaya dorong ke depan.

Gambar 12.sistem control EDS system

http://prinsipkereta.webatu.com/keretamagnet.ht
ml

Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet


yang saling tarik menarik dan saling tolak menolak, seperti pada
gambar A di atas interaksi antara magnet pada rel dengan kereta
menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis di bagian depan
terhadap gerbong yang menarik kereta ka arah depan (ditunjukkan oleh
garis hijau) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya tolak
terhadap megnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong
dalam pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis biru). Pada gambar B
ditunjukkan system yang membuat kereta tetap melayang di atas rel
nya dengan gaya tolak yang dihasikan oleh magnet superkonduktor
dari bagian badan kereta terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur
pemandu menjaga agar kereta tetap melayang, apabila posisi kereta
turun maka magnet berlawan pada sisi dinding pemadu bagian atas
dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik gerbong ke atas
(ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding
pemandu yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan
menolaknya (ditunjukkan oleh garis biru) sehingga posisi gerbong
akan tetap terangkat atau melayang di atas rel nya. Selain itu dinding
jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan posisi kereta di
jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding pemandu
sebelah kiri akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan
sifat magnet pada dinding sebelah kanan akan menarik kereta,
sehingga posisi kereta selalu dipertahankan. System ini lebih stabil
karena daya angkat pada system tidak hanya dihasilkan dari rel atau
guideway nya saja tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta itu
sendiri.

Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir


memiliki kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur
dengan mengatur frekuensi dari arus bolak-balikyang melalui
kumparan.
Gambar 13. Maglev Train dengan EDS system saat bergerak
Sumber: http://prisnsipkereta.webatu.com

Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini sama seperti
dengan cara ia bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada
kumparan dengan memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat
akan berhenti medan magnet dari kumparan ini dirubah atau dibalik,
sehingga akan menimbulkan efek pengereman dan kereta akan berhenti.
Maglev train memiliki system control (control room) yang terhubung
dengan control pusat melalui system transmisi radio yang berfungsi
menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur rel. Kereta
maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan bantalan rem untuk
berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat
cakram per sebagai rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau
bentuk dari bagian depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba
yang ramping untuk mengurangi hambatan udara (drag udara), sehingga
maglev train dapat meluncur seperti peluru.(Irham. 2013)

D. Kelebihan dan Kekurangan Magnetic Levitation Train

1. Kelebihan maglev train


a. Mampu melayang di atas rel
b. Kecepatannya yang sangat tinggi mencapai 500 km/jam (310mph)
c. Penghematan biaya perawatan karena tidak akan ada pergantian rel
d. Tidak adanya gaya resistansi akibat gesekan
e. Tidak membutuhkan bahan bakar fosil

2. Kekurangan maglev train

a. Kebisingan yang ditimbulkan saat bergerak hampir sama dengan


sebuah jet (lebih bising sekitar 5 dB dari kereta konvensioanl
biasa)
b. Mahalnya investasi terutama pada pengadaan rel

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori fisika yang terkait dengan prinsip kerja dari maglev train ini secara
garis besar yaitu: medan magnetic, induksi magnetic, hukum Lenz,
superkonduktivitas bahna dan efek meissner.
Sejarah perkembangan kereta api dimulai dengan ditemukannya
lokomotif uap oleh Richard Trevithick, yang kemudian lokomotif ini
mengalami perkembangan dan modernisasi sehingga menjadi kereta api.
Kereta api juga mengalami perkembangan mulai dari kereta api yang
pertama yaitu kereta api dengan bahan bakar batu bara yang kemudian
berkembang menjadi kereta api listrik yang menggunakan tenaga listrik
dalam perkembangannya dan sekarang berkembang sebuah kereta api
yang dapat melayang di atas relnya yang dikenal dengan nama Magnetic
Levitation Train.
Magnetic Levitation Train ini merupakan kerete api super cepat
tanpa roda yang dapat melayang atau mengambang kira-kira 10 cm di atas
relnya dengan memanfaatkan gaya magnet untuk melayang,
menggerakkanya dan mengontrol jalannya kereta.
System kerja Maglev Train memanfaatkan sifat gaya magnet yaitu
gaya terik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah pengembangan
system kerja dari Maglev Train ini, yang pertama yaitu : Elektromagnetic
Suspension (EMS) yang memanfaatkan gaya tarik magnet dan yang kedua
yaitu : Elektrodinamik Suspension (EDS) yang memanfaatkan gaya tolak
magnet.
Maglev Train ini memiliki beberapa kelebihan disbanding dengan
kereta api konvensional yaitu: dalam pergerakannya Maglev Train ini
tidak bersentuhan dengan relnya (melayang), sehingga tidak ada gaya
gesek yang terjadi antara kereta dengan rel nya yang mengakibatkan kereta
dapat melaju dengan sangat cepat yaitu mencapai 500 km/jam, tidak
menggunakan bahan bakar fosil. Penghematan biaya perawatan karena
tidak akan ada penggantian rel. Namun ada beberapa kelemahan dari
Maglev Train ini yaitu kebisingan yang dihasilkannya saat bergerak
hamper sama dengan kebisingan yang di timbulkan oleh sebuah pesawat
jet dan mahalnya investasi terutama dalam hal pengadaan rel.

B. Saran

1. Bagi pemerintah agar dapat mengambangkan dan memberdayakan


Magnetic Levitation Train di Indonesia sehingga system transportasi di
Indonesia menjadi lebih baik, tanpa macet, aman dan tempat tujuan
dapat dicapai dengan lebih cepat.
2. Bagi pembaca umum dan pelajar agar dapat dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan, sumber referensi dan dikembangkan dalam bentuk
perwujudan teknologi transportasi secara nyata.

DAFTAR PUATAKA

Bardiyah,Sri A. 2013. Sifat Quantum Superkonduktor. Diakses pada 04/22/1014


dari http://bardiyahsriaprilia-Fst09.web.unair.ac.id.

Cyber . 2013. Medan Magnet Disekitar Arus Listrik Induksi. Diakses pada
22/04/2014 dari http://perpustakaancyber.blogspot.com.
Eva, Farah D. 2013. Induksi Magnetik. Diakses pada 22/04/2014 dari
http://ivaradhin.blogspot.com

Ilmu . 2013. Sensasi Melayang di Kereta Maglev. Diakses pada 28/03/2014 dari
http://ilmuumum.blogspot.com.

Irham. 2013. Fisika Terapan Kereta Maglev. Diakses pada 28/03/2014 dari http://
irhamdoank.blogspot.com/2013/02/fisika-terapan-kereta-maglev_7.

Muhammad, Ardi R.A. 2012. Dasar Magnetic Levitation Train. Diakses pada
28/03/2014 dari http://maglevworld.wordpress.com.

Ovan Theman. (21/07/2011). Tentang Sistem Transportasi. Diakses pada


09/04/2014 dari http://ovantheman.blog.co.uk.

Usu .tanpa tahun. Magnet. Diakses pada 08/04/2014 dari http://


magnet.repository.Usu.ac.id.

Yaghoubi, Hamid. 2012. Practical Aplications of Magnetic Levitation Technologi.


Iran: IMT.

Young, Hugh D., dkk. 2001. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai