Anda di halaman 1dari 9

MODUL KULIAH

PENGANTAR AKUNTANSI 2

TATAP MUKA 5

UTANG JANGKA PENDEK (CURRENT LIABILITIES)

OLEH

DAVID P. ARDA

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM KULIAH KARYAWAN
JAKARTA
2009
1

UTANG JANGKA PENDEK (CURRENT LIABILITIES)

Di dalam akuntansi, utang didefinisikan pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang


akan datang , yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini
untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang
akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.

Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan ke dalam 2


bagian :
1) Utang jangka Pendek
2) Utang Jangka Panjang

Pada prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang tersebut. .
tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan sebesar nilai nominalnya.
Penyimpangan ini dilakukan dengan dasar anggapan bahwa selisih antara nilai nominal
dengan nilai tunainya adalah relative kecil.

Batasan yang biasa digunakan untuk pengelompokkan utang- utang tersebut adalah
jangka waktu pembayaran atau pelunasan dari aktiva tersebut. APabila utang-utang itu
akan dibayar dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan, atau dalam waktu satu
tahun, maka aktiva tersebut akan digolongkan atau dikelompokkan sebagai utang
jangka pendek. Karena siklus perusahaan tersebut berbesa-beda, maka batasan seperti
itu kurang dapat memenuhi kaidah yang ideal, maka batasan yang lebih baik adalah:

“ suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila


pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancer atau
dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru .”

Dengan batasan seperti ini, maka kesulitan yang timbul dari perbedaan jangka waktu
silkus usaha dapat diatasi. Berikut ini akan dibahas pengelompokkan utang jangka
pendek ke dalam:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
2

1) utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui


2) utang jangka pendek yang jumlahnya belum dapat dotetapkan
3) utang-utang bersyarat

Ad1) Utang Jangka Pendek yang Sudah Pasti:


Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila memnuhi syarat:
1) kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang
menimbulkan kewajiban membayar.
2) Jumlah yang harus dibayar sudah pasti.
Utang-utang yang memenuhi dua syarat di atas, terdiri dari berbagai jenis utang, antara
lain:
- utang dagang dan utang wesel
- utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode bersangkutan
- utang dividen
- uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali
- Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga
- Utang Biaya (Biaya yang masih harus dibayar)
- Pendapatan diterima di muka

Berikut ini diuraikan masing-masing jenis utang jangka pendek tersebut:

Utang Dagang dan Utang Wesel


Utang dagang dan utang wesel biasanya timbul dari pembelian barang-barang atau
jasa-jasa dan dari pinjaman jangka pendek.Dalam menentukan jumlah utang jangka
pendek, perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang dibeli yang masih dalam
perjalanan. Pencatatan utang atas pembelian barang yang maih dalam perjalanan harus
memperhitungkan syarat pengirimannya.

Ilustrasi:
PT Menang menerbitkan sebuah utang wesel (notes payable) untuk PT Maju dengan
syarat 90 hari, 12 %, nominal Rp. 1.000 , yang diterbtikan pada 1 Desember 2007 atas
penggantian utang dagang senilai yang sama yang telah jatuh tempo. Maka jurnal yang
dibutuhkan mencatat transaksi tersebut:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
3

Jurnal di Buku PT Menang


1 Desember (D) Utang Dagang – PT Maju 1.000
(K) Utang Wesel 1.000
(untuk penerbitan utang wesel 90 hari, 12 %)

Pada 31 Desember 2007 (pada kahir peroode akuntansi), sebuah ayat jurnal
penyesuaian (AJP) harus disiapkan untuk mencatat pendapatan bunga akrual (yang
masih harus diterima) dari tanggal 1 Desember 2007 – 31 Desember 2007 sejumlah 30
hari . Maka perhitungan bunga adalah:
Rp. 1.000 x 12 % x 30/360 = Rp. 10

Maka AJP yang dicatat oleh PT Menang adalah


31 Desember (D) Beban Bunga 10
(K) Utang Bunga *Bunga YMH Dibayar) 10

Utang bunga tersebut dilaporkan di neraca pada 31 Desember 2007 sebagai Utang
Lancar / Utang jangka pendek (Current Liabilities). Kemudian akun beban bunga harus
ditutup pada 31 Desember 2007 dan jumlah tersebut dilaporkan pada kelopmpok Beban
Lain-lain di laporan Laba-rugi untuk periode waktu yang berakhir pada 31 Desember
2007.
Ada metode yang menerapkan bahwa ayat jurnal pembalik (reversing entries) , bila
jumlah yang jatuh tempo pada tahun 2008 maka bagian bunga yang akan dibayar akan
berkurang karena timbulnya utang bunga pada 31 Desember 2007 (perhatikan AJP di
atas). Tetapi untuk menghindari kemungkinan lupa/hilangya data pengakuan utang
bunga ini, atau untuk menghindari ketidaktetapatan analisa pembayaran bunga pada
tahun 2008, maka perlu dipertimbangkan membuat ayat jurnal pembalik setelah seluruh
perkiraan ditutup. (Dibuat pada awal periode akuntansi tahun buku berikutnya).
Jurnlanya adalah dengan mendebet akun Utang bunga dan mengkredit Beban Bunga
sejumlah bunga yang telah diakui sebagai beban pada periode 2007.

1 Januari 2008 Reversing entry


(D) Utang Bunga (bunga YMH Dibayar) 10

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
4

(K) Beban Bunga 10


Pada saat wesel tersebut jatuh tempo dan pembayaran dilaksanakan , begitu pula
beban bunga didebet dengan ilustrasi sebagai berikut :

1 Maret 2008 (D) Utang Wesel 1.000


(D) Beban Bunga 30
(K) Kas / Bank 1.030

Perhitungan bunga: 1.000 x 12 % x 90/360

Bisa pula terjadi, wesel (notes) diterbitkan pada saat meminjam dana / uang ke bank.
Meskipun terdapat sejumlah jenis dan variasi dalam tingkat bunga dan periode
pembayarannya, tetapi yang paling lazim adalah peminjam menerbitkan wesel berbunga
(interest bearing notes) untuk sejumlah pinjaman yang diperoleh dari bank.

Ilustrasi:
Diasumsikan pada Bulan 19 September 2001 sebuah firma meminjam dana Rp.
4.000.000 dari Bank Diamond. Perusahaan menerbitkan wesel berbunga 90 hari, 15 %.
Maka pengaruh dari transasksi ini adalah :

19 Sept 2001 : (D) Kas 4.000.000


(K) Utang Wesel 4.000.000

Pada saat wesel jatuh tempo, yaitu 90 hari kemudian, maka peminjama melunasi pokok
wesel 4.000.000 dan ditambah bunga Rp. 150.000. Maka perkiraan yang akan
berpengaruh dalam jurnal tersebut adalah:

18 Desember 2001 : (D) Utang Wesel 4.000.000


(D) Beban Bunga 150.000
(K) Kas / Bank 4.150.000
Perhitungan bunga : 4.000.000 x 15 % x 90/360

Varian lain dari transaksi peminjaman dan dari bank adalah peminjam menerbitkan
wesel tanpa bunga ( noninterest bearing notes) , sehingga bunga akan dikurangkan dari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
5

nilai jatuh tempo . Pengurangan bunga dari nilai masa akan datang (future value)
disebut DISCOUNTING / Diskonto . Sedangkan tarif yang digunakan untuk menghitung
bunga disebut discounting rate/ tariff diskonto . Sedangkan hasil pengurangan tersebut
disebut sebagai DISCOUNT. Dan jumlah net yang didapat peminjam, disebut
PROCEEDS (hasil).
Ilustrasi dari kasus di atas, yang menerbitkan wesel tidak berbunga .
Diasumsikan pada Bulan 10 Agustus 2001 sebuah firma meminjam dana Rp. 4.000.000
dari Bank Diamond. Perusahaan menerbitkan wesel TIDAK berbunga 90 hari, 15 %.
Maka pengaruh dari transasksi ini adalah :
Peminjam pada saat memeroleh dana dari bank hanya sejumlah 3.850.000 (selisih nilai
peminjaman Rp. 4.000.000 dikurangi discount rate 15 %

Maka jurnal yang dibuat pada 10 Agustus oleh Peminjam :

10 Agustus 2001 : (D) Kas 3.850.000


(D) Beban Bunga 150.000
(K) Utang Wesel 4.000.000

Utang wesel harus dicacat sebesar nilai nominalnya yang sama juga dengan nilai pada
saat jatuh temponya. Dan beban bunga harus dibukukan pada saat utang wesel
tersebut diterbitkan . Kemudian pada saat wesel tersebut dibayar, maka jurnal yang
harus dicatat adalah

8 November 2001 (D) Utang Wesel 4.000.000


(K) Kas / Bank 4.000.000

UTANG JANGKA PANJANG YANG JATUH TEMPO PADA PERIODE BERJALAN


Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya, yang akan dilunasi kurang dari
satu tahun, dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Jika yang jatuh tempo hanya
sebagian,maka bagian yang akan jatuh tempo pada tahun itu dilaporkan sebagai utang
jangka pendek. Sedangkan bagian yang belum jatuh tempo, tetap dilaporkan sebagai
utang jangka panjang. Apabila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode
itu, akan dilunasi dengan dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
6

baru atau akan ditukarkan dengan saham, maka utang jangka panjang tadi tetap
dilaporkan sebagai utang jangka panjang. Walau pun pelunasannya masih dalam waktu
satu tahun , tetapi karena tidak dilunasi dengan sumber aktiva lancer dan tidak
menimbulkan utang jangka pendek yang baru , maka tidak dikelompokkan dalam utang
jangka pendek.

UTANG BONUS
Bonus yang diberikan kepada karyawan-karyawan tertentu, kadang-kadang
menimbulkan masalah tersendiri. Bonus dapat dihitung atas dasar penjualan atau laba,
tergantung perjanjian yang disepakati. Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka
penghitungannya dapat dengan 3 cara berikut :

1) Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPH)
2) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan (PPh) sebelum
dikurangi bonus.
3) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPH)

Penggunaan masing-masing cara di atas, dapat diilustrasikan berikut ini :


PT DIAN memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10 % dari laba
bersih perusahaan. Diketahui, laba perusahan pada 2001 Rp. 1.000.000 Pph diestimasi
10% (mengabaikan tafir progresif PPh pasal 17)
Misal akronim B = Bonus
Misal akronim P = Pajak

Perhitungan bonus dengan masing-masing caradi atas adalah :


1) Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh
B = 0,10 x Rp. 1.000.000
B = Rp. 100.000
PPh = 15 % x (Rp. 1.000.000 – Rp. 100.000)
PPh = Rp. 135.000

2) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan (PPh) sebelum
dikurangi bonus.
B = 0.10 (Rp. 1.000.000 – P)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
7

P = 0,15 (Rp. 1.000.000 – B)


“P” dalam persaman pertamadiganti dengan persaman kedua, maka “B” dapat
dihitung sebagai berikut :

B = 0,10 [Rp. 1.000.000 – 0,15(Rp. 1.000.000 – B)]


B = 0.10 (Rp. 1.000.000 – 150.000 + 0,15 B)
B = Rp. 100.000 – Rp. 15.000 +0,015 B
B – 0,015 B = Rp. 85.000
0,985 B = Rp. 85.000
B = Rp. 86.294,40

Sedangkan PPh dihitung dengan menganti B dari persamaan kedua sebagai


berikut:
P = 0,15 x (Rp. 1.000.000 – Rp. 86.294,40)
P = 0,15 x Rp. 913.705,60
P = Rp. 137.055,84

3) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPH)
B = 0,10 (Rp. 1.000.000 –B-P)
P = 0,15 (Rp. 1.000.000 – B)

“P” pada persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat
dihitung sebagai berikut:

B = 0,10 [Rp. 1.000.000 – B – 0,15 (Rp. 1.000.000 –B)]


B = 0,10 (Rp. 1000.000 – B – Rp. 150.000 +0.15 B)
B = Rp. 100.000 – 0,1 B – Rp. 15.000 + 0.015 B
B + 0,10 B- 0,015 B = Rp. 85.000
1,0985 B = Rp. 85.000
B = Rp. 77.378

PPh dapat dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut :
P = 0,15 (Rp.1.000.000 – Rp. 77.378) = 0,15 (Rp. 922.622)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II
8

P = Rp. 138.393
UTANG BERSYARAT (CONTINGENT LIABILITIES)
Utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal jatuh tempo neraca
masih belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang seperti ini timbul
karena kegiatan di masa lalu. Untuk menentukan pakah suatu utang merupakan utang
bersyarat atau taksiran utang, dasarnya adalah kepastian timbulnya utang/kewajiban.
Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walau pun jumlahnya belumpasti, maka
jumlah utang ini merupakan taksiran utang.

Tetapi jika kewajiban membayar itu masih belum pasti, maka utang-utang seperti ini
merupakan utang-utang bersyarat. Jadi sesungguhnya perbedaan yang ada di antara
taksiran utang dengan utang bersyarat adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar
dan bukan kepastian jumlahnya .

Tergolong sebagai utang bersyarat adalah :


1) piutang wesel didiskontokan dan piutang yang dijaminkan
2) Sengketa hukum
3) tambahan denda pajak yang belum ada kepastiannya
4) Jaminan terhadap utang anak perusahaan
5) Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual
Utang bersyarat di dalam nerraca bias ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan
dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.

== 00 ==

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DAVID P. ARDA


PENGANTAR AKUNTANSI II

Anda mungkin juga menyukai