KataKunci
Seoranglaki-laki 55 tahun
Keluhanbatuk yang kadangberdahaksejak 1 bulan yang lalu
Dahakberwarnakuning, saatbatukterkadangsampaisesak
Demamnaik-turundanhilangtimbulsejak 1 bulan yang lalu
Keluhan yang samadialamipasien 6
tahunlaludantelahmendapatkanpengobatanpaketselama 6 bulan
Cucudaripasienjugamengalamikeluhan yang
samadantelahselesaimenjalanipengobatanselama 6 bulan
KataSulit : (-)
DaftarMasalah
1. Lakukan anamnesis danpemeriksaanfisiksesuaikondisipasien ?
2. Apapemeriksaanpenunjang yang dapatdilakukanpadakasusdiatas ?
3. Apadiagnosakerjadandiagnosa banding padakasusdiatas ?
4. Bagaimanatatalaksanaholistikdankomprehensifpadapasien ?
5. Apapenyebabdanbagaimana pathogenesis penyakitpadakasusdiatas ?
Brainstorming
Anamnesis
Nama : Tn.A
Usia : 55 th
Alamat : Dampit Malang Selatan
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Kayu
Agama : Islam
StatusPernikahan : Cerai Mati
Suku : Jawa/Indonesia
PendidikanTerakhir : SMA
Keluhanutama :
- Batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu, dahak berwarna kuning terkadang disertai batuk
dan sesak. Keluhaninidirasakansemakin lama semakinmemberatsejak 2
harisebelumpasiendatanguntukberobat..
- Faktorygmemperberatgakada.
Keluhan penyerta :
- Demam naik turun hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu.
- Selainitu, pasienjugamengeluhsering keringat dingin terutamapada malam hari.
- Penurunan berat badan sekitar 5 kg dalamkurunwaktukuranglebih 1
bulansehinggabadanterasalemaspadahalpasientidaksedang diet.
- Penurunannafsumakan.
RiwayaPenyakitDahulu :
- Keluhan yang sama 6 tahun yang lalu di nyatakan
sembuholehdoktersetelahmenjalanipengobatan dengan mengonsumsi obat paketelama 6
bulan.
Riwaya Pengobatan :
- Sejak batukhanyaminumobat batuk yang dibeli di warungdekatrumah.
- Meminum Obat paket dari puskesmas 6 th yang lalu.
Riwayat AlergidanMakanan: Tidak ada/disangkal
Riwayat Gizi :
- Sebulumnyapasienmemilikikebiasaanmakanan yang baik, semua dimakanbaikmakanan
yang bersertasepertisayurandanbuah-buahanataupunmakanandengan protein
tinggisepertidagingdanikan, namunkarena kekurangan ekonomi
setiapharipasientidakdapatmengonsumsibuah, sayur, ataupundaging.
- Nafsumakanmenurunsemenjaksakitdanpolamakantidakteratur.
Kebiasaan :
- Tidak pernah olahragarutindalambentukapapun
- Merokok sejak sekitar 20 tahun yang lalu 2 pak sehari
- Tidak minum alkohol
PemeriksaanFisik
- Tampaksakitringan, GCS 456, Compos mentis
- TD 110/80,
- RR : 20x/menit
- Nadi/HR : 88x/menit
- Suhu : 37,30C
- Saturasi O2 : 98%
- BB : 50 kg (BB sebelumnya : 55kg)
- TB : 163 cm
- BMI : 18,8 (Normal)
Head to Toe :.
- Kepala : Wajahsesuaiumur, rambutputihhampirmerata, tidakmudahdicabut.
- Mata :Konjungtivaanemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulatisokor, diameter 3mm,
reflex cahayalangsung (+/+), reflekcahayatidaklangsung (+/+).
- Telinga : DBN
- Hidung : DBN
- Mulut : DBN
- Leher : DBN
- Thoraks :
Pulmo :
Inspeksi : Simetris, Ikut gerak nafas, tidak ada retraksi
Palpasi : Vesikuler (+/+),
Taktilfremitusdekstramenurundibandingkanpulmosisnitra, ictus cordis
teraba.
Perkusi : Sonor D=S
Auskultasi : Ronkhi basal halus padabagian basal pulmodextra, wheezing
(+/+)
Jantung :
Inspeksi :Iktuskordis Nampak.
Palpasi :Iktuskordisteraba; kuatangkat.
Perkusi :Pekak.
Auskultasi : BJ I-II Regular, murmur (-), gallop (-).
- Abdomen
Inspeksi :Datar.
Auskultasi : Bisingusus normal.
Palpasi : super, nyeritekan (-), turgorkulit normal.
Perkusi : Timpani.
- Hepar:Tidakteraba.
- Lien :Tidakteraba.
- Ginjal:Tidakteraba.
- Ekstremitas : Tidak ada edem.
DDx
Bronkitisakut :sesaknafas, batukberdahak 2-3 minggu, dahakjernihataukuning,
terdapatronkhibasahkasar yang tidaktetap .
TBC Paru : batuklebihdari 2 minggu, bisaberdahakkeluardarahatautidak,
penurunan BB, demamringan, diparuterdapatrhonkibasah yang halus,
stemfermituspadabagiandextramenurun, mudahberkeringatdimalamhari.
Pneumonia : batukberdahak, nyeri dada, dada, ronkhibasahhalus,
fremitusdapatmengeraspadabagian yang sakit
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan DL
HB : 12 g/dl
Eritrosit :4,5 jt
Leukosit : 11.700/mm3
Trombosit : 290.000
LED : 30 mmHg
HCT/PVC : 29%
Pemeriksaan sputum :
S = BTA (-)
P = BTA (+2)
S = BTA (+2)
Foto Thoraks PA : Bercakberawan disertai cavitas multple pada paru dextra,
mulai dari hilus dextra sampai atas.
WDx : TB Paru
Tatalaksana :
Evaluasi : Gejaladantanda
- Dari pemantauanminumobat, memantauefeksamping,
- Warna urine di Tanya (pipisnyaharusmerah)
- Efekobatdaririfampicin, Haruskita tau efeksampingmasing-masingobat,
- Efekjangkapendek (urine merah)
- Efekjangkapanjang (kuningkahpasiennya)
- Padakeluargadiskriningulangkarenakalosatusembuhtapi yang
lainketularanlagidaptaterjadiping pong fenomena. Jikakeluargaada yang
resikojugaditerapibersama.
Patofisiologi
Dari mycobacterium tuberkolosis, faktorresikojikaada unsure kormobid, yang
masukpenularanlewat droplet, Dapatdifagositmakrofagdidalamparu
,dapatbertahandidalamparu, bersifataerobbiasanyapadagambaranfoto thorax
ituinfiltratnyadibagianataskarenalebihteroksigenasijadibakterilebihnyamanhidupdiataspar
u.
Kaloparahbisamenyebabkanperkejuanpadaparupadainteraksi.Imunkitasudahcobamemblo
kirtapikalobanyakimunkitagakcukup,
dapatmenyebardikelenjarlimfedankalotidakbisaditahanmenyebarkesemuanya.TB
bisamenyerangsecarahematogensistemik, dilimfe, paru (parinkemparu), ginjal, meningen,
Perikarditis TB, renal TB, bisajugakesendi-sendi, tulangbelakang (spondylitis
TB).Inkubasinya 4-8 minggu.Jikafotojelek,
namunpasienmasihbisaberaktivitasdenganbaik = Silent infection.
LEARNING OBJECTIVE
Pembentukantunasparu
- Saatmudigahberusiasekitar 4 minggu, divertikulumrespiratorium (tunas
paru) munculsebagaipertumbuhankeluardaridinding ventral
ususdepan>bergantungpadaasamretinoat (RA) > mesoderm
- Peningkatan RA >bertambahnyafaktortranskripsi TBX4 yang
diekspresikan di dalam endoderm >TBX4 menginduksipembentukan
tunas sertapertumbuhandandiferensiasiparuselanjutnya.
- Olehsebabitu, epitel yang melapisibagiandalamlaring, trakea,
danbronkussertaparu, seluruhnyaberasaldari endoderm.
- Komponenkartilago, otot&jaringanikattrakeadanparudari mesoderm
Laring
- Lapisanbagiandalamlaring> endoderm, namunkartilagodanotot-
ototnyaberasaldarimesenkimarkus faring keempatdankeenam.
Sebagaihasildariproliferasicepatmesenkimini,
penampakanadituslaringisberubahdaricelahsagitalmenjadilubangberbentu
k T (Gambar 14.4A). Selanjutnya,
ketikamesenkimdarikeduaarkusberubahmenjadikartilagotiroidea,
krikoidea, danaritenoidea,
bentukkhasadituslaringisdewasatelahdapatdikenali (Gambar 14.4B).
- Padasaatkartilagoterbentuk, epitellaringjugaberproliferasicepat,
Selanjutnya, vakuolisasidanrekanalisasimenghasilkansepasangresesus
lateral, ventrikuluslaringis. Resesus (cekungan) inidibatasiolehlipatan-
lipatanjaringan yang berdiferensiasimenjadi pita suarasejatidanpalsu.
- Ruanguntukparu,kanalisperikardioperitonealis, Ruanginiterletak di
keduasisiususdepandansecarabertahapterisioleh tunas paru yang
terusmeluas. Padaakhirnya,
lipatanpleuroperitoneumdanpleuroperikardium, masing-masingmemisah-
kankanalisperikardioperitonealisdarirongga peritoneum
danronggaperikardium, danruang yang tersisamembentukrongga pleura
primitive
- Mesoderm, yang melapisibagianluarparu, berkembangmenjadi pleura
viseralis
- Lapisan mesoderm somatik, yang melapisidindingtubuhdaridalam,
menjadi pleura parietalis, Ruang di antara pleura
parietalisdanviseralisadalahrongga pleura
- Selamaperkembanganselanjutnya, bronkussekundermembelahberulang-
ulangsecaradikotomi, membentuk 10 bronkustersier
(bronkussegmentalis) di parukanandan 8 di parukiri, yang
menciptakansegmentumbronkopulmonaleparudewasa
Maturasiparu
- Hinggabulanketujuhpranatal, bronkiolusmembelahberulang-
ulangmenjadisaluran yang semakinbanyakdankecil (fasekanalikular)
dansuplaivaskularsemakinbertambahbanyak
- Bronkiolusterminalismembelahmembentukbronkiolusrespiratoriusdanseti
apbronkiolusinimembelahmenjaditigahinggaenamduktusalveolaris
- Padaakhirbulanketujuh,
terdapatsakulusalveolarismaturdankapilerdalamjumlah yang
cukupuntukmenjaminpertukaran gas yang adekuat, danbayi yang
dilahirkanprematurmampubertahanhidup
- sel-sel yang melapisisakus, dikenalsebagaiselepitel alveolus tipe I,
menjadilebihgepeng, sehinggakapiler di
sekitarnyamenonjolkedalamsakulusalveolaris
- Kontakeratantaraselendoteldanepitelinimembentuksawardarah-udara.
Alveolus maturtidakterdapatsebelumlahir
- akhirbulankeenam, selepitel alveolus tipe II menghasilkansurfaktan,
suatucairan kaya fosfolipid yang mampumenurunkanteganganpermukaan
di pertemuanudara-alveolus.
Etiologi
a. Kelainan yang terjadiakibatpajanandebuanorganiksepertisilika (silikosis),
asbes (asbestosis) dantimah (stannosis).
b. Kelainan yang terjadiakibatpekerjaansepertipneumokoniosisbatubara.
c. Kelainan yang ditimbulkanolehdebuorganiksepertikapas (bisinosis).
JenisPneumokoniosis
Patologi
Penegakan Diagnosis
Ada tigakriteria mayor yang dapatmembantuuntuk diagnosis
pneumokoniosis.
1. pajanan yang signifikandengandebu mineral yang
dicurigaidapatmenyebabkanpneumokoniosisdandisertaidenganperiodelaten
yang mendukung> anamnesis telitimengenaikadardebu di lingkugankerja
2. pajanan yang signifikandengandebu mineral yang
dicurigaidapatmenyebabkanpneumokoniosisdandisertaidenganperiodelaten
yang mendukung
3. tidakdapatdibuktikanadapenyakit lain yang menyerupai pneumoconiosis
Pneumokoniosiskemungkinanmiripdenganpenyakitinterstisialparudifusseper
tisarkoidosis, idiophatic pulmonary fibrosis (IPF) atau interstitial lung
disease (ILD) yang berhubungandenganpenyakitkolagen vascular.
Beberapapemeriksaanpenunjangdiperlukanuntukmembantudalam diagnosis
pneumokoniosis
PemeriksaanPenunjang
a. FotoToraks
b. Ct scan
High Resolution CT (HRCT)
lebihsensitifdibandingradiologikonvensionaluntukevaluasiabnormalitasparen
kimpada asbestosis, silikosisdanpneumokoniosislainnya. Gambaran paling
sering HRCT padapneumokoniosisadalah nodular sentrilobularatau high
attenuation pada area percabangansepertigambaranlesibronkiolar.
PemeriksaanFaalparu
- Pemeriksaanfaalparudiperlukanuntuk 2
tujuanyaitustudiepidemiologipekerja yang terpajandebudan diagnosis
penyakitparuakibatkerja. Pemeriksaanfaalparumemerlukanpemeriksaan
volume parudenganspirometridanpemeriksaankapasitasdifusi (DLco)
- Padapneumokoniosisdapatditemukannilaifaalparu normal
ataubisajugaterjadiobstruksi, restriksiataupuncampuran
Tatalaksana
Pneumokoniosistidakakanmengalamiregresi,
menghilangataupunberkurangprogresivitasnyahanyadenganmenjauhipajanan
. Tata laksanamedisumumnyaterbatashanyapengobatansimptomatik.
Tidakadapengobatan yang efektif yang
dapatmenginduksiregresikelainanataupunmenghentikanprogesivitaspneumok
oniosis
Pencegahan
- Berhentimerokok
- Pengobatandilakukanbiladicurigaiterdapatpenyakitparuobstruktifkronik
(PPOK)
- Gunakan APD seperti Masker
- Pencegahaninfeksidenganvaksinasidapatdipertimbangkan
NO Pneumonia, keterangan
Bronkopneumonia
1 Definisi Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim
paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.
• 1. Pewarnaan gram
• 2. Pemeriksaan lekosit
8 Diagnosis banding 1. Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M.
tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala
klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi
demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan
penatalaksanaan
9 Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien
risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia
(sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat
terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam
aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi
menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia pneumokokkus
dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema.
Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura
atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang
disebabkan oleh P. pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan
sifatnya sesaat (efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah
disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di
drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan.
n Pneumonia
o komunitas
Definisi Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.
Pneumonia komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
angka kematian tinggi di dunia.
pneumonia komunitas adalah suatu infeksi pada paru – paru yang dimulai
dari luar rumah sakit atau didiagnosis dalam 48 jam setelah masuk rumah
sakit pada pasien yang tidak menempati fasilitas perawatan kesehatan
jangka panjang selama 14 hari atau lebih sebelum gejala muncul, serta
biasanya disertai dengan adanya gambaran infiltrat pada pemeriksaan
radiologis dada.
Etiologi Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak disebabkan
bakteri Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini laporan
dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri Gram negatif. Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa
pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar)
dengan cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi
yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut : o
Klebsiella pneumoniae 45,18% o Streptococcus pneumoniae 14,04% o
Streptococcus viridans 9,21% o Staphylococcus aureus 9% o Pseudomonas
aeruginosa 8,56% o Steptococcus hemolyticus 7,89% o Enterobacter 5,26% o
Pseudomonas spp 0,9%
Gambaran patologi
anatomi dan
patologi klinis
Gambaran klinis yang muncul dapat berbeda pada pasien lansia dengan
pasien usia remaja atau dewasa. Dapat dalam bentuk lebih halus, atau
muncul lebih sedikit dibandingkan gejala yang muncul di dewasa atau
remaja. Status mental yang berubah, penurunan mendadak kapasitas
fungsional, dan semakin buruknya penyakit yang mendasari dapat hanya
menjadi temuan klinis yang terlihat, sehingga perlu diwaspadai walaupun
tidak menunjukkan gejala pneumona komunitas.
Tuberculosis
Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Etologi Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk
atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang
terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
Patofisiologi
Gambaran
patologi
Penanganan TB di Indonesia :
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan
1. Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
etambutol.
• a. Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis obat
(rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol), diminum setiap hari
dan diawasi secara langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat dan
mencegah terjadinya kekebalan obat.
• b. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan
menurun dalam kurun waktu 2 minggu.
• c. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif
(konversi) setelah menyelesaikan pengobatan tahap awal. Setelah terjadi
konversi pengobatan dilanujtkan dengan tahap lanjut.
2. Tahap lanjutan menggunakan panduan obat rifampisin dan isoniazid
• a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat (rifampisin dan
isoniazid), namun dalam jangka waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan)
• b. Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat
program) atau tiap hari (obat non program).
• c. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Pada anak :
2. ANATOMI dan FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI PERNAPASAN
Organ sistemrespirasi
Respirasibagianatas:
Hidung
Faring
Laring
Trakhea
Respirasibagianbawah :
Bronkus
Alveoli
Paru-paru
Organ RespirasiBagianatas
CavumNasi
Faring
3 bagian : naso- , oro- , danlaryngopharynx
Uvula akanmenutufnasofaringketikamenelanmakanandan agar tidakmasukkehidung
Laring
Memiliki 3 fungsiyaitu :
• Produksisuara (pita suara)
• Membukajalannapas
• Mekanismepertukarandariudaradanmakanan (epiglottis
membukaketikabernapasdanmenutupketikamenelan)
Organ Respirasibagianbawah
Trakea
Tersusundari 16-20 cincintulangrawan
yang berbentukhurup “C” yang
terbukadibagianbelakang
Terdapatepitelpseudostratified ciliated
columner yang mensekresi mucus
Trakeamengalamipercabanganpada
carina yang memisahkan bronkus kanan
dan kiri
Bronkus
Percabangan dari trakea
Bronkus kanan lebih pendek,
lebar, dan lebih dekat dengan
trakea
Bronkus kanan bercabang
menjadi lobus superior,
medius, dan inferior
Bronkus kiri terdiri dari lobus
superior dan inferior
Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih ramping dari yang kanan
Bronkus berjalan ke arah
bawah dan kesampig menuju paru-paru
Alveolus
Cabangterakhirsetelahbronkiolus
Merupakanstruktur yang mengandungruangpertukaranudara
Terdapat 3 juta alveoli!
Paru-paru
• Terdapat 2 lapisan yang mengelilingi :
Parietal pleura :lapisan paling luar
Visceral pleura :lapisan yang menempelpadaparu-paru
• Terdiri atas paru kiri (2 lobus) parukanan (3 lobus)
• Diantara kedua pleura ada ronga yang berisi cairam +/- 10-20 cc yang berfungsi untuk
menurunkan gaya gesek permukaan kedua pleura saat bernapas.
1. Ventilasi
Mekanisme Inspirasi :
Ketika inspirasi, akan mengaktifkan pusat inspirasi yaitu m.oblongata bagian dorsal, dimana akan
menginisiasi dari n.phrenicus dan n.intercostalis dan terjadi kontraksi diagfragma, dan kontraksi dari
m. Intercostalis externa, yang nantinya membuat rongga thorax menjadi lebih besar, sehingga
tekanan nya menjadi lebih kecil sehingga udara akan masuk dari atmosfer ke alveolus.
Mekanisme ekspirasi :
Ketika sudah mencapai inspirasi maksimal, kompensasi dari tubuh yaitu men-stop pusat inspirasi.
Sehingga tercapailah batas maksimal pengembangan paru, dan terjadi relaksasi dari otot diagfragma
dan m. Intercostalis externa sehingga rongga thorax menjadi lebih kecil. Dan tekanannya menjadi
besar. Sehingga udara dapat keluar.
Sedangkan untuk volume lainnya, tergantung dari jenis kelamin, usia dan olahraga.
Volumes Capacities :
Secara Fisiologis, di dalam alveolus terdapat Death Space, yaitu ruangan yang terjadi keluar masuk
udara, tanpa ada pertukaran dari gas. Dan ini harus 0 aslinya, jika death space meningkat, maka
terjadi gangguan difusi gas.
Refleks Batuk
Rangsangan (udara dsb.) akan dibawa oleh n. Vagus ke m.oblongata dan nantinya mengaktifkan n.
Intercostalis, n. Phrenicus dan terjadi kontraksi mendadak dari otot inspirasi, selain itu juga akan
mengaktifkan n. Di abdomen dan thorax bagian belakang, akibatnya otot expirasi juga kontraksi
mendadak, dan akibatnya tekanan abdomen naik secara mendadak sehingga membuat udara keluar
terjadi mendadak
Refleks Bersin
Hidung/faring mengaktifkan n.V - Medula -> n.X -> menurunkan uvula ->makanan bisa masuk ke
saluran pernafasan
2. Difusi
Perpindahan zat terlarut dari tinggi ke rendah melalui membran semi permeabel
1. Adanya perbedaan konsentrasi tekanan, jika tidak ada maka tidak terjadi perpindahan
2. Ketebalan dari membran respirasi, jadi membran respirasi mempunyai 3 hal yaitu sel endotel
p.darah, jaringan ikat, dan sel alveolar. Semakin tebal membrannya mungkin karena infeksi maka
akan terjadi gangguan difusi
3. Aliran darah di paru paru harus lancar.
Transport O2
O2 untuk disalurkan ke jaringan dapat berikatan (Saturasi O2) dengan 2 hal yaitu :
Ketika berikatan dengan Hb, akan menjadi HbO2, dan nantinya ikut eritrosit di dalam darah, ketika
sudah tiba di jaringan maka O2 harus lepas dari Hb (Disosiasi O2) agar dapat masuk ke jaringan.
Jika pH menurun, Co2 meningkat, dan suhu tinggi, maka akan lebih mudah untuk melepas O2
Transport CO2
CO2 untuk dapat dikeluarkan oleh tubuh dapat berikatan dengan 3 hal yaitu :
Ketika CO2 berikatan dengan Hb, menjadi HbCO2 dan nantinya di dekat alveolus akan dipecah lagi,
dan CO2 akan dibuang.
Ketika CO2 berikatan dengan HCO3-, akan menjadi H2CO3 dan nantinya dengan bantuan enzim
karbonic anhidrase akan memecah menjadi H+ dan HCO3- dan juga dapat memecah menjadi H20
dan CO2 dan CO2 nya akan dibuang.
Dan ketika emosi, yang mengatur adalah sistem limbic -> hipotalamus -> pons -> m.oblongata
pco2 35-45
hco3 22-27
+ meningkat
- menurun
pH --> + alkalosis
- asidosis
+ asidosis repiratorik
- alkalosis respiratorik
- asidosis metabolik
+ alkalosis metabolik
asidosis
alkalosis
+ + --> terkompensasi
tidak terkomensasi
Ketika pasien tersebut asidosis respiratorik, maka Co2 nya meningkat akibatnya dengan ada H2O
akan bergbung menjadi H2CO3. H2CO3 akan memecah menjadi H+ dan HCO3- atau bisa juga
menjadi CO2 dan H20.
CO2 akan masuk ke cairan cerebrospinal di otak dan akan berikatan dengan H2O. Dan menjadi
H2CO3. H2CO3 dengan bantuan karbonic anhidrase, akan memecah menjadi H+ dan HCO3-. H+ akan
mengaktifkan m.oblongata sebagai pusat inspirasi (bagian ventral) dan akan terjadi hiperventilasi ->
RR meningkat dan CO2 keluar. Sedangkan HCO3- akan keluar dalam darah untuk menetralisir, agar
menjadi netral.
Bronkitisakut (4)
InfeksidaninflamasiakutsaluranNapas
A. Etiologi
1. Virus (minimal 40%)
Influenza A dan B, Adenovirus, Rhinovirus, Coronavirus, Parainfluenza virus,
Respiratotysynsitial, Herpes Simplex
2. Bakteri
M. pneumoniae, M. Chatarrhalis, S. pneumoniae
B. Gejalaklinis
• Keluhan :
a. Batukdenganatautanpadahak
b. Demamringan/ sumer-sumer
c. Rasa tidakenaksubsternal
d. Sesaknapas
e. Batukdarah
f. Pemeriksaanfisik
Auskultasiditemukanronkhibasah, krepitasi, dan wheezing
C. Pemeriksaanpenunjang
Laboratorium : sputum cat gram, leukosit PMN, dankemungkinanbakteripatogen
D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkanberdasarkangambaranklinisdenganfoto thorax tidakditemukaninfiltrat
E. Diagnosis banding
Pneumonia
Asmabronkial
F. Penyulit
Bronkospasmepascainfeksi yang ditandaidenganbatuktanpadahakdan wheezing sampai
4-6 minggusetelahinfeksireda.
Pneumonia
G. Penatalaksanaan
1. Simtomatis
antitusif : DMP 15 mg sehari 2 kali, codein 10 mg sehari 3 kali, doveri 100 mg
sehari 3 kali
Tidakperlu antibiotic
2. Terapiterhadappenyulit :bronkodilator, antibiotik
BronkiolitisAkut (4)
a. Definisi
Bronkiolitisakutadalahsuatusindromobtruksibronkiolus yang
seringdideritabayiatauanakberumurkurangdari 2 tahun, paling seringpadausia 6
bulan (Ngastiyah, 1997).
b. Etiologi
Respiratory Syncitial Virus (RSV) 50% sampai 90%.
Parainfluenza virus
Mikroplasma
Adenovirus
Rhinovirus
Tetapiblmadabuktikuatjikabronkiolitisdisebabkanolehbakteri.
c. Patogenesis
d. Gejala
Gejalaawalberupagejalainfeksirespiratori-atasakibat virus, sepertipilekringan, batuk,
dandemam. Satuhinggaduaharikemudiantimbulbatuk yang
disertaidengansesaknapas. Selanjutnyadapatditemukanwheezing, sianosis, merintih
(grunting), napasberbunyi, muntahsetelahbatuk, rewel, danpenurunannapsumakan.
e. Pemeriksaanfisik
Takipnea
Takikardi
Suhu di atas 38,5 °C
Konjungtivitisringandanfaringitis
Wheezing
Napascupinghidungdanretraksiinterkostal
Ditemukanronkidaripemeriksaanauskultasiparu
Sianosisdapatterjadi
Bilagejalamenghebat, dapatterjadi apnea, terutamapadabayiberusia<6 minggu.
f. Pemeriksaanpenunjang
Darahrutinkurangbermakna
Analisis gas darah (AGD) ditemukanhiperkarbiasebagaitandaair trapping,
asidosismetabolik, ataurespiratorik
Fotorontgentoraksdidapatkangambaranhiperinflasidaninfiltrat (patchy infiltrates)
Kimia darahmenunjukkangambaranasidosisrespiratorikmaupunmetabolik
Usapannasofaringmenunjukkan flora bakteri normal
Untukmenemukan RSV dilakukan:
kultur virus, rapid antigen detection tests (direct immunofluoresence assay
danenzyme-linked immunosorbent assays, ELISA) ataupolymerase chain reaction
(PCR), danpengukuran titer antibodipadafaseakutdankonvalesens.
g. Differential diagnostic
h. Tatalaksana
Pertusis (4)
a. Definisi
Pertusis (whooping cough) merupakansuatupenyakitinfeksitraktusrespiratorius yang
secaraklasikdisebabkanolehBordetella pertussis.
b. Etiologi
BakteriBordetellaPertusis
Gram - , tidakbergerak, kecil, ovoid, ukuranpanjang 0,5 – 1 um dan diameter 0,2 –
0,3 um, tidakberspora. Denganpewarnaantoloidinbiru, dapatterlihatgranula bipolar
metakromatikdanmempunyaikapsul.
Tumbuhdalambiakan media agar bordetgengou.
c. Patogenesis
d. Perjalananklinis
- Stadium kataralis (1-2 minggu)
o Rinore (pilek) denganlendir yang cairdanjernih, lakrimasi,
batukringandanpanastidakbegitutinggi.
o Awalnyabatuktimbulmalamhari, kemudiansianghari,
Sekretbanyakdankentalsertalengket.
o Padabayilendirdapatviskuosmukoid,
sehinggadapatmenyebabkanobstruksijalannapas.
- Stadium spasmodik (2-4 minggu)
o Batukmenjadihebatditandai “whoop “ (batuk yang berbunyinyaring)
seringterdengarsaatpenderitamenariknapaspadaakhirseranganbatuk
o Padabayimuda, seranganbatukhebattidak di sertaibunyi whoop,
tetapipenderitaseringdalamkeadaanlemas, lelah, apneu, sianosis,
danmuntah.
o Batukparoksimal ,matatampakmenonjol, gelisah,
memuntahkanlendirkental. Pelebaranpembuluhdarah yang jelas di
kepaladanleher, perdarahansubkonjungtivadansklerabahkanulserasi
frenulum lidah.
- Stadium konvalesens (1-2 minggu)
o Padamingguke 4 jumlahdanberatseranganbatukberkurang,
muntahberkurang, nafsumakankembali
o Ronkidifus yang terdapatpada stadium spasmodikmenghilang.
o Infeksi common cold dapatmenimbulkanseranganbatuklagi.
e. Penegakan diagnosis
- Anamnesis
Pada anamnesis perluditanyakanriwayatkontakdenganpasienpertusis,
riwayatimunisasi, danseranganparoksismaldanbunyi whoop yang khas.
- Pemeriksaanfisik
Tergantungdari stadium px
- Pemeriksaanlaboratorium
Padapemeriksaanlaboratoriumdidapatkanleukositosis 20.000-
50.000/Uldenganlimfositosisabsolut yang khaspadaakhir stadium
kataraldanselama stadium paroksismal.
f. Diagnosis banding
- Tuberculosis
o Riwayatkontakpositifdenganpasien TB dewasa
o Ujituberkulinpositif (≥ 10 mm, padakeadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
o Beratbadanmenurunataugagaltumbuh
o Demam (≥ 2 minggu) tanpasebab yang jelas
o Pembengkakankelenjarlimfeleher, aksila, inguinal yang spesifik
o Tidakadanafsumakan, berkeringatmalam
- Asma
o Riwayat wheezing berulang,
kadangtidakberhubungandenganbatukdanpilek
o Hiperinflasidinding dada
o Ekspirasimemanjang
o Responsbaikterhadapbronkodilator
- Benda asing
o Riwayattiba-tibatersedak
o Stridor ataudistrespernapasantiba-tiba
o Wheeze atausuarapernapasanmenurun yang bersifatfokal
- HIV
o Diketahuiataudidugainfeksi HIV padaibu
o Riwayattranfusidarah
o Gagaltumbuh
o Parotitiskronis
o Infeksikulitakibat herpes zoster (riwayatatausedangmenderita)
o Demam lama
o Diarepersisten
- Broniektasis
o Riwayat tuberkulosis atau aspirasi benda asing
o Tidak ada kenaikan berat badan
o Sputum purulen, napas bau
o Jari tabuh (clubbing finger)
- Absesparu
o Suarapernapasanmenurun di daerahabses
o Tidakadakenaikanberatbadan / anaktampaksakitkronis
o Padafoto dada tampakkistaataulesiberongga
g. Komplikasi
h. Tatalaksana
Epidemiologi
Di Amerika Serikat insidens ARDS pada orang dewasa tahun 2005 diperkirakan 200.000
kasus per tahun dengan angka mortalitas 40%. Acute Respiratory Distress Sindrome dapat terjadi
pada semua kelompok umur, dari anak-anak sampai dewasa. Insidens ARDS meningkat dengan
pertambahan usia, berkisar 16 kasus per 100.000 per tahun pada rentang usia 15-19 tahun dan
meningkat menjadi 306 kasus per 100.000 per tahun pada rentang usia 75-84tahun 1.
Definisi
Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) merupakan suatu kondisi kegawat daruratan di
bidang pulmonology yang terjadi karena adanya akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Definisi ARDS mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Adult Respiratory Distress Syndrome
didefinisikan pertama kali tahun 1994 oleh AECC (American-European Consensus Conference).
Definisi ARDS menurut AECC adalah:
Derajat hipoksemia untuk membuat diagnosis ARDS ditentukan dengan rasio tekanan parsial oksigen
pada darah arteri (PaO2) dengan fraksi oksigen pada udara inspirasi (FiO2). Nilai PaO2 didapat dari
hasil pemeriksaan analisis gas darah dengan memperhatikan berapa liter oksigen yang diberikan
saat pengambilan spesimen darah. Fraksi oksigen didapat dengan memperhatikan jumlah oksigen
yang diberikan. Dengan pemberian oksigen binasal setiap 1 liter akan akan meningkatkan FiO2 4 %
dan nilai tersebut ditambahkan dengan nilai FiO2 pada room air yang besarnya 21 %. Dengan
pemberian oksigen melalui simple mask dimana oksigen yang diberikan 8-10 liter maka besarnya
FiO2 adalah 100 %. Kriteria ARDS menurut AECC adalah bila didapatkan perbandingan PaO 2/FIO2 ≤
200 mmHg, sedangkan bila perbandingan PaO 2/FIO2 ≤ 300 mmHg sesuai dengan ALI (Acute
LungInjury).
Adult Respiratory Distress Syndrome dapat disebabkan karena inflamasi, infeksi, gangguan
vaskular dan trauma di intratorakal maupun ekstratorakal. Menentukan etiologi ARDS sangat penting
secara klinis agar dapat dilakukan tatalaksana dengan tepat. Acute Respiratory Distress Syndrome dapat
disebabkan oleh mekanisme langsung di paru maupun mekanisme tidak langsung di luar paru. Etiologi
ARDS akibat kelainan primer paru dapat terjadi akibat aspirasi, pneumonia, inhalasi toksik, kontusio
paru, sedangkan kelainan ektraparu terjadi akibat sepsis, pankreatitis, transfusi darah, trauma dan
penggunaan obat-obatan seperti heroin (table 2). Penyebab ARDS terbanyak adalah akibat pneumonia
baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan penyebab terbanyak selanjutnya adalah
sepsis berat akibat infeksi lain di luarparu 2,3.
Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan terjadinya ARDS adalah usia tua, jenis
kelamin perempuan (terutama pada kasus trauma), riwayat merokok, dan riwayat alkoholik. Skor
APACHE (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation) yang semakin besar juga meningkatkan risiko
kejadian ARDS. Saat ini faktor risiko yang sedang dipelajari adalah faktor risiko genetik yaitu asosiasi
antara variasi gen (gen FAS) dengan tingkat kejadian ARDS 2,3,4.
Tabel 2. Etiologi ARDS
Kelainan utama pada ARDS adalah adanya inflamasi yang disebabkan oleh aktivasi neutrophil, dan
untuk mengerti patogenesisnya perlu diperhatikan hal-hal berikut 3,4:
Berdasarkan karakteristik gambaran histopatologinya, ARDS dibagi menjadi 3 fase seperti tampak pada
gambar 1 yaitu:
Proses terjadinya ARDS melibatkan kerusakan pada endotel kapiler paru dan sel epitel alveolus
karena produksi mediator proinflamasi lokal maupun yang terdistribusi melalui arteri pulmonalis. Hal ini
menyebabkan hilangnya integritas barrier alveolar-kapiler sehingga terjadi transudasi cairan edema
yang kaya protein. (Gambar2)2-5.
2. Kerusakan epitelalveoli
Dalam patogenesisnya kerusakan endotel saja tidak cukup menyebabkan ARDS.
Kerusakan sel epitel alveoli juga merupakan faktor yang penting. Neutrophil berperan dalam
meningkatkan permeabilitas paraselular pada ARDS. Dalam keadaan normal neutrophil dapat
melintasi ruang paraselular dan menutup kembali intercellular junction sehingga barrier epitel
dan ruang udara di distal alveoli tetap utuh. Pada kondisi patologis neutrofil dalam jumlah besar
dapat merusak epitel alveoli melalui mediator inflamasi yang dapat merusak intercellular
junction dan melalui mekanisme apoptosis atau nekrosis sel epitel.
Sel alveolus tipe I (yang menyusun 90% epitel alveoli) merupakan jenis sel yang paling
mudah rusak. Kerusakan sel tersebut menyebabkan masuknya cairan ke dalam alveoli dan
menurunnya bersihan cairan dari rongga alveoli. Sel tipe II bersifat tidak mudah rusak dan
memiliki fungsi yang penting dalam memproduksi surfaktan, transport ion, dan lebih lanjut
dapat berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel alveoli tipe I. Kerusakan pada kedua sel
tersebut menyebabkan penurunan produksi surfaktan dan penurunan elastisitas paru.
Disfungsi selular dan kerusakan yang terjadi pada ARDS berdampak pada:
- Ketidak sesuaian antara ventilasi (V) dan perfusi (Q) V/Q mismatching disertaidengan
shunting
- Hipertensipulmonal
- Penurunan elastisitas paru (stiff lungs) dan hiperinflasi alveoli yangtersisa
- Gangguan proses perbaikan paru yang normal fibrosis paru pada stadiumlanjut
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Gejala klinis ARDS ditandai dengan timbulnya sesak napas akut yang berkembang dengan cepat
setelah kejadian predisposisi seperti trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis,
maupun aspirasi. Pada sebagain besar kasus faktor predisposisi ARDS jelas didapat, namun pada
beberapa kasus (seperti pada overdosis obat) predisposisis ARDS sulit diidentifikasi. Manifestasi ARDS
bervariasi tergantung pada penyakit predisposisi, derajat injuri paru, dan ada tidaknya disfungsi organ
lainnya2-5.
Pada pemeriksaan fisis ARDS akan didapatkan temuan yang bersifat non-spesifik seperti
takipnea, takikardi dan kebutuhan F IO2 yang semakin bertambah untuk menjaga agar saturasi oksigen
tetap normal. Karena ARDS sering terjadi pada sepsis, maka hipotensi dan tanda-tanda vasokonstriksi
perifer (akral dingin dan sianosis perifer) dapat ditemukan. Pada pemeriksaan fisis toraks dapat
ditemukan ronkhi basah bilateral. Suhu pasien dapat febris maupun hipotermia. Edema paru
kardiogenik harus dibedakan dengan ARDS. Pada ARDS tidak didapatkan gejala dan tanda-tanda gagal
jantung (non-cardiac pulmonary edema) Tanda-tanda gagal jantung harus diperhatikan dengan baik
untuk menyingkirkan diagnosis tersebut seperti peningkatan JVP, murmur, gallops, hepatomegali dan
edematungkai2-5.
Gambaran foto toraks pada ARDS secara umum berupa opasifikasi bilateral, konsolidasi yang
bisa simetris maupun asimetris disertai dengan air bronchogram (Gambar 3). Diagnosis banding
meliputi pneumonia terutama akibat aspirasi, perdarahan alveolar difus dan edema paru karena
penyebablainnya6.
Komplikasi yang mungkin timbul pada ARDS dan yang berkaitan dalam tatalaksananya adalah 2-6 :
Tatalaksana
Walaupun tidak ada terapi yang spesifik untuk menghentikan proses inflamasi, penanganan ARDS
difokuskan pada 3 hal penting yaitu mencegah lesi paru iatrogenik, mengurangi cairan dalam paru dan
mempertahankan oksigenasi jaringan. Ketiga hal tersebut harus selalu diupayakan dalam tatalaksana
awal ARDS (gambar 4)6.
Gambar 4. Algoritma Tatalaksana awal ARDS yang meliputi ventilasi mekanik dini,
2. TerapiVentilasi4-6
Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakeal merupakan terapi yang mendasar pada
penderitaARDSbiladitemukanlajunafas>30x/menitatauterjadipeningkatankebutuhanFiO 2
> 60% (dengan menggunakan simple mask) untuk mempertahankan PaO 2 sekitar 70 mmHg atau
lebih dalam beberapa jam.
Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E terbalik disertai dengan PEEP untuk
membantu mengembalikan cairan yang tertimbun di alveoli dan mengatasi mikro-atelektasis
sehingga akan memperbaiki ventilasi dan perfusi(V/Q)
Tergantung tingkat keparahannya maka penderita dapat diberi ventilasi non-invasif seperti
CPAP, BIPAP atau Positive Pressure Ventilation. Metode ini tidak direkomendasikan bagi
penderita dengan penurunan kesadaran atau dijumpai adanya peningkatan kerja otot
pernafasan disertai peningkatan laju nafas dan peningkatan PCO 2 daraharteri.
Saat ini telah terbukti bahwa pemberian volume tidal 10 - 15 ml/kg dapat mengakibatkan
kerusakan bagian paru yang masih normal sehingga dapat terjadi rupture alveolus, deplesi
surfaktan dan kerusakan pada membra alveolar-kapiler. Untuk menghindari hal tersebut maka
digunakan volume tidal yang rendah (6 ml/kg) dengan tekanan puncak inspirasi < 35 cmH 2O,
plateu inspiratory pressure < 30 cmH2O serta pemberian PEEP antara 8-14 cm H 2O untuk
mencegah atelektasis dan kolapsalveoli.
Untuk memperkecil risiko barotrauma dapat dipakai mode PressureControl
Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah) dipakai sebagai parameter keberhasilan dan panduan
terapi.
Restriksi cairan dan diuresis yang cukup akan mengurangi peningkatan tekanan hidrostatik di
kapiler paru dan mengatasi kelebihan cairan paru (lung water). Akan tetapi harus diingat bahwa
dehidrasi yang berlebihan akan menurunkan perfusi jaringan dan mencetuskan gagalginjal.
Prone position akan memperbaiki V/Q karena akan mengalihkan cairan darah sehingga tidak
terjadi atelektasis.
Inhalasi nitric oxide/prostasiklin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di paru sehingga
secara nyata memperbaiki hipertensi pulmonal dan oksigenasi arteri. Pemberian nitric oxide
tidak akan berpengaruh terhadap tekanan darah sistemik, namun demikian efek samping
subproduk NO berupa peroksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru. Oleh
karena itu pengunaannya sangat ketat yaitu pada keadaan ekstrem dimana terjadi hipoksemia
akut yang refrakter terhadap tindakan suportif yangdiberikan.
4. Terapi penyakit dasar
Terapi penyakit dasar ARDS tergantung dari penyebabnya dimana penyebab tersering
adalah infeksi baik di paru maupun di luar paru. Untuk infeksi paru sendiri karena ARDS
merupakan bagian dari kondisi sepsis yang berat maka dalam pemilihan antibiotik dianjurkan
dengan kombinasi dua antibiotik dari golongan yang berbeda yang mempunyai efek
antipseudomonas. Kombinasi tersebut misalnya dari golongan sefalosporin yang mempunyai
efek antipseudomonas (seftasidim, sefoperazon) atau golongan karbapenem (imipenem,
meropenem) diberikan bersama dengan golongan kuinolon (siprofloksasin, levofloksasin) atau
dengan golongan aminoglikosid (Amikin). Untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan
maka antibiotik tersebut harus diberikan sedini mungkin (< 4 jam) sejak diagnosis pneumonia
ditegakkan. Untuk penyakit dasar lain yang potensial dapat diatasi yaitu pada ARDS akibat
overdosis obat yang diatasi dengan pemberian antidotumnya bila ada, pada TB yang berat,
immune reconstitution inflamation syndrome (IRIS) dan juga pada ARDS akibat infeksi
pneumocystic jiroveci, pada semua keadaan tersebut selain terapi untuk penyakit dasarnya
diberikan juga terapi tambahan dengan steroid.
3. Targeted DrugTreatment
Terapi target difokuskan pada regresi lesi patologi dan mengurangi jumlah cairan dalam paru, namun
sayangnya tidak ada bukti objektif akan keberhasilan metode tersebut (table 3) 2-6
Surfaktan sintetik secara aerosol ternyata bermanfaat untuk ARDS pada neonatus, tetapi tidak
pada ARDS.
Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi reaksi inflamasi pada jaringan paru terutama pada
ARDS akibat TB yang berat, infeksi pneumocystic jiroveci dan pada IRIS. Pada inflamasi akibat
penyakit dasar yang lain pemberian steroid menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, sehingga
tidak direkomendasikan pada ARDS terutama pada fase awal. Beberapa sumber menyarankan
pemberian metilprednisolon secara pulsed untuk mencegah fase fibrosis yangdestruktif.
Pemberian N-asetil-sistein banyak memberikan harapan namun masih dalampenelitian
Ketokonazol diharapkan dapat menghambat pelepasan TNF oleh makrofag, tetapi masih
diperlukan penelitian dalam jumlah sample yang lebihbesar
Diuretik ditujukan untuk mencegah kelebihan cairan, dan hanya diberikan bila eksresi cairan
oleh ginjal terganggu. Dengan demikian penggunaan diuretik tidak rutin, karena tidak sesuai
dengan patogenesisARDS.
Transfusi darah diperlukan untuk menjaga kadar Hb lebih dari 10 gr%, tetapi mengingat
kemungkinan terjadinya TRALI (Transfusion-Related Acute Lung Injury) maka tranfusi hanya
diberikan bila ada oksigenasi jaringan yanginadekuat
Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) adalah suatu sistem prolonged cardiopulmonary
bypass yang banyak berhasil mengobati bayi baru lahir yang mengalami gagal nafas akibat
aspirasi mekonium, hernia diafragma dan infeksi virus yang berat. Penggunaan EMCO untuk
ARDS hasilnya masihkontroversial.
Tabel 3. Rekomendasi Terapi ARDS
Terapi Rekomendasi
Ventilasi mekanik
Volume tidalrendah A
Minimalisasi filling pressure atrium kiri B
PEEP tinggi, “open lung” C
Posisi pronasi C
Recruitment maneuvers C
Ventilasi dengan frekuensi tinggi D
ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) C
Blokade neuromuscular dini A
Terapi glukokortikoid D
Terapi surfaktan (inhalasi NO, inhalasi D
epoprostenol, ketokonazol)
Prognosis
Pembagian subgroup ARDS berdasarkan kriteria Berlin menjadi prediktor prognosis. ARDS
ringan, sedang, dan berat berkaitan dengan meningkatnya angka mortalitas masing-masing 27%, 32%,
and 45% dan meningkatnya durasi penggunaan ventilasimekanik 4-6.
Referensi
1. ARDS Definition Task Force. Acute Respiratory Distress Syndrome, The Berlin Definition. JAMA.
2012;307(23).
2. Matthay MA, Zemans RL. The Acute Respiratory Distress Syndrome: Pathogenesis and
Treatment. Annu Rev Pathol.2011;6:147-63.
3. Pierrakos C, Karanikolas M, Scoletta S, Karamouzos V, Velissaris D. Acute Respiratory Distress
Syndrome: Pathophysiology and Theurapeutic Options. J Clin Med Res.2011;4(1):7-16.
4. Koh Y. Update in Acute Respiratory Distress Syndrome. Journal of Intensive Care.2014;2:2.
5. Amin Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. In: Dahlan Z, Amin Z, Soeroto AY, editors.
Tatalaksana Penyakit Respirasi dan Kritis Paru. Bandung: PERPARI (Perhimpunan Respirologi
Indonesia);2013.
6. Bruce D. Levy, Augustine M. K. Choi. Acute Respiratory Distress Syndrome. In: Kasper, Fauci, Longo,
Hauser, Jameson, Loscalzo, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19ed. New York:
Mc-Graw Hill;2015.
Definisi
Severe acute respiratory syndrome atau SARS adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Gejala awalnya mirip dengan influenza, namun
dapat memburuk dengan cepat.
Etiologi
SARS disebabkan oleh salah satu jenis coronavirus yang dikenal dengan SARS-associated
coronavirus (SARS-CoV). Coronavirus merupakan kelompok virus yang bisa menginfeksi saluran
pernapasan. Saat terinfeksi virus ini, biasanya akan terjadi gangguan pernapasan mulai dari ringan
sampai berat.
Patofisiologi
Gambaran Patalogi Anatomi dan Patalogi Klinis
Diagnosis
Suhu badan lebih dari 38C, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek- pendek. Jika sudah
terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini, orang bisa disebut
suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal
pernapasan, orang itu bisa disebut Probable SARS atau bisa diduga terkena SARS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1)Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnyaterisi udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi.
4)Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy.
6)Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jamdan sangat
akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
Diagnosis Banding
Pneumonia bacterial
Pneumonia jamur
Edema paru kardiogenik
COVID-19
Tata Laksana
Komplikasi
COVID- 19
Definisi
Virus corona disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau yang sering
disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan merupakan patogen
zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan presentasi klinis yang sangat
beragam, mulai dari asimptomatik, gejala ringan sampai berat, bahkan sampai kematian.
Etiologi
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe acute
respiratory syndrome virus corona 2, yang disingkat SARS-CoV-2.
Patofisiologi
Gambaran Patalogi Anatomi dan Patalogi Klinis
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
Manifestasi ringan yang disebabkan oleh COVID 19 harus dibedakan dengan infeksi pernafasan yang
disebabkan oleh virus lain.
2. NCP harus dibedakan dengan virus pneumonia yang disebabkan oleh virus influenza , adenovirus
atau respiratory syncytial virus , dan mycoplasma pneumonia . Terutama untuk kasus kasus suspek ,
deteksi rapid antigen , tes asam nukleat PCR berulang dan metode lainnya harus dilakukan untuk
menguji patogen pernafasan yang umum.
3. Selain itu, harus dibedakan dari penyakit non infeksius seperti vaskulitis, dermatomiositis, dan
organizing pneumonia.
Tata Laksana
Komplikasi
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
Pneumonia (infeksi paru-paru)
Infeksi sekunder pada organ lain
Gagal ginjal
Acute cardiac injury
Acute respiratory distress syndrome
Kematian
Referensi
Buku Panduan Menghadapi Penyakit Virus Corona 2019 Model RRC.
Amin Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. In: Dahlan Z, Amin Z, Soeroto AY, editors.
Tatalaksana Penyakit Respirasi dan Kritis Paru. Bandung: PERPARI (Perhimpunan Respirologi
Indonesia); 2013.
BUKU AJAR PSF-FKUB UNIVERSITAS BRAWIJAYA : SISTEM PERNAFASAN: ASSESSMENT,
PATOFISIOLOGI, DAN TERAPI GANGGUAN PERNAFASAN
SIMPTOMATOLOGI RESPIRASI
RESPIRATOR CARDIOVASCULA
SaO2↓
Gas Pump Low output Normal output
exchangerPulm COPD Congestive heart failure Deconditioning Obesity
onary embolism Asthma Myocardial ischemia Diastolic dysfunction
Cyanosis
Pneumonia Kyphoscoliosis Constrictive pericarditis
Berdahak
Interstitial lung
disease High output
Anemia
Controller
Hyperthyroidism
Pregnancy
Arteriovenous shunt
Metabolic acidosis
Tracheobronchial source
Neoplasm (bronchogenic carcinoma,
endobronchial metastatic tumor,
Kaposi’s sarcoma, bronchial carcinoid)
Bronchitis (acute or chronic)
Bronchiectasis
Broncholithiasis
Airway trauma
Foreign body
Acute cough (<3 weeks) Pulmonary parenchymal source
Upper respiratory Lung abscess
infection Pneumonia
Common cold, acute
Tuberculosis
bacterial sinusitis, and
pertussis ATAU Mycetoma (“fungus ball”)
Waktu
Pneumonia, pulmonary Goodpasture’s syndrome
embolus,and congestive Idiopathic pulmonary
heart failure hemosiderosis
Wegener’s granulomatosis
Lupus pneumonitis
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PemeriksaanLaboratorium
PemeriksaanHematologi
Pemeriksaan Kimiadarah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah, C-
Reaktif Protein atauProkalsitonin (bilamemungkinkandantersedia).
Umumnyadijumpaipenurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT,
peningkatanureumdankreatinin, peningkatankreatin kinase, pemeriksaanlaktat.Analisis gas
darahdapat normal atau abnormal.
Kelainanlaboratoriumsesuaidenganperjalananpenyakitdankomplikasi yang ditemukan.
B. PemeriksaanLaboratoriumSpesimen
• Serial fotoharusdilakukankarenaperjalananpenyakitnyaprogresif.
TATALAKSANA
CHRONIC BRONCHITIS
Bronkitiskronikadalahkelainansalurannapas yang ditandaiolehbatukkronikberdahak minimal 3
bulandalamsetahun, sekurang-kurangnya 2 tahunberturut-turut, tidakdisebabkanpenyakit lain.
(PDPI, 2003).
Bronkitiskronikdapatdibagiatas:
ANAMNESIS
• Sesaknapas yang semakinmemburuk, batukproduktifdenganperubahan volume
ataupurulensi sputum ataudapatjugamemberikangejala yang tidakkhasseperti malaise,
kelelahandangangguantidur
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
• Palpasi
• Perkusi
• Auskultasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATALAKSANA
Tujuanutamapengobatanadalahuntukmeredakangejala, mencegahprogresifitaspenyakit,
meningkatkantoleransipadaaktivitasseharian, memperbaiki status kesehatan,
mengobatikomplikasi, danmencegaheksaserbasi.
1. Bronkodilator: aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasidengansalbutamol 1 mg
atauterbutalin 1 mg.
3. Antibiotikuntukmencegahdanmengobatieksaserbasisertainfeksi.
Pemilihanantibiotikdisesuaikanjenisbakteri.
4. Ekspektoran
5. Mukolitik
6. Antitusif
Bronkiektasis
Definisi
Bronkiektasis adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan dilatasi
bronkus dan bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding
bronkus.Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang kronis, dan
inflamasi yang diikuti dengan pelepasan mediator.
Etiologi
Bronkiektasis terjadi akibat kerusakan jaringan bronkus yang diperparah oleh
infeksi. Infeksi bronkus pada penderita bronkiektasis meningkatkan risiko terjadinya
infeksi pada paru-paru, yang akan membuat bronkus semakin meradang dan melebar.
Kedua hal tersebut terjadi secara berputar dan berulang, sehingga kerusakan pada
bronkus dan paru-paru semakin parah.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
- Batuk berdahak yang tidak mereda meskipun diobati.
- Dahak yang dihasilkan dari batuk akibat bronkiektasis dapat berwarna bening,
kuning pucat, atau kuning kehijauan.
- Mengi.
- Sesak napas.
- Nyeri sendi.
- Mudah Lelah
- Perubahan bentuk ujung-ujung jari yang dinamakan clubbing finger, di mana kuku
menebal dan bentuk ujung jari menjadi bulat.
- Batuk mengeluarkan darah atau dahak dari batuk bercampur dengan darah.
- Mengalami infeksi saluran pernapasan berulang.
- Kehilangan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Sputum
- Pemeriksaan Darah
- Pemeriksaan Urine
- Foto Thorax PA dan Lateral
- Pemeriksaan Bronkografi
- Pemeriksaan EKG
- Spirometri
- HRCT Scan
Tatalaksana
Penanganan bronkiektasis mencakup berbagai jenis pengobatan yang dilakukan
secara berkesinambungan.Karena kerusakan paru-paru yang timbul akibat
bronkiektasis bersifat permanen, maka tujuan pengobatan bukan untuk
menyembuhkan penyakit, melainkan untuk meringankan gejala, mengurangi dan
mencegah komplikasi, mencegah penyakit bertambah parah, serta mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian.
Terapi Symptom
- Berhenti merokok.
- Menghindari menjadi perokok pasif.
- Mendapatkan vaksin cacar, rubella, dan batuk rejan.
- Terapi oksigen untuk penderita bronkiektasis yang mengalami hipoksemia dan
komplikasi berat.
- Pengobatan khusus (termasuk dari segi nutrisi dan psikologi) bagi penderita
bronkiektasis akibat cystis fibrosis.
- Mendapatkan vaksin flu setiap tahun.
- Mendapatkan vaksin pneumococcal untuk menghindari pneumonia.
- Melakukan latihan fisik secara teratur.
- Menjaga cairan tubuh.
- Menjaga pola makan gizi seimbang.
Pembrian Antibiotik
Tujuan pemberian antibiotik adalah untuk mengobati infeksi bakteri pada
penderita bronkiektasis yang dapat memperburuk kondisi. Untuk menentukan
antibiotik yang tepat, dokter akan melakukan analisis dahak. Sementara menunggu
hasil, dokter akan memberikan antibiotik berspektrum luas. Beberapa jenis antibiotik
yang dapat diberikan bagi penderita bronkiektasis antara lain adalah: clarithromycin,
azithromycin, sulfamethoxazole.
Obat Anti-Inflamasi
Tujuan pemberian obat anti-inflamasi adalah untuk memodifikasi respons sistem
imun pada saat terjadinya infeksi sehingga mengurangi kerusakan jaringan.Beberapa
obat antiinflamasi, seperti beclomethasone, dapat diberikan melalui alat nebulizer.
Contoh golongan obat anti-inflamasi yang dapat diberikan kepada penderita
bronkiektasis adalah:
- Kortikosteroid.
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs).
Bronkodilator
Bronkodilator diberikan untuk meredakan gejala bronkiektasis yang
menyebabkan sulit bernapas. Bronkodilator akan merelaksasi otot paru-paru sehingga
penderita dapat bernapas lebih mudah. Beberapa contoh obat jenis bronkodilator
adalah:
- Agonis beta2-adrenergik.
- Antikolinergik.
- Teofilin.
PNEUMONIA ASPIRASI
Definisi
- Pneumonia aspirasi adalah kerusakan paru yang disebabkan oleh masuknya cairan,
partikel eksogen, atau sekresi endogen ke dalam saluran napas bawah.
- Secara konvensional aspirasi pneumonia didefinisikan sebagai infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang kurang virulen, terutama bakteri anaerob, yang
biasanya merupakan flora normal pada inang yang rentan mengalami aspirasi.
Etiologi
- Aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi
- Aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial
- Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan
exogenous lipoid pneumonia.
- Aspirasi dari benda asing yang meyebabkan gagal nafas dan beberapa kasus dapat
berlanjut menjadi bacterial pneumonia
- Aspirasi pneumonia karena tenggelam, yaitu near drowning.
Patofisiologi
- Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi, yaitu sifat
material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.
- Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan
antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada
parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial.
- Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya
terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial
(peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktus
alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran
hialin dan perdarahan intra alveolar.
- Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.
- Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret
orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.
Manifestasi Klinis
- Manifestasi klinis pneumonia aspirasi ini bervariasi dari yang ringan hingga berat
dengan syok sepsis atau hingga gagal nafas, semua itu tergantung dengan faktor
penjamu, beratnya aspirasi dan kuman yang menjadi penyebabnya.
- Gejala klinis yang bisa ditemui juga dapat berupa gangguan menelan dan gejala
yang ada pada pneumonia yaitu demam, batuk, sesak, kesulitan saat inspirasi atau
inspirasi memanjang, dan ada nafas cuping hidung.
- Gangguan menelan pada pasien pneumonia aspirasi ini diketahui bila pasien
mengeluarkan cairan atau makanan melalui hidung, lalu adanya sisa makanan di
mulut setelah menelan.
- Pasien juga biasanya mengeluhkan nyeri saat menelan, seperti ada yang
menyangkut di tenggorokan, terkadang sampai batuk hingga tersedak saat makan
atau minum, serta terdengar adanya bunyi yang terdengar setelah makan.
- Pasien juga dapat mendadak batuk dan sesak napas sesudah makan atau minum.
- Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan,
bersuara saat napas (mengi), takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa
marah atau cemas.
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik oleh tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu
tubuh, peningkatan laju pernapasan (tachypnea), penurunan tekanan darah
(hipotensi), denyut jantung yang cepat (takikardi) dan rendahnya saturasi oksigen,
yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri
atau analisis gas darah.
- Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru.
- Inspeksi, Palpasi : terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus
raba meningkat disisi yang sakit.
- Pada perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial.
- Auskultasi : Ronki basah halus, Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura
(pleural friction rub).
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang
meningkat (lebih dari10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang
mengindikasikan adanyainfeksi atau inflamasi.Tapi pada 20% penderita tidak
terdapat leukositosis. Hitung jenisleukosit “shift to the left”. LED selalu naik.
Billirubin direct atau indirect dapatmeningkat, oleh karena pemecahan dari sel
darah merah yang terkumpul dalam alveolidan disfungsi dari hepar oleh karena
hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukanhipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
- FOTO THORAKS
- CT SCAN
- MRI
Tatalaksana
- Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan gangguan reflex menelan
perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera di
isap untuk menghilangkan obstruksinya.
- Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila
bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi
(krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan dengan
bronkoskopi.
- Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal napas berikan bantuan
ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage untuk membantu pengeluaran mukus
dari paru-paru.
- Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan
penisilin atau sefalosporin generasi ke 3. Ataupun klindamisin 600 mg IV/ 8 jam,
bila penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin.
- Bila PA didapatkan di rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap
kuman aerob dan anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan
sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau klindamisin.
- Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di rumah sakit bersangkutan.
Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan gambaran
klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotik .
Associated Pneumonia
Definisi
Health care-associated Pneumonia (HCAP)/ Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) adalah pneumonia yang muncul setelah 48 jam dirawat di rumah sakit atau
fasilitas perawatankesehatan lainnya, dengan tanpa pemberian intubasi tracheal.
Pneumonia terjadi karena ketidakseimbangan pertahanan host dan kemampuan
kolonisasi bakteri sehingga menginvasi saluran pernafasan bagian bawah.
Etiologi
- Beberapa kuman di duga sebagai penyebab VAP. Berdasarkan hasil isolasi kuman
pada pasien dengan diagnosis VAP, bakteri gram negatif sangat sering ditemukan,
namun hasil isolasi dengan bakteri gram positif telah mengalami peningkatan
dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada neonatus. Bakteri penyebab VAP
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan onset atau lamanya pola kuman.
- Bakteri penyebab VAP pada kelompok I adalah kuman gram negatif (Enterobacter
spp, Escherichia coli, Klebsiella spp, Proteus spp, Serratai marcescens),
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, dan Methicillin Sensitive
Staphylococcus Aureus (MSSA).
- Bakteri kelompok II adalah bakteri penyebab kelompok I ditambah kuman
anaerob, Legionella pneumophilia dan Methicillin Resistan Staphylococcus
Aureus (MRSA).
- Bakteri penyebab kelompok III adalah Pseudomonas aeruginosa, Acetinobacter
spp, dan MRSA.
Patofisiologi
- Insiden VAP tergantung pada lamanya paparan lingkungan dan penggunaan alat
kesehatan tertentu, dan faktor risiko lain.
- Faktor-faktor risiko ini meningkatkan kemungkinan terjadinya VAP dengan cara
meningkatkan terjadinya kolonisasi traktus aerodigestif oleh mikroorganisme
patogen dan meningkatkan terjadinya aspirasi sekret yang terkontaminasi ke dalam
saluran napas bawah.
- Kuman dalam aspirat tersebut akan menghasilkan biofilm di dalam saluran napas
bawah dan di parenkim paru. Biofilm tersebut akan memudahkan kuman untuk
menginvasi parenkim paru lebih lanjut sampai kemudian terjadi reaksi peradangan
di parenkim paru.
Manifestasi Klinis
- Demam
- Takikardi
- Sesak
- Batuk
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Darah Lengkap (Leukositosis)
- Foto Thorax : Terdapat gambaran infiltrat baru ataupun perburukan
Kuratif
Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan adalah
isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin
(RIF).
kemoterapi jangka pendek
VII. Prognosis
TB dengan HIV
• Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu infeksi paling sering pada penderita
HIV/AIDS.
Pasien ko-infeksi TB-HIV adalah pasien TB dengan HIV positif dan ODHA
dengan TB
• Etiologi
TB meningkatkan progresivitas HIV karena penderita TB dan HIV sering
mempunyai kadar jumlah virus yang tinggi. Pada keadaan koinfeksi terjadi
penurunan imunitas lebih cepat dan pertahanan hidup lebih singkat walaupun
pengobatan TB berhasil. Ada tiga
mekanisme yang menyebabkan terjadinya TB pada penderita HIV, yaitu
reaktivasi,
adanya infeksi baru yang progresif serta terinfeksi.
Penderita TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup lebih singkat dibandingkan
HIV tanpa TB. Obat antivirus HIV (ART) menunrunkan tingkat kematian pada
pasien TB/HIV
Patofisiologi
Pada penderita HIV jumlah fungsi sel CD4 menurun secara progresif, serta
gangguan pada fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan makrofag merupakan
komponen yang memiliki peran utama dalam pertahanan tubuh terhadap
mikobakterium. Salah satu activator replikasi HIV di dalam sel limfosit TB adalah
tumor necrosis factor alfa. Sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang aktif dan
dalam proses pembentukan jaringan granuloma pada TB. Kadar bahan ini 3-10
kali lebih tinggi pada mereka yang terinfeksi TB dengan HIV-AIDS dibandingkan
dengan yang terinfeksi HIV saja tanpa TB.
Tingginya kadar tumor necrosis factor alfa ini menunjukkan bahwa aktivitas virus
HIV juga dapat meningkat, yang artinya memperburuk perjalanan penyakit AIDS.
Pada penelitian lain dijumpai adanya peningkatan kadar beta 2 mikroglobulin
pada penderita HIV/AIDS dengan TB
Gejala Klinis
Batuk tidak merupakan gejala utama pada pasien TB dengan HIV (batuk jarang
dijumpai)
Pasien diindikasikan untuk pemeriksaan HIV jika
1. BB turun drastic
2. Sariawan/stomatitis berulang
3. Sarkoma Kaposi
4. Riwayat perilaku resiko tinggi seperti NAPZA suntikan, homoseksual, waria,
pekerja seks, pramuria panti pijat
• Pemeriksaan fisik
Kelainan pada TB paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal
permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan kelainan.
1. TTV
2. Pemeriksaan head to toe
3. Manifestasi klinis TB pada HIV/AIDS menyerupai akibat infeksi lain, berupa demam
berkepanjangan (100%), penurunan berat badan dramatis (74%), batuk (37%), diare
kronis (28%), meningitis (12%), sesak nafas (5%), Hematochezia (3,5%), Obstruksi
saluran cerna (2,6%).
• Pemeriksaan penunjang
1. DL lengkap (limfositosis/monositosis, LED meningkat, Hb turun)
2. Pmx mikroskopis kuman TB atau kultur sputum/dahak (SPS)
3. Foto thorax PA-Lateral
4. Pemeriksaan kadar CD4
5. Uji anti HIV
• Ddx
1. Kriptokokosis
2. Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)
3. Aspergillosis
Tatalaksana
• Farmako
1. Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB tanpa HIV
2. Diberikan OAT dan ARV (antiretroviral) dengan mendahulukan obat TB untuk mengurangi rasa
sakit dan kematian. Pengobatan ARV sebaikya dimulai segera dalam waktu 2-8 minggu pertama
serelah dimulainya pengobatan TB
3. Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksasol dengan dosis 960mg/hari
dosis tunggal selama pemberian OAT
4. Pemberian tiasetazon berbahaya karena dapat efek toksis berat pada kulit
5. Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat sutuk sekli pakai yang steril
Non farmako
1. mebiasakan hidup sehat
2. menjaga lingkungan agar tetap bersih
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara teratur
• Komplikasi
1. Limfadenopati
2. Efusi pleura
3. Penyakit pericardial
4. TB Miller
5. Meningitis TB
TB Ekstraparu
Faktorresiko
• Usia
• Jeniskelamin
• Infeksi HIV
• Komorbilitasdiantaranyapenyakitginjalkronik, DM, ataukondisiimunosupresi
Pathofisiology
Penyebarantuberkulosisekstraparu :
• Limfogen
• Hematogen
• Inokulasilangsungdari specimen infeksius pada lesi di kulit
• Penyebaranketempatsekitarlesi
Gejala dan tanda
Pemeriksaanpenunjang
• Tanda dan gejalaklinis
• Pemeriksaanmikrobiologi
(Apusan BTA, TCM, PCR, kultur)
• Gambaranhistopatologi
(AJH/biopsilesi)
• Pemeriksaanpenunjang lain: analisiscairan pleura, ADA, IGRA, dll
• Foto Thorax (harusdilakukan)
TB kelenjargetahbening
Terapi
• Terapilimfadenitistuberkulosasamadenganpengobatan TB paru
• Tidakterdapatperbedaanangkakesembuhanmaupunangkakekambuhanantara lama
pengobatan 6 bulandengan 9 bulan.
TB pleura
Terapi
• Pengobatan TB pleura samadenganpengobatan TB parudenganpaduan 2RHZE/4RH
• Evakuasicairanseoptimalmungkin
• Kortikosteroiddilaporkantidakmempunyaimanfaat pada faseresolusiefusi pleura selama
8 minggu
• Kortikosteroidmengurangirisikoterjadinyapenebalan pleura sebesar 31%,
namuntidakbermaknadalamhal uji fungsiparu
• Note : R, rifampicin, H, isoniazid, Z, pyrazinamide, E, ethambutol
TB system sarafpusat
Terapi
• Terapidiberikanselama 9-12 bulan
Regimen 2 RHZE/7RH
• Penggunaankortikosteroiddengandeksametasoneatauprednisolon yang di tapering off 6-
8 mingguharusdiberikan
• Deksametason (0,2-0,4 mg/kg) di tapering off selama 6-8 minggu
• Prednison 1mg/kg selama 3 minggu dan di tapering off selama 3-5 minggu
TB peridardium
Terapi
• Pericardial windowterbuka
• Panduan terapisamadengan TB paruyaitu 2RHZE/4RH
• Kortikosteroid:
• Deksametason (0,2-0,4 mg/kg) di tapering off selama 6-8 minggu, atau
• Prednison 1mg/kg selama 3 minggu dan di tapering off selama 3-5 minggu
TB abdomen
Gejalaklinis:
• Nyeri perut,
• Penurunanberat badan,
• Diare/konstipasi,
• Diare,
• Darah pada rectum (hematoschezia),
• Nyeri tekan abdomen,
• Massa abdomen, dan
• Limfadenopati.
• Organ yang paling seringterlibat : ileum terminal, karenabanyaknyakalenjargetahbening
di daerahtersebut.
• Lesi yang seringditemukan :ulkus dan penyempitan lumen usus.
• Pemeriksaanfisik :nyeritekan abdomen difus, doughy abdomen,hepatomegali dan asites
TB saluran genital
• Diagnosis sulitkarenagejala non spesifik
• Isolasiorganismedariurinataubiopsijaringan
• OAT standarselama 6 bulan pada kasus non komplikasi dan 9-12 bulan pada
kasusdengankomplikasi
TB tulang dan sendi
• Gold standardenganditemukanbiakankumandarijaringantulangataucairansinovial
• Spondilitis TB dilakukanpemeriksaanaspirasijarumhalus dan biopsi
• MRI diperlukanuntukmelihatperluasanlesi
• Lama pengobatan 9-12 bulan
TB kulit
• Diagnosis dilakukandenganbiopsi
• Gold standardenganbiakanmikrobakterial
• Terapisamadengan TB paru (regimen standar)
DEFINISI
o TBC resistanObatadalah TBC yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang telahmengalamikekebalanterhadap OAT.
o Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TBC MDR adalah TBC
resistanObatterhadap minimal 2 (dua) obat anti TBC yang paling
potenyaituIsoniazhide dan
Rifampisinsecarabersamasamaataudisertairesistenterhadapobat anti TBC
linipertamalainnyasepertietambutol, streptomisin dan pirazinamid.
o Extensively Drug Resistant Tuberculosis atau XDR TBC adalah TBC MDR
disertaidengankekebalanterhadapobat anti TBC
linikeduayaitugolonganfluorokuinolon dan setidaknyasatu obat anti TBC
linikeduasuntikansepertikanamisin, amikasinataukapreomisin.
ETIOLOGI
o Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) adalahkasustuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis resisten minimal
terhadaprifampisin dan isoniazid secarabersamaan,
denganatautanpaobatantituberkulosis (OAT) lini I yang lain.
o Resistanterhadapobat anti TBC dapatterjadipemberianobat yang
tidaktepatyaitupasientidakmenyelesaikanpengobatan yang diberikan,
petugaskesehatanmemberikanpengobatan yang tidaktepatbaikpaduan,
dosis, lama pengobatan dan kualitasobat,demikian pula
adanyakendalasuplaiobat yang tidakselalutersedia.
o Tidakteraturmenelanobat
o Menghentikanpengobatansebelumwaktunya
o Tidakmematuhianjurandokter/ petugas Kesehatan
o Gangguanpenyerapanobat
o Tertulardaripasien TB-RO
GEJALA
o Gejala TB-RO samadengan TB biasa,
namunkumanpenyebabnyasudahkebalobat!
o Gejalautama
o - Batukterus-menerus
o Gejalalainnya
o - Demammeriangberkepanjangan
o - Sesaknafas dan nyeri dada
o - Berat badan menurun
o - Kadangdahakbercampurdarah
o - Nafsumakanmenurun
o - Berkeringat di malamharimeskitanpakegiatan
PATOFISIOLOGI
o Resistensiiniterjadiakibatadanyadindingsel yang sangathidrofobik dan
berperansebagai barrier permeabilitas. Mycobacterium tuberculosis (Mtb)
memilikikemampuanuntukmengembangkanresistensisecaraalamiahterhada
pberbagaiantibiotika. Mtbmengembangkanmekanismeresistensi yang
berbedadenganbakteri lain pada umumnya.
Resistensihanyaakanmenguntungkanbakteri pada saatterpapardenganobat
target. Pada paparan OAT yang tidakadekuat, bakteri yang sensitifakanmati
dan
bermutasikemudianakanberkembangbiakdenganpesattanpaadanyapersaing
an yang berartidalamhalnutrisi.
o MekanismeresistensiterhadapIsoniazide (H
IsoniazideaktifterhadapM.tuberculosis, M. bovis dan M.kansasii,
bersifatbakterisidal pada basil yang aktif dan bakteriostatik pada kuman
yang metabolismenyatidakaktif. Isoniazidemasukkedalamsel M. tuberculosis
dalambentuk pro-drug, bahan yang belumaktifsebagaiobat. .Kemudian INH
akandiubahmenjadimetabolit yang aktifsebagaizat antituberculosis oleh
enzimkatalase-peroksidase (katG) yang dimiliki oleh bakteri. .katGdikode
oleh gen katG. Jadi ketikaadamutasi yang melibatkan gen
katGmakaakanberhubungandenganresistensi M. tuberculosis terhadap INH.
o MekanismeresistensiterhadapRifampisin (R)
Rifampisinmerupakanobat yang paling poten dan
memilikispektrumluas yang dimilikidarisekianjenis OAT,
sertadapatberdiffusikedalamjaringan,
selmanusiaataupunbakterisehinggasangatefektif. Sebagian besarisolatklinis
M. tuberculosis (Mtb) yang resistenterhadaprifampisinterjadimutasi yang
menyebabkanmenyebabkanterjadinyapenurunanafinitasterhadaprifampisin.
o MekanismeresistensiterhadapPirazinamid
PirazinamidbertanggungjawabuntukmembunuhkumanMtb yang
semi dorman yang tidakmampudibunuh oleh obatantituberkulosislainnya.
Aktivitaspirazinamidspesifikuntukkumanmikobakteriumtuberkulosis dan
tidakmemilikiefekterhadapmikobakteriumlainnya. Target
utamadaripirazinamidadalahenzim yang berperandalamsintesisasam lemak.
Pirazinamidmerupakan pro drug yang
harusdikonversimenjadibentukaktifnyasehinggamenyebabkanterganggunyas
intesis lemak dan pirazinametidakdapatmenjadibentukaktif.
ApabilaPirazinamidetidakdapatberubahmenjadibentukaktifmakasintesisasa
m lemak tidakterganggu dan menyebabkan resistensi Mtb terhadap
Pirazinamide.
o MekanismeresistensiterhadapStreptomisin (S)
Proses resistensi pada streptomisinkarenaterjadinyamutasi gen
dengan target utamadarikerjastreptomisinadalahmekanisme pada
tingkatribosom. Streptomisinakanberinteraksidenganribosom yang
akanmenyebabkanterjadinyaperubahan pada ribosom dan
menyebabkanterjadinya misreading pada mRNA(messenger Ribonucleat
Acid) makaterjadiresistensiterhadapstreptomisin. (Nofriyanda, 2010).
DIAGNOSIS
o ANAMNESIS
Gejalapernapasan (nyeri dada, sesaknapas, hemoptisis) dan/atau
Gejalasistemik (demam, tidaknafsumakan, penurunanberat badan,
keringatmalam dan mudahlelah
o PEMERIKSAAN FISIK
- Demam (pada umumnyasubfebris, walaupunbisa juga tinggisekali)
- Respirasimeningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya<18,5).
- Pada
auskultasiterdengarsuaranapasbronkhial/amforik/ronkhibasah/suarana
pasmelemah di apex paru, tergantungluas, jenislesi dan kondisipasien.
- Pada pleuritis TB, tergantungbanyaknyacairan di rongga pleura. Pada
perkusiredupataupekak,
auskultasisuaranafasmelemahsampaitidakterdengar pada sisi yang
adacairan
- Pada limfadenitis TB, terlihatkelenjargetahbening, tersering di
daerahleher, kadang di ketiak.
o PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkanberdasarkan anamnesis, pemeriksaanfisik dan
pemeriksaanpenunjang
o PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Diagnosis TB Resistanobat, TBC MDR
dilakukandenganmenggunakantescepatdenganmetode PCR (Xpert
MTB/RIF), pemeriksaanbiakanserta uji kepekaankumanterhadapobat
TBC (Drugs Sensitivity Test/DST).
- Fotothorax : di apex paruterdapatgambaranbercak-
bercakawandenganbatas yang
tidakjelasataubiladenganbatasjelasmembentuktuberkuloma
TATALAKSANA
PaduanPengobatan TB RO :
o PaduanJangkaPendek
- 4-6 Km – Mfx – Eto (Pto) – H (DT) - Cfz – E – Z / 5 Mfx – Cfz – E – Z
- tahapawalselama 4 – 6 bulan dan tahaplanjutanselama 5 bulan
o Paduan Individual
- Pasien TB RO yang
tidakdapatdiberikanpaduanjangkapendekakanmendapatkanpaduan
individual
- Paduan individual terdiridarisetidaknya 5 obatefektifyaitu 4 obat inti
linikeduaditambahpirazinamid (Z).
- Lama Pengobatan 20 – 24 bulan
o Cara Pemilihan Paduan Individual :
- 1 obatdarigrup A
- 1 obatdarigrup B
- Sisanyadarigrup C, D2 atau D3 sampaiterpenuhisejumlah 5 obatefektif
MIKOSIS PARU
DEFINISI
o Mikosisparumerupakangangguanparu dan/atausalurannapas yang
disebabkan oleh infeksijamur, kolonisasi,
maupunreaksihipersensitifterhadapjamur
o Mikosisparu yang paling seringdilaporkanadalahaspergilosis, pneumonia
pneumosistis, kriptokokosis, histoplamosis dan kandidosis.Jamurudara,
khususnya aspergillus,
merupakanpenyebabutamamikosisparumaupunpenyakitalergisalurannapas.
o Faktorresiko :
Penyakitparukronis,
kondisiimunokompromistermasuk HIV, kolonisasijamur,
terpasangnyaalatmedisinvasif,
penggunaanjangkapanjangantibiotikaspektrumluas, kortikosteroidsistemik,
obatsitostatikasertaperawatan di ruangintensif.
ETIOLOGI
o Terdapatinfeksijamur, kolonisasi, maupunreaksihipersensitifterhadapjamur
o Mikosis primer: Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum, Blastomyces
dermatitidis, dan Paracoccidioides brasiliensis.
o Mikosisoportunistik: kriptokokosis, candidiasis, aspergillosis, zigomikosis,
phaeohyphomycosis, dan hyalohyphomycosis.
GEJALA
o Pada yang simtomatikgejaladapatberupabatuk,
batukkronikdengandahakmukoidataupurulen, batukdarah, kadang-
kadangdisertaisesaknapas, nyeri dada dan demamakut.
Keluhanpasienumumnyasamadengankeluhanpenyakitparu pada umumnya.
Gejala yang munculdapatdemam, batukbiasanyaproduktif, nyeri dada
ataunyeripleiritik. Dispneamenyebabkankegagalanpernafasan.
o Gejalaobstruktifdariadenopati mediastinum dapatditemukan.
Hemoptisisterjadiakibat aspergillosis invasifataumucormycosis.
PATOFISIOLOGI
Inhalasikonidia(spora)
Penyebaran
sistemik
DIAGNOSIS
o Gejala: gejala batuk, demam, penurunanberat badan, nyeri dada,
hinggasesaknapas.
o Anamnesis :Biasaterjadi pada pasien yang
sudahmempunyaikelainananatomis pada paru,
misaladakavitaskarenatuberkulosisparu, bronkiektasis, absesparu, tumor
paru.
o Pemeriksaanfisik: Pada pemeriksaanfisik,
mikosisparusulitdibedakandenganpenyakitparulain, tergantung pada
kelainananatomi yang terjadi pada paru.
o Pemeriksaanpenunjang:
- pemeriksaanradiologiadalahfoto thorax dan CT scan thorax
Gambaran yang khasdapatterlihat pada aspegilomayaitu fungus ball
di dalamkavitas.
- CT
angiografidapatmembantumemberikaninformasitentangpasiendenganh
emoptisisdenganmengidentifikasiarteribronkial yang
mengalamihipertrofioleh karenamensuplaidarah pada
dindingkistadariaspergiloma.
- Kultur Sputum
Spesimenpenderitasebagaibahanpemeriksaan,
melaluitindakanbronkoskopiuntukmendapaticairanbilasanbronkus (BAL)
Spesimen juga bisadidapatkanmelaluitindakan TTB (transthoracial
biopsy) ataudenganbiopsiterbuka (open lung biopsy). (paling
pentinguntukmendiagnosa)
TATALAKSANA
o Farmakologi
1. GolonganPolien
Golonganpolientermasukamfoterisin-B (AmB), nistatin dan
natamisin.
- Cara
kerjanyaadalahmerusakmembranseljamurdengancaraberikatandengan
ergosterol (komponenpentingdindingsel),
sehingapermeabilitasselularmeningkat dan terjadikebocoranisisel yang
berakibatkematianjamur (efekfungisidal)
- Dosis:Dosisstandar Am-B deoksikolatadalah 0,7-1 mg/kgBB/hari.
Dosisstandar Am-B formula lipid adalah 3- 6 mg/kgBB/hari.
2. Flusitosin
Turunanpirimidininiaktifterhadapinfeksi Candida, Cryptococcus. Cara
kerjanyadenganmengganggusintesisasamnukleat
3. GolonganAzol
a.imidazol (misalnyaklotrimazol, mikonazol dan ketokonazol)
b. triazol (flukonazol, itrakonazol, vorikonazol dan posakonazol)
- Cara kerjaobatgolonganazoladalahdenganmengganggusintesis
ergosterol,
suatukomponenpentingdalammembranseljamur.Efekiniterjadimelal
uipenghambatanenzim lanosterol 14-alfa demetilase yang
berperanmengubah lanosterol menjadi ergosterol,
sehinggaterjadigangguanstruktur dan fungsi normal membransel
- Dosis: variconazole : loading dose (x2 dosis) 6 mg/kg tiap 12 jam.
Dilanjutkandengan oral 400 mg tiap 12 jam.
4. GolonganEkinokandin
Ekinokandinmerupakanantijamurgolonganbaru,
carakerjanyamelaluipenghambatansintesisenzim 1,2-beta-D dan 1,6-beta-D-
glucansynthase.Enzimitupentingdalamproduksiglukan
(komponenpentingdindingseljamur) yang
mengakibatkanketidakstabilanosmotiksehinggaseljamurtidakdapatmempert
ahankanbentuknya dan berujung pada kematianjamu
• Non farmakologi:pembedahan (definitifuntukaspergiloma)
MAPPING PATHOFISiologi
Peningkatan sekret
Mengaktifasi respond imun di salura nafas
dan menyebabkan inflamasi
fibrosis
Sel T dan jar.fibrosa membungkus makrofag
dan basil Tuberculosis (ingesti)
Nekrosis pengkejuan
Gangguan pertukaran
gas
Iritasi Kalvitasi kuman
sesak
Komplikasi
Pembuluh darah pecah Infeksi menyebar ke
seluruh tubuh scr
hemapto limphogen,bronk
Sembuh hogen dan KetidakPengobatan
efektifan manajemen
Sembuh total
dengan hematogen regimen terapeutik keluarga
Memicu pembentukan
serotonin
Nerangsang melanocortin
Peningkatan triptofan
di hipotalamus
anoreknia
Masuk ke
Ketidak seimbangan
nutrisi
Infeksi post
primer Muncul kembali ketika
kondisi tubuh menurun
Factor resiko
Umur (usiaproduktif)
Perokok
Jenispekerjaan
Ekonomi social
Gizi
Lingkungan
Pengetahuantbrendah
Meningkatkanresikoterinfeksi
batuk
menginfeksi
Paparan
droplet
Latency
(bakteridormansi)
Inhalasi
Imunitasm Bakteriaktif Imunitas
droplet
enurun menurun
oleh
orang
sehat
Imunitas
optimal
Latency
(bakteridormansi)