Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

Nama : Maria Helena


Nim : 1914201019

1. Bacalah artikel dibawah ini dengan seksama


2. Buatlah resume (ringkasan) dari artikel ini
3. Menurut anda apakah program promkes saat ini berjalan dengan maksimal?
4. Mengapa seorang perawat perlu mempelajari ilmu promosi kesehatan (pendapat
anda)
5. Dari beberapa periode sejarah promkes yang lalu menurut anda apa perbedaan
dengan perkembangan promkes pada saat ini (7 perbedaan)
6. Tulis lah jawaban dibawah artikel
7. Tugas dikirim melalui email sriwidyaastutikhati92@gmail.com
8. Tugas dikumpulkan sampai dengan tanggal jumaat, 24 April 2020

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN


DI INDONESIA
ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT
(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya
dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan
mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa
yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas
pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-
sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk
Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas
Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat. Dalam hubungan usaha higiene ini
perlu disebutkan nama Dr.John Lee Hydrick dari Rocckefeller Fundation (Amerika), yang
memimpin pemberantasan cacing tambang mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik
beratkan pada Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan
Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda) dengan mengadakan
penelitian operasional tentang lingkup penderita penyakit cacing tambang di daerah
Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene dan
Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi tentang penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta usaha pencegahan dan peningkatan
kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). Ia mengadakan pendekatan dalam upaya
membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat (pendekatan seperti ini nanti
dikenal dengan nama “pendekatan edukatif”). Yang menonjol pada waktu itu adalah
penggunaan media pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga kunjungan rumah yang
dilakukan oleh petugas sanitasi yang terdidik.
Pendidikan Kesehatan Rakyat
Dalam tulisannya tersebut, Dr. R. Mochtar jelas memberikan gambaran betapa
penting arti Pendidikan Kesehatan Rakyat dalam upaya membangkitkan dan
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam Kesehatan Rakyat, yang sejak sebelum
Hydrick, yaitu 1911, sudah mulai digalakkan oleh pemeritah Belanda. Ada bebarapa
pokok penting yang dapat diangkat dari tulisan Dr. R.Mochtar, yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan Rakjat (PKR) sudah dirasakan pentingnya sejak permulaan
abad ke XX, namun direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata baru dalam tahun
911, yang dikenal dengan nama Medisch Hygienische Propaganda.
2. Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) terkait pada program kesehatan, yaitu
Hygiene dan Sanitasi lingkungan (PKR bukan suatu program yang berdiri sendiri).
3. Walaupun Pendidikan Kesehatan merupakan bagian dan kegiatan terintegrasi
dalam program-program kesehatan, namun hal ini perlu ditangani secara
“professional”. Untuk ini perlu organisasi/unit kerja khusus yang menangani
Pendidikan Kesehatan, dan diperlukan pula tenaga terdidik atau terlatih.
Dalam hal ini tenaga sanitasi, disiapkan untuk mampu memberikan pendidikan
tentang kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan
(Audio Visual Aid ). Tenaga “Health Educators” ini bekerja dengan penuh keyakinan dan
dedikasi.
Pada waktu itu sudah ada anggapan bahwa Pendidikan Kesehatan tidak diperlukan,
jika masyarakat telah maju. Hal ini tidak dibenarkan oleh Dr.R.Mochtar, karena kenyataan
memperlihatkan bahwa di negara-negara yang telah majupun kegiatan Pendidikan
Kesehatan Rakyat masih diperlukan dan dilaksanakan. Cara pendekatan, metodologi serta
tehnologi yang dipergunakan disesuaikan dengan kemajuan masyarakat setempat.

ERA PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN


(Kurun Waktu 1960-1980)

Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960


Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden
Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di Indonesia,
Pandangan dan Planning), bahwa merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat
itu adalah karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal ini
disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian masyarakat tentang hygiene
perseorangan dan hygiene umum. Oleh karena itu maka Pendidikan Kesehatan kepada
Rakyat adalah suatu soal yang penting di Indonesia.
Dalam kaitan itu beliau juga menyatakan bahwa pada umumnya semua usaha di
lapangan kesehatan masyarakat tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diberikan
pendidikan dan penerangan yang sebaik-baiknya tentang masalah itu. ”The public health
administration can achieve no solid, durable and effective result unless the public is given
Health Education”. Mengenai pentingnya pendidikan kesehatan ini juga dapat dilihat pada
Undang-undang No. 9 Ytahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan.

Penetapan Hari Kesehatan Nasional


Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang
berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September
1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963
dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria
tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID dan WHO.
Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga
DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung,
sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan
malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans yang berhasil menurunkan
”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Meskipun
peristiwanya sendiri merupakan upacara simbolis penyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan
tersebut harus dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat.
Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN), yang setiap tahun
terus menerus diperingati sampai sekarang. Sejak itu, HKN dijadikan momentum untuk
melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Tetapi pemberantasan malaria dengan cara penyemprotan tersebut ternyata tidak
dapat diteruskan karena tiadanya biaya. Bantuan dari USAID dan WHO berhenti. Juga
karena adanya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

ERA PKMD, POSYANDU DAN


PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
(Kurun Waktu 1975 - 1995)

Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan


Sebelum cerita tentang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
kiranya perlu cerita sedikit tentang peranserta masyarakat yang merupakan komponen
utama dalam PKMD. Perlunya peranserta masyarakat dalam pembangunan, termasuk di
bidang kesehatan, didasarkan pada kesadaran bahwa tidak mungkin pembangunan hanya
dilakukan dan ditanggung oleh pemerintah saja. Masyarakat harus diikut sertakan dan
berperanserta di dalamnya. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga sebagai
subyek pembangunan. Hal ini sejak awal sudah merupakan konsep dasar pendidikan atau
penyuluhan kesehatan, yang sudah dilaksanakan sejak sebelum dan di awal kemerdekaan.

Munculnya PKMD
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di permukaan
pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya Kerja untuk
menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Landasan
dasar dikembangkannya PKMD ini adalah sejarah budaya bangsa Indonesia yang telah
turun temurun, yakni “gotong royong’ dan “musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini
maka konsep PKMD dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan saling membantu,
yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat
membantu yang sakit.

Munculnya Posyandu
Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan
pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan
kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos
Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar
kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri,
dibidang kesehatan.

ERA PROMOSI KESEHATAN DAN PARADIGMA SEHAT


(Kurun waktu 1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah


promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan,
yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)


Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan
masyarakat; (2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam
kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan
kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan
masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
1. Resume (ringkasan)

Sejarah pendidika dan promosi kesehatan diindonesia terjadi pada empat era :

1. Era propaganda dan pendidikan kesehatan (Masa Penjajahan dan Awal


Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya
dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan
mempergunakannya.
tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene, dalam bentuk Percontohan Dinas
Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam
pelaksanaannya bekerjasama erat. Dr.John Lee Hydrick dari Rocckefeller Fundation
(Amerika), yang memimpin pemberantasan cacing tambang mulai tahun 1924 sampai
1939, dengan menitik beratkan pada Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia
mengangkat kegiatan Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda)
dengan mengadakan penelitian operasional tentang lingkup penderita penyakit cacing
tambang di daerah Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan
tentang Hygiene dan Sanitasi. Yang menonjol pada waktu itu adalah penggunaan media
pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga kunjungan rumah yang dilakukan oleh
petugas sanitasi yang terdidik.
Pendidikan Kesehatan Rakyat
Dalam tulisannya Dr. R. Mochtar memberikan gambaran betapa penting arti
Pendidikan Kesehatan Rakyat dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi
masyarakat dalam Kesehatan Rakyat, yang sejak sebelum Hydrick, yaitu 1911, sudah
mulai digalakkan oleh pemeritah Belanda. Ada bebarapa pokok penting yang dapat
diangkat dari tulisan Dr. R.Mochtar, yaitu :
Pendidikan Kesehatan Rakjat (PKR) sudah dirasakan pentingnya sejak permulaan abad ke
XX,
Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) terkait pada program kesehatan, yaitu Hygiene dan
Sanitasi lingkungan (PKR bukan suatu program yang berdiri sendiri).
Walaupun Pendidikan Kesehatan merupakan bagian dan kegiatan terintegrasi dalam
program-program kesehatan, namun hal ini perlu ditangani secara “professional”. Untuk
ini perlu organisasi/unit kerja khusus yang menangani Pendidikan Kesehatan, dan
diperlukan pula tenaga terdidik atau terlatih.
Dalam hal ini tenaga sanitasi, disiapkan untuk mampu memberikan pendidikan
tentang kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan
(Audio Visual Aid ). Tenaga “Health Educators” ini bekerja dengan penuh keyakinan dan
dedikasi.

2. Era pendidikan dan penyuluhan kesehatan (Kurun Waktu 1960-1980)


Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960
Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden
Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di Indonesia,
Pandangan dan Planning), bahwa merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat
itu adalah karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal ini
disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian masyarakat tentang hygiene
perseorangan dan hygiene umum. Oleh karena itu maka Pendidikan Kesehatan kepada
Rakyat adalah suatu soal yang penting di Indo

Penetapan Hari Kesehatan Nasional


Tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang berkembang
dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Maka pada September 1959 dibentuk
Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963 dirubah menjadi
Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria tersebut
ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID dan WHO.
Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga
DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung,
sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan
malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans yang berhasil menurunkan
”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta.
Tetapi pemberantasan malaria dengan cara penyemprotan tersebut ternyata tidak dapat
diteruskan karena tiadanya biaya. Bantuan dari USAID dan WHO berhenti. Juga karena
adanya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

3. Era PKMD, Posyandu penyuluhan kesehatan melalui media


elektronik (kurun waktu 1975-1995)

Munculnya PKMD
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di permukaan
pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya Kerja untuk
menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Landasan
dasar dikembangkannya PKMD ini adalah sejarah budaya bangsa Indonesia yang telah
turun temurun, yakni “gotong royong’ dan “musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini
maka konsep PKMD dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan saling membantu,
yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat
membantu yang sakit.

Munculnya Posyandu
Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan
pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan
kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos
Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar
kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri,
dibidang kesehatan.

4. Era promosi kesehatan dan paradigma kesehatan (Kurun waktu 1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah


promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan,
yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)


Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan
masyarakat; (2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam
kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan
kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan
masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

2. Menurut anda apakah program promkes saat ini berjalan dengan maksimal?
Untuk programnya menurut saya sudah berjalan dengan maksimal, karna berbagai pihak
sangat membantu dalam upaya pengembangan promosi kesehatan ini, mulai dari
pemerintah hingga tenaga kesehatan laiinya. Namun untuk hasilnya masih belum
maksimal di mana kendalanya di masyarakat kita sendiri, di mana mereka banyak yang
tidak mengikuti dan mengindahkan peraturan, banyak yang apatis atau acuh tak acuh
padahal itu untuk kepentingan bersama juga.

3. Mengapa seorang perawat perlu mempelajari ilmu promosi kesehatan (pendapat


anda)

Seorang perawat perlu untuk mempelajari promosi kesehatan karna perawat itu merupakan salah
satu alat atau media caring bagi pasien, dan masyarakat yang membutuhkan informasi tentang
suatu penyakitya, contohnya pasien yang terkena diare nah perawat bisa memberikan
penyuluhan atau promosi ke pada pasien, apa saja penyebab diare, gejala, hingga cara
mengatasinya dengan adanya wawasan promosi kesehatan perawat bisa menginformasikan
kepada pasien hingga pasien yang tidak tahu menjadi tahu. Terumata juga perawat yang bekerja
di posyandu atau puskesmas karna pada kedua tempat ini promosi kesehatan lebih di tekan kan
karna lebih dekat dengan masyarakat untuk itu perawat harus mempelajari promosi kesehatan
guna menambah wawasan dan untuk meningkatkan tingkat kesehatan di masyarakat.
4. Dari beberapa periode sejarah promkes yang lalu menurut anda apa
perbedaan dengan perkembangan promkes pada saat ini (7 perbedaan)

1. Dulu tempat pelayanan kesehatannya masih sedikit dan terbatas, sekarang sudah
bannyak contohnya posyandu, puskesmas, bahkan tiap daerah sudah mempunyai rumah
sakit sendiri.
2. Dulu peralatannya untuk melakukan promosi kesehatan pun terbatas mungkin hanya
lewat penyuluhan sekarang sudah banyak perkembangan mulai dari elektronik contohnya
televisi, radio, media massa (google, youtube, instagram,wa,facebook) bahkan baliho
poster sudah banyak di pasang di jalanan.
3. Tenaga medis pun untuk penyuluhan promosi kesehatan sekarang sudah banyak bukan
hanya dari tenaga kesehatan saja tapi pemerintah juga ikut andil.
4. Tenaga kesehatan Sekrang juga lebih banyak dari pada dahulu, mulai dari doketer,
perawat, bidan, ahli gizi bahkan kesmas farmasi
5. Walaupun tenaga kesehatan sekarang lebih banyak, rumah sakit banyak namun menurut
mentri kesehatan kita tenaga medis kurang bersatu dari sedangkan dahulu kompak.
6. Pelayanan kesehatan sekrang juga lebih mudah, karna ada bantuan kesehatan contohnya
BPJS bagi yang kurang mampu
7. Promosi kesehatan juga bisa di lakukan di semua kalangan dan tidak di batasi umr.

Anda mungkin juga menyukai