Anda di halaman 1dari 56

|Halaman ModulTeknikDigital

DAFTAR ISI

BAB I SISTEM BILANGAN ..................................................................... 4


A. Macam-macam Bilangan ................................................................. 4
B. Sandi Biner Sandi 8421 Bcd (Binary Coded Decimal) ..................... 10
BAB II KONVERSI BILANGAN .............................................................. 13
A. Konversi Bilangan Desimal ............................................................. 13
B. Konversi Bilangan Biner ................................................................. 15
C. Konversi Bilangan Oktal ................................................................. 17
D. Konversi Bilangan Heksadesimal .................................................... 19
E. Bilangan Pecahan Biner .................................................................. 21
BAB III ARITMATIKA BINER ................................................................ 23
A. Penjumlahan Bilangan Biner ........................................................... 23
B. Pengurangan Bilangan Biner ........................................................... 25
C. Perkalian Biner ................................................................................ 26
D. Pembagian Biner ............................................................................. 27
E. Komplemen R ................................................................................. 27
F. Komplemen R-1 .............................................................................. 30
BAB IV GERBANG LOGIKA .................................................................. 32
A. Operasi-Operasi Logika Dasar ......................................................... 32
B. Gerbang-Gerbang Logika (Logic Gates) .......................................... 32
C. Tabel Kebenaran ............................................................................. 36
D. Rangkaian Ekivalen......................................................................... 37
E. Sekilas Tentang IC .......................................................................... 39
BAB V ALJABAR BOOLEAN .................................................................. 42
A. Aljabar Boolean .............................................................................. 42
B. Penyederhanaan fungsi logika dengan K-Map ................................. 44
C. Penyelesaian logika dari tabel kebenaran denganmenggunakan metode
SOP dan POS dan implementasi padarancangan rangkaian
logikanya. ....................................................................................... 47
BAB VI DASAR – DASAR FLIP-FLOP.................................................... 52
A. Flip-Flop R-S .................................................................................. 53
B. Flip-flop J-K ................................................................................... 55
C. Flip-flop D ...................................................................................... 56
D. T-FLIP-FLOP (Toggle Flip-Flop) ................................................... 57

BAB VII KONVERSI GERBANG LOGIKA ........................................... 58


A. Gerbang Tiga Keadaan .................................................................... 63
B. Penjumlahan Paruh Gerbang Logika................................................ 65

2|Halaman ModulTeknikDigital
BAB I
SISTEM BILANGAN

Kebanyakan orang mengerti bila dikatakan bahwa kita

mempunyai sembilan koin emas. Angka sembilan merupakan bagian

dari sistem bilangan desimal yang kita gunakan setiap hari. Tetapi

peralatan elektronika digital menggunakan suatu sistem bilangan

“asing” yang disebut biner. Komputer digital dan sistem yang

berdasarkan mikroprosesor menggunakan sistem angka asing lain yang

disebut heksadesimal. Setiap orang yang bekerja dibidang elektronika

harus mengetahui bagaimana mengubah bilanganbilangan dari sistem

bilangan desimal ke biner dan dari biner ke bilangan desimal yang

sering dipakai.Anda akan dapat juga mengubah sistem bilangan biner

ke bilangan heksadesimal serta sistem bilangan desimal ke

heksadesimal. Sistem komputer yang lain menggunakna sistem

bilangan oktal. Anda akan mempelajari membuat konversi bilangan

biner, oktal dan heksadesimal.

C. Macam-macam Bilangan
1. Desimal
Sebelum mempelajari tentang bilangan biner, ada baiknya mengetahui

tentang sistem bilangan yang umum dipakai, yaitu desimal (bilangan basis

10) berikut:
102 = 100
Base exponen
101 = 10

3|Halaman ModulTeknikDigital
100 =1
Jumlah Symbol (radiks) 10

Simbol 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,

Untuk menghitung suatu basis bilangan, harus dimulai dari nilai yang terkecil
(yang paling kanan). Pada basis 10, maka kalikan nilai paling kanan dengan 100

ditambah dengan nilai dikirinya yang dikalikan dengan 101 , dan seterusnya. Untuk

bilangan dibelaang koma, gunakan faktor pengali 101,

102, dan seterusnya


Contoh :
1243 =(1 X 103)+(2 X 102)+(4 X 101)+(3 X 100)
= 1000 + 200 + 40 + 3
752,91 =(7 X 102)+(5 X 101)+(2 X 100)+(9 X 10-1)+(1 X 10-2)
= 700 + 50 + 2 + 0,9 + 0,01
2. Biner
Untuk bilangan biner (bilangan basis 2), perhatikan tabel bebrikut :
25 = 32 22 = 4
Base exponen 24 = 16 21 = 2
23 = 8 20 = 1
Jumlah Symbol (radiks) 2
Simbol 0,1

Untuk bilangan biner, kalikan bilangan paling kanan terus ke kiri dengan 20,
21, 22, dan seterusnya.
Contoh :
5
101102 = (1 X 24 )+(0 X 23 )+(1 X 22 )+(1 X 21 )+(0 X 20 )
= (16 + 0 + 4 + 2 +0) = 22
Dari contoh diatas, menunjukkan bahwa bilangan biner 10110 sama dengan bilangan

desimal 22. Dari dua sistem bilangan diatas, dapat dibuat rumus umum untuk

mendapatkan nilai desimal dari radiks bilangan tertentu :

4|Halaman ModulTeknikDigital
(N)r = [(d0 x r0)+(d1 x r1)+(d2 x r2)+ … +(dn x rn)]10 dimana; N = Nilai

r = Radiks d0, d1, d2 = digit dari yang terkecil (palingkanan) untuk d0 Untuk

mengkonversi bilangan desimal kebiner ada dua cara,perhatikan contoh berikut :

Contoh 1:
168(10) = X(2)
Cara I :
16810 kurangkan dengan pangkat terbesar dari 2 yang mendekati 16810 yaitu 128 (27).

a. 128 (27) lebih kecil dari 168, maka bilangan paling kiri adalah 1. 168–
128=40.
b. 64 (26) lebih besar dari 40, maka bilangan kedua adalah 0.
c. 32 (25) lebih kecil dari 40, maka bilangan ketiganadalah 1. 40 – 32 = 8.
d. 16 (24) lebih besar dari 8, maka bilangan keempat adalah 0.
e. 8 (23) lebih kecil/sama dengan 8, maka bil. Kelima adalah 1. 8 – 8 = 0.
6
f. Karena sisa 0, maka seluruh bit dikanan bil. Kelima adalah 0.

16810 = 101010002.
Cara II

84 / 2 = 42 sisa 0

168 / 2 = 84 sisa 0

42 / 2 = 21 sisa 0

21 / 2 = 10 sisa 1

10 / 2 = 5 sisa 0

5/2=2 sisa 1

2/2=1 sisa 0

1/2=0 sisa 1

Bit biner terbesar dimulai dari bawah, sehingga

5|Halaman ModulTeknikDigital
16810 = 101010002 Contoh 2:

10,25(10) = X,Y(2)
Cara I :
10-23 = 2
2-21 = 0
23 22 21 20
1 0 1 0 jadi X = 1010
0,25 x 2 = 0,50 = 0,50 + carry 0 0,50 x 2 =

1,00 = 0.00 + carry 1 jadi Y = 01

Sehingga 10,25(10) = 1010,01(2)

Cara II :
10 / 2 = 5 sisa 0
5 / 2 = 2 sisa 1 2 / 2 = 1 sisa

0 jadi X = 1010

Sedangkan Y bisa dicari dengan cara I.

3. Heksadesimal
Bilangan heksadesimal biasa disebut bilangan basis 16, artinya ada 16 simbol yang
mewakili bilangan ini. Tabel berikut menunjukkan konversi bilangan heksadesimal :
Desimal Biner Heksadesimal
0 0000 0
1 0001 1
2 0010 2
3 0011 3
4 0100 4
5 0101 5
6 0110 6
7 0111 7
8 1000 8
9 1001 9
10 1010 A
11 1011 B
12 1100 C

6|Halaman ModulTeknikDigital
13 1101 D
14 1110 E
15 1111 F

Untuk konversi bilangan biner ke heksadesimal, perhatikan contoh berikut :


101101010100100102 = 0001 0110 1010 1001 0010
=1 6 A 9 2
Jadi bil. biner 10110101010010010 sama dengan bilangan heksadesimal

16A92.Penulisan bilangan heksadesimal biasa juga ditambahkan dengan karakter “0x”

didepannya. Nilai 254316 sama nilainya dengan 0x2543.

4. Oktal
Bilangan oktal disebut bilangan basis 8, artinya ada 8 simbol yang mewakili bilangan ini.
Tabel berikut menunjukkan konversi bilangan oktal :
Desimal Biner Heksadesimal
0 000 0
1 001 1
2 010 2
3 011 3
4 100 4
5 101 5
6 110 6
7 111 7
Untuk konversi bilangan biner ke oktal, perhatikan contoh berikut :

101101010100100102 = 010 110 101 010 010 010


=2 6 5 2 2 2
Jadi bilangan biner 10110101010010010 sama dengan bilangan oktal 265222. Untuk

konversi dari oktal ke heksadesimal, ubah terlebih dahulu bilangan oktal yang akan

dikonversi menjadi biner. Hal ini berlaku juga untuk konversi dari heksadesimal ke

oktal. Perhatikan contoh berikut :

7258 = 111 010 1012

7|Halaman ModulTeknikDigital
= 0001 1101 0101
= 1 D 5
FE16 = 1111 11102
= 011 111 110
=3 7 6

D. SANDI BINER SANDI 8421 BCD (BINARY CODED DECIMAL)


1. Sandi 8421 BCD adalah sandi yang mengkonversi bilangan desimal langsung ke
bilangan binernya, sehingga jumlah sandi BCD adalah 10, sesuai dengan jumlah
simbol pada desimal. Perhatikan tabel berikut :
Desimal 8 4 2 1
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
Contoh :
19710 sandi BCDnya adalah : 0001 1001 0111

2. Sandi 2421 Sandi 2421 hampir sama dengan sandi 8421, terutama untuk bilangan

desimal 0 sampai dengan 4. Tetapi sandi berikutnya merupakan pencerminan yang

diinversi. Perhatikan tabel berikut :

Desimal 2 4 2 1
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 0 0 1

8|Halaman ModulTeknikDigital
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 1 0 0
9 1 1 0 1

Perhatikan sandi desimal 5. Sandi tersebut merupakan cermin dari sandi 4

desimal,tetapi logikanya diinversi. Begitu pula pada sandi desimal 6 yang

merupakan cermin dari sandi desimal 3 yang diinversi, dan seterusnya.

Contoh :
37810 sandi 2421-nya adalah : 0011 1101 1110
3. ASCII singkatan dari American Standard Code for Information Interchange.

Standard yang digunakan pada industri untuk

mengkodekan huruf, angka, dan karakter-karakter lain pada 256 kode (8 bit biner)

yang bisa ditampung.

Tabel ASCII dibagi menjadi 3 seksi:


a. Kode sistem tak tercetak (Non Printable System Codes) antara 0 –
31.
b. ASCII lebih rendah (Lower ASCII), antara 32 – 137. Diambil dari kode sebelum

ASCII digunakan, yaitu sistem American ADP, sistem yang bekerja pada 7 bit

c. biner.
d. ASCII lebih tinggi (Higher ASCII), antara 128 – 255. Bagian ini dapat diprogram,

sehingga dapat mengubahubah karakter.

9|Halaman ModulTeknikDigital
BAB II
KONVERSI BILANGAN

Konversi bilangan desimal ke sistem biner diperlukan dalam menerjemahkan keinginan

manusia kedalam kode-kode yang dikenal oleh sistem digital, terutama komputer digital.

Konversi dari biner ke desimal diperlukan untuk menterjemahkan kode hasil pengolahan

sistem digital ke informasi yang dikenal oleh manusia. Pengubahan (konversi) dari biner ke

oktal dan heksadesimal dan sebaliknya merupakan pengantara konversi dari/ke biner

ke/dari desimal. Konversi ini banyak dilakukan karena disamping cacah angka biner yang

disebut juga "bit", singkatan dari "binary digit", jauh lebih besar dibandingkan dengan

angka-angka pada sistem oktal dan heksadesimal, juga karena konversi itu sangat mudah.

Konversi dari biner, oktal dan heksadesimal ke sistem bilangan desimal, seperti telah

dijelaskan di bagian depan, dapat dilakukan dengan memakai persamaan (1.2). Konversi

sebaliknya akan diterangkan dalam sub-sub bab

berikut ini.

A. Konversi Bilangan Desimal


1. Bilangan Desimal ke biner
Konversi bilangan biner ke desimal yaitu dengan cara membagi 2 dan sisa setiap

pembagi merupakan digit bilangan biner.

Contoh : 2510 = ……2


25 : 2 = 12 sisa 1
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 1
1 : 2 = 0 sisa 1

10 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Maka hasilnya adalah 0110012. Angka 0 di awal tidak perlu ditulis sehingga hasilnya

menjadi 110012.

2. Bilangan Desimal ke Oktal


Konversi bilangan desimal ke oktal yaitu dengan membagi bilangan desimalnya

dengan basis bilangan oktal.

Contoh : 3310 = …….8


Penyelesaian :
33 : 8 = 4 sisa 1
4 : 8 = 0 sisa 4
Maka hasilnya adalah : 418

3. Bilangan Desimal ke Heksa desimal


Konversi bilangan desimal ke heksa desimal yaitu dengan membagi bilangan

desimalnya dengan basis 16.

Contoh : 243 10 = …… 16 Penyelesaian :

243 : 16 = 15 sisa 3
15 : 16 = 0 sisa F, ingat, 15 diganti F
Maka hasinya adalah F316
B. Konversi Bilangan Biner
1. Bilangan biner ke Desimal
Konversi bilangan biner ke desimal yaitu dengan cara mengalikan masing-masing

bit dalam bilangan tersebut dengan position value –nya.

Contoh : 110012 =…….10


Penyelesaian :
1
0
0
1
1

11 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Perpangkatan 2 tersebut berurut mulai dari 20 sampai 2n, untuk setiap bit mulai dari

kanan ke kiri.

1 x 20 = 1
0 x 21 = 0
0 x 22 = 0
1 x 23 = 8
1 x 24 = 16 perhatikan nilai perpangkatan 2-nya semakin ke bawah semakin besar.

Maka hasilnya adalah 1 + 0 + 0 + 8 + 16 =2510


2. Bilangan biner ke oktal
Konversi bilangan biner ke oktal yaitu dengan mengkonversi ke bilangan desimal

tiap 3 digit binernya dari sebelah kanan. Untuk merubah bilangan biner ke oktal,

perlu diperhatikan bahwa setiap bilangan oktal mewakili 3 bit dari bilangan biner.

Contoh : 1101112 =……..8


Jika kita memiliki bilangan biner 1101112, yang ingin dikonversi ke bilangan oktal,

langkah pertama yang kita lakukan adalah memilah-milah bilangan biner tersebut,

setiap bagian 3 bit, mulai dari kanan dan kiri, sehingga menjadi seperti berikut:

110 dan 111


Setelah dilakukan proses pemilah-milahan seperti ini, dilakukan proses konversi

ke desimal terlebih dahulu secara terpisah. 110 dikonversi menjadi 6, dan 111

dikonversi menjadi 7. hasilnya kemudian digabungkan, menjadi :

678 yang merupakan bilangan oktal dari 1101112.

3. Bilangan biner ke heksadesimal


Konversi bilangan biner ke heksadesimal yaitu dengan mengkomversi ke bilangan

desimal tiap 4 digit binernya dari sebelah kanan

Contoh : 111000102 = ……..16

12 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
111000102 akan diubah ke bentuk heksadesimal. Proses konversinya juga tidak

begitu rumit, hanya tinggal memilah bit-bit tersebut menjadi

16
kelompok-kelompok 4 bit. Pemilahan dimulai dari kanana ke kiri, sehingga hasilnya

sebagau berikut :

1110 dan 0010


Konversikan bit-bit tersebut ke desimal terlebih dahulu satu persatu sehingga

didapat :

1110 = 14 dan 0010 = 2


Dalam heksadesimal, angka 14 dilambangkan dengan E, dengan demikian hasil

konversinya adalah E216.

C. Konversi bilangan Oktal


1. Bilangan Oktal ke Desimal
Konversi bilangan oktal ke desimal yaitu dengan cara setiap nilai bilangan oktal di

jumlahkan, terlebih dahulu nilai oktal tersebut dikalikan dengan bobot nilai oktal

masing-masing.

Contoh : 718 = …..10


Hal ini tidak terlalu sulit. Tinggal kalikan saja setiap bilangan dengan perpangkatan

8. Jika bilangan yang akan dikonversikan adalah 718,maka susunannya menjadi:

1
7
Dan proses perkaliannya :
1 x 80 = 1
7 x 81 = 56
Maka hasilnya adalah penjumlahan 1 + 56 = 5710.

2. Bilangan Oktak ke biner

13 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Konversi bilangan oktal ke biner yaitu setiap digit bilangan oktal dapat di sajikan

dengan 3 digit bilangan biner.

Contoh : 578 =………….2


Misalkan 578 akan diubah ke bilangan biner, maka langkah yang dilakukan

adalah melakukan proses konversi setiap bilangan tersebut masing-masing ke 3

bit bilangan biner.

5 =1012
7 = 1112
Maka hasilnya 1011112
3. Bilangan Oktal ke heksadesimal
Konversi bilangan oktal ke heksa yaitu dengan cara terlebih dahulu konversi ke

bilangan biner, kemudian di bagi 4 digit, baru di desimalkan.

Contoh : 728=……….16
Untuk konversi bilangan oktal ke heksadesimal, kita akan membutuhkan perantara,

yaitu bilangan biner. Kita mengkonversikan bilangan oktal ke bilangan biner trlebih

dahulu, lalu mengkonversikan nilai biner tersebut ke heksadesimalnya. Apabila kita

akan mengkonversikan 728 ke bilangan heksadesimal, maka bilangan binernya

adalah:

1110102, lalu dikonversikan ke heksadesimal:


11 =3
1010 =A
Maka hasilnya adalah 3A16.
D. Konversi bilangan Heksadesimal
1. Bilangan heksadesimal ke desimal
Konversi bilangan heksadesimal ke desimal yaitu setiap urutan heksadesimal di

jumlahkan, dengan terlebih dahulu nilai heksadesimal tersebut dikalikan dengan

bobot nilai bilangan heksadesimal masingmasing.

14 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Contoh : C816 = ……….10
Untuk proses konversi ini, caranya sama saja dengan proses konversi bilangan biner

ke desimal, hanya saja perpangkatan yang digunakan adalah perpangkatan 16,

bukan perpangkatan 2. sebagai contoh, apabila C816 akan dikonversi ke bilangan

desimal maka ubah dulu susunan bilangan heksa tersebut mulai dari kanan ke kiri

sehingga menjadi :

8
C
Dan kemudian dilakukan proses perkalian dengan perpangkatan 16, sebagai

berikut:

8 x 160 = 8 ingat, C16 merupakan lambang dari 1210.= C x 161 = 192

Maka diperoleh hasil konversinya brnilai 8 + 192 = 20010.

2. Bilangan heksadesimal ke biner


Konversi bilangan heksadesimal ke biner yaitu setiap digit bilangan heksadesimal

dapat di representasikan ke dalam 4 digit bilangan biner, setiap digit bilangan di

ubah secara terpisah.

Contoh : B716 = ………….2


Dalam proses konversi heksadesimal ke biner, setiap simbol dalam heksadesimel

mewakili 4 bit dari biner. Misalnya B716. akan dikonversi ke biner, maka setiap

simbol bilangan di bilangan heksa tersebut dikonversi terpisah ke biner. Ingat, B16

merupakan simbol untuk angka desimal 1110. Desimal 1110 jika dikonversi ke biner

menjadi 10112, sedangkan desimal 710 jika dikonversi ke biner menjadi 01112. Maka

bilangan binernya adalah 101101112.

15 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
B 7 bentuk heksa
11 7 bentuk desimal
1011 0111 bentuk biner
Hasilnya disatukan menjadi 101101112.

3. Bilangan heksadesimal ke oktal


Konversi bilangan heksadesimal ke desimal ke oktal yaitu dengan cara terlebih

dahulu di konversi ke biner, kemudian jumlag digit di bagi menjadi 4, baru di

desimalkan. Pada dasarnya

Sama seperti konversi oktal ke heksadesimal, dibutuhkan bilangan biner. Lakukan

terlebih dahulu konversi heksadesimal ke biner, lalu konversikan nilai biner

tersebut ke oktal. Sebagai contoh = E716 =……..8

E 7 bentuk heksa
11 10 0 111 bentuk biner 3

4 7 bentuk oktal

Maka hasil konversinya 3478.


E. Bilangan pecahan biner
1. Konversi bilangan desimal pecahan kedalam bilangan biner
Mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian bulat

dari hasil perkalian merupakan pecahan alam bit biner.

Contoh :
Ubahlah bilangan biner 0, 625 kedalam bilangan biner Jawab :

0,625 x 2 = 1,25 bagian bulat = 1 (MSB), sisa = 0,25


0,25 x 2 = 0,5 bagian bulat = 0, sisa = 0, 5
0,5 x 2 = 1,0 bagian bulat = 1 (LSB), sisa = 0
Sehingga 0,62510 = 0,1012

16 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
2. Konversi bilangan biner pecahan kedalam bilangan desimal Mengalikan setiap bit

bilangan biner dibelakang koma (pecahan) dengan bobot dari masing-masing bit

bilangan tersebut.

Contoh :
Ubahlah bilangan biner 0, 101 kedalam bilangan desimal Jawab :
(1 x 2 -1)+ (1 x 2 -2)+(1 x 2 -3)
(1x0,5) + (0x0,25) + (1x0,125)
0,5 + 0 + 0,125 = 0,625
Sehingga 0,1012 = 0,62510

17 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
BAB III
ARITMATIKA BINER

A. Penjumlahan Bilangan Biner


Penjumlahan Biner serupa dengan penjumlahan pada bilangan desimal. Dua bilangan

yang akan dijumlahkan disusun secara vertikal dan digit-digit yang mempunyai

signifikasi sama ditempatkan pada kolom yang sama. Digitdigit ini kemudian

dijumlahkan dan jika dijumlahkan lebih besar dari bilangan basisnya (10 untuk desimal

dan 2 untuk biner), maka ada bilangan yang disimpan. Bilangan yang disimpan ini

kemudian dijumlahkan dengan digit disebelah kirinya, dan seterusnya. Dalam

penjumlahan biner, pinyimpanan aka terjadi jika jumlah dari dua digit yang

dijumlahkan adalah 2.

Operasi ilmu hitung dengan bilangan biner juga mengikuti aturan yang berlaku untuk

bilangan desimal, bahkan lebih sederhana karena angkaangkanya yang terlibat

hanyalah 0 dan 1. Untuk mendapatkan aturan penambahan dalam bilangan biner perlu

dibahas empat kasus sederhana

berikut:
1. Bila kosong ditambah dengan kosong, Hasilnya adalah kosong. Perwakilan biner

dalam hal ini adalah 0 + 0 =0.

18 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
2. Bila kosong ditambah dengan 1 maka hasilnya adalah 1. Dengan bilangan biner

dapat dituliskan sebagai 0 + 1 =1.

3. Bila 1 ditambah dengan kosong, hasilnya 1. Setara biner untuk ini adalah 1 + 0 = 1.

4. Bila 1 ditambah dengan 1, Hasilnya adalah 2. Dengan menggunakan


bilangan biner, hal itu diwakili oleh 1 + 1 = 10. Jadi keempat

kasus di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

0+0=0
0+1=1
1+0=1
1 + 1 = 10 (0 dengan simpanan 1) untuk menjumlahkan bilangan yang lebih besar,

simpanan untuk kolom dengan urutan yang lebih tinggi dilakukan seperti hanya

dengan bilangan desimal biasa.

Contoh
Jumlahkanlah bilangan biner 101 dengan 110.
Jawab 101

Kolom pertama :0+0=0

Kolom kedua :0+1=1

Kolom ketiga : 1 + 0 =1
: 1 + 1 = 10 (0 dengan simpanan
Kolom keempat 1)

B. Pengurangan Bilangan Biner


Pada bagian ini hanya akan ditinjau pengurangan bilangan biner yang memberikan

hasil positif. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah sama dengan metode yang

19 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
digunakan untuk pengurangan pada bilangan desimal. Dlam pengurangan bilangan

biner jika perlu dipinjam 1 dari kolom disebelah kirinya, yaitu kolom yang mempunyai

derajat lebih tinggi. Untuk mengurangkan bilangan biner, ditinjau terlebih dahulu

empat kasus berikut:

0–0=0
1–0=1
1–1=0
0–1=1
Hasil terakhir itu mewakili 2 – 1 = 1. Dalam operasi pengurangan tersebut, seperti

halnya dengan pengurangan bilangan desimal, dilakukan kolom demi kolom. Bila perlu

dilakukan Peminjaman dari kolom dengan urutan yang lebih tinggi.

Contoh
Hitunglah 110 dikurangi dengan 101.
Jawab
110
-

Kolom pertama : 10 – 1 = 1 (setelah meminjam)


Kolom kedua : 0 – 0 = 0 (setelah dipinjamkan)
Kolom ketiga : 1 – 1 = 0

C. Perkalian Biner
Perkalian pada bilangan biner mempunyai aturan sebagai berikut :
0x0=0
0x1=0
1x0=0
1x1=1
Perkalian bilangan biner dapat dilakukan seperti pada perkalian bilangan desimal.

Sebagai contoh, untuk mengalikan 11102 = 1410 dengan 11012 =

1310 langkah-langkah yang harus ditempuh adalah


Biner Desimal
1110 14

20 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
1101 13
--------x ----x
1110 42
0000 14
1110
1110
---------------+ -------+
10110110 18 2

Perkalian juga bisa dilakukan dengan menambahkan bilangan yang dikalikan ke

bilangan itu sendiri sebanyak bilangan pengali. Contoh di atas, hasilnya akan sam

dengan jika kita menambahkan 1112 ke bilangan itu sendiri sebanyak 1101 atau 13

kali.

D. Pembagian Biner
Pembagian pada sistem bilangan biner dapat dilakukan sama seperti contoh

pembagian sistem bilangan desimal. Sebagai contoh, untuk membagi 110011 (disebut

bilangan yang dibagi) dengan 1001 (disebut pembagi), langkah-langkah berikut yang

perlu dilakukan.

Hasil 101
----------------
1001 / 110011
/ 1001
------------------
001111
1001
------------ sisa 1 1 0

Sehingga hasilnya adalah 1012, dan sisa pembagian adalah 1102. Pembagian bisa juga

dilakukan dengan cara menjumlahkan secara berulang kali dengan bilangan pembagi

21 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
dengan bilangan itu sendiri sampai jumlahnya sama dengan bilangan yang dibagi atau

setelah sisa pembagian yang diperoleh lebih kecil dari bilangan pembagi.

E. Komplemen R
Dalam sistem digital, komplemen digunakan untuk memudahkan operasi pengurangan

dan untuk manipulasi logika. Ada dua macam komplemen untuk setiap sistem bilangan

dengan radiks R: komplemen-R dan

komplemen-(R-1). Bila nilai radiks itu diberikan, kedua jenis komplemen itu

mempunyai nama yang sesuai dengan nilai Hasilnya; komplemen-10 dan komplemen-9

untuk bilangan desimal, komplemen-1 dan komplemen-0

untuk sistem biner.


Komplemen-R untuk suatu bilangan nyata positif-N dengan radiks R dan bagian

bulatnya terdiri atas n angka, didefinisikan sebagai

Rn – N untuk N ≠1 0 untuk N = 0 komplemen-10 untuk 4321010 adalah 105 – 43210 =

56790 karena banyaknya angka tersebut adalah n = 5.

Komplemen-10 untuk 0.09810 adalah 100 – 0.098 = 0.902.


Dalam hal ini bilangan itu tidak mempunyai bilangan bulat sehingga n = 0.
Komplemen-10 untuk 765.4310 adalah 103 – 765.43 = 234.57 Komplemen-2 untuk

11001102 adalah 2107 – 11001102 =100000002 –

11001102 = 00110102.
Komplemen-2 untuk 0.10102 adalah 1 – 0.10102 = 0.01102.

Dari definisi dan uraian di atas, jelas bahwa komplemen-10 untuk bilangan desimal

dapat dibentuk dengan membiarkan semua 0 pada kedudukan yang terendah tidak

berubah, mengurangkan semua angka apda kedudukan yang lebih tinggi lainnya dari 9.

22 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
komplemen-2 dapat dibentuk dengan membiarkan semua nol pada LSB dan 1 yang

pertama dari kanan tidak berubah, dan kemudian mengubah semua 1 yang lain

menjadi 0 dan semua 0 yang lain menjadi 1. Komplemen-R suatu bilangan dapat

diperoleh untuk setiap radiks (R lebih besar dan tidak sama dengan 1) dengan definisi

yang telah diberikan itu.

Cara pengurangan langsung yang diajarkan di sekolah dasar adalah menggunakan

konsep pinjaman. Dalam cara itu, bila pada salah satu kolom nilai yang dikurangi lebih

besar daripada yang mengurangi, dipinjam sebuah 1 dari kolom dengan kedudukan

yang lebih tinggi. Hal yang demikian itu sangat mudah bila dikerjakan di atas kertas.

Bila cara pengurangan itu dilakukan dengan pertolongan rangkaian logika, cara itu

ternyata kurang efisien. Metode pengurangan dengan memanfaatkan komplemen dan

penjumlahan lebih sesuai untuk dikerjakan dengan rangkaian logika.

Pengurangan dua bilangan positif (M – N), dan keduanya mempunyai radiks R yang

sama, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tambahkan bilangan yang dikurangi, M, ke komplemen-R dari bilangan yang

mengurangi, N.

2. Periksa hasil penjumlahan yang diperoleh dalam langkah 1 itu.


a. Jika Hasilnya mempunyai simpanan akhir, abaikan simpanan akhir itu.
b. Jika Hasilnya tidak mempunyai simpanan akhir, cari komplemen-R untuk bilangan

yang diperoleh dalam langkah 1 dan berikan tanda negatif depannya.

F. Komplemen R-1

23 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Untuk suatu bilangan positif N dengan radiks R dan bagian bulatnya terdiri dari n angka

serta bagian pecahannya m angka, komplemen –(R – 1) untuk N didefinisikan sebagai

Rn – Rm – N
Komplemen-9 untuk 4321010 adalah 105 – 100 – 43210 = 99999 – 43210 = 56789.

dalam hal ini bilangan tersebut tidak mempunyai bagian pecah sehingga m = 0.

Komplemen-9 untuk 0.987610 adalah 100 – 10-4 – 0.9876 = 0.9999 – 0.9876 = 0.0123.

Di sini bilangan itu tidak mempunyai bagian bulat sehingga n = 0. Komplemen-9 untuk

23.45610 adalah 102 – 10-3 – 23.456 =99.999 – 23.456 =

76.543.
Komplemen-1 untuk 1011002 adalah 2106 – 2100 – 1011002 = 1111112 –
1011002 = 0100112
Komplemen-1 untuk 0.01102 adalah 2100 – 210-3 – 0.01102 = 0.11112 –
0.01102 = 0.10012

Dari urutan di atas tampak bahwa komplemen-9 suatu bilangan desimal dapat

diperoleh dengan mengurangkan semua angkanya dari 9. komplemen1 suatu bilangan

biner bahkan lebih sederhana; semua angka 1 diubah menjadi 0 dan semua 0 menjadi

1. Karena komplemen-(R – 1) itu lebih mudah untuk didapatkan, komplemen inilah

yang umum dipakai. Dari definisi dan pembandingan hasil yang diperoleh dari contoh

tersebut, tampak bahwa komplemen-R dapat diperoleh dari komplemen-(R – 1)

setelah penambahan

R-m ke angka yang paling kurang berarti. Misalnya komplemen-2 untuk 10110100

didapatkan dari komplemen-1 sebagai 01001100. Perlu diperhatikan bahwa

komplemen dari suatu komplemen akan

24 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
mengembalikan bilangan itu ke nilai aslinya. Komplemen-R untuk N adalah Rn – N dan
komplemen-R untuk (Rn – N) adalah Rn – (Rn – N) yang sama dengan N. hal yang sama
dapat diperoleh untuk komplemen-(R – 1).

BAB IV
GERBANG LOGIKA

Komputer, kalkulator, dan peralatan digital lain kadang dianggap oleh orang awam sebagai

sesuatu yang ajaib. Sebenarnya, peralatan elektronika digital sangat logis dalam opersinya.

Bentuk dasar blok dari setip rangkaian digital adalah suatu gerbang logika. Gerbang logika

akan kita gunakan untuk operasi bilangan biner , sehingga timbul istilah gerbang logika

biner. Setiap orang yang bekerja dibidang elektronika digital memahami dan menggunkan

gerbang logika biner setiap hari. Ingat, gerbang logika merupakan blok bangunan untuk

komputer yang paling rumit sekalipun. Gerbang logika dapat tersusun dari saklar

sederhana, relay, transistor, diode atau IC. Oleh penggunaannya yang sangat luas, dan

harganya yang rendah, IC akan kita gunakan untuk menyusun rangkaian digital. Jenis atau

variasi dari gerbang logika yang tersedia dalam semua kelompok logika termasuk TTL dan

CMOS.

A. Operasi-operasi logika dasar


Ada beberapa operasi-operasi dasar pada suatu rangkaian logika dan untuk

menunjukkan suatu perilaku dari operasi-operasi tersebut biasanya ditunjukkan

25 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
dengan menggunakan suatu tabel kebenaran. Tabel kebenaran berisi

statemenstatemen yang hanya berisi:

• Benar yang dilambangkan dengan huruf “T” kependekan dari “True” atau bisa juga

dilambangkan dengan angka 1.

• Salah yang dilambangkan dengan huruf “F” kependekan dari “False” atau bisa juga

dilambangkan dengan angka 0.

B. Gerbang-gerbang logika (Logic Gates)


Gerbang-gerbang logika yang khususnya dipakai di dalam komputer digital, dibuat

dalam bentuk IC (Integrated Circuit) yang terdiri atas transistor-

transistor, diode dan komponen-komponen lainnya. Gerbang-gerbang logika ini

mempunyai bentuk-bentuk tertentu yang dapat melakukan operasioperasi INVERS,

AND, OR serta NAND, NOR, dan XOR (Exclusive OR). NAND merupakan gabungan AND

dan INVERS sedangkan NOR merupakan gabungan OR dan INVERS.

1. Gerbang AND Dan NAND


Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan

mempunyai logika 1, jika tidak akan dihasilkan logika 0. Daftar yang berisi kombinasi

semua kemungkinan keadaan masukan dan keluaran yang dihasilkan disebut

sebagai Tabel kebenaran dari gerbang yang bersangkutan. Gerbang NAND akan

mempunyai keluaran 0 bila semua masukan pada logika 1. Sebaliknya, jika sbeuah

logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka keluarannya akan

26 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
bernilai 1. Kata NAND merupakan kependekan dari NOT-AND, yang merupakan

ingkaran gerbang AND.

Gambar Simbol AND dan NAND

Tabel Kebenaran dari Gerbang AND dan NAND


MASUKAN KELUARAN
A B AND NAND
0 0 0 1
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0

2. Gerbang OR Dan NOR


Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada

keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam

keadaan 0 . Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika salah satu dari

masukkannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 1, maka semua

masukan harus dalam keadaan 0. Kata NOR merupakan kependekan dari NOT-OR,

yang merupakan ingkaran dari gerbang OR.

27 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Gambar Simbol Gerbang OR dan NOR

Tabel Kebenaran dari Gerbang OR dan NOR


MASUKAN KELUARAN
A B OR NOR
0 0 0 1
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 1 0

3. Gerbang NOT
Gerbang NOT merupakan gerbang satu-masukan yang berfungsi sebagai pembalik

(inverter). jika masukannya tinggi, maka keluarannya rendah, dan sebaliknya. Tabel

kebenaran dari gerbang NOT tersaji pada Tabel 6.

Simbol Gerbang NOT

Tabel kebenaran Gerbang NOT


MASUKAN F KELUARAN F
0 1
1 0

4. Gerbang XOR
Gerbang XOR (dari kata exclusive-or) akan memberikan keluaran 1 jika masukan-

masukannya mempunyai keadaan yang berbeda. Dari Tabel tersebut dapat dilihat

28 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
bahwa keluaran pada gerbang XOR merupakan penjumlahan biner dari

masukannya.

Gerbang XOR dan XNOR

Tabel 7. Tabel Kebenaran dari Gerbang XORdan XNOR


MASUKAN KELUARAN
A B XOR X-NOR
0 0 0 1
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1

C. Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran adalah ta bel yang menunjukkan kombinasi input beserta outputnya

pada suatu kasus logika. TABEL KEBENARAN berguna sekali untuk menganalisa suatu

fungsi logika. Ada kalanya suatu kasus logika ditunjukkan oleh suatu fungsi logika atau

suatu tabel kebenaran. Untuk mempermudah pemahaman perhatikan contoh berikut.

Contoh:
Tunjukkan nilai kebenaran dari suatu fungsi: F =AB'C + ABC' Tabel
kebenarannya dapat digambarkan sebagai berikut:
A B C B’ C’ AB’C ABC’ AB’C+ ABC’
0 0 0 1 1 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0 0

29 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0
1 0 1 1 0 1 0 1
1 1 0 0 1 0 1 1
1 1 1 0 0 0 0 0

D. Rangkaian ekivalen
Dalam mendesain rangkaian logika seringkali kita diminta untuk menggunakan

gerbang-gerbang NAND atau NOR saja. Untuk memudahkan pelaksanaan desain

tersebut , maka diberikan rangkaian ekivalen dari gerbang NAND dan NOR yaitu

sebagai berikut: NAND sama dengan INVERS –

OR

NOR sama dengan INVERS – AND

kesamaan INVERS

contoh 1.1:
Ubahlah rangkaian dibawah ini menjadi rangkaian yang hanya terdiri dari gerbang

NAND saja.

30 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
jawab: karena kesetaraan gerbang INVERS maka rangkaian menjadi:

contoh 1.2:
Ubahlah rangkaian dibawah ini menjadi rangkaian yang hanya terdiri dari gerbang

NOR saja. jawab:

jawab:

31 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
E. Sekilas tentang IC
Selama ini kita hanya mengenal simbol-simbol suatu gerbang logika. Di dalam

prakteknya suatu gerbang-gerbang logika ini dikemas dalam suatu IC (integrated

circuits). Banyak sekali kelompok-kelompok IC digital yang terbagi menurut devais

pembentuknya maupun spesifikasi cara kerjanya. Didalam modul ini dibatasi dua

kelompok keluarga IC digital yang besar.

Yaitu IC TTL dan IC CMOS.


Tabel berikut ini memberikan sekilas tentang perbedaan IC TTL dan IC CMOS.
NO IC TTL IC CMOS
1 Tersusun atas transistor Tersusun atas FET (Field
bipolar Efect Transistor)

2 Fan out kecil Fan out besar

3 Pemakaian daya relatif kecil Pemakaian daya besar

4 Delay lebih singkat Delay lama

32 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
5 Kemampuan mengalirkan arus Kemampuan mengalirkan arus
out lebih besar out kecil

6 Catu daya tegangan kecil 0 - 5 V Catu daya tegangan besar


3 - 15 V

7 Range taraf tegangan rendah0 - Range taraf tegangan rendah0 - 30


0,8 V %
8 Range taraf tegangan tinggi2,4 - Range taraf tegangan tinggi 70 -
5V 100 %

9 Tidak tahan noise Tahan noise

Salah satu diantaranya yang terkenal adalah TTL (transistor-transistor logic). Setiap IC

TTL ini mempunyai seri-seri tersendiri yang sudah ditetapkan oleh pabrik. Untuk lebih

jelasnya berikut ini adalah salah satu data book dari TTL seri 74 yaitu SN74LS32 .

SN74LS32

Seri 74LS (low power dengan Scottky-clamp diodes), untuk seri yang sama seperti seri

74L (low power) seri 74H (high power) dan seri 74S (fast speed). Penggunaan scottky

33 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
diodes dengan rangkaian transistor paling banyak memberikan transistor switching

tercepat karena waktu propagasinya terpendek, sedangkan 74H memboroskan tenaga

terbesar dan menangani arus output terbesar. IC TTL ini hanya akan bekerja jika pin-pin

power IC tersebut (GND untuk arus minus dan Vcc untuk arus plus) dihubungkan

dengan sumber tegangan.

BAB V
ALJABAR BOOLEAN

A. Aljabar Boolean
Suatu bentuk variabel biner dapat bernilai 0 atau 1. Suatu fungsi boleen adalah suatu

pernyataan yang dibentuk dengan variabel-variabel biner, operator AND, OR, NOT,

tanda kurung, dan sama dengan. Untuk nilai-nilai variabelyang diketahui, fungsi itu

dapat bernilai 0 atau 1.Dalam aljabr boolen digunakan dua konstanta yaitulogoka 1 dan

logika 0. Kedua konstanta tersebut biladiterapkan dalam rang kaian logika akan berupa

taraftegangan. Yakni taraf tegangan rendah dan taraf tegangantinggi.

34 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Jika taraf tegangan tinggi dinyatakan dengan logika1 dan taraf tegangan rendah

dinyatakan dengan 0, makadisebut dengan penerapan logika positif.Jika taraf tegangan

tinggi dinyatakan dengan logika0 dan taraf tegangan rendah dinyatakan dengan 1,

makadisebut dengan penerapan logika negatif.Teori-teori aljabar boolean ini

merupakanaturan-aturan dasar hubungan antara variabelvariabelboolean. Aturan ini

digunakanuntuk memanipulasi dan menyederhanakan suaturangkaian logika ke dalam

bentuk yangbervariasi. Adapun teori-teori aljabar boolean inidapat kita rangkum

menjadi bentuk-bentuk sepertiberikut ini:

Dalil-dalil Boolean (Boolean postulates)


P1: X= 0 atau X=1
P2: 0 . 0 = 0
P3: 1 + 1 = 1
P4: 0 + 0 = 0
P5: 1 . 1 = 1
P6: 1 . 0 = 0 . 1 = 0
P7: 1 + 0 = 0 + 1 = 1

Theorema Aljabar Boolean


T1: Commutative Law
1. A + B = B + A
2. A . B = B . A
T2: Associative Law
1. ( A + B ) + C = A + ( B + C )
2. ( A . B ) . C = A . ( B . C )
T3: Distributive Law
1. A . ( B + C ) = A . B + A . C
2. A + ( B . C ) = ( A + B ) . ( A + C )
T4: Identity Law
1. A + A = A
2. A . A = A
T5: Negation Law

35 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
1. ( A’ ) = A’
2. ( A’ )’ = A
T6: Redundant Law
1. A + A . B = A
2. A . ( A + B ) = A

T7:
1. 0+A=A
2. 1.A=A
3. 1+A=1
4. 0.A=0
T8:
1. A’ + A = 1
2. A’ . A = 0
T9:
A + A’ . B = A + B A . ( A’ + B ) = A . B
T10: De Morgan’s Theorem
1. (A+B)’ = A’ . B’
2. (A . B)’= A’ + B’

D. Penyederhanaan fungsi logika dengan K-Map


Salah satu metode penyederhanaan fungsi logika untukmaksimal 4 variabel dapat

dilakukan dengan metode Kmap(Karnaugh Map).Sebab jika lebih dari 4 variabelkita

menggunakan metode Quine Mc Cluskey. Adapun contohpenyederhanaan fungsi

logika dengan menggunakan K-Mapadalah sebagai berikut:

Contoh:
Sederhanakan fungsi logika dengan 3 variabelberikut ini :

Karena bentuk ekspresi fungsi diatas adalah SOPmaka pada matrik K-Map kita letakkan

angka 1.Sehingga K -Map tersebut akan tampak seperti:

36 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
sehingga dari K-Map tersebut didapat penyederhanaanfungsi sebagai berikut:

Contoh 2.1:
Sederhanakan fungsi logika dengan 4 variabel berikutini :

Maka K-Map akan berbentuk seperti :

sehingga dari K-Map tersebut didapat penyederhanaanfungsi sebagai berikut:

contoh 2.2:
Sederhanakan fungsi logika dengan 4 variabelberikut ini :

karena bentuk ekspresi fungsi diatas adalah POS,maka kita tempatkan 0 pada K- Map.

Sehingga K –Mapakan tampak seperti berikut:

hasil penyederhanaan K-Map adalah:

37 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
E. Penyelesaian logika dari tabel kebenaran denganmenggunakan metode SOP dan POS

dan implementasi padarancangan rangkaian logikanya.

Jika diberikan suatu tabel kebenaran dari suatu kasusmaka kita bisa menggunakan

metode SOP atau POSuntuk merancang suatu rangkaian kombinasionalnya.Seperti

yang telah dijelaskan diatas. Untukmenentukan

suatu rancangan biasanya kitamenghendaki suatu rancangan yang palingefisien.

Dengan adanya tabel kebenaran kitadapat menentukan mana diantara metode yang

palingefisien untuk diimplementasikan. Untuk menentukanmetode mana yang paling

efisien, kita lihatbagian output pada tabel kebenaran tersebut.Jika jumlah output yang

mempunyai nilai 1 lebihsedikit dari jumlah output yang mempunyai nilai 0,maka kita

bisa menentukan bahwa metode SOP yanglebih efisien. Jika jumlah output yang

mempunyainilai 0 lebih sedikit dari jumlah output yangmempunyai nilai 1, maka kita

bisa menentukan metodePOS yang lebih efisien.

Kadangkala suatu hasil dari tabel disajikan dalambentuk fungsi. Dan kita akan

mengenal symbol "Σ"melambangkan operasi SOP sehingga yangditampilkan adalah

output yang mempunyai nilai 1dan symbol "Π" melambangkan operasi POS

sehinggayang ditampilkan adalah ouput yang mempunyai nilai 0.

Contoh:
F( A, B, C ) = Σ ( 0, 3, 5, 7 )

38 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Maksud dari fungsi diatas adalah fungsi tersebutmempunyai 3 variabel input dan

output yang mempunyai nilai 1 adalah 0, 3, 5, dan 7 (tandaΣ melambangkan SOP).

Jika fungsi yang disajikan adalah:


F( A, B, C ) = Π ( 0, 3, 5, 7 )
Maksudnya adalah fungsi tersebut mempunyai 3 variabelinput dan output yang

mempunyai nilai 0 adalah 0, 3, 5,dan 7 (tanda Π melambangkan POS).

Buatlah rangkaian kombinasional untukmengimplementasikan tabel


kebenaran berikut :
A B C KELUARAN
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Karena output dengan nilai 1 lebih sedikit makakita gunakan metode SOP. Dan untuk

teknikpenyederhanaannya kita langsung gunakan K-Map(karena masih 3 variabel).

Sehingga K-Map akanberbentuk:

Ekspresi fungsi logikanya dari hasil K-Map tersebutadalah:

39 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Karena bentuk fungsi logikanya adalah SOPkita dapat merancang rangkaian

kombinasionalnyadari gerbang NAND saja, yaitu dengan cara memberidouble bar pada

fungsi tersebut kemudian operasikan gambar yang terbawah. Fungsi akan menjadi:

Sehingga rangkaian kombinasionalnya menjadi:

Contoh :
Buatlah rangkaian kombinasional untuk mengimplementasikantabel kebenaran berikut

ini :

A B C KELUARAN
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1

Karena output dengan nilai 0 lebih banyak maka kitagunakan metode POS.
Sehingga K-Map akan terbentuk :

40 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Ekspresi fungsi logikanya dari hasil K-Map tersebutadalah:

Dari fungsi logika tersebut kita dapat merancangrangkaian kombinasionalnya dari

gerbang NOR sajadengan cara memberi double bar kemudian barterbawah

dioperasikan sehingga:

Dan rangkaian kombinasionalnya:

BAB VI
DASAR – DASAR FLIP-FLOP

Rangkaian elektronik yang bekerja atas dasar arus balik dari beberapa gate

sederhana yang dihubungkan saling menyilang. Flip flom ini merupakan rangkaian digital

yang digunakan untuk menyimpan satu bit secara semi permanent. sampai ada suatu

perintah untuk menghapus/ mengganti isi dari bit yang disimpan. Flip-flop adalah

41 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
rangkaian utama dalam logika sekuensial. Counter, register serta rangkaian sekuensial lain

disusun dengan menggunakan flip-flop sebagai komponen utama. Flip-flop adalah

rangkaian yang mempunyai fungsi pengingat (memory). Artinya rangkaian ini mampu

melakukan proses penyimpanan data sesuai dengan kombinasi masukan yang diberikan

kepadanya. Data yang tersimpan itu dapat dikeluarkan sesuai dengan kombinasi masukan

yang diberikan.

Flip-flop mempunyai dua kondisi output yang stabil dan saling berlawanan.

Perubahan dari setiap keadaan output dapat terjadi jika diberikan trigger pada flip-flop

tersebut. Triger –nya berupa sinyal logika “1” dan “0” yang kontinyu. Ada 4 tipe Flip-flop

yang dikenal, yaitu SR, JK, D dan T Flip-flop. Dua tipe pertama merupakan tipe dasar dari

Flip-flop, sedangkan D dan T merupakan turunan dari SR dan JK Flip-flop.

Hubungan input-output ideal yang dapat terjadi pada flip-flop adalah:


1. Set, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai logika

positif (1) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.

2. Reset, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai logika

negatif (0) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.

3. Tetap, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) tidak berubah

dari kondisi sebelumnya saat dipicu.

4. Toggle, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan logika keluaran (Q)

berkebalikan dari kondisi sebelumnya saat dipicu.

42 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Secara ideal berdasar perancangan kondisi keluaran Q’ selalu berkebalikan dari kondisi

keluaran Q.

A. Flip-Flop R-S
Flip-flop R-S adalah rangkaian dasar dari semua jenis flip-flop yang ada.

Terdapat berbagai macam rangkaian flip-flop R-S, pada percobaan ini flip-flop R-S

disusun dari empat buah gerbang NAND 2 masukan. Dua masukan flip-flop ini adalah S

(set) dan R (reset), serta dua keluarannya adalah Q dan Q’.

Kondisi keluaran akan tetap ketika kedua masukan R dan S berlogika 0. Sedangkan

pada kondisi masukan R dan S berlogika 1 maka kedua keluaran akan berlogika 1, hal

ini sangat dihindari karena bila kondisi masukan diubah menjadi berlogika 0 kondisi

kelurannya tidak dapat

diprediksi (bisa 1 atau 0). Keadaan ini disebut kondisi terlarang.

Rangkaian Percobaan Flip-Flop R-S

43 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
KETERANGAN :
(a) flip-flop RS
(b) flip-flop RS ber ‘clock’
Konsep Flip-flop RS yang harus diingat adalah sbb:
1. R dan S keduanya rendah berarti keluaran y tetap berada pada keadaan terakhirnya

secara tak terbatas akibat adanya aksi penggrendelan

internal.
2. Masukan S yang tinggi mengeset keluaran y ke 1, kecuali jika keluaran ini memang

telah berada pada keadaan tinggi. Dalam hal ini keluaran tidak berubah, walaupun

masukan S kembali ke keadaan rendah.

3. Masukan R yang tinggi mereset keluaran y ke 0, kecuali jika keluaran ini memang

telah rendah. Keluaran y selanjutnya tetap pada keadaan rendah, walaupun

masukan R kembali ke keadaan rendah.

4. Memberikan R dan S keduanya tinggi pada saat yang sama adalah terlarang karena

merupakan pertentangan (Kondisi ini mengakibatkan masalah pacu, yang akan

dibahas kemudian).

B. Flip-flop J-K
Flip-flop J-K merupakan penyempurnaan dari flip-flop R-S terutama untuk

mengatasi masalah osilasi, yaitu dengan adanya umpan balik, serta masalah kondisi

44 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
terlarang seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu pada kondisi masukan J dan K

berlogika 1 yang akan membuat kondisi keluaran menjadi berlawanan dengan kondisi

keluaran sebelumnya atau dikenal dengan istilah toggle. Sementara untuk keluaran

berdasarkan kondisikondisi masukan yang lain semua sama dengan flip-flop R-S.

Dua sifat unik dari flip-flop JK adalah:


1. Jika kedua data input pada keadaan nol, tidak akan terjadi perubahan pada

2. output meskipun diberikan sinyal clock (output tetap).


3. Jika kedua data input pada keadaan satu, pada tiap pulsa clock data output

akanberubah dari sebelumnya (komplemen dari data

sebelumnya).

Flip-flop J-K

C. Flip-flop D
Flip-flop D dapat disusun dari flip-flop S-R atau flip-flop J-K yang masukannya

saling berkebalikan. Hal ini dimungkinkan dengan menambahkan salah satu

masukannya dengan inverter agar kedua masukan flip-flop selalu dalam kondisi

45 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
berlawanan. Flip-flop ini dinamakan dengan flip-flop data karena keluarannya selalu

sama dengan masukan yang diberikan. Saat flip-flop pada keadaan aktif, masukan akan

diteruskan ke saluran keluaran. Contoh rangkaian Flip-flop D (Picu logika tinggi) :

D. T-FLIP-FLOP (Toggle Flip-Flop)


Sebuah T-FF dapat dibentuk dari SR-FF maupun dari JK-FF, karena pada

kenyataan, IC T-FF tidak tersedia di pasaran. T-FF biasanya digunakan untuk rangkaian

yang memerlukan kondisi output berikut yang selalu berlawanan dengan kondisi

sebelumnya, misalkan pada rangkaian pembagi frekuensi (Frequency Divider).

Rangkaian T-FF dibentuk dari SR-FF dengan memanfaatkan hubungan Set dan Reset

serta output Q dan Q’ yang diumpan balik ke input S dan R. Sedangkan rangkaian T-FF

yang dibentuk dari JK-FF hanya perlu menambahkan nilai “1” pada input-input J dan K.

Rangkaian T-Flip-Flop
KETERANGAN :
(i) Dari SR-FF
(ii) Dari JK-FF

46 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
BAB VII
KONVERSI GERBANG LOGIKA
Salah satu pertimbangan utama dalam perancangan untai logika (selain jumlah

elemen logika adalah tipe gerbang logika yang akan di gunakan. Gerng logika dibuat dalah

sebuah IC yang berisi seumlah gerabng serupa misalnya kuad NAND dua masukan (berisi

empat buah gerbang NAND dan dua masukan), dual AND empat masukan (berisi dua

gerbang AND dan 4 masukan) dan kuad OR dua masukan (berisi empat gerbang OR dua

masukan). Tingkat integrasi yang lebih tinggi akan menghasilkan IC yang mempunyai

gerbang yang lebih banyak.

Dalam perancangan logika, gerbang logika diskrit tidak selalu di gunakan, tetapi

biasanya berisi banyak gerbang. Karena itu, biasanya di sukai untuk memanfaatkan satu

jenis gerbang dan bukan campuran dari beberapa gerbang untuk alasan ini konversi

gerbang digunakan untuk menyatakan suatu fungsi gerbang tertentu dengan cara

mengkombinasikan beberapa gerbang yang bertipe sama.

(a) (b)
Fungsi not misalnya dapat di peroleh dengan sebuah gerbang NAND yang di hubungkan

singkat seperti pada gambar (a) di atas. Dengan cara yang sama pada gerbang NOR yang

masukan di hubungkan singkat juga akan menghasilkan gerbang NOT seperti gambar (b).

Contoh :
Tunjukan bahwa gerbang AND dapat di ubah hanya dengan menggunakan gerbang NAND

47 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Jawab :
Fungsi NAND dapat diperoleh dengan membalik fungsi gerbang NAND seperti pada gambar

berikut :

Dengan cara yang sama, fungsi OR dapat diperoleh dengan dua buah gerbang NOR seperti

berikut :

Contoh 2 :
Tunjukan bahwa gerbang OR dapat diperoleh dengan menggunakan gerbang
NAND
Jawab :
Fungsi gerbang OR dapat I nyatakan sebagai F = A+B Dengan

menggunakan teorema demorgan pertam kita peroleh :

A+B = .
Persamaan di atas dapat dinyatakan dengan untai logika gambar berikut :

A +B = A+B

48 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Persamaan di atas merupakan konversi yang sangat penting. Persamaan tersebut

menyebutkan bahwa gerbang OR dapat di ganti dengan gerbang NAND jika setiap

masukannya di komplemenkan seperti pada (b)

Contoh 3
Tunjukan bahwa fungsi AND dapat diperoleh dengan hanya menggunakan NOR
Jawab :
Fungsi AND dinyatakan sebagai F= A.B
Dengan menggunakan teorema De Morgan ke dua diperoleh :

= =++ +
Pernyataan di atas dapat di nyatakan dengan gerbang logika seperti di bawah ini
:

Contoh 4 :
Buatlah sebuah untai logika untuk melakukan fungsi seperti yang dinyatakan dalam tabel
kebenaran pada tabel di bawah ini :
A B C F
0 0 0 1
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 0
Jawab :
Langkah pertama adalah menyusun fungsi boolean yang di sederhanakan berdasarkan

tabel kebenaran tersebut (lihat contoh sebelumnya), yaitu : Fungsi yang di sederhanakan di

atas dapat di hasilkan denganmengumpulkan masing-masing komponen

49 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
, , C dan . C ke gerbang OR tiga masukan G6 seperti pada gambar di bawah ini. Masukan

gerbang OR dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

• Masukan A pada gerbang OR diperoleh dengan membalikan masukan dengan

menggunakan gerbang pembalik G1

• B. diperoleh dengan menggunakan gerbang AND G4 dan pembalik G3


• .C diperoleh dengan menggunakan gerbang AND G5 dan pembalik G2

• Untai logika yang tersaji pada gambar di atas memerlukan tiga jenis gerbang

logika yang berbeda, sehingga memerlukan tiga buah IC yang berbeda pula,

karena itu tidak praktis dan tidak ekonomis.

• Untuk menghindari hal ini, untaian tersebut sebaiknya di rangkai ulang dengan

hanya menggunakan sebuah tipe gerbang. Sebagai contoh : dengan hanya

mengguanakan gerbang NAND, gerbang OR tiga masukan dalam gerbang di atas

dapat di ganti dengan gerbang NAND U5 dengan masing-masing komponen di

komplemen seperti di bawah ini : menjadi A

B. menjadi .C mejnadi

50 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Masing-masing komponen dapat diperoleh dari masukan A, B,C sebagai
berikut :

Masukan A di umpankan langsung ke U5 . diperoleh dengan menggunakan gerbang

NAND U3 dan gerbang . diperoleh dengan gerbang NAND U4 dan gerbang pembalik

U2

A. Gerbang Tiga Keadaan


Pada penjumlahan aplikasi seperti pengiriman data di dalam sistem mikroprocessor

diperlukan keadaaan tiga keadaan yang di sebut keadaan yang berimpedensi tinggi

atau untai terbuka. Gerbang ini disebut sebagai gerbang tiga keadaan yang diperoleh

dengan menambahkan masukan

kontrol.
output
INPUT F

Control
(ENABLE

• Keluaran dari gerbang tiga keadaan akan valid hanya jika masukan kontrol adalah

Enable

• Masukan kontrol biasanya katif rendah dalam arti bahwa gerbang akan aktif jika

kontrol menuju ke logika 0.

51 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
• Jika masukan kontrol NOT ENABLE, keluaran gerbang akan dipaksa ke keadaan

impedensi tinggi, atau untai terbuka, (open circuit, 0 /c)

• Gambar di atas menunjukan sebuah pembalik tiga keadaan dan jalur kontrol pada

aktif rendah enable. Tabel kebenaran untuk gerbang

tersebut tersaji sebagai berikut :

INPUT OUTPUT F

CONTROL (EN)

• Berikut adalah gerbang NAND tiga keadaan dengan kontrol aktif rendah
Enable

Tabel Kebenaran
INPUT CONTROL OUTPUT
A B EN F

0 0 1 0/C

0 1 1 0/C

1 0 1 0/C

1 1 1 0/C

0 0 0 1

0 1 0 1

1 0 0 1

52 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
1 1 0 0

C. Penjumlahan Paruh Gerbang Logika


Gerbang logika atau sering juga disebut gerbang logika Boolean merupakan sebuah

sistem pemrosesan dasar yang dapat memproses input-input yang berupa bilangan

biner menjadi sebuah output yang berkondisi yang akhirnya digunakan untuk proses

selanjutnya. Gerbang logika dapat mengkondisikan input - input yang masuk kemudian

menjadikannya sebuah output yang sesuai dengan apa yang ditentukan olehnya.

Terdapat tiga gerbang logika dasar, yaitu : gerbang AND, gerbang OR, gerbang NOT.

Ketiga gerbang ini menghasilkan empat gerbang berikutnya, yaitu : gerbang NAND,

gerbang NOR, gerbang XOR, gerbang XAND.

Berikut tabel kebenaran gerbang logika:

53 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
Rangkaian aritmatika dasar termasuk kedalam rangkaian kombinasional yaitu suatu

rangkaian yang outputnya tidak tergantung pada kondisi output sebelumnya, hanya

tergantung pada present state dari input.

a. Half Adder dan Full Adder


Sebuah rangkaian kombinasional yang melaksanakan penjumlahan 2 digit biner disebut

dengan half adder, sedangkan rangkaian yang melaksanakan penjumlahan 3 bit disebut

full adder. Rangkaian full adder dapat tersusun dari dua buah half adder. Di pasaran

rangkaian full adder sudah ada yang berbentuk IC, seperti 74LS83 (4-bit full adder).

b. Half Substractor dan Full Substractor


Rangkaian half substractor hampir sama dengan rangkaian half adder. D
(Difference) ekivalen dengan S (sum), dan B (borrow) ekivalen dengan C (carry) pada

half adder. Kedua rangkaian ini melakukan operasi pengurangan biner. Half substractor

untuk pengurangan satu bit biner, sedangkan full substractor untuk pengurangan lebih

dari satu bit biner.

54 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
c. Decoder
Decoder adalah rangkaian kombinasional logika dengan n-masukan dan 2n keluaran

yang berfungsi mengaktifkan 2n keluaran untuk setiap pola masukan yang berbeda-

beda. Hanya satu output decoder yang aktif pada saat diberi suatu input n-bit. Sebuah

decoder biasanya dilengkapi dengan sebuah input enable low sehingga rangkaian ini

bisa di on-off-kan untuk tujuan tertentu. Fungsi enable untuk meng-aktif-kan atau

men-tidak-aktif-kan keluarannya.

d. Priority Encoder
Sebuah Priority encoder adalah rangkaian encoder yang mempunyai fungsi prioritas.

Operasi dari rangkaian priority encoder adalah sebagai berikut : jika ada dua atau lebih

input bernilai 1 pada saat yang sama, maka input yang mempunyai prioritas tertinggi

yang akan diambil. Kondisi x adalah kondisi don`t care, yang menyatakan nilai input

bisa 1 atau 0.

e. Multiplexer
Multiplexer merupakan rangkaian logika yang berfungsi memilih data yang ada pada

input-nya untuk disalurkan ke output-nya dengan bantuan sinyal pemilih atau selektor.

Multiplexer disebut juga sebagai pemilih data (data selector). Multiplexer adalah

55 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l
rangkaian yang memiliki fungsi untuk memilih dari 2n bit data input ke satu tujuan

output.

56 | H a l a m a n M o d u l T e k n i k D i g i t a l

Anda mungkin juga menyukai