Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK

BAYI PREMATUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Anak

Dosen Pengampu : Ns. Erni Suprapti, M.kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK VII/ 2A

1. Dewi Wulandari P 20101440118024


2. Diska Darma Putri 20101440118027
3. Susilowati 20101440118075
4. Teguh Wahono 20101440118076

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah


SWT, atas limpahankarunia-Nya sehingga kelompok penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan anak dengan
sub bab kasus Bayi Prematur. .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan anak yang diampu oleh Ns. Erni Suprapti, M.kep
pada program Diploma III ilmu keperawatan Akademi
Keperawatan Kesdam IV /Diponegoro Semarang. kelompok
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang ini.

Semarang, 30 April
2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................... 4
B. Tujuan............................................................................ 5

BAB II KONSEP DASAR

A. Definisi Bayi Prematur ................................................... 6


B. Etiologi Bayi Prematur.................................................... 6
C. Patofisiologi Bayi Prematur............................................ 8
D. Pathway Bayi Prematur.................................................. 10
E. Manifestasi klinis Bayi Prematur.................................... 11
F. Pemeriksaan Penunjang Bayi Prematur......................... 15
G. Komplikasi Bayi
Prematur....................................................................
.............................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian...................................................................... 17
B. Diagnose keperawatan................................................... 18
C. Intervensi keperawatan.................................................. 19

iii
D. Evaluasi.......................................................................... 22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................... 23
B. Saran.............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32
minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka
mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim
akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung,
ginjal, hati dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian perinatal
disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2009) .
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir
dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).
Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi
kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan
disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari
pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada
perempuan hamil seperti merasakan tendangan pertama bayinya atau gejala
morning sickness. Tapi kejutan yang paling tidak diinginkan oleh ibu hamil
adalah melahirkan bayi secara prematur (Krisnadi dkk, 2009).
Berdasarkan penelitian, tercatat sekitar 10-15% bayi lahir prematur
atau sebelum waktunya. Dan umumnya bayi yang lahir prematur akan
memiliki banyak masalah setelah lahir. Dibanding bayi yang lahir normal,
bayi prematur memang cenderung bermasalah. Belum matangnya masa gestasi
menyebabkan ketidak matangan pada semua sistem organnya, misalnya pada
sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah (jantung), sistem
pencernaan dan penyerapan (usus), dan sistem saraf pusat (otak).
Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi
prematur cenderung mengalami kelainan-kelainan dibanding bayi normal.Pada

5
bayi prematur risiko gangguan pendengaran pun jadi lebih tinggi. Kurang
lebih 5% bayi prematur yang lahir kurang dari 32 minggu masa kehamilan
akan mengalami kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun (Hendarto, 2009).
Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-
rata negara lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya
sebesar 10-15%. Angka kematian bayi prematur di Indonesia juga masih
cukup tinggi yaitu mencapai 30%-40% (PDPERSI, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan memberikan asuhan keperawatan pada bayi
prematur
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian bayi premature
b. Menjelaskan etiologi bayi premature
c. Menjelaskan patofisiologi bayi premature
d. Menjelaskan pathway bayi premature
e. Menjelaskan manifestasi klinis bayi premature
f. Menjelaskan pengobatan bayi premature
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang bayi premature
h. Mengidentifikasi asuhan keperawatan bayi premature
1) Pengkajian
2) Diagnosa
3) Intervensi
4) Evaluasi

6
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi Bayi Prematur


Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The
American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi
prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum
37 minggu kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir,
terlepas dari usia kehamilan tepat atau dibawah 37 minggu (Brooker, 2008).
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini
berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur)
disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke
bayi jadi berkurang. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa bayi prematur adalah bayi lahir hidup yang usia kehamilannya kurang
dari 37 minggu dengan berat badan bayi lahir di bawah 2500 gram.

B. Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:

7
1. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas
tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis
(misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
i. Bekerja yang terlalu berat.
j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.

3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat
beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok.

8
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berdasarkan
klasifikasinya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
1. Bayi prematur tipe SMK (Sesuai Masa Kehamilan) disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar.
b. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
c. Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim).
d. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
e. Ibu hamil yang sedang sakit.

2. Bayi prematur tipe KMK (Kecil untuk Masa Kehamilan) disebabkan


oleh:
a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
b. Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
c. Kehamilan kembar.
d. Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
e. Ibu hamil merokok.

C. Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas
pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui
peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada
bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas.
Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak
dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa
oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme
asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap

9
stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen
yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru
menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF)
yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan
kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan
glikogen lebih banyak dari pada metabolisme aerob sehingga mempercepat
terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak
adekuat (Surasmi, dkk, 2003).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh
terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu
badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga mengalami
kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum
matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori.
Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif
lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.
Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat

10
meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler
kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk, 2003).

11
D. Pathway

12
E. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah
yang dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek. Masalah jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut:

13
1. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut:
a. Hipotermia
Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan
pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum
yang rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah
berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika
asupan glukosa kurang, maka dapat menyebabkan sel-sel saraf di otak
mati dan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. Oleh karena itu
bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan
minum sering atau setiap 2 jam.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena
mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena.
d. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang
kecil, dan keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya
yang kecil dan tidak dapat mengisap.

2. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut:


a. Gangguan imonologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar Ig G
maupun gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi
yang belum baik.

b. Kejang saat dilahirkan


Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),
perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
c. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

14
Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup
bulan pada umumnya.

3. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut:


a. Sindroma gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan pada paru-paru.
b. Asfiksia
Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi
terhadap pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu
lahir dan membutuhan resusitasi.
c. Apneu periodik (henti napas)
Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna
menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur berhenti bernapas.
d. Paru-paru belum berkembang
Organ paru-paru yang belum berkembang menyebabkan bayi
mengalami sesak napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi dengan
cepat.
e. Retrolental fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan
oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi
pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2000 gram dan
telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi atau lebih dari 40%.

4. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut:


a. Masalah perdarahan

15
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan karena
kekurangan faktor pembekuan darah atau karena faktor fungsi
pembekuan darah yang abnormal atau menurun.
b. Anemia
Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena
disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi
janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai
akibat pertumbuhan yang lebih cepat.
c. Gangguan jantung
Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur adalah
patent ductus ateriosus (PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3
hari, terutama pada bayi dengan penyakit membran hialin. Gangguan
jantung lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah defek
septum ventrikel yang sering dialami oleh bayi prematur dengan berat
badan kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34
minggu.
d. Gangguan pada otak
Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah
intraventricular hemorrhage, yaitu perdarahan intrakranial yang dapat
mengakibatkan masalah neurologis, seperti gangguan mengendalikan
otot, keterlambatan perkembangan, dan kejang. Selain itu, bayi juga
dapat mengalami periventricular leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan
dan pelunakan materi putih (bagian dalam otak yang mentransmisikan
informasi antara sel-sel saraf dan sumsum tulang belakang, juga dari
satu bagian otak ke bagian otak yang lain) yang biasanya terjadi pada
bayi dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu.

e. Bayi prematur dengan ikterus

16
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan perubahan
warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan organ lain
pada bayi.
f. Kejang
Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai
dengan adanya tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi
gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, dan anggota gerak
lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.
g. Hipoglikemia
Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di
bawah normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan
tremor, apatis, kejang, lemah, letargis, kesulitan makan, keringat
banyak, hipertermi bahkan henti jantung.

5. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut:


a. Gangguan eliminasi
Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik
karena ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja
ginjal yang masih belum matang, kemampuan membuang sisa
metabolisme dan air yang belum sempurna, serta produksi urine yang
sedikit.
b. Distensi abdomen
Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus
yang berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan
mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang larut dalam lemak dan
beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardioesofagus
yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung
ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.

c. Gangguan pencernaan

17
Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum berfungsi
dengan sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang
baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna yang
mengakibatkan pengosongan lambung menjadi berkurang. Bayi
prematur mudah kembung karena stenosis anorektal, atresia ileum,
peritonitis meconium, dan mega colon.
d. Gangguan elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan, dan penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan
kehilangan cairan insensibel, cairan yang dikeluarkan ginjal dan
pengeluaran cairan yang disebabkan oleh keadaan lain. Pada bayi
prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi yang tipis,
kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan tubuh.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000 -
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.

18
G. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

19
BAB II

ASUHAN KEPEAWATAN PADA BAYI PREMATUR

A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak dalam batas normal (120 – 160
dpm) murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus
arterious paten (PDA).
2. Makanan / Cairan
Berat badan <2500 gram (5 1b 8oz)
3. Neorosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin
mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar.
Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat.
Reflek tergantung pada usia gestasi.
4. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah.
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-
60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah.
Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum.
Kulit transparan Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
Ekstremitas tampak edema.
Garis telapak kaki terlihat Kuku pendek.

20
6. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa.
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris
menonjol testis  pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada
skrotum

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan prematur.

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat


pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

21
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


No
keperawatan (NOC) (NIC)

1 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan -Letakkan bayi terlentang dengan alas yang
tidak efektif selama 3x24 jam, diharapkan dapat memenuhi data, kepala lurus, dan leher sedikit
berhubungan kriteria hasil dengan Tujuan: tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal
dengan Kebutuhan O2 bayi terpenuhi atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu
maturitas pusat Kriteria: terangkat 2-3 cm.
pernafasan, 1. Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
Rasional : Memberi rasa nyaman dan
keterbatasan 2. Pernafasan teratur.
mengantisipasi flexi leher yang dapat
perkembangan 3. Tidak cyanosis.
mengurangi  kelancaran jalan nafas
otot, penurunan 4. Wajah dan seluruh tubuh Berwarna
energi/kelelaha kemerahan (pink variable). -Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila
n, 5. Gas darah normal perlu.
ketidakseimban PH = 7,35 – 7,45
Rasional : Jalan nafas harus tetap
gan metabolik. PCO2 = 35 mm Hg
dipertahankan bebas dari lendir untuk
PO2 = 50 – 90 mmHg
menjamin pertukaran gas yang sempurna.

-Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda


cyanosis tiap 4 jam.

Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.

-Kolaborasi dengan team medis dalam


pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas
darah arteri.

Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia

2 Thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan -Letakkan bayi terlentang diatas pemancar
tidak efektif selama 3x24 jam, diharapkanTujuan panas (infant warmer).
berhubungan 1.Tidak terjadi hipotermia dengan Kriteria : Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada
dengan kontrol
2.1. Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi

22
suhu yang
3.2. Akral hangat menjadi hangat
imatur dan
4.3. Warna seluruh tubuh kemerahan -Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk
penurunan mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas
lemak tubuh tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang
subkutan. kering dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan tubuh
melalui konduksi
-Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat
menentukan tingkat hipotermia
-Kolaborasi dengan team medis untuk
pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak
mungkin diberikan.
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan -Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah
kebutuhan selama 3x24 jam diharapkan dan frekuensi serta konsistensi.
nutrisi : kurang Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhi Rasional : Deteksi adanya kelainan pada
dari kebutuhan Kriteria eliminasi bayi dan segera mendapat
tubuh 1. Bayi dapat minum pespeen / personde tindakan / perawatan yang tepat.
berhubungan dengan baik. -Monitor turgor dan mukosa mulut.
dengan ketidak 2. Berat badan tidak turun lebih dari 10%. Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari
mampuan 3. Retensi tidak ada. turgor dan mukosa mulut.
mencerna -Monitor intake dan out put. Rasional :
nutrisi karena Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
imaturitas (balance)
-Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Rasional : : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
secara adekuat.
-Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional : Penambahan dan penurunan berat
badan dapat di monito

23
-Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional : Penambahan dan penurunan berat
badan dapat di monitor
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan -Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu memberikan asuhan keperawatan.
dengan memenuhi Tujuan: Rasional : Pada bayi baru lahir daya tahan
pertahanan Selama perawatan tidak terjadi komplikasi tubuhnya kurang / rendah.
imunologis (infeksi) -Cuci tangan sebelum dan sesudah
yang kurang Kriteria melakukan tindakan.
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Rasional : Mencegah penyebaran infeksi
2. Tidak ada gangguan fungsi tubuh. nosokomial.
-Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang
isolasi (kamar bayi)
Rasional : Mencegah masuknya bakteri dari
baju petugas ke bayi
-Lakukan perawatan tali pusat dengan triple
dye 2 kali sehari.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan
memper-cepat pengeringan tali pusat karena
mengan-dung anti biotik, anti jamur,
desinfektan.
-Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan
lingkungan bayi.
Rasional : Mengurangi media untuk
pertumbuhan kuman.
-Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala
kardinal.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan
-Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional : Mencegah terjadinya penularan
infeksi.

24
-Kolaborasi dengan team medis untuk
pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah infeksi dari pneumonia
-Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai
advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.
Rasional: Sebagai pemeriksaan penunjang

D. EVALUASI
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu
yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

25
A. KESIMPULAN

Kesimpulan Prematuritas terdiri atas dua golongan yaitu prematuri tas murni dan
dismaturitas. Tidak semua penyebab prematuritas dapat diketahui, hanya sekitar
40% saja yang bisa diketahui. Sehingga perlu sekali usaha pencegahan terjadiya
prematuritas, salah satunya melalui diagnosis dini yang bisa membantu dalam
usaha pencegahan prematuritas dengan harapan bisa dilakukan tindakan preventif.
Satu hal yang sangat penting dalam tindakan preventif ini yaitu melakukan
antenatal dan prenatal care yang baik dan teratur. Perawatan bayi prematur harus
secara intensif, mengingat kemampuan bayi untuk hidup di luar uterus masih
rendah, perawatan yang kurang intensif hanya akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bayi saja.

B. SARAN

Semoga dengan penulisan ini masyarakat umumnya dan kita sebagai tenaga
medis khususnya lebih memahami tentang hal-hal yang berhubungan dengan
prematuritas, dan menyadari betapa pentingnya penanganan bayi prematur untuk
menghindari bahaya yang bisa mengancam kesel amatan bayi prematur. Berbagai
upaya pencegahan prematuri tas dan penanganan bayi prematur secara intensif
secara langsung bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi di
Indonesia.

Saran penulis dalam upaya menurunkan angka prematuritas antara lain:

1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya dan kerugian dari


prematuritas.

2. Mengoptimalkan antenatal dan prenatal cure yang baih dan teratur

3. Mengembangkan penelitian terhadap prematuritas, sehingga diagnosis


prematuritas dapat ditegakkan lebih dini untuk selanj utnya dilakukan tindakan
preventif.

26
4. Meningkatkan persediaan dan penggunaan yang tepat sarana-sarana kesehatan
untuk menangani bayi prematur.

5. Meningkatkan pengetahuan inengenai bahan-bahan makanan/zat-zat tertentu


yang bisa meningkatkan kualitas bayi prematur sehingga bisa tumbuh dan
berkembang seperti layaknya bayi normal yang dilahirkan matur.

DAFTAR PUSTAKA

27
Krisnadi, Sofie Rifayani, dkk. 2012. Obstetri Emergensi. Jakarta: Sagung Seto

Surasmi, A, dkk.. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Hendarto, Aryono, Keumala Pringgadini. 2008. Bedah ASI, Kajian Dari Berbagai
Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI.
Jakarta pp45-55.

[PDPERSI ] Pusat Data dan Informasi. 2013. www.pdpersi.co.id (10 Desember


2013).

Donna L. Wong et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC.

Brooker, Cris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.

Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


Dilengkapi dengan Asuhan Pada BBLR dan Pijat Bay. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

28

Anda mungkin juga menyukai