Disusun Oleh :
Tutur Caraka
161710101019
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para pelaku industri
makanan sebagai referensi dalam pengolahan nanopartikel kitosan mereka
sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan kitosan di dunia industri, serta
diharapkan pula dapat meningkatkan nilai ekonomis dari cangkang udang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Karakteristik
2.2.1 Kitosan
Kitosan merupakan jenis polimer alami yang dihasilkan dari proses
deasetilasi kitin. Kitosan mempunyai sifat yang khas yakni bioaktifis,
biodegradasi dan tidak beracun. Kitosan merupakan jenis polimer alam yang
mempunyai rantai tidak linier dan mempunyai rumus (C6H11NO4)n. Mempunyai
sifat tidak berbau, berwarna putih dan terdiri dari dua jenis polimer yaitu
poli (2-deoksi,2-asetilamin,2-glukosa) dan poli(2-deoksi,2- amino glukosa) yang
berikatan secara beta (1,4). Kitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3
encer, dan H3PO4 0,5%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Sifat
kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi.
Bobot molekul kitosan beragam, bergantung pada degradasi yang terjadi selama
proses deasetilasi (Sugita, 2010). Struktur kitosan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.4 HCl
Asam klorida (HCl) dapat dihasilkan dari H2 dan gas Cl2 di unit sintesis asam
klorida. Nama yang digunakan untuk senyawa ini bergantung pada wujud
fisiknya. Dalam wujud gas atau cairan murni, HCl adalah suatu senyawa
molekular yang disebut hidrogen klorida. Ketika dilarutkan air, molekul HCl
terurai menjadi ion dan dalam keadaan in, zat tersebut dinamakan asam klorida
(Chang, 1999). Reaksi H2 dan Cl2 sehingga menghasilkan HCl sebagai berikut :
H2 + Cl2 → 2 HCl
Beberapa bidang yang memanfaatkan HCl, baik pada skala industri maupun
skala rumah tangga. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida
(FeCl3) dan polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan
pada pengolahan air. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu
monomer untuk pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC. Asam klorida
digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat atau kerak besi oksida
dari besi atau baja. Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH
(keasaman) air limbah cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima. HCl
digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada makanan. Di
laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa
dalam sebuah larutan. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan
pembersih porselen. HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar
kation (cation exchange resin). Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida
diantaranya adalah pada proses produksi baterai, kembang api dan lampu blitz
kamera. Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut
dengan aqua regia, adalah campuran untuk melarutkan emas. Pada skala industri,
HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit. Dan masih banyak lagi
kegunaan dari HCl (Massaidi, 2011).
2.6 Surfaktan
Penelitian nanopartikel kitosan termodifikasi menggunakan emulsifier
yang merupakan senyawa pengikat silang dan surfaktan. Berdasarkan penelitian
Silva dkk. (2006) diketahui bahwa penambahan surfaktan dapat memperkecil
ukuran partikel kitosan. Zat pengikat silang yang sering digunakan adalah
glutaraldehida, sedangkan surfaktan yang banyak dipakai adalah surfaktan
nonionik (Tween 80 dan Span 80). Beberapa contoh surfaktan nonionik adalah
Tween 80 (polietilena sorbitan monooleat) dan Span 80 (sorbitan monooleat).
Tween 80 dan Span 80 bersifat nontoksik yang umumnya digunakan sebagai
emulsifier dan penstabil pada bidang pangan dan farmasi.
Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan, dengan nama
kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus molekulnya adalah C64H124O26
dan rumus strukturnya dapat dilihat pada gambar 2.4.
Pencucian
Pengeringan
Penggilingan
Kitin
Kitin
Pengeringan
Bubuk Kitosan
Aquades Pengadukan
Gel Kitosan 1 %
TPP 0,1 %
Gambar 3.4 Skema kerja pembuatan larutan TPP konsentrasi 0,1%
E. Pembuatan Nano Partikel Kitosan
Pembuatan nano partikel kitosan dimulai dengan menuangkan 100 ml gel
kitosan ke dalam beaker glass. Kemudian dilakukan sizing/pengecilan ukuran
dengan metode magnetic stirrer pada suhu ruang (360C) selama 1 jam sambil
ditambahkan aquades sebanyak 300 ml. Penambahan aquades dilakukan sedikit
demi sedikit. Selanjutnya ditambahkan surfaktan (Tween 80) sebanyak 10
mikronliter dengan perbedaan konsentrasi sebesar 0,1 % dan 0,2%. Setelah itu,
ditambahkan 100 ml tripoliphospat 0,1 % sambil terus diaduk hingga 1 jam.
Penambahan tripoliphospat bertujuan agar ukuran partikel yang dihasilkan tetap
stabil. Setelah didapatkan larutan nano kitosan selanjutnya larutan tersebut
dikeringkan dengan spray dryer dan didapatkan nano partikel kitosan yang telah
berbentuk bubuk. didapatkan larutan nano kitosan selanjutnya larutan tersebut
Penambahan Penambahan
Surfaktan 10 Surfaktan 10
mikronliter (0,1 %) mikronliter (0,2 %)
Nano Kitosan
Gambar 3.5 Skema kerja pembuatan nano partikel kitosan
Candra,P.2008. Kitosan dari cangkang udang dan aplikasi kitosan sebagai bahan
antibakteria pada kain katun. Skripsi.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Keuteur J. 1996. Nanoparticles and Microparticles for drug and vaccine delivery.
Eur J of Pharmaceutics and Biopharmaceutics 189: 19-34.
Nadia LM, Suptijah P, Ibrahim B. 2014. Produksi dan karakterisasi nano kitosan
dari cangkang udang windu dengan metode gelasi ionik. Jurnal
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan. 17(2):119-126.
Napthaleni. 2010. Nanoenkapsulasi ketoprofen tersalut kitosan-alginat
berdasarkan jenis dan ragam konsentrasi surfaktan [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Pan Y., Li Y., Zhao H., Zheng J., Xu H., Wei G., Hao J., Cui F., 2002, Bio-
adhesive polysaccharide in protein delivery system: chitosan nanoparticles
improve the intestinal absorption of insulin in vivo, Int. J. Pharm., 249:
139-147.
Shu XZ and Zhu KJ. 2002. Controlled Drug Release Properties of Ionically
CrossLinked Chitosan beads: The Influence of Anion Structure.
International Journal of Pharmaceutics 233: 217-225.
Silvia. SS. 2006. Physical Propertis and Biocompatibility of Chitosan/ Sury
Blendet Membran, Jurnal of Material Science 16. 575- 579.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2004. Air dan air limbah bagian 11: Cara uji
derajat keasaman pH dengan menggunakan alat pH meter. Jakarta (ID):
Badan Standarisasi Nasional.
Srijianto dan Imam.2005.Optimasi deasetilasi kitin pada udang. Jurnal Kimia Vol.
2, No. 5,p.1904-9730.