Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ISI

A. Konsep Dasar Konsep Diri


1. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil pengalamn unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
realitas dunia (Stuart, 2006).
Konsep diri terdiri atas komponen – komponen berikut ini:
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra Tubuh (Body Image) adalah kumpulan sikap individu yang didasari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan
sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh
dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.
Hal – hal penting yang terkait dengan gambaran diri seperti fokus individu
terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, tinggi badan, dan
berat badan serat tanda – tanda pertumbuhan kelamin sekunder, menjadi
gambaran diri, cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek
psikologis, gambaran yang realitas terhadap menerima dan menyukai bagian
tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan
meningktakan harga diri, serta individu yang stabil, realistik dan konsisten
terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Sering juga
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri
sendiri.
Hal –hal yang terkait dengan iseal diri meliputi perkembangan awal terjadi pada
masa kanak – kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi
terhadap orang tua, guru, dan teman. Dipengaruhi oleh orang – orang yang
dipandang penting dalam memberi tuntutan dan harapan serta mewujudkan cita –
cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial. Faktor – faktor
yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuan,
faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang lain,
hasrat untuk berhasil, hasrat memebuhi kebutuhan realistik, hasrat menghadiri
kegagalan, dan adanya perasaan cemas dan ideal diri.
c. Indentitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah prinsip perorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten, dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Menurut Sunaryo (2004) identitas diri merupana kesadaran akan diri priabdi yang
bersumber dari penagamtan dan penialain, sebagai sintesis semua aspek konsep
diri dan menajdi kesatuan satu kesatuan yang utuh. Hal – hal penting yang terkait
dengan identitas diri yaitu:
1) Berkembangan sejak masa kanak – kanak, bersama dengan berkembangnya
konsep diri
2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya
tidak sama dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki – laki dan perempuan
serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat.
5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri,
kemampuan dan penguasaan diri.
d. Peran Diri (Self Role)
Menurut Stuart (2006), peran diri ,merupakan serangkaian ppola perilaki yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan
seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang
terpilih atau dipilih oleh individu.
Menurut Sunaryo (2004), peran Menurut Sunaryo (2004) peran diri adalah pola
perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di
masyarakat. Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait
dengan posisinya. Hal – hal penting terkait dengan peran diri yaitu:
1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri
2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri
yang tinggi atau sebaliknya.
3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.
4) Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
5) Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak
disukai, dan peran yang terlalu banyak atau berlebihan.
d. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang
tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga. (Stuart, 2006)
RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri diri positif rendah identitas
(Sumber : Townsend, 1996).

1) Aktualisasi Diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep Diri Positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada
dirinya meliputi citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran serta identitas
dirinya secara secara positif.
3) Harga Diri Rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa.
4) Keracunan Identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis.
5) Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis di mana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
B. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang di ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck,
1998)
Gangguan harga diri rendah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami evaluasi diri negatif terntang kemampuan atau diri(Carpenito 1997)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, 1998).
Dapat di simpulkan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan over negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di
ekspresikan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situsional
Yaitu terjadi terutama yang tiba – tiba, misalnya harus operasi, kecelakan, dicerai
suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, iatu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya : Kondisi ini
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
2. Etiologi
Menurut Stuat (2006), faktor – faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan
orangtua yang tidak realitas, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jwab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realitas.
2) Faktor yang mempengaruhi perfoma peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b. Faktor Prespitasi
Menurut Yosep (2009), faktor prespitasiterjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/ bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Karena trauma yang
muncul tiba – tiba, misalnya haus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara
termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah karena
penyakit fisik atau pemasanganm alat bantu yang membuat klien tidak nyaman
c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang obyektif
dan dapat diamati serta perasaan dan dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang
berhubungan dengan harga idir rendah salah satunya mengkritik diri sendiri,
sedangkan keracunan identitas seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta
depersonalisasi. (Stuart, 2006)
3. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri meliputi : gambaran diri, konsep diri ,harga diri ,
peran , identitas , identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991)
a. Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuh
nya . meliputi persepsi masalalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk
fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
Stressor yang terjadi pada citra tubuh:
1) perubahan ukuran tubuh: penurunan bb
2) perubahan bentuk tubuh : tindakan infasif (operasi, daerah pemasangan
infus).
3) Perubahan fungsi tubuh:beberapa penyakit yang dapat merubah sisa tubuh.
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
5) Persepsi negatif terhadap tubuh.
6) Mengungkapkan keputusan.
7) Mengungkapkan ketakutan.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe yang di
inginkan atau sejumlah aspirasi , cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma sosial (keluarga , budaya). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ideal diri:
1) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
2) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian
standar ini di tetapkan dengan standar teman.
3) Ambisi keinginan untuk melebihi dan berhasil , kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk menghindari kegagalan,perasaan cemas dan rendah diri.
c. Harga diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis
seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang
penting dan berharga (Stuart, 1998).
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah
pada anak:
1) Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan
dan pujian akan keberhasilan.
2) Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
3) Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang
sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan
bermakna.
4) Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan
yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan
diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat
mengontrol dirinya, harga diri rendah yang rendah berhubungan dengan
interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan
depresi.
d. Performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai pilihan. peran yang
diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu (Stuart, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stres peran terdiri
dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak. Sikap peran
terdiri dari :
1) Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
2) Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah
nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi
dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
4) Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai
istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak
terjadi waktu untuk menyelesaikan (Keliat,1992)
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus
dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :Kejelasan perilaku dan pengetahuan
yang sesuai dengan peran, Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang
dilakukan, Kesesuaian dan keseimbangan, Keselarasan budaya dan harapan
individu terhadap perilaku peran, Pemisahan situasi yang akan mendapatkan
ketidaksesuaian berperilaku peran.
e. Identitas diri
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Stuart 2006).
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan
mengalami hal-hal berikut ini:
1) Gambaran diri positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri
sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampilan dan potensi tubuh.
2) Ideal diri yang realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai tujuan
hidup yang dicapai.
3) Konsep diri yang positif
Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam
hidupnya.
4) Harga diri yang tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang dirinya sangat
sama dengan apa yang diinginkan.
5) Kepuasan penampilan peran
6) Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia dapat
mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan
interdependen.
7) Identitas jelas
8) Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan. (Keliat, 1992). Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-
sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status
kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif. Kerancuan
identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis
dan merasa asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat
ansietas panik dan kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami
kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
terasa tidak nyata dan asing baginya (Stuart, 2006)
Mengidentifikasi 6 ciri identitas ego :
1) Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang
lain.
2) Mengakui jenis kelamin sendiri.
3) Memandang bebbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4) Menilai diri sendir sesuai dengan penilaian masyarakat.
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
4. Tanda dan Gejala
Stuart (2006) mengemukakan gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
a. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah: Mengkritik diri sendiri
dan orang lain, Penurunan produktivitas, Destruktif yang diarahkan pada
orang lain, Gangguan dalam berhubungan, Rasa diri penting yang berlebihan,
Perasaan tidak mampu, Rasa bersalah, Mudah tersinggung atau marah
berlebihan, Perasaan negatif tentang dirinya sendiri, Ketegangan peran yang
dirasakan, Pandanangan hidup yang pesimis, Keluhan fisik, Pandangan hidup
yang bertentangan, Penolakan terhadap kemampuan personal, Destruktif
terhadap diri sendiri, Pengurangan diri, Menarik diri secara sosial,
Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, dan Khawatir.
b. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas :Tidak ada kode
moral, Sifat kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal
eksploitatif, Perasaan hampa, Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri,
Kerancuan gender, Tingkat ansietas tinggi, Ketidak mampuan untuk empati
pada oranng lain, Kehilangan keautentikan, serta Masalah intimasi.
c. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi:
1) Afektif
a) Perasaan asing
b) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
c) Perasaan tidak realistis
d) Rasa isolasi yang kuat
e) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan
mencapai sesuatu
f) Kurang rasa kesinambungan dalam diri
g) Kehilangan identitas
2) Persepsi
a) Halusinasipendengaran dan penglihatan
b) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
c) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
d) Gangguan citra tubuh
e) Mengalami dunia seperti dalam mimpi
3) Kognitif
a) Bingung
b) Disorientasi waktu
c) Gangguan berfikir
d) Gangguan memori
e) Gangguan penilaian
f) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
4) Perilaku
a) Afek tumpul
b) Emosi yang pasif dan tidak berespon
c) Komunikasi yang tidak sesuai
d) Kurang spontanitas dan animasi
e) Kehilangan kendali terhadap impuls
f) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan
g) Menarik diri secara sosial
h) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan
Sundeen, 1991).
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang menyakitkan. Pertahanan
jangka pendek meliputi :
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya :
menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, Misalnya ikut
dalam klub sosial ,agama, kelompok, gerakan.
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri yang
tidak menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademis,
kontes untuk mendapatkan popularitas.
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalah gunaan obat.
Pertahanan jangka panjang mencakup :
a. Penutupan identitas –adopsi identitas prematur yang di inginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan , aspirasi, atu petensi diri individu.
b. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat. (Stuart,2006)
6. Akibat
a. Perubahan penampilan peran
Mekanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang
disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.
b. Keputusan
Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya
karena menganggap dirinya tidak mampu
c. Menarik diri
Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada
di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah (Keliat,
1998)
7. Pohon Masalah

Isolasi
Isolasi sosial
sosial

Harga
Harga diri
diri rendah
rendah

Koping
Koping individu
individu
tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai