Anda di halaman 1dari 116

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK PADA


MAHASISWI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DIPLOMA-III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
SRIWIJAYA PALEMBANG

SKRIPSI

Milya Zakiyah
1523500055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK PADA
MAHASISWI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DIPLOMA-III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
SRIWIJAYA PALEMBANG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Psikologi
Pada Program Psikologi Islam

Milya Zakiyah
1523500055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya


Nama : Milya Zakiyah
NIM : 1523500055
Alamat : Jl. Sukabangun II RT 44 RW 02 No,06
Komp. Nuansa Puspita Blok I Kecamatan
Sukarami Kelurahan Sukajaya, Palembang
Judul : Hubungan Antara Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik pada
Mahasiswi Program Studi Akuntansi Diploma-
III Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Palembang

Menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini


adalah benar adanya dan merupakan hasil karya saya
sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis
dengan menyebutkan sumbernya. Apabila di kemudian hari
ditemukan adanya plagiasi maka saya bersedia gelar
kesarjanaan saya dicabut.

Palembang, 11 Maret 2019


Penulis

Milya Zakiyah
NIM. 1523500055

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Milya Zakiyah
NIM : 1523500055
Program Studi : Psikologi Islam
Judul Skripsi : Hubungan Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik pada
Mahasiswi Program Studi Akuntasi
Diploma-III Universitas Sriwijaya
Palembang

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program
Studi Psikologi Islam Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang.

DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Zuhdiyah, M.Ag (...............)
Sekretaris : Seri Erlita, M.A (...............)
Pembimbing I : Dr. Zuhdiyah, M.Ag (...............)
Pembimbing II : Dr. Ema Yudiani, M.Si,Psikolog (...............)
Penguji I : Budiman, M.SI (...............)
Penguji II : Fajar Tri Utami S.Psi, M.SI (...............)

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 11 Maret 2019
Dekan,

Prof. Dr. Ris’an Rusli, M.A


NIP. 196505191992031003

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Sebagai civitas akademika Universitas Islam Negeri Raden


Fatah Palembang, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Milya Zakiyah


NIM : 1523500055
Program Studi : Psikologi Islam
Fakultas : Psikologi
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk


memberikan kepada Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif(Non-
Exclusive Royalty-Freeright) atas karya ilmiah saya yang
berjudul: “Hubungan Antara Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik pada Mahasiswi
Program Studi Akuntansi Diploma-III Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya Palembang”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak


Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri
Raden Fatah berhak menyimpan, mengalih media/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemiliki Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : 11 Maret 2019
Yang menyetujui,

(Milya Zakiyah)

v
ABSTRACT

Name : Milya Zakiyah


Study Program/Faculty : Islamic Psychology / Psychology
Title : The Relationship Between Brand
Image toward of Cosmetic
Purchase Decisions in Student
Diploma-III Accounting Study
Program at the Faculty of
Economics, Palembang Sriwijaya
University "
The purpose of this study was to find out the relationship
between brand images toward of cosmetic purchasing
decisions in female students of the Diploma-III Accounting
Study Program at the Faculty of Economics, Sriwijaaya
University, Palembang. The population in this study was a
semester student of the Diploma-III Accounting Study
Program at the Faculty of Economics, Sriwijaaya University,
Palembang. The sampling technique used in this study was to
look at the table developed by Isaac and Michael at 120 levels
with a 5% error rate of 89 female students. This study uses a
quantitative method of correlation with simple regression
analysis. The entire statistical calculation was carried out
using the computer assistance program SPSS version 16.00.
Based on the analysis results obtained the magnitude of the
correlation coefficient between brand image variables with
purchasing decisions of 0.637 and brand image variables
affect the purchasing decision of 40.5%. This means that
there is a relationship between brand image on cosmetic
purchasing decisions in Faculty of Diploma-III Accounting
Study Program Economy of Sriwijaaya University Palembang
Keyword : Brand Image , Purchase Decisions

vi
INTISARI

Nama : Milya Zakiyah


Program Studi/Fakultas : Psikologi Islam/Psikologi
Judul : Hubungan Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik
pada Mahasiswi Program Studi
Akuntasi Diploma-III Universitas
Sriwijaya Palembang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari Hubungan


Antara Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik
pada Mahasiswi Program Studi Akuntansi Diploma-III Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaaya Palembang. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi semester Program Studi
Akuntansi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaaya Palembang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat tabel
yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael pada jenjang 120
dengan taraf 5% kesalahan yaitu 89 orang mahasiswi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi
dengan analisi regresi sederhana. Keseluruhan perhitungan
statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS versi 16.00. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh besarnya koefisien korelasi antara variabel citra
merek dengan keputusan pembelian sebesar 0,637 dan
variabel citra merek berpengaruh terhadap keputusan
pembelian sebesar 40,5% ini berarti menunjukkan ada
hubungan antara citra merek terhadap keputusan pembelian
kosmetik pada Mahasiswi Program Studi Akuntansi Diploma-
III Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Palembang
Kata Kunci : Citra Merek, Keputusan Pembelian

vii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

‫يم‬
ِ ‫ح‬ َّ ‫من‬
ِ ‫الر‬ ِ ‫ح‬ َّ ‫هللا‬
ْ ‫الر‬ ِ ‫م‬ ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س‬

“Semua yang ada dihari ini


tidak akan ada jika tidak ada kemarin”

-Milya Zakiyah Ali

Puji syukur kepada Allah SWt yang selalu memberikan


nikmat kesehatan, kesempatan, hidayah, serta nikmat
ampunan kepada setiap umat, tak lupa shalawat beriring
salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Saya
sampaikan terima kasihku dan skripsi ini merupakan hadiah
kecil yang kupersembahkan kepada:
 Papa Drs.Aliasan M.Pd.I Mama Latifa S.PD.Sd,
terimakasih telah menjadi Madrasah terbaik, selalu
mencintai anakmu dengan sabar, mendoakan dan
memberikan hal-hal terbaik selama ini, semoga Allah
selalu menyayangi papa dan mama dan keluarga kita
selalu hingga ke Surga, Aamiin
 Ayuk Eka Hastiana yang cerewet, (Almr) Ayuk Lisa
Maranti yang dirindukan, Abang Imal Fadhli yang
penyayang, Kak Waris, Yuk Vita dan ketiga ponakanku
Karis, Karisa dan Aorta yang telah membantu dan
memberi dukungan serta menghibur disetiap kesulitan
 Sahabat kecilku Dwi Utari , Firdha Rahmayanti , Gayatri
Nikmatullah, Alief Kurnia Triatmojo, Tianing R, Ahmad
Vebriansya yang tetap menjadi sahabat yang baik dari
bangku sekolah hingga kini semoga bisa bersama
selalu

viii
 Sahabatku Najmah Athirah, Alvia Audina Azizah Zakiah,
Diah Agustina, Amalia Putri Chania, Ridho Bardah Zara
Azalia, Yuniarni , Zulkarnain, Mufli Anshori, Rani S, i,
dan rekan belajar lainya, terimakasih telah menjadi
sahabat yang baik selama dibangku kuliah, selalu
memberi pelajaran hidup dengan berbagai cerita
menarik.
 Mbak Memba, Mbak Nurul, Kak Yogi, kakak kelas yang
selalu memberi wejangan dan kadang menjadi
pembimbing III
 Dosen pengajar di Fakultas Psikologi terkhusus ibu
Dr.Ema Yudiani M.Si.Psikolog, bapak Budiman.M.Si,
bapak Alhamdu, M.Ed,Psy dan bunda Lukmawati,MA
yang secara tidak langsung memberi motivasi dalam
merubah sikap, pola pikir yang salah dan mengajarkan
untuk selalu tidak menyerah
 Teman-teman seperjuangan di kelas Psikologi Islam 2
Angkatan 2015
 Kepada mbak Dian ayu, Mbak friska, Mbak prik dan staf
kantor lainnya Fakultas Psikologi yang selalu siap siaga
membantu proses adimistrasi dengan sabar
 Terima kasih kepada pihak yang sudah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, mohon maaf jika ada
yang tidak disebutkan dalam lembar motto dan
persembahan ini. Tidak ditulis bukan berarti tidak
dikenang, saya hanyalah manusia biasa yang memiliki
keterbatasan.
 Terima kasih kepada Agamaku, Bangsaku dan
Almamaterku UIN Raden Fatah Palembang .

ix
 Dan aku berterimakasih kepada diriku sendiri yang
telah berkerja sama dengan baik dan mari kita perbaiki
apa yang salah pada kita, aku bangga padaku
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulilah puji syukur hanya untuk Allah SWT
dengan segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah
dilimpahkan. Shalawat beserta salam yang tidak hentinya
kita haturkan kepada Nabi besar kita, Rasulullah
Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, dan
pengikutnya hingga akhir zaman sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Citra
Merek terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik
pada Mahasiswi Program Studi Akuntasi Diploma-
III Universitas Sriwijaya Palembang” sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1
sekaligus memperoleh gelar sarjana Psikologi Islam (S. Psi)
pada program studi Psikologi Islam pada Fakultas Psikologi
UIN Raden Fatah Palembang.

Penulis menyadari, bahwa tulisan ini jauh dari kata


sempurna dan tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati dan dengan penghargaan setinggin-
tingginya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Aliasan dan Ibundaku
Latifa yang telah memberikan segenap cinta tulus dan
meridhai anaknya untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tak
lupa pula pada kesempatan kali ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Sirozi, Ph.D selaku Rektor UIN Raden Fatah
Palembang beserta staf pimpinan lainnya.
2. Prof. Dr. Ris’an Rusli, M.A. Selaku dekan Fakultas
Psikologi.
3. Listya Istiningtiyas, M.Psi, Psikolog. Selaku ketua
Program Studi Psikologi Islam Fakultas Psikologi.

x
4. Pembimbing Akademik bapak Budiman.M.Si yang selalu
member semangat, wejangan untuk lekas
menyelesaikan studi dan selalu membangunkan sikap
optimis dan percaya diri
5. Dr. Zuhdiyah M.Ag Selaku pembimbing I dan Dr. Ema
Yudiani M.Si.Psikolog selaku pembimbing II yang sudah
membantu membimbing, memberikan arahan dan
ilmunya demi kelancaran tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terima kasih sudah
memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Seluruh staff administrasi Fakultas Psikologi UIN Raden
Fatah Palembang yang telah memberikan fasilitas dan
pelayanan kepada penulis dalam memperoleh data dan
literatur yang dibutuhkan selama penyelesaian skripsi.
8. Kepada para subjek dan pihak instansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya yang memberikan izin untuk
melakukan penelitian di lokasi.
9. dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Semoga semua amal mulia yang diberikan bernilai


ibadah dan Allah selalu meridhoi kita semua. Penulis
menyadari skripsi ini tentunya jauh dari sempurna, karena
itu penulis mengucapkan mohon maaf yang setulus-
tulusnya dan mengharapkan saran yang membangun dari
seluruh pihak, serta penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua dan mampu
menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan

Palembang, 11 Maret 2019


Penulis

Milya Zaiyah
NIM: 1523500055

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ................................................................... v
ABSTRACT .............................................................. vi
INTISARI ................................................................ vii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................... viii
KATA PENGANTAR ................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................. xii
DAFTAR BAGAN....................................................... xv
DAFTAR TABEL........................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................ 13
1.3 Tujuan Penelitian ................................. 13
1.4 Manfaat Penelitian ............................... 13
1.5 Keaslian Penelitian ............................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Keputusan Pembelian ........................... 17
2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian 17
2.1.2 Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif . 18
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian ................ 24
2.2 Citra Merek.......................................... 24
2.2.1 Pengertian Merek ...................... 28
2.2.2 Pengertian Citra Merek .............. 30

xii
2.2.3 Aspek-aspek Citra Merek ............ 32
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Citra
Merek ...................................... 36
2.3 Hubungan Antara Citra Merek dan
Keputusan Pembelian ........................... 37
2.4 Kerangka Konseptual ........................... 42
2.5 Hipotesis Penelitian .............................. 42

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .................................... 44
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian .............. 44
3.3 Definisi Operasional ............................. 45
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............. 46
3.5 Metode Pengumpulan Data .................. 47
3.5.1 Skala Keputusan Pembelia .................... 47
3.5.2 Skala Citra Merek ................................. 49
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas.................... 51
3.6.1 Validitas ..................................... 51
3.6.2 Reabilitas ................................... 52
3.7 Metode Analisis Data ............................ 52
3.7.1 Uji Asumsi .................................. 52
3.7.1.1 Uji Normalitas .......................... 52
3.7.1.2 Uji Linieritas ............................. 53
3.7.2 Uji Hipotesis................................ 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Orientasi Kancah Penelitian .................. 54
4.1.1 Sejarah Berdirinya Program
Diploma-III Progam Studi
Akuntansi .................................. 54
4.1.2 Visi, Misi dan Tugas Program
Studi D-III Akuntansi .......................... 56

xiii
4.1.3 Struktur Kepemimpinan
Program Studi Akuntansi ............. 57
4.2 Persiapan Penelitian............................. 43
4.2.1 Persiapan Adimistrasi ................... 58
4.2.2 Persiapan Alat Ukur ...................... 58
4.3 Uji Coba Alat Ukur ............................... 61
4.4 Hasil Uji Coba Alat ukkur ..................... 62
4.4.1 Uji Validitas ................................. 63
4.4.2 Reabilitas Skala ........................... 70
4.5 Pelaksanaan Penelitian ......................... 72
4.6 Hasil Penelitian .................................... 72
4.6.1 Uji Asumsi ................................. 77
4.6.2 Uji Hipotesis................................ 79
4.7 Pembahasan ........................................ 83
4.8 Kelemahan Penelitian ........................... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ......................................... 91
5.2 Saran .................................................. 91
5.2.1 Bagi Subjek Penelitian ................. 91
5.2.2 Bagi Pelaku Industri .................... 92
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .............. 92

DAFTAR PUSTAKA .............................................. 94

xiv
DAFTAR BAGAN

1. Model Proses Keputusan Pembelian ...................... 20


2. Kerangka Konseptual ........................................... 42

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Skala Keputusan Pembelian ............. 48


Tabel 2. Bluprint Keputusan Pembelian ................. 48
Tabel 3. Skor Skala Cita Merek ............................. 50
Tabel 4. Bluprint Citra Merek .................................. 50
Tabel 5. Blueprint Keputusan Pembelian ................. 59
Tabel 6. Bluprint Citra Merek .................................. 61
Tabel 7. Blueprint Keputusan Pembelian (Tryout) .... 63
Tabel 8. Bluperint Keputusan Pembelian uji coba
(Untuk penelitian) .................................... 65
Tabel 9. Blueprint Skala Keputusan Pembelian
Untuk penelitian ...................................... 66
Tabel 10. Blueprint Citra Merek (Tryout) ................... 67
Tabel 11. Blueprint Citra Merek uji coba
(Untuk Penelitian) .................................... 69
Tabel 12. Blueprint Citra Merek Untuk Penelitian ....... 70
Tabel 13. Hasil Uji Reabilitas Keputusan
Pembelian ............................................... 71
Tabel 14. Hasil Uji Reabilitas Citra Merek .................. 71
Tabel 15. Deskripsi Data Penelitian ........................... 73
Tabel 16. Kategorisasi Skor Skala
Keputusan Pembelian ............................... 74
Tabel 17. Kategorisasi Skor Skala Citra Merek ........... 74
Tabel 18. Deskripsi Hasil Uji Normalitas .................... 77
Tabel 19. Deskripsi Hasil Uji Linieritas ....................... 79
Tabel 20. Hasil Tabel Model Summary ...................... 80
Tabel 20.1 Hasil Tabel Anova ..................................... 81
Tabel 20.2 Hasil Frekuensi Regresi Sederhana ............. 82

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat SK Pembimbing ...................................... 95


2. Surat Izin Pra Penelitian ................................... 96
3. Surat Izin Penelitian ......................................... 97
4. Surat Balasan Peneiltian ................................... 98
5. Lembar Konsultasi ........................................... 99
6. Lembar Perbaikan Skripsi ................................. 100
7. Daftar Riwayat Hidup ....................................... 101

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang


menempuh pendidikan tertinggi didalam sebuah perguruan
tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang
paling umum kita kenal yakni adalah universitas
(www.academicindonesia.com). Pengertian mahasiswa
menurut KBBI adalah seseorang yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi. Di dalam dunia pendidikan, status
mahasiswa adalah status tertinggi seorang murid di dunia
pendidikan. Mahasiswa memiliki tugas untuk fokus pada
pengembangan ilmu pengetahuan atau pendidikan demi
kemajuan dirinya dan bangsa. Pentingnya pendidikan itu
harus membuat mahasiwa sadar akan ilmu yang ia tekuni
di bangku perguruan tinggi sehingga mahasiswa dituntut
fokus sebagai anak bangsa yang mengembang ilmu
pengetahuan. Berdasarkan UUD nomor 12 tahun 2012
pasal 4 tentang pendidikan tinggi, mahasiswa diharapkan
mampu menguasai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan
daya saing bangsa, memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta
kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia
(www.unnes.ac.id). Saat proses belajar atau mencari ilmu,
mahasiswa ditunjang dengan berbagai perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi salah satunya adalah
perkembangan sosial media seperti Website Academic,
Instagram, Youtube, Twitter, Blog, dan berbagai sosial

1
media lainnya. Perkembangan teknologi dan
informasi khususnya sosial media memberikan dampak
positif maupun negatif terhadap proses belajar maupun
kehidupan pribadi mahasiswa. Saat seorang mahasiswa
dapat menggunakan teknologi informasi secara sangat
bijak, hal positif yang dapat dirasakan yakni kemudahan
dalam mengakses berbagai macam ilmu pengetahuan
untuk memudahkan proses belajarnya.

Selain dari informasi keilmuan yang dapat di akses,


salah satu bentuk lain dari informasi yang dapat mahasiswa
peroleh adalah tentang perkembangan industri dari
berbagai negara, terutama industri kecantikan atau
kosmetik bagi kaum wanita. Hal ini terjadi karena wanita
terutama di Indonesia semakin sadar dan menyukai hal
tersebut, selain itu juga diketahui pula wanita memang
identik dengan kegiatan berhias diri dan ingin tampak
cantik. Jika dilihat dari kehidupan sehari-hari, penggunaan
kosmetik baik itu di lingkungan kerja maupun di lingkungan
pendidikan bagi wanita sangatlah penting dalam
menunjang penampilannya. Salah satu contoh hasil survei
yang membuktikan hal tersebut yakni dari hasil survei ZAP
Beauty Index yang dilakukan terhadap 17.889 wanita
Indonesia dengan berbagai macam latar belakang
pekerjaan, mulai dari pelajar, mahasiswi, karyawati, guru,
ibu rumah tangga, psikolog, pramugari, arsitek, perias,
koki, hingga pensiunan dan usia responden antara di
bawah 18 tahun sampai melebihi 65 tahun. Berdasarkan
hasil survei didapati bahwa yang menggerakkan hati
seorang wanita untuk ingin tampil cantik dengan kosmetik
adalah, 82% menjawab diri sendiri atau inisiatifnya
sendiri, disusul 22% oleh faktor lingkungan, 16% media
sosial, 10% pasangan, dan hanya 8% responden wanita
yang tergerak oleh pengaruh beauty influencer
(www.bisnis.tempo.com). Berdasarkan hal tersebut tak
jarang dijumpai pengguna kosmetik kini bukan hanya
digunakaan pada ibu rumah tangga dan wanita karir saja,
uniknya di lingkungan pendidikan saat ini khususnya untuk
mahasiswi yang seharusnya masih berfokus untuk
menimba ilmu, ikut terpengaruh dengan adanya
perkembangan industri kosmetik tersebut. Terlihat
banyaknya remaja-remaja yang akan beranjak dewasa
menggunakan riasan wajah di kampus. Tak jarang pula
ditemui mahasiswi tersebut membawa serangkaian
kosmetik yang akan mereka gunakan kembali saat mata
kuliah berlangsung atau sekedar mempertebal riasan
mereka agar terlihat lebih segar atau bisa diistilahkan
touchup.

Penggunaan kosmetik di lingkungan perkuliahan


dirasa tidak terlalu penting bagi mahasiswi itu sendiri,
karena tampilan wajah yang menarik dan cantik tidak
menunjang nilai akademiknya. Adapun hal yang menjadi
tolak ukur nilai akademik mahasiswa adalah dilihat dari
bentuk evaluasi belajarnya yang terdiri dari evaluasi
domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik
(www.acedemia.edu). Berdasarkan dari aspek evaluasi
penilaian tersebut, mahasiswa harus berusaha untuk
meraih nilai nilai yang terbaik, dan untuk memudahkan hal
tersebut mahasiswa butuh adanya alat bantu atau alat
penunjang untuk kelancaran proses belajar mereka.
Kebutuhan alat kosmetik bukanlah hal yang dapat
memudahkan proses belajarnya. Biasanya alat yang
dibutuhkan mahasiswa hanya terdiri dari alat tulis, buku
panduan atau buku paket matakuliah, jaringan internet
untuk mengakses materi belajar dan adanya transportasi
yang dapat memudahkan keberlangsungan perkuliahan.
Mahasiswa dirasa perlu mempunyai hal-hal tersebut untuk
mempermudah proses belajarnya, termasuk perlunya
barang yang menunjang kemudahan kegiatan belajar
sehari-hari.

Saat mahasiswa memutuskan untuk membeli suatu


barang atau memilih suatu produk ia akan berpikir dan
menganalisa berbagai aspek yang ia rasa sesuai untuk ia
pilih sebagai penunjang kegiatan belajarnya. Hal tersebut
juga didukung oleh Schifman yang menyatakan bahwa
seorang konsumen saat akan memutuskan untuk membeli
suatu produk, konsumen akan menjumpai serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk,
merek, penjual, kualitas, waktu pembelian dan cara
pembayaran (Schifman dan Kanuk 2008). Selain itu ada
beberapa proses yang dilalui oleh seorang konsumen saat
ia akan memutuskan melakukan suatu pembelian yakni
diantaranya terdapat proses pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler dan Keller,
2008). Saat mahasiswi memutuskan untuk membeli suatu
barang pasti akan ada pertimbangan yang disesuaikan
dengan klasifikasi barang yang ia perlukan seperti jenis,
produk yang tepat, merek, kualitas dan selain itu
mahasiswa akan melalui tahap proses yang dijelaskan
sebelumnya hingga evaluasi akhir setelah dilakukan
pembelian apakah ia akan melakukan pembelian kembali
atau tidak
Wanita sering kali membeli suatu barang bukan
hanya karena kebutuhan, kualitas, dan ketahanan suatu
merek, tetapi wanita membeli karena anggapan bahwa ia
menyukai produk itu dan merasa produk tersebut sesuai
untuknya, bahkan produk tersebut dianggap
menggambarkan dirinya. Pada pembeli wanita, mereka
bukan melulu membeli barang karena alasan fungsional,
seperti kulitas nomor satu, awet dan tahan lama atau
murah meriah. Wanita juga membeli karena ia membentuk
emotional connection dengan merek tersebut, selain itu
wanita membeli barang tersebut karena mereka menyukai
dan bisa mengoneksi dirinya dengan suatu merek. Berbeda
dengan pria yang membeli karena superioitasnya, beberapa
kategori produk tertentu bahkan dijadikan wanita sebagai
alat ekspresi diri atau self-expression (Yuswohaddy, 2010).
Saat berada dalam proses keputusan pembelian, selain
mahasiswi akan mempertimbangan berbagai aspek diatas,
membeli suatu barang juga dianggap sebagai bentuk
pengekspresian diri melalui apa yang ia beli sesuai dengan
bentuk persepsi yang ia gambarkan dalam suatu produk
atau merek yang ingin ia pilih, terlebih jika itu dialami oleh
mahasiswi yang mulai menyadari akan pentingnya percaya
diri dalam hal penampilan sehari-hari, terutama dalam
tampilan wajah yang membuatnya terlihat lebih cantik jika
menggunakan kosmetik di lingkungan perkuliahan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti


lakukan pada tanggal 10 Januari 2019 pada mahasiswi di
perguruan tinggi Fakultas Ekonomi Diploma-III Universitas
Sriwijaya Palembang, ada beberapa mahasiswi yang rutin
menggunakan kosmetik di kampusnya. Pertama, salah satu
mahasiswi yang berinisial CY, ia termasuk orang yang tidak
bisa keluar rumah tanpa menggunakan bedak atau lipstik.
CY mengatakan bahwa menurutnya selama ia membeli
suatu produk kosmetik, ia lebih dulu melihat merek apa
yang mengeluarkan produk yang akan ia beli. Bagi CY jika
merek yang ia beli bagus maka hasil kosmetik yang
dibelipun akan bagus. Menurutnya sekarang banyak merek
kosmetik yang abal-abal atau asal-asalan dan sangat
penting bagi CY untuk mengetahui apakah merek kosmetik
tersebut terdaftar di BPOM atau belum. Selain itu CY sering
sekali melihat review kosmetik dari Youtube dan bahkan
dibuat terpengaruh oleh kosmetik keluaran terbaru yang di
jelaskan oleh Beauty Vloger di berbagai Chanel Youtube.
Setiap hari CY menerangkan bahwa ia rutin membawa alat
kosmetiknya seperti bedak, lipstik yang ia simpan di tas
kuliahnya. CY mengatakan saat ia tidak menggunakan
kosmetik ia merasa kurang percaya diri karena baginya
menggunakan riasan wajah adalah hal rutin yang ia
lakukan (hasil wawancara 10 Januari 2019 21:30 WIB).

Kedua pendapat lainnya yang dikemukakan oleh


saudari FY, menurutnya alasan ia membeli suatu kosmetik
atau memilih produk kosmetik harus disesuaikan dengan
kondisi kulit wajahnya yang bertipe rentan berjerawat,
kemudian kosmetik tersebut terbilang aman untuk kulitnya
saat ini. Terkadang FY menyesuaikan kondisi keuangannya,
akan tetapi dalam pemilihan produk yang ia sangat sukaii
harga tidak terlalu menjadi alasan jika merek tersebut
cocok dan aman untuknya. Menurutnya jika harga barang
tersebut mahal, ia akan tetap memilih produk tersebut asal
produk itu cocok untuk kulit wajahnya. Biasanya FY sering
membuat review produk dari berbagai Blog dan Youtube
untuk mengetahui lebih dulu seperti apa produk yang
cocok untuknya dan tak jarang ia mencoba-coba sendiri
produk untuk melihat kecocokan pada kulitnya dan
bertanya pada teman kampusnya saat berbincang-bincang
di kelas dan terkadang seusai makan lipstick yang ia
gunakan terlihat pudar ia gunakan kembali agar lebih
terlihat cantik. Saat ini FY memakai merek kosmetik yang
terbilang terkenal dan mahal, seperti Maybeline, Loreal,
Focallure, LT Pro dan Emina. Selain itu FY rutin membawa
lipstick dan mascara saat kekampus (hasil wawancara 15
Januari 2019 09:18 WIB).

Ketiga, menurut D yang juga sebagai mahasiswi di


kampus tersebut menyatakan bahwa saat ia membeli suatu
produk kosmetik ia suka melihat review dari sosial media
mengenai merek kosmetik guna melihat bagus atau
tidaknya merek tersebut. Terkadang ia membeli kosmetik
itu karena mendapat rekomendasi atau saran dari teman-
temannya jika produk itu bagus. Selain itu D merasa
percaya diri jika menggunakan kosmetik dikampus karena
ia sering merasa wajahnya terlihat pucat bibirnya
menghitam jika tidak menggunakan kosmetik bahkan
menurutnya ia seperti terlihat sakit jika wajahnya polos
saja. Merek kosmetik Makeover, Wardah dan Maybeline
yang D gunakan adalah produk yang terkenal, berkualitas
dan mempunyai harga yang bervariasi disetiap produknya
(hasil wawancara 15 Januari 2019 09:18 WIB).

Selain melakukan wawancara pada mahasiswi di


kampus tersebut, peneliti juga sempat melakukan
wawancara pada pegawai dan dosen yang bekerja di
fakultas tersebut. Menurut ibu berinisial N di kampus
tersebut tidak ada larangan dan juga anjuran untuk
menggunakan kosmetik saat di kampus, hanya saja
memang terkadang ada beberapa mahasiswi yang terbilang
rutin menggunakan kosmetik saat berada di kelas.
Menurutnya jurusan yang paling banyak dan menonjol
dalam penggunaan kosmetik adalah prodi akuntansi
mungkin dikarenakan mahasiswi yang paling banyak
dibanding prodi lain dan prodi akuntasi termasuk jurusan
yang terdiri dari mahasiswi yang berada (hasil wawancara
15 Januari 2019 11:30 WIB).

Selain itu menurut salah satu tenaga pengajar di


sana juga berinisial ibu IS memaparkan bahwa di kampus
mereka terutama di jurusan Akuntasi memang banyak
sekali mahasiswi yang menggunakan kosmetik di kampus,
ada yang terbilang cukup menor, ada yang memang biasa-
biasa aja dan hanya ingin terlihat segar. Menurut beliau
bahkan di antara mahasiwa-mahasiswinya ada yang
mewarnai rambutnya dan bergaya seperti artis saat
dikampus. Selanjutnya menurut beliau dalam aspek
penilaian saat perkuliahan penggunakan kosmetik tidaklah
menjadi tolak ukur penilaian akademik, hanya saja
mahasiswa dituntut untuk berpakaian rapi dan sopan serta
menggunakan sepatu yang menutup punggung kaki. Dalam
penggunakan kosmetik menjadi hak-hak mahasiswi itu
sendiri (hasil wawancara 15 Januari 2019 11:30).

Selanjutnya menurut ibu ZS yang bertugas di bagian


tata usaha di fakultas tersebut menyatakan bahwa jurusan
akuntasi secara kasat mata memang terbilang lebih banyak
menggunakan kosmetik saat dikampus dilihat dari jumlah
mahasiswi yang lebih banyak di program studi tersebut
dibandingkan dengan program studi yang lain. D-III
Akuntasi berbeda dengan jurusan Kesekretariatan yang
mana jurusan tersebut lebih mempelajari cara
berpenampilan, wajar jika pada saat perkuliahan merek
belajar tetang kosmetik agar terlihat menarik sesuai
dengan profesi mereka akan datang, sedangakan jurusan
D-III akuntasi belajar seperti jurusan S1 akuntansi yang
mana mahasiswi tersebut belajar ekonomi murni. Menurut
ibu JM tidak ada keharusan untuk mahasiwi menggunakan
kosmetik saat dikelas dan penggunaan kosmetik juga tidak
menjadi nilai tambah untuk aspek penilaian dikelas (hasil
wawancara 15 Januari 2019 11:30 WIB)

Selain itu menurut salah satu dosen yang mengajar


disana Bapak IM mengatakan bahwa memang menurut
sudut pandangnya banyak sekali mahasiswi yang
menggunakan kosmetik di lingkungan kampusnya bahkan
tampilan wajah mahasiswi terkadang mengganggu karena
corak warna lipstick yang terlalu terang seolah berlomba
untuk tampil cantik. Menurut Bapak IM dalam tata
berbusana atau tampilan wajah memang tidak menjadi
tolak ukur penilaian akademik mahasiswi itu sendiri baik itu
di kampus tempat ia mengajar dan di kampus lainnnya
namun alangkah lebih baik untuk tidak terlalu over seperti
orang dewasa (hasil wawancara 15 Januari 14:00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui


bahwa sebagian mahasiswi di Fakultas Ekonomi Diploma-
III Universitas Sriwijaya Palembang memang terbilang
sering sekali menggunakan kosmetik saat mengikuti proses
perkuliahan dan sebagian dari mereka juga membawa alat
kosmetiknya saat berada di kampus. Selain itu diketahui
juga bahwa dari hasil studi pendahuluan terdapat 3
mahasiswi yang menggunakan merek kosmetik yang
beragam dan berbeda-beda dengan jumlah produk yang
dipakai sangatlah beragam, 1 diantara mahasiswi tersebut
memiliki 3 merek pilihan dan yang lainnnya memiliki 5
merek pilihan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
tersebut pemilihan merek yang beragam menunjukkan
bahwa adanya ketidak samaan dalam menentukan pilihan
dan anggapan yang berbeda dari setiap mahasiswi
mengenai produk yang merek pilih. Mahasiswi seperti
mengandalkan persepsi mereka pada pemilihan kosmetik
yang mereka pilih. Persepsi mahasiswi dibentuk melalui
review, saran dan anggapan mereka lewat pengalaman
mereka sebelumnya. Jika dilihat dari studi pendahuluan
sebelumnya beberapa mahasiswi memiliki dan membawa
merek kosmetik yang mana diantara merek produk yang
mereka pilih yakni merek yang terbilang mahal, berkualitas
baik dan merek tersebut terkenal dipasaran. Mereka tidak
memiih suatu produk dengan asal-asalan tetapi melihat
dari kualitas, merek dan cocok tidaknya saat digunakan
pada kulit mereka. Selain itu mereka menganggap merek
yang mereka pilih sebagai merek yang kini digemari (brand
favorite).

Melihat dari fenomena dilapang, kata persepsi


menjadi alasan yang tepat untuk mahasiswi tersebut dalam
mengambil keputusan pembelian kosmetik yang
sebenarnya penggunaan kosmetik tidak terlalu diperlukan
Hanya saja mereka membeli kosmetik tersebut dan
mengetahuinya melalui orang lain, pengalaman dan tahu
betul merek kosmetik tersebut, sehingga maahasiswi setia
untuk memakainya atau menggunakannya seperti teman
yang lain guna menunjang penampilan mereka agar lebih
terlihat segar dan menarik. Persepsi positif atau
menyenangkan tentang penggunaan kosmetik itulah yang
dibangun oleh mahasiswi dikampus tersebut, sehingga
mereka berinisiatif untuk membeli berbagai bentuk
kosmetik yang mereka pakai setiap harinya.

Konsumen yang memiliki anggapan atau citra yang


positif terhadap suatu merek dan produk, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi,
2003). Hal ini dikarenakan tingkat kepercayaan pembeli
tersebut berpatokan pada suatu merek yang ia rasa dapat
memuaskan dalam pembelian sebelumnya, ditunjang oleh
kebutuhan yang memungkinkan mereka untuk memilih
menggunakan produk tersebut, sehingga konsumen
tertarik untuk memilih dan membeli kembali merek produk
tersebut.

Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan


konsumen, kepercayaan konsumen mengenai merek yang
positif serta posisi merek tersebut akan kuat diberbagai
kegiatan persaingan pasar (Schiffman dan kanuk, 2000) .
Citra merek yang baik akan memberikan kesan positif
tentang produk tersebut bagi konsumen. Kesan positif ini
dibangun oleh beberapa aspek yang mana aspek tersebut
dibangun oleh 3 hal yakni keunggulan, kesukaan dan
keunikan (Kotler dan Keller, 2008). Citra merek yang
baik akan membantu dalam mengambil keputusan
pembelian produk mengingat citra merek adalah bentuk
persepsi atau anggapan seseorang. Pendapat tersebut
didukung oleh Kotler dan Keller (2008) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian adalah faktor psikologis yakni persepsi atau
anggapan seseorang

Dalam pemasaran, persepsi lebih penting dari pada


realitas, karena persepsi yang mempengaruhi aktual
konsumen. (Kotler dan Keller 2008). Hal ini pula juga
dirasakan pada pembeli wanita yang mana menurut
Yuswohady, ketika wanita menemukan sense of similarities
antara dirinya ataupun emotional connection antara dirinya
dengan suatu merek, maka merek tersebut akan punya
tempat khusus dilubuk hati wanita yang paling dalam.
(Yuswohady,2010). Dengan begitu saat merek tersebut
dirasa sesuai dan wanita menyukainya, anggapan yang
dibangun oleh pembeli wanita itu sendiri akan beriringan
dengan keputusannya untuk membeli produk tersebut. Tak
heran jika citra merek sangat berpengaruh dalam
pengambilan keputusan konsumen saat membeli dan
mengkonsumsi suatu produk.

Sesuai dengan teori di atas dan temuan di lapangan,


persepsi yang dibangun oleh mahasiswi mengenai kosmetik
itu terbentuk dengan positif sehingga penggunaan
kosmetik dapat digunakan secara berkala mengingat efek
kosmetik membuat mereka terlihat lebih cantik dan sama
seperti teman-teman yang lainnya, sehingga citra merek
yang dibangun juga positif dari sudut pandang mereka. Hal
tersebut sesuai dengan teori keputusan membeli yang
dipaparkan sebelumnya bahwa citra merek yang terbentuk
oleh persepsi atau anggapan mempengaruhi keputusan
pembelian terutama pembeli wanita khususnya pada
mahasiswi.
Berdasarkan temuan studi pendahuluan tersebut
maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan
antara citra merek terhadap keputusan pembelian pada
mahasiswi Progran Studi Akuntasi Diploma-III Fakultas
Ekonomi Universitas Sriwijaya Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah


dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini,
adalah: apakah ada hubungan antara citra merek terhadap
keputusan pembelian kosmetik pada mahasiswi Progran
Studi Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya Palembang.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui apakah ada hubungan antara citra merek
terhadap keputusan kosmetik membeli pada mahasiswi
Progran Studi Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini ialah sebagai


berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis


Manfaat teoritis dalam penelitian ini ialah sebagai
pengembangan keilmuan khususnya di bidang
psikologi industry dan psikologi konsumen serta
menambah pengetahuan bagi pembaca dan juga
dapat dijadikan sebagai sumber referensi
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada
pelaku usaha dalam mengembangkan produk
yang dapat digunakan untuk remaja terutama
mahasiswi dengan menyesuaikan harga kosmetik
terhadap uang sakunya. Selain itu dapat
memberikan infomasi dari sudut pandang
konsumen agar mampu mengembangkan produk
kosmetik sehingga dapat membantu pelaku
industri meningkatkan penjualannya.
b. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
peneliti selanjutnya agar dapat dikembangkan
kembali dengan penyajian yang lebih baik.
c. Peneliti ingin memberikan informasi pada
mahasiswi tentang gambaran penggunaan
kosmetik yang seharusnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini memuat berbagai hasil penelitian


terdahulu dengan masih mengaitkan dengan variable yang
serupa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Dr. Nischay Kumar Upamannyu dan Dr Shilpa Sankpal dari
Prestige Institute of Management, Air Road Gwailor dengan
judul “Effect of Brand Image on Costumer Satisfaction and
Loyalty Intention and The Role of Satisfaction Between
Brand Image and Loyalty Intention” tahun 2014 dengan
metode penelitian kuantitatif dengan hasil ada hubungan
yang kuat dan positif antara kepuasan pelanggan dan citra
merek dan kepuasan pelanggan dapat menimbulkan
loyalitas, sehingga citra merek menjadi strategi pemasaran
yang sangat kuat

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hafiza Ayesha


Riaz , M.Phil scholar Superior University Lahore Pakistan
dengan judul “Impact of Brand Image Consumer Buying
Behavior in Clothing Sector : A Comparative Study Beteen
Males dan Females of Central Punjab (Lahore) and
Sounthern Punjab (Multan)” pada tahun 2015 dengan
metode penelitian kuantitatif dengn hasil penelitian bahwa
kaum laki-laki lebih sadar akan citra merek dari pada
wanita

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Muh.


Ichwan Musa dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Makassar 2017 dengan judul “Pengaruh Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsunng
pada Mahasiswa Universitas Negeri Makassar” dengan
metode kuantitatif dengan hasil penelitian yakni citra
merek memiliki kostribusi sebesar 70,3% terhadap
keputusan pembelian konsumen.

Kemudian penelitian dilakukan oleh Nurul Evita dari


Prodi D3 Manajemen Pemasaran, Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkomsel menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan judul “Pengaruh Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian (Studi kasus pada Bakso Boedjangan
Cabang Burangburang Bandung Tahun 2017) dengan hasil
penelitian bahwa citra merek mempengaruhi keputusan
pembeli sebesar 59,9%

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dian


Wulan Fitriani, Achmad Fauzi DH,dan Edy Yulianto dari
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijayaa Malang pada tahun 2017 dengan
judul “Pengaruh Citra Merek Terhadap Faktor Psikologis,
dan Keputusan pembelian” menggunakan metode
kuantitatif dengan menujukkan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel Citra Merek terhadap
variabel Keputusan Pembelian melalui variabel Faktor
Psikologis

Penelitian diatas menerangkan bahwa ada hubungan


antara citra merek, harga, faktor psikologis dengan
keputusan membeli. Maka dari itu melhat dari hasil
penelitian tersebut maka peneliti ingin meneliti hubungan
antara citra merek dengan pengambilan keputusan
pembelian dengan persamaan penelitiannya adalah
meneliti dari aspek barang pakai, kemudian dari perbedaan
penelitian, peneliti mengambil subjek yakni semua subjek
secara homogen yakni adalah wanita yang menggunakan
jenis produk / barang kosmetik yang sama namun dengan
merek yang beragam tidak berfokus pada merek tertentu
seperti penelitian sebelumnya, subjek yang dipilih adalah
mahasiswi yang notabennya tidak perlu menggunakan
kosmetik pada masa perkuliahannya. Selain itu hal yang
berbeda dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui
dari sudut pandang harga produk yang dibeli mahasiswi
perbulannya dan dibandingkan dengan harga kosmetik
yang mereka beli setiap bulannya. Oleh karena itu peneliti
bermaksud untuk meneliti Hubungan Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik pada Mahasiswi Program
Studi Akuntasi Diploma-III Universitas Sriwijaya Palembang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keputusan Pembelian

2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (dalam Usman, 2016)


menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah tahap
proses keputusan dimana konsumen secara aktual
melakukan pembelian produk. Keputusan pembelian juga
adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memiliki
salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada bahkan
keputusan untuk tidak membeli juga termasuk dalam satu
alternatif dalam proses keputusan pembelian (Schifman
dan Kanuk, 2008). Oleh karena itu dengan adanya berbagai
pilihan yang ditawarkan konsumen dapat mengambil
keputusan yang terbaik dari yang ditawarkan sesuai
dengan berbagai alternatif pilihan yang ada.

Selanjutnya Assel (dalam Usman, 2016) dalam


mengambil keputusan untuk membeli konsumen akan
mengevaluasi merek, informasi secara detail dan akan
berhati-hati terutama pada pemilihan produk tertentu
seperti elektronik, kendaraan bermotor, dan barang yang
menunjang penampilan serta produk yang berharga mahal.
Keputusan pembelian ada saat seorang individu telah
mempertimbangkan dari hasil pengetahuan yang ia ketahui
mengenai suatu produk baik itu dari segi jenis, merek,
penjualan, kualitas hingga akhirnya ia memutuskan untuk
benar-benar membeli produk tersebut.
Melihat pernyataan diatas keputusan pembelian
adalah suatu keputusan seorang pembeli atau konsumen
untuk memilih, mengambil, dan membeli suatu barang dari
berbagai barang. Konsumen tersebut membeli barang itu
melalui proses pengetahuan yang ia punya baik itu dari
segi jenis barang, merek, penjualan, kualitas barang
tersebut hingga konsumen berinisitif untuk memilih barang
tersebut dibandingkan barang yang lain.

2.1.2 Aspek Keputusan Pembelian

Perilaku keputusan pembelian konsumen merupakan


suatu rangkaian tindakan fisik maupaun mental yang
dialami konsumen ketika akan melakukan pembelian
produk tertentu. Adapun aspek keputusan pembelian
konsumen diambil dari proses keputusan pembelian adalah
sebagai berikut

Menurut Setiadi (2008) ada beberapa proses


keputusan pembelian pada konsumen diantaranya :

a. Pengenalan masalah
Pengenalan masalah, adalah proses dimulai saat
pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang
nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini
disebabkan karena adanya rangsangan internal
maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya
orang telah belajar, bagaimana mengatasi dorongan
ini dan dimotivasi ke arah yang diketahuinya akan
memuaskan dorongan ini.
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi, adalah dimana seorang
konsumen mungkin terdorong kebutuhannya atau
juga mencari informasi lebih lanjut. Salah satu
faktor kunci bagi pemasarn adalah sumber-sumber
informasi utama yang dipertimbangkan oleh
konsumen dan pengaruh informative ini relatif dari
masing-masing sumber terhadap keputusan
membeli. Adapun sumber informai konsumen dapat
dikolompokkan menjadi 4 kelompok :
1. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga,
kenalan
2. Sumber Komersial : iklan, tenaga penjualan,
penyalur, kemasan dan pameran
3. Sumber umum : media massa dan organisasi
konsumen
4. Sumber pengalaman : pernah menangani,
menguji, dan menggunakan produk
c. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif adalah konsumen memproses
informasi tentang pilihan merek untuk membuat
keputusan akhir.
d. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian, adalah pada tahap evaluasi,
konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan
pilihan serta membentuk nilai pembelian. Biasanya
konsumen akan memilih merek yang disukai tetapi
ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap
orang lain dan faktor-faktor keadaan tidak terduga.
e. Evaluasi pasca pembelian
Perilaku pembelian adalah perilaku sesudah
pembelian terhadap suatu produk, dimana
konsumen akan mengalami beberapa tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan.
f. Kepuasan sesudah pembelian.
Konsumen mendasarkan harapannya kepada
informasi yang mereka terima tentang produk. Jika
kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda
dengan yang diharapkan maka mereka akan tidak
puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan
mereka maka mereka akan merasa puas.
g. Tindakan sesudah pembelian.
Penjualan perusahaan berasal dari dua kelompok
yaitu pelanggan baru dan pelanggan ulang.
Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih
penting dari pada menarik pelanggan baru. Oleh
karena itu, perusahaan harus memerhatikan
kepuasan pelanggan. Jika konsumen merasa puas ia
akan memperlihatkan kemungkinan untuk membeli
lagi produk tersebut.

Selanjutnya menurut Kotler dan Keller (2008) ada 5


model tahap atau proses keputusan pembelian

Perilaku
Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan
pasca
masalah Informasi alternatif Pembelian
pembelian
a. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari
suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh
rangsangan internal maupun eksternal. Pada
rangsangan internal salah satu dari kebutuhan
normal seseorang seperti lapar, haus, seks dll naik
ketingkat maksimum dan menjadi dorongan atau
kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal .
seseorang mungkin mengagumi suatu barang yang
baru atau melihat iklan tertentu hingga memicu
pemikiran tentang kemungkinan untuk melakukan
pembelian. Dalam hal ini pemasaran harus
mempertimbangkan dengan serius sebagai penyedia
kebutuhan dan keinginan konsumen agar
meningkatakn motivasi konsumen sehingga
pembelian menjadi pertimbangan serius.

b. Pencarian informasi
Konsumen sering mencari informasi yang terbatas.
Dengan adanya pencariaan informasi konsumen
dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan
dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih
rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini
seseorang hanya menjadi reseptif terhadap infomasi
tentang sebuah produk. Pada tingkatan berikutnya
seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif
atau bisa dikatakan seseorang akan mencari bahan
bacaan, menelpon teman, melakukan kegiatan
online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tersebut.
Adapun sumber informasi seseorang sebelum
membeli suatu produk adalah sebagai berikut
1. Pribadii : keluarga, teman, tetangga, rekan.
2. Komersial : iklan, website, penyalur, kemasan,
tampilan.
3. Publik : media masa, organisasi pemeringkat
konsumen.
4. Eksperimental : penanganan, pemeriksaan,
pengguna produk

Setiap sumber informasi melaksanakn fungsinya yang


berbed dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Sumber komersial biasanya melaksanakan fungsi
informasi sementara sumber pribadi melaksanakan
fungsi legitimasi atau evaluasi.

c. Evaluasi alternatif.
Evaluasi ini adalah suatu proses yang akan dialami
dan dilakukan oleh semua konsumen dalam suatu
situasi pembelian. Ada beberapa beberapa proses
dan sebagain besar model terbaru melihat
konsumen membentuk sebagian besar penilaian
secara sadar dan rasional.
Ada beberapa konsep dasar dalam proses evaluasi
yakni :
1. Konsumen berusaha memuaskan sebuah
kebutuhan.
2. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi
produk
3. Konsumen melihat masing-masing produk
sebagai sekelompok atribut dengan berbagai
kemampuan untuk menghantarkan manfaat
yang diperlukan untuk memuaska kebutuhan.

Contoh atribut yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Hotel : lokasi, kebersihan, harga


b. Obat kumur : warna. Efektivitas, rasa, harga

c. Ban : keamanan, kualitas pengendaraan harga

Konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada


atribut yang menghantarkan manfaat yang memenuhi
kebutuhan.

d. Keputusan pembelian
Dalam melaksanakan pembelian konsumen dapat
membentuk lima subkeputusan saat mengambi
keputusan untuk membeli barang tersebut seperti
merek, penyalur, kuantitas,waktu pembelian dan
metode pembayaran
e. Perilaku pascapembelian
Setelah pembelian konsumen mungkin akan
mengalami konflik dikarekan melihat fitur
mengkhawatirkan tertentu atau mendengarkan hal-
hal menyenangkan tetang merek lin dan waspada
terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Komunikasi pemasaran seharusnya memasok
keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan
konsumen dan membantunya merasa nyaman
tentang merek tersebut. Oleh karena itu tugas
pemasar tidak berakhir dengan pembelian. Pemasar
harus mengamati kepuasan pasca pembelian,
tindakan pascapembelian dan penggunaan produk
pasca pembelian.

Berdasarkan urutan tahap keputusan pembelian di


atas dapat diketahui bahwa seorang konsumen akan
melewati tiap tahap tersebut mulai dari sebelum melakukan
pembelian hingga pembelian kembali produk tersebut yang
akan datang. Dalam tahap pembelian tersebut saat penting
dipahami oleh pelaku usaha untuk mengambil hati
konsumennya karena pada penjelasan sebelumnya sangat
terlihat bahwa keputusan pembelian digerakkan oleh
dirinya sendiri walaupaun banyak faktor atau unsur
eksternal yang mempengaruhi. Oleh karena itu pelaku
usaha harus memahami betul tentang calon konsumennya
perihal metode dan tahap apa yang digunakan oleh
konsumen saat ingin membeli produk tersebut agar
konsumen dapat membelinya dan melakukan pembelian
ulang karena tingkat kesukaanya terhadap produk yang ia
beli.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan


Membeli

Ada beberapa keputusan pembelian terdapat faktor-


faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian
seseroang, adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut.

Menurut William (dalam Anwar,2012) ada 2 faktor


yang dapat perilaku konsumen dalam keputusan pembelian
yakni kekuatan sosial budaya, dan kekuatan psikologis,
adapun penjelasan diantaranya

A. Kekuatan Sosial Budaya


1. Faktor Budaya.
Budaya dapat didefiniskan sebagai hasi kreativitas
manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya
yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam
kehidupan sebagai anggota masyarakat.
2. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial berbeda dengan status sosial walaupun
sering kedua isitilah ini diartikan sama. Sebenarnya
kedua istilah tersebut merupakan dua konsep yang
berbeda. Contohnya walaupun seorang konsumen
berada pada kelas sosial yang sama, memungkinakn
status sosialnya berbeda, atau yang satu lebih tinggi
status sosialnya daripada yang lainnnya.
3. Faktor Kelompok Anutan (Small Reference Group)
Kelompok anutan didefiniskan sebagai suatu
kelompok orang yang mempengaruhi sikap,
pendapat, norma dan perilaku konsumen. Pengaruh
kelompok anutan terhadap perilaku konsumen
antara lain dalam produk dan merek yang merek
gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompok.
4. Faktor Keluarga
Keluarga dapat didefiniskan sebagai suatu uni
masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat
mempengaruhi keputusan pembelian. Keluarga
dapat bebentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Dapat pula berbentuk keluarga besar
yang terdiri dari tokok ayah. Ibu, anak, kakek dan
nenek serta warga keturunannya.

B. Kekuatan Faktor Psikologis


1. Faktor pengalaman belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat
dipengaruhi oleh pengalam belajarnya. Pengalaman
konsumen akan menentukan tindakan pengambilan
keputusan membeli.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadia dapat didefiniskan sebagai suatu bentuk
dari sifat yang ada pada diri individu yang sangat
menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen
sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya seperti
motif, IQ, emosi, cara berpikir dan persepsi. Selain
itu faktor eksternal dirinya seperti lingkungan fisik,
keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam.
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi
dan pengambilan keputusan dalam membeli.
3. Faktor Sikap dan Keyakinan
Dalam hubungan dengan perilaku konsumen, sikap
dan keyakinan sangat mempengaruhi dalam
menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan.
Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu
produk atau merek dapat diubah melalui
komunaikasi yang persuasive dan pemberian
informasi yang efektif kepada konsumen. Dengan
demikian konsumen dapat membeli produk tau
merek baru atau produk yang ada pada toko itu
sendiri.
4. Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita
melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu
sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan.
Konsep diri yang nyata ialah bagaimana kita melihat
diri dengan sebenarnya. Sedangkan konsep diri ideal
adalah bagaimana diri kita yang kita inginkan.

Dalam hubungan dengan perilaku konsumen, kita


perlu menciptakan situasi yang sesuai dengan yang
diharapkan oleh konsumen. Begitu pula dalam penyediaan
dan melayani konsumen dengan produk dan merek yang
sesuai dengan harapan konsumen. Dalam pengambilan
keputusan pembelian faktor-faktor tersebut dapat saling
berperan dalam membentuk perilaku konsumen saat
keputusan pembelian itu dibentuk.

Selanjutnya menurut Kotler dan Amstrong (dalam


Donni, 2017) ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian terdiri dari :

a. Faktor Budaya
Budaya mempunya pengaruh paling luas dan paling
dalam terhadap keputusan pembeian.pemasaran
harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur,
subkultur dan kelas sosial pembeli.
b. Faktor Sosial
Keputusan pembelian juga akan dipengaruhi oleh
faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga,
peran, dan status sosial dari konsumen.
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh usia dan
tahap siklus hidup pembeli, pekejaan dan lingkungan
ekonomi, kepribadian, konsep diri serta gaya hidup
dan nilai
d. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi,
persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan
dan sikap.

Berdasarkan dari beberapa fakor diatas dapat


dianalisis bahwa faktor budaya ini menekan kultur dan
kebiasaan pembeli dari apa yang biasanya ada dalam
kebiasaan, kemiripan pola bicara atau kebutuhan itu
mereka. Dalam faktor sosial bisa saja menjadi peran untuk
mempengaruhi atau tempat dimana ia terbiasa hidup
dalam lingkungan berkelompok, akan ada kecendrungan
kesamaan antara 1 orang dengan orang yang lain
mengenai apa yang mereka konsumsi karena keterbiasaan
saling berinteraksi bersama. Selain itu melalui faktor
pribadi hal ini dilihat lebih kepada faktor kebutuhan pada
diri sendiri atau dari apa yang ada ada dirinya seperti gaya
konsepdiri dan kepribadian, saat seseorang memerlukan
suatu hal ia akan mencari atau membeli barang demi
memenuhi kebutuhannya tersebut . dan terakhir adalah
faktor psikologis. Faktor ini adalah faktor yang ada dalam
psikologis seseorang seperti apa yang ia inginkan, kenapa
ia membeli barang tersebut, bagaimana ia menilai barang
tersebut, anggapan tentang kualitas barang yang akan ia
beli.

2.2 Citra Merek


2.2.1 Pengertian Merek

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain


atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk
mengidetifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan
perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk
(Ferrinadewi, 2008). Selaras dengan pengertian tersebut,
menurut Rangkuti (2004) merek adalah nama, istilah
tanda, simbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Tjiptono
(2008) yang menyatakan bahwa merek memiliki
elemen/identitas baik bersifat tangible seperti nama,
merek, symbol, slogan, design grafis dan sebagainya
maupun intangible contohnya, nilai simbolis, ikatan khusus,
kepribadian, citra diri dan seterusnya. Hal yang serupa juga
disampaikan oleh Asosiasi Pemasaran Amerika yang merek
adalah sebagai nama, istilah, tanda, simbol, rancangan
atau kombinasi dari semuanya yang berguna sebagai cara
untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing (Kottler
dan Keller, 2008).

Tujuan pemberian merek adalah untuk


mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan oleh
pesaing dan sebagai alat untuk strategi memenangkan
pasar karena dianggap elemen yang krusial dan pembeda
merek tersebut dengan merek yang lain (Rangkuti, 2004).
Menurut Kapferer (dalam Tjiptono, 2015) menyatakan
bahwa merek itu dibaratkan peta : “a map alone is not the
underlying territory” dengan kata lain penciptaan nilai bagi
pelanggan bukan semata-mata dihasilkan dari nama merek,
melainkan hasil aktivitas pemasaran dan komunikasi yang
dilakukan perusahaan. Konsumen tidak semata-mata
membeli nama merek, yang mereka beli adalah produk
bermerek yang menjanjikan dan memenuhi manfaat
tangible dan intangible spesifik melalui upaya pemasaran.
Selaras dengan pernyataan tersebut, merek berguna untuk
meyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan
kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk
tersebut (Rangkuti, 2004)

Melihat dari penyaatan diatas merek merupakan


suatu istilah maupun tanda baik itu berupa nama, huruf,
gambar dll guna sebagai pembeda dan ciri produk 1
dengan yang lain. Selain itu merek bukan hanya sekedar
lambang tapi juga sebagai hal yang penting dikarenakan
dalam proses pemasaran hampir semua produk relatif
sama namun perusahaan berusaha untuk mengungguli
produk mereka agar mudah menarik daya tarik pembeli
dan mudah dikenal konsumen jika memiliki merek yang
memiliki ciri dari produk yang lain.

2.2.2 Pengertian Citra Merek

Menurut Kotler dan Fox (dalam Setiadi, 2008) citra


sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan, dan
keyakinan yang dimiliki oleh seorang terhadap suatu objek.
Citra merek merupakan bentuk konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi
pribadinya (FerindaDewi, 008). Selanjutnya menurut Kotler
dan Keller (2008) citra merek adalah bentuk persepsi
serta keyakinan oleh konsumen, seperti tercermin dalam
asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Citra
merek mempersentasikan keseluruhan persepsi terhadap
merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa
lalu terhadap merek itu bentuk gambaran dari sutu produk
yang menjadi ingatan seorang konsumen saat ia telah
mengetahui suatu produk tersebut. (Setiadi, 2008)

Semakin kuat suatu merek produk, makin kuat pula


interaksi dengan konsumen dan makin banyak asosiasi
merek yang terbentuk dalam merek tersebut (Durianto,
2004). Kemudian hal yang sama juga disampaikan oleh
Tjiptono (2015) yang menyatakan bahwa citra merek
dibentuk seiring dengan merek itu dianggap mampu
membentuk serangkai asosiasi, persepsi kualitas dan
diferensiasi unik, akan tetapi semua itu tetap perlu
dipelihara relevansinya melalui strategi dan taktik
pemasaran terintegrasi jika tidak cepat atau lambat
asosiasi, persepsi dan diferensiasi tersebut akan pudar.
Selain itu dalam perkembangan suatu merek, merek harus
mengupayakan pengembangan berdasarkan karakteristik
fungsional dan mengkomunikasikanya secara jelas kepada
konsumen, hal ini berguna agar konsumen dapat dengan
mudah mengetahui dan membedakan antara merek satu
dengan merek yang lain karena merek yang jujur dalam
pengkomunikasian dengan jelas dan benar merupakan
jaminan kualitas produk tersebut konsisten dan baik
(Rangkuti, 2004). Citra merek adalah bagian kesan
konsumen terhadap suatu produk, perlu adanya perhatian
terhadap konsistensi dalam pengkomunikasian kepribadian
merek dalam menempatkan posisi merek agar citra merek
terbentuk dengan kuat (Susanto, 2005)

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


citra merek merupakan anggapan, persepsi, penilaian,
keyakinan konsumen terhadap suatu produk setelah ia
mengetahui dan mengingat produk tersebut. Selain itu
apabila penilaian merek suatu produk itu kuat dan baik
maka respon konsumen juga akan meningkat. Perusahaan
haruslah memiliki citra merek yang baik karena citra merek
merupakan menjadi asset bagi perusahaan, karena dengan
citra merek yang baik akan memberikan kesan positif
tentang produk tersebut bagi konsumen. Hal ini didukung
oleh Setiadi (2003) yang mana konsumen yang memiliki
anggapan atau citra yang positif terhadap suatu merek dan
produk, akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pembelian.

Citra merek yang baik akan membantu dalam


mengambil keputusan pembelian produk tersebut,
mengingat citra merek adalah bagian dari persepsi atau
anggapan seorang konsumen. Oleh karena itu merek yang
sebagai alat komunikasi nilai produk antara produsen dan
konsumen, baiknya berupaya agar produk mereka
dianggap baik melalui aktivitas pasar dan produk yang
menjanjikan bagi konsumen agar nilai dari merek tersebut
akan selalu diingat oleh penggunanya.

2.2.3 Aspek-aspek Citra Merek

Menurut Kotler & Keller (2008) citra merek dapat


dibentuk dengan beberapa aspek diantaranya :

1. Keunggulan asosiasi merek (favorability of brand


association)
Hal ini dapat membuat konsumen percaya bahwa
atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu brand
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen
sehingga menciptakan sikap yang positif terhadap brand
tersebut. Keunggulan ini dimaksud sebagai unggul
dalam persaingannya
2. Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association)
Hal ini bergantung pada bagaimana informasi masuk
dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi
tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai
bagian dari brandimage. Ketika konsumen secara aktif
memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu
produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin
kuat pada ingatan konsumen.
3. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand
association)
Sebuah brand haruslah unik dan menarik sehingga
produk tersebut memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru
para pesaing. Keunikan suatu produk akan memberikan
kesan yang cukup membekas terhadap ingatan
pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand yang
memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan
pelanggan untuk mengetahui lebih jauh dimensi brand
yang terkandung di dalamnya.

Hal senada disampaikan oleh Sumiati (2016) bahwa


citra merek dapat dibentuk melalui costumer-basedd brand
eguity yang mengungkapkan nilai yang dapat mengukur
dan membandingkan nilai merek nya dengan merek
pesaing. Agar sebuah merek dapat menciptakan hal
tersebut maka merek tersebut harus lebih menguntungkan
di berbagai aspek :

1. Favorability
Mengacu pada pertanyaan apakah asosiasi merek
yang dirasakan oleh konsumen secara keseluruhan
lebih menguntungkan dari pada merek pesaing atau
justru sebaliknya
2. Strength
Mengacu pada bagaimana cara asosiasi tersebut
menyebar di jaringan asosiatif yang diaktifkan oleh
merek sebagai simpul
3. Uniqueness
Jika suatu produk telah mencapai ekuitas merek dari
pelanggan sesuai dengan apa yang diinginkan,
merek tersebut juga dapat memiliki beberapa
asosiasi yang unik dan asosiasi ini idealnya tidak
dibagi dengan merek pesaing. Asosiasi yang unik
adalah titik dari penjualan yang unik dari suatu
merek.
Perlu diketahui bahwa costumer-basedd brand
eguity adalah ekuitas merek berbasis pelanggan. Ekuitas
merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan
jasa dan nilai itu tercermin dalam cara konsumen berpikir ,
merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa
pasar dan probabilitas yang dimiliki perusahaan (Kotler dan
Keller, 2008). Citra merek dapat dibentuk lewat ekuitas
merek yang mana jika dilihat dari pengertiannya ekuitas
dibentuk dan menjadi nilai lebih yang tercermin atas apa
yang ada dalam persepsi konsumen terhadap apa yang ia
gunakan dari merek tersebut. Sebuah merek mempunyai
ekuitas merek berbasis pelanggan yang positif ketika
konsumen bereaksi lebih positif ataupun sebaliknya
terhadap suatu produk dan cara produk tersebut ketika
dipasarkan saat merek itu teridentifikasi atau dikenal
konsumen (Kotler dan Keller, 2008). Oleh karena itu aspek
ekuitas merek dirasa sesuai dengan aspek citra merek
karena aspek ekuitas merek tersebut dapat membentuk
citra merek.

Dalam membangun citra merek (brand image) perlu


adanya asosiasi merek yang kuat, disukai dan unik,
asosiasi merek yang kuat adalah bentuk simpul-simpul
infomasi yang tersambung pada simpul merek dalam
ingatan dan menunjukkan arti merek bagi konsumen itu
sendiri. Jika citra merek tersebut dirasa sesuai dan meruju
pada ketiga asosiasi diatas maka akan mengkatkan ekuitas
merek (Christina, 2017)

Kemudian hal yang sama juga dipaparkan oleh


Terence (2003) yang mana menurutnya ekuitas merek atau
nilai suatu merek apabila konsumen sudah familiar dengan
merek tersebut dan memiliki asosiasi seperti

1. Asosiasi disukai (favorable)


2. Asosiasi yang kuat (strong)
3. Asosiasi unik (unique)

Citra merek dapat pula dibentuk dengan adanya kriteria


atau aspek dari merek yang karismatik, adapun merek
karismatik menurut Hermawan (2003) adalah sebagai
berikut:

1. Merek harus memiliki kinerja tanpa cela secara


berkelanjutan.
2. Merek dan perusahaan tersebut haruslah sangat
dihormati, dipuja-puja, dan memiliki aura yang
menyelimuti setiap sisi merek
3. Merek dan perusahaan tersebut memiliki daya
magnet dan kekuatan yang besar dalam
menginspirasi, menjadi panutan dan merupakan
“keyakinan” bagi pelanggan

Berdasarkan pemaparan diatas apabila syarat dari


kategori citra merek tersebut dapat dipenuhi maka citra
merek akan terbangun dengan baik. Pada setiap asosiasi
merek memiliki poin tersendiri yang menjadi acuan
penilaian dalam suatu merek dan asosiasi itulah yang akan
selalu diingat oleh konsumennya sebagai ciri khas,
pembeda dari satu produk dengan produk yang lain. Tidak
menutup kemungkinan jika setiap penilaian konsumen
terhadap suatu produk akan berbeda namun dengan itulah
sangat dilihat adanya perbedaan persepsi yang dibangun
masing-masing orang. Dengan adanya aspek citra merek
yang beragam itulah diharapkan agar konsumen dapat
memilih produk tersebut dan dapat membeli kembali
produk tersebut sesuai dengan persepsi dan apa yang ia
rasakan oleh konsumen

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Citra Merek

Sutisna (2001) menyatakan bahwa brand image


memiliki 3 variabel pendukung, yaitu:

1. Citra Pembuat/ Perusahaan (Corporate Image)


merupakan sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan
yang membuat suatu produk atau jasa.
2. Citra Pemakai (User Image) merupakan
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan
suatu barang atau jasa.
3. Citra Produk (Product Image) merupakan
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk.

Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan


bahwa citra merek tersebut dibangun atas penilaian dari
perusahaannya, pemakai dan produk yang dipakai. Citra
merek yang dibentuk berdasarakan apa yang dinilai dan
dianggap oleh konsumen. Citra merek tidak hanya melulu
dilihat dari barang yang telah dipasarkan tapi dilihat dari
bagaimana proses pembuatannya dan bagaimana penilaian
pemakaian produk. Dengan demikian jika penilaian
terhadap merek dianggap bagus dari ketiga faktor diatas
maka akan tercipta persepsi yang baik dan citra merek
yang akan melekat pada konsumennya.
2.3 Hubungan Antara Citra Merek dan Keputusan
Pembelian

Keputusan pembelian seseorang dapat dipengaruhi


beberapa faktor yakni satunya adalah faktor psikogis yang
terdiri dari motivasi, persepsi atau anggapan pada suatu
produk. Pada faktor psikologis yakni persepsi individu,
perlu diketahui bahwa persepsi adalah proses dimana
memilih, mengatur dan menerjemahkan masuknya
informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Poin
utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung
pada rangsangan fisik produk itu saja tetapi juga pada
hubungan rangsangan terhadap kondisi dalam diri (Kottler
dan Keller, 2008).

Persepsi dibentuk bukan hanya landasan dari segi


yang terlihat dari produk yang akan dibeli seorang
konsumen, tetapi dari apa yang ada pada diri seorang
pembeli, karena hanya pembeli yang tahu persis bentuk
produk seperti apa yang ia inginkan serta manfaat apa
yang ingin ia dapat dari produk yang ia pilih. Saat proses
pembelian suatu produk terkadang wanita tidak
menyesuaikan produk yang ia pilih dengan realitas
kebutuhannya saja. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Yoswohaddy (2010) yang menyatakan bahwa pada pembeli
wanita, wanita bukan melulu membeli barang karena
alasan fungsional, seperti kulitas nomor satu, awet dan
tahan lama atau murah meriah. Wanita membeli suatu
merek juga membentuk emotional connection dengan
merek tersebut. Wanita membeli barang tersebut karena
mereka menyukai dan bisa mengoneksi dirinya dengan
merek tersebut, berbeda dengan pria yang membeli karena
superioitasnya dan dalam beberapa kategori produk
tertentu bahkan dijadikan wanita sebagai alat ekspresi diri
atau self-expression. Pada pembeli wanita sering kali
membeli suatu barang bukan hanya karena kebutuhan,
kualitas, dan ketahan suatu merek, tetapi wanita membeli
karena anggapan bahwa ia menyukai produk itu dan
merasa produk tersebut sesuai untuknya, bahkan produk
tersebut dianggap menggambarkan dirinya, dengan kata
lain persepsi wanita tersebutlah yang mempengaruhi
keputusannya untuk membeli suatu produk. Begitu pula
dengan keputusan pembelian pada mahasiswi yang mana
ia akan mengalami hal serupa dan mendapati dirinya akan
selektif dalam memilih produk yang sesuai dengan
karakternya.

Merek adalah elemen kunci dalam hubungan


perusahaandan konsumen, karena merek
merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen atas
sebuah produk (Kotler dan Armstrong, 2006). Dalam
pemasaran persepsi lebih penting daripada realitas karena
persepsi yang mempengaruhi aktual konsumen. Orang bisa
mempunyai persepsi berbeda tentang objek yang sama
karena proses pemahamannya masing-masing (Kotler dan
Keller, 2008). Selain itu citra merek dibentuk atas landasan
persepsi pembeli masing-masing terhadap produk tersebut.
Hal ini didukung oleh Kottler dan Amstorng (2008) yang
menyatakan bahwa perbedaan persepsi atas objek produk
karena konsumen memiliki perhatian selektif, distrosi
selektif (mengubah informasi menjadi makna pribadi dan
menginterprestasikannya) dan ingatan selektif terhadap
produk yang mereka sukai dan lupa terhadap produk
lainnya. Hal ini pula yang berlaku pada peranan merek dan
citra merek yang dibentuk. Konsumen dapat mengevaluasi
produk yang sama secara berbeda tergantung pada
bagaimana permerekan produk tersebut, mereka belajar
tentang merek melalui pengalaman masalalu dengan
produk tersebut dan program pemasaran, serta
menemukan merek mana yang dirasa memuaskan
kebutuhan mereka dan mana yang tidak (Kotler dan Keller,
2008).

Berdasarkan keterangan tersebut saat konsumen


mencoba membentuk citra merek terhadap suatu barang
hal itu melibatkan anggapan dan persepsinya sehingga
terbentuklah penilaian sendiri akan suatu merek, walaupun
sebelumnya konsumen pernah memakai, menemukan,
melihat produk pesaingnya. Pada saat persepsi konsumen
tersebut tercipta dengan baik maka citra merek yang
ditampilkan juga akan baik, walaupun setiap persepsi atau
anggapan tentang citra merek suatu produk itu pasti akan
berbeda didalam penilaian individu satu dengan yang
lainnya karena tolak ukur kebutuhan, keinginan,
lingkungan, pengetahuan setiap orang berbeda pula atau
bisa dibilang indikator di setiap faktor keputusan pembelian
setiap orang berbeda, namun mereka tetap mengandalkan
persepsi merek dan anggapan terhadap citra merek produk
mereka masing-masing baik itu sebelum proses
pembeliannya maupun saat ia melakukan proses pembelian
kembali.

Kemudian jika dilihat dari keputusan pembelian


seorang pembeli akan mengalami pertimbangan dari
berbagai aspek saat ia memutuskan untuk membeli suatu
barang. Pembeli akan memilih salah satu pilihan sehingga
ia dapat mengambil keputusan pembelian saat ia benar-
benar membeli produk tersebut. Adapun proses tahapan
yang akan ia lalui seperti pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian,
evaluasi pasca pembelian (Setiadi, 2008).

Jika dilihat dari semua tahap keputusan pembelian


hingga evaluasi pasca pembelian, persepsi pembeli pada
suatu merek atau citra merek sangat dilibatkan di tahap
tersebut. Pada saat semua tahap tersebut telah dilewati
oleh konsumen mulai dari pengenalan masalah hingga
tahap evaluasi pasca pembelian, konsumen dianggap
sudah mengetahui seperti apa produk yang ia beli
sebelumnya, manfaat produk tersebut, kesan yang ia
rasakan saat awal pembelian hingga produk tersebut telah
dikonsumsi, serta konsumenlah yang akan memustuskan
untuk membeli produk tersebut kembali atau tidak. Kembali
pada teori pembentukan persepsi yang berbeda oleh
Kottler dan Armstong, perhatian, distori, dan ingatan
menjadi hal yang berpengaruh dalam keputusan
pembeliannya karena mengandalkan informasi yang dimiliki
oleh calon pembeli dan hal ini pula berkaitan erat dengan
proses awal pembentukan keputusan pembelian hingga
pasca pembelia. Pada proses tersebut citra merek yang
dibentuk pun telah ada di mindset konsumennya, sehingga
dapat dipastikan jika citra merek produk tersebut dianggap
tidak sesuai keinginan maka kemungkinan konsumen tidak
akan membeli kembali produk tersebut atau berganti
dengan merek yang lebih sesuai untuknya. Hal ini didukung
oleh pendapat yang mengemukakan bahwa merek
menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli
puas dengan mudah memilih produk itu kembali (Kotler
dan Keller, 2008 ). Senada dengan hal tersebut konsumen
yang memiliki anggapan atau citra yang positif terhadap
suatu merek dan produk, akan lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian (Setiadi, 2003).

Pada mahasiswi yang membeli kosmetik, citra merek


dianggap berperan dalam pembelian kosmetik mereka.
Adanya perkembangnya ilmu teknologi dan informasi tidak
dipungkiri jika pengetahuan tentang kosmetik dan usia
mereka yang menginjak dewasa membuat penggunaan
kosmetik menjadi hal yang biasa untuk dicontoh karena itu
berpengaruh pada penampilannya setiap hari. Kemudian
faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologis juga sangat berpengaruh pada keputusan
pembelian terlebih jika citra merek yang dibangun juga
sangat baik. Kemudian jika saat penggunaan kosmetik
tersebut mendapat respon yang baik pada lingkungannya
dan juga membuat tampilan wajahnya menjadi semakin
menarik, cantik dan segar maka tidak menutup
kemungkinan jika mahasiswi tersebut tetap membeli
kosmetik tersebut. Senada dengan Tjiptono (2015)
menurutnya citra merek dibentuk seiring dengan merek itu
dianggap mampu membentuk serangkai asosiasi, persepsi
kualitas dan diferensiasi unik, akan tetapi semua itu tetap
perlu dipelihara relevansinya melalui strategi dan taktik
pemasaran terintegrasi jika tidak cepat atau lambat
asosiasi, persepsi dan diferensiasi tersebut akan pudar. Hal
ini didukung oleh Setiadi (2003) yang mana konsumen
yang memiliki anggapan / citra yang positif terhadap suatu
merek dan produk, akan lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwa persepsi seseorang pada suatu produk dan citra
merek adalah hal yang sama dan sangat mempengaruhi
keputusan pembelian, yang mana menurut Chistina (2015)
citra merek (brand image) adalah bentuk persepsi
konsumen terhadap suatu produk yang menjadi refkelsi
asosiasi merek yang menancap pada ingatan konsumen.
Kemudian jika ingatan konsumen terhadap suatu produk itu
postif maka ia tidak akan segan untuk membeli produk itu
kembali dan tidak ragu untuk merekomendasikan atau
hanya sekedar menceritakan pada orang lain.

2.4 Kerangka Konseptual

Variabel Bebas Variabel Terikat

Citra Merek Keputusan Pembelian

- Keunggulan - Proses pengenalan


Asosiasi Merek masalah
- Kesukaan - Pencarian informasi
Asosiasi Merek - Evaluasi alternatif
- Keunikan - Keputusan
Asosiasi Merek pembelian
- perilaku pasca
pembelian

2.5 Hipotesis

Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis yang


dihasilkan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan
antara Citra merek dengan Pengambilan Keputusan
Pembelian kosmetik pada mahasiswi Program Studi
Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara citra merek kosemtik dan keputusan membeli pada
mahasiswi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif korelasional. penelitian kuantitatif
adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode
statistika. Sedangkan penelitian korelasi adalah penelitian
yang bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada
satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih
variabel lain (Azwar, 2016).
Jadi penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menyelidiki sejauh mana variasi variabel berkaitan dengan
variabel lain yang menekankan analisis data-data
numeriknya diolah menggunakan statistika.

3.2. Identifikasi Variabel


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajri sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2017) Dilihat
dari kedudukannya variabel dibagi menjadi dua yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel tergantung (dependen) disebut variable;
output, kriteria, konsekuen merupakan variable yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Sedangkan, Variabel bebas (independent)
atau sering disebut variable stimulus, predictor, antecedent
merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya (Azwar, 2017).
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Variabel bebas : Citra Merek (X)
b. Variabel terikat : Keputusan Pembelian (Y)

3.3. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai
variabel yang dirumuskan berdasarkan karateristik-
karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar,
2016). Adapun definisi operasional penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Citra Merek suatu anggapan atau bentuk penilaian
dan persepi mahasiswi Program Studi Akuntasi
Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Palembang terhadap suatu produk kosmetik yang
diukur berdasarkan aspek-aspek menurut Kotler dan
Keller yakni keunggulan asosiasi merek, kekuatan
asosiasi merek, keunikan asosiasi merek. Semakin
tinggi skor yang didapat akan menunjukan semakin
tinggi pengaruh citra merek terhadap mahasiswi,
begitupun sebaliknya
2. Keputusan Membeli merupakan langkah awal atau
kegiatan yang diambil oleh mahasiswi Program Studi
Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya Palembang yang ingin membeli suatu
produk atau barang dan sesuai dengan aspek
keputusan membeli menurut Kotler dan Keller yakni
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Semakin tinggi skor yang didapat akan
menunjukan semakin tinggi keputusan pembelian
mahasiswi, begitupun sebaliknya.

3.4. Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi

Populasi adalah kelompok subjek yang hendak


dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dapat
diartikan sebagai suatu ruang lingkup dari sampel (Azwar,
2016). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi
sebanyak 120 orang di Program Studi Akuntansi Diploma-
III Akuntasi Semester 4 Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya

3.4.1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto, 2014). Pada teknik pengambilan sampel
peneliti menggunakan teknik random sampling sedehana
(simple random sampling). (Azwar, 2016). Jumlah populasi
yang ada diambil secara acak dari populasi berjumlah 120
orang yang masih tercatat sebagai mahasiswi aktif Program
Diploma Tiga (D-III) Program Studi Akuntasi Universitas
Sriwijaya.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian, peneliti


menggunaka dan melihat tabel pengambilan sampel yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael. pada taraf
kesalahan 5% didapatkan 89 orang dari jumlah populasi
120 mahasiswi semester 4 Program Diploma Tiga (D-III)
Program Studi Akuntasi Universitas Sriwijaya Palembang.
Peneliti menggunakan teknik Cluster Random Sampling .
teknik ini dilakukan terhadap unit sampling yang
merupakan suatu kelompok (Hardiansyah, 2015). Selain itu
menurut Sugiyono (2017) teknik ini digunakan apablia
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data yang luas. Adapun kriteria sampel dalam
kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswi Program Studi Akuntasi Diploma-III


Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Palembang
b. Berusia di atas 17 tahun
c. Menggunakan kosmetik merek tertentu
d. Bersedia untuk mengisi koesioner

3.5. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian
mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel
yang diteliti (Azwar, 2016). Dalam penelitian ini
menggunakan metode yang berbentuk skala. Skala adalah
perangkat pertanyaan yang disusun untuk mengungkapkan
atribut tertentu melalui reposn tehadap suatu pertanyaan
(Azwar, 2015). Dalam penelitian ini menggunakan skala
likert. Skala Likert adalah teknik yang dikembangkan oleh
ilmuan sosial yaitu Rensis Likert, untuk menyusun alat
pengukuran sikap subjek yang menunjukkan skala dengan
tiga atau lima poin, apakah dia setuju atau tidak setuju
dengan pernyataan tertentu (Azwar, 2016).

3.5.1 Skala Keputusan Pembelian


Skala keputusan pembelian diukur menggunakan
jenis skala Likert untuk objek sikap berupa pertanyaan-
pertanyaan. Penyusunan skala tersebut berdasarkan aspek-
aspek keputusan pembelian Skala ini memiliki 5 alternatif
jawaban. Skala tersebut terdiri dari 75 item yang disajikan
dalam bentuk kalimat favorable dan unfavorable. Pada item
favorable nilai 5 diberikan untuk jawaban SS (Sangat
setuju), nilai 4 diberikan pada jawaban S (Setuju), nilai 3
diberikan pada jawaban N (Netral), nilai 2 diberikan pada
jawaban TS (tidak setuju), dan terakhir nilai 1 diberikan
pada jawaban STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun rincian
penilaian skoringnya dapat dilihat pada tabel 1

Table 1. Skor Skala Keputusan Pembeli

Pernyataan SS S N TS STS
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5

Berikut ini adalah blue print skala keputusan pembelian


yang mengacu pada pendapat Kotler dan Keller dengan
aspek : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Adapun blueprint keputusan pembelian dapat
dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Blueprint Keputusan Pembelian
3.5.2 Skala Citra Merek
Skala citra merek diukur menggunakan jenis skala
Likert untuk objek sikap berupa pertanyaan-pertanyaan.
Penyusunan skala tersebut berdasarkan aspek-aspek
keputusan pembelian Skala ini memiliki 5 alternatif
jawaban. Skala tersebut terdiri dari 60 item yang disajikan
dalam bentuk kalimat favorable dan unfavorable. Pada item
favorable nilai 5 diberikan untuk jawaban SS (Sangat
setuju), nilai 4 diberikan pada jawaban S (Setuju), nilai 3
diberikan pada jawaban N (Netral), nilai 2 diberikan pada
jawaban TS (tidak setuju), dan terakhir nilai 1 diberikan
pada jawaban STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun rincian
penilaian skoringnya dapat dilihat pada tabel 3.

Table 3. Skor Skala Citra Merek

Pernyataan SS S N TS STS
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5

Berikut ini adalah blue print skala keputusan pembelian


yang mengacu pada pendapat Kotler dan Keller dengan
aspek : Keunggulan Asosiasi Merek, Kekuatan Asosiasi
Merek dan Keunikan Asosiasi Merek. Adapun blueprint citra
merek dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4
Blueprint Citra Merek
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas
3.6.1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity, yaitu sejauhmana
alat ukur mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur
serta ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan
fungsi ukurnya (Azwar, 1990). Menurut Azwar
oengujianvaliditas berguna untuk mengetahui apakah skala
tersebut mampu menunjukan hasil data yang akurat sesuai
dengan tujuan ukur.
Pengukuran validitas pada penelitian ini
menggunakan SPSS metode korelasi pearson product
moment yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai
signifikansi korelasi satu item dengan item total, dengan
aturan bila nilai signifikansi < 0,05 maka item dinyatakan
valid, tetapi jika nilai signifikansi > 0,05 maka item
dinyatakan tidak valid (Alhamdu, 2016). Maka untuk
melihat validitas item yang digunakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara skor item dengan skor total item.
Bila nilai signifikansi ≤0,05 maka item valid, tetapi jika nilai
signifikansi nya ≥ 0,05 maka item tidak valid.
3.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Reliabilitas sebenarnya mengacu
kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang
mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar,
2010).
Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan koefisien
reabilitas ( ) berada dalam rentang angka 0 sampai
dengan 1,00, semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti
pengukuran semakin reliabel (Azwar,2015)

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji


hipotesis yang diajukan yaitu dengan teknik analisis regresi
sederhana (simple regression) karena penelitian ini hanya
menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel
tergantung. Metode analisis data terbagi menjadi 2 bagian
yaitu uji Asumsi (prasyarat) dan uji Hipotesis.

3.7.1 Uji Asumsi (Prasyarat)


Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat
sebelum melakukan uji analisis regresi sederhana dengan
maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang
dari kebenaran yang seharusnya ditarik.

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah


populasi data berdistribusi nornal atau tidak. Adapun teknik
yang digunakan dalam penelitian dalam uji normalitas data
dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov.
Menurut Sutrisno Hadi penelitian berdistribusi normal atau
tidak jika niai p > 0,05 maka dikatakan data berdistribusi
normal, namun sebaliknya jika nilai p ≤ 0,05 maka data
dinyatakan tidak normal (dalam Reza, 2017)

3.7.1.2 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan sebagai prasyarat untuk


melakukan analisis dengan menggunakan korelasi pearson
dan regresi linier. Tujuan dari uji linieritas ini adalah untuk
mengetahui apakah dua variable secara signifikan
mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji linieritas
ini dilakukan pada kedua variabel dengan menggunakan
test for linierity pada taraf signifikansi 0.05. Bila nilai pada
Deviation From Linierity > 0,05 maka kedua variable
dinyatakan mempunyai hubungan yang linier serta apabila
nilai signifikansi < 0,05 maka kedua variable dianggap
mempunyai hubungan linier (Alhamdu, 2016)

3.7.2 Uji Hipotesis

Setelah terpenuhinya uji normalitas dan linieritas,


kemudian dilakukan uji hipotesis. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana (simple regression) yaitu untuk menjelaskan
hubungn kedua variable X dan Y (Kadir,2010). Adapun
semua analisis dalam penelitian ini menggunakan bantuan
SPSS versi 16 for windows.
BAB IV

HASIL, PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Orientasi Kancah Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Program Diploma Tiga (D-


III) Program Studi Akuntasi

Fakultas Ekonomi didirikan pada tanggal 31 Oktober


1953 di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi
Syakhyakirti yang berstatus swasta. Kemudian, menjelang
peresmian Universitas Sriwijaya pada tanggal 17
September 1960, Fakultas ini diserahkan oleh pihak
Yayasan kepada Universitas Sriwijaya beserta seluruh
mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasinya, yang
kemudian merupakan cikal bakal Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya. Pada saat peresmian Universitas
Sriwijaya, 3 November 1960 (PP Nomor: 42 Tahun 1960
tanggal 29 Oktober 1960), Fakultas ini hanya mempunyai
satu jurusan, yaitu Jurusan Ekonomi Perusahaan yang
kemudian diubah menjadi Jurusan Manajemen.

Tanggal 14 Februari 1961 dibuka Fakultas Ekonomi


cabang Lampung, dan pada tahun 1963 memisahkan diri
dari Fakultas Ekonomi Unsri. Berdasarkan SK Rektor
Nomor: 4263/A/I/1965 dibuka Fakultas Ekonomi cabang
Bangka, dan pada tanggal 22 November1983 ditutup.

Tahun akademik 1962/1963 Fakultas Ekonomi


Universitas Sriwijaya membuka 2 jurusan baru, yaitu
Jurusan Akuntansi dan Jurusan Umum yang kemudian
diubah menjadi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Berdasarkan SK Ditjen Dikti Nomor:
212/Dikti/Kep/1996, sejak 1996, Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan diubah namanya menjadi Jurusan
Ekonomi Pembangunan.

Tanggal 23 November 1965, Fakultas Ekonomi


membuka Program Extension dengan Jurusan Ekonomi
Perusahaan (sekarang menjadi Jurusan Manajemen).
Dalam kurun waktu 1983-1986, program ini tidak
menerima mahasiswa baru. Barulah pada tahun akademik
1987 program ini kembali menerima mahasiswa baru.
Kemudian, pada tahun akademik 1993/1994 dibuka
Jurusan Akuntansi, dan pada tahun akademik 2001/2002
dibuka jurusan Ekonomi Pembangunan. Sejak tahun 2009
Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
tidak ada lagi, ini sesuai dengan surat edaran Dikti Nomor:
595/D5.I/2007 tanggal 27 Februari 2007

Kegiatan perkuliahan pada awalnya diselenggarakan


di kampus Bukit Besar Palembang. Akan tetapi dengan
dibangunnya kampus baru di Indralaya, mahasiswa tahun
akademik 1993/1994 mulai kuliah di Kampus Indralaya dan
sejak tanggal 1 Februari 1995 kegiatan akademik untuk
mahasiswa jalur penerimaan pusat (SNMPTN/SBMPTN)
seluruhnya diselenggarakan di Kampus Indralaya. Kampus
Palembang hanya menyelenggarakan kegiatan akademik
untuk mahasiswa jalur penerimaan lokal (USM).

Fakultas Ekonomi juga menyelenggarakan Program


Diploma Tiga (D-III) sejak tahun 1983. Program ini
merupakan hasil Perubahan Lembaga Pendidikan Ahli
Administrasi Perusahaan (PAAP). Adapun program
pendidikan ahli ini merupakan PassingOut Akademi
Administrasi Negara pada 1975.

Sampai saat ini Program Diploma Tiga (D-III)


mempunyai Dua Program studi yaitu Program Studi
Akuntansi dan Program Studi Kesekretariatan dengan 8
Konsentrasi (1) Akuntansi Keuangan Umum, (2) Akuntansi
Perpajakan, (3) Akuntansi Syariah, (4) Akuntansi Keuangan
Daerah, (5) Manajemen Keuangan, (6) Manajemen
Pemasaran, (7) Manajemen Perbankan Syariah dan (8)
Kesekretariatan

4.1.2 Visi, Misi dan Tugas Program Studi Akuntasi


D-III Akuntasi

1) Visi
Menjadikan Program Studi Akuntansi Diploma III FE
UNSRI Sebagai salah satu pusat pendidikan tinggi
yang terkemuka Di tingkat Nasional Pada tahun
2020
2) Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan profesional di
tingkat ahli madya dengan memberikan
pengetahuan teoritis dan praktis
b. Mengembangkan ketrampilan mahasiswa di
tingkat ahli madya yang mempunyai dedikasi,
bermoral, berintegritas, berwawasan dan mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan
global.
c. Menyelenggarakan sistem pendidikan profesional
di tingkat ahli madya agar menghasilkan lulusan
siap pakai yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang Akuntansi serta
mampu mengaplikasikannya sesuai dengan
kebutuhan pengguna (users).
d. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
dengan melibatkan partisipasi aktif
civitasakademika dan pemangku kepentingan.

3) Tugas
a. Menghasilkan lulusan yang bertanggung jawab
dan berjiwa Pancasila.
b. Menghasilkan lulusan yang mampu menangani
masalah teknis dan organisasi yang berkaitan
dengan akuntansi.
c. Menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif
dalam pelaksanaan tugas akuntansi.
d. Menyelaraskan keahlian lulusan yang sesuai
dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

4.1.3 Struktur Kepemimpinan Program Studi


Akuntasi

1) Dekan : Prof. Dr. Taufiq S.E. M.Si


2) Wakil Dekan I : Prof. M. Adam S.E, ME
3) Wakill Dekan II : Dr. Yulia Safriana SE.
M.Si.Ak
4) Wakil Dekan III : Drs. H. Dian Eka MM
5) Ketua Prodi AK : Prof. Dr. Tertianto Wahyudi
MAFIS, Ak
6) Ko. Adm Akademik : H. Fachruddin S.E., M.Si
7) Staf TU Akuntansi : Aprilitas S.E
4.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan tahap awal yang


harus peneliti siapkan sebelum mengadakan suatu
penelitian dilapangan. Langkah-langkah yang peneliti
lakukan adalah 1) persiapan adminnistrasi dan 2) persiapan
alat ukur.

4.2.1 Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi telah peneliti lakukan dalam


penelitian ini dengan pengurusan surat izin penelitian
(riset) yang dikeluarkan dari fakultas atas nama Dekan
Fakultas Psikologi Uin Raden Fatah Palembang. Surat izin
penelitian ini dikeluarkan pada tanggal 6 Februari 2019
dengan nomor: B-02/Un.09/IX/PP.09/02/2019 ditujukan
kepada Ketua Program Studi Diploma-III Akuntasi
Universitas Sriwijaya.

4.2.2 Persiapan Alat Ukur

Persiapan yang dilakukan peneliti berupa


penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian. Adapun alat ukur yang digunakan dalam
pengambilan data penelitian. Adapun alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini menggunaka skala
religiusitas dan optimisme. Kemudian langkah yang peneliti
lakukan adalah uji validiras item dan uji reabilitas skala.

a. Skala Keputusan Pembelian

Peneliti menyusun alat ukur keputusan pembelian


dengan skala Likert. Alat ukur ini telah peneliti buat
berdasarkan 5 aspek menurut Kotler dan Keller yakni
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif , keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian. Dari kelima bentuk tersebut telah peneliti
kembangkan menjadi 75 item yang terdiri dari item 43 item
favourable dan item 32 item Unfavourable.

Tabel.5

Blueprint Keputusan Pembelian


b. Skala Citra Merek

Selanjutnya peneliti juga membuat sendiri alat ukur citra


merek berdasarkan aspek menurut Kotler dan Keller terdiri
dari keunggulan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek,
dan keunikan asosiasi merek. Dari ketiga bentuk tersebut
telah peneliti kembangkan menjadi 60 item yang terdiri dari
item 35 item favourable dan item 25 item Unfavourable.
Tabel.6

Blueprint Citra Merek

4.3 Uji Coba Alat Ukur


Setelah disusun instrument penelitian, langkah
selanjutnya adalah mengadakan uji coba alat ukur (Try
Out). Pengukuran validitas ini dengan menggunakan
pernyataan yang sebelumnya sudah dibuat untuk
disebarkan pada sampel. Terlebih dahulu alat ukur di uji
cobakan pada sampel sebanyak 100 orang yang
merupakan mahasiswi Program Studi Diploma-III Akuntasi
Universitas Sriwijaya Semester 2.
Pengambilan data dilakukan secara secara klasikal
pada tanggal dan disesuaikan dengan kriteria sampel yang
telah ditentukan peneliti sebelumnya, sehingga dapat
membedakan antara subjek try out dan sampel sebenarnya
dalam penelitian.
Dalam proses pengerjaan masing-masing subjek
mendapatkan satu eksemplar skala penelitian yang berisi
dua alat ukur yaitu skala keputusan pembelian dan skala
citra merek.
Proses pengambilan data diawali dengan
pembukaan, perkenalan, pembacaan petunjuk pengisian
yang dibacakan oleh peneliti pada subjek, kemudian
membagikan skala kepada subjek dan dilanjutkan dengan
pengerjaan.
Setelah uji coba selesai, penelitian mulai memeriksa
tiap-tiap item valid dalam pernyataan, yang akan diberikan
pada sampel penelitian nantinya. Uji coba dilakukan agar
hasil yang tadinya muncul tidak menyimpang dari
gambaran tentang variabel yang dimaksud dalam
penelitian.

4.4 Hasil Uji Coba Alat Ukur


Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap uji
coba alat ukur, selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan
reabilitas terhadap kedua skala dengan menggunakan SPSS
(Statistical Program for Social Science) versi 16.00 for
windows.
4.4.1 Uji Validitas
Cara untuk mengetahui item yang dinyatakan valid
adalah dengan membandingkan antara skor item dengan
skor total item. Bila nilai signifikansi ≤0,05 maka item
dinyatakan valid, tetapi jika nilai signifikansi nya ≥ 0,05
maka item dinyatkan tidak valid / gugur. Berikut ini adalah
hasil uji coba yang telah diklasifikasikan menjadi item valid
dan gugur
Tabel.7
Blueprint Keputusan Pembelian untuk Uji Coba
(Tryout)
Keterangan * : Item gugur

Berdasarkan analisi data, maka item gugur


berjumlah 19 item dan adapun butir item yang valid
sebanyak 56 item. Berikut ini adalah sebaran item valid
yang digunakan dalam penelitian dengan nomor yang acak
dalam penelitian telah peneliti distribusikan kenomor-nomor
yang berurutan 1-56 tampak pada tabel berikut ini:
Tabel.8

Blue print sebaran skala Keputusan Pembelian


setelah uji coba
(untuk penelitian)
Keterangan ( ): penomoran baru

Tabel.9

Blueprint Skala Keputusan Pembelian untuk


Penelitian
Begitu juga dengan Skala Citra Merek yang terdiri
dari 60 item. Berikut ini adalah tabel hasil uji coba yang
telah diklasifikasikan menjadi item valid dan gugur:

Tabel.10

Blueprint Citra Merek untuk Uji Coba


Keterangan*= gugur

Berdasarkan analisi data, maka item gugur


berjumlah 12 item dan adapun butir item yang valid
sebanyak 48 item. Berikut ini adalah sebaran item valid
yang digunakan dalam penelitian dengan nomor yang acak
dalam penelitian telah peneliti distribusikan kenomor-nomor
yang berurutan 1-48) tampak pada tabel berikut ini:
Tabel.11

Blue print sebaran skala citra merek setelah uji coba


(untuk penelitian)

Keterangan ( ): penomoran baru


Tabel.12

Blueprint Skala Citra Merek untuk penelitian

4.4.2 Reabilitas Skala

Adapun hasil uji reabilitas yang diperoleh dari uji


coba skala keputusan pembelian menunjukan alpha
cronbach 0,816,
Tabel 13

Hasil Uji Reabilitas Variabel Keputusan Pembelian

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.816 75

Sedangkan hasil uji reabilitas skala citra merek alpha


cronbach sebesar 0,886.

Tabel 14

Hasil Uji Reabilitas Variabel Citra Merek

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.886 60

Maka jika dilihat dari nilai koefisien reliabilitas


tersebut berkisar antara angka 0 sampai dengan 1 maka
nilai reliabilitas tersebut menunjukkan angka yang baik
karena mendekati angka 1,00 dan dinyatakan nilai
reliabilitasnya tinggi.
4.5 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian atau pengambilan data


dilaksanakan di lokasi penelitian di Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya, Palembang pada mahasiwi semester
4 Program Studi Akuntansi Program Diploma III Universitas
Sriwijaya pada tanggal 8 Februari 2018 pukul 08:00 s/d
04:30 WIB. Penelitian menggunakan skala yang telah
disiapkan peneliti berupa skala likert yang terdiri 56 item
keputusan pembelian dan 48 item citra merek.
Pengambilan data dilakukan secara klasikal didalam kelas.
Sebelum melakukan proses penelitian peneliti terlebih dulu
melakukan perkenalan, pembagian alat ukur, dan
dilanjutkan dengan pembacaan dan arahan tata cara
pengisian alat ukur tersebut pada sampel secara seksama.
Selanjutnya saat proses pengisian alat ukur, peneliti
mengawasi pengisian skala tersebut dibantu oleh 4 rekan
peneliti yang ikut membantu proses pengambilan data
hingga jumlah data yang diinginkan tercukupi.

4.6 Hasil Penelitian

a. Kategorisasi Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat


diuraikan mengenai kategorisasi masing-masing variabel
penelitian. Penelitian ini menggunakan jenjang kategorisasi
variabel penelitian berdasarkan skor empirik (mean dan
standar deviasi). Hasil selengkapnya dapat dilihat dari skor
empirik masing-masing variabel penelitian yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.15

Deskripsi Data Penelitian

Variabel Skor X yang digunakan (emprik)

X min X max Mean SD


Keputusan 153 252 201,61 18,661
Pembelian
Citra Merek 142 234 183,90 18,728

Keterangan: SD : Standar Deviasi

ME : Mean Empirik

MH : Mean Hipotetik

Pada tabel diatas terlihat skor empirik variabel


Keputusan Pembelian dan citra merek yang akan menjadi
pedoman dalam pembuatan kategorisasi kedua variabel
penelitian. Peneliti telah membuat kategorisasi beserta
frekuensi dan persentase terhadap kedua variabel tersebut
dengan rumus kategorisasi sebagai berikut :

Rendah : X < M – 1SD


Sedang : X – 1SD ≤ X M + 1SD
Tinggi : M + ISD ≤ X
Selanjutnya hasil katogerisasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

Tabel.16
Kategorisasi Skor Skala Keputusan Pembelian
Mahasiswi
Semester 4 Program Studi Akuntansi Program
Diploma III Universitas Sriwijaya

Skor Kategorisasi N Persentase

X ≤ 183 Rendah 12 13,4%

183 ≤ X 220 Sedang 65 73,03 %

> x 220 Tinggi 12 13,4%

Total 89 100%

Berdasarkan perhitungan kategorisasi skor variabel


keputusan pembelian dapat disimpulkan bahwa terdapat 12
mahasiswi atau 13,4 8% pada kategori rendah, 65
mahasiswi atau 73,3% pada kategori sedang, dan 12
Mahasiswa atau 17,4% ada kategori tinggi pada Mahasiswi
Semester 4 Program Studi Akuntansi Program Diploma III
Universitas Sriwijaya

Tabel.17
Kategorisasi Skor Skala Citra Merek pada Mahasiswi
Semester 4 Program Studi Akuntansi Program
Diploma III Universitas Sriwijaya
Skor Kategorisasi N Persetase

X ≤ 165 Rendah 8 8,9 %

165 ≤ X ≤ 202 Sedang 66 74,1 %

> X 220 Tinggi 15 16,8 %

Total 89 100%

Berdasarkan perhitungan kategorisasi skor variabel


citra merek dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 mahasiswi
atau 8,9% pada kategori rendah, 66 mahasiswi atau 74,1%
pada kategori sedang, dan 15 mahasiswi atau 16,8% pada
tinggi rendah pada Mahasiswi Semester 4 Program Studi
Akuntansi Program Diploma III Universitas Sriwijaya

Berdasarkan kedua tabel kategori skor tersebut


dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki
katogerisasi sedang pada tingkat keputusan pembelian
lebih tinggi, sama halnya dengan jumlah responden yang
memiliki tingkat kategorisasi citra merek sedang. Pada
tingkat kategorisasi sedang keputusan pembelian sebesar
65 mahasiswi atau setara dengan 73,03 % dan pada
tingkat kategorisasi sedang pada citra merek sebesar 65
mahasiswi atau setara dengan 74,1%. Jika dilihat dari hasil
persentase tersebut dapat diketahui bahwa keputusan
pembelian kosmetik pada Mahasiswi Semester 4 Program
Studi Akuntansi Program Diploma III Universitas Sriwijaya
termasuk di kategori sedang atau bisa diartikan
bahwa keputusan pembelian kosmetik termasuk lumayan
besar terjadi dilapang dengan menunjukkan persentase
sebesar 73,03%, hal ini dikarena pada ketegori tinggi dan
rendah memiliki selisih yang jauh dengan katogeri
sendang. Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa
keputusan pembelian kosmetik menjadi hal lumrah atau
biasa dialami oleh hampir semua responden .
Selanjutnya jika dilihat dari hasil persentase citra
merek kosmetik, hasil persentase pada Mahasiswi Semester
4 Program Studi Akuntansi Program Diploma III Universitas
Sriwijaya termasuk di kategori sedang atau bisa diartikan
bahwa citra merek kosmetik termasuk lumayan besar
pengaruhnya dilapang dengan menunjukkan persentasi
73,03% hal ini dikarena pada ketegori tinggi dan rendah
memiliki selisih yang jauh dengan katogeri sendang.
Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa peran atau
terbentuknya citra merek kosmetik menjadi hal lumrah atau
biasa dialami oleh hampir semua responden .
Kesimpulannya adalah jika dilihat dari hasil
persentasi kategori sedang dari kedua variabel, yakni
berkisar 74,1% untuk keputusan pembelian dan 73.3%
untuk citra merek dapat dinyatakan adanya pengaruh yang
besar antara 1 variabel dengan variabel lain, selain itu
dengan persentase yang tidak jauh selisihnya dapat
diketahui bahwa keputusan pembelian kometik memang
berkaitan dengan adanya citra merek yang diciptakan oleh
responden karena jika lihat dari hasilnya poin persentase
tidaklah jauh berbeda. Selain itu dapat dikatakan bahwa
keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh citra merek
lumrah terjadi pada Mahasiswi Semester 4 Program Studi
Akuntansi Program Diploma III Universitas Sriwijaya,
kemudian dapat diartikan bahwa keputusan pembelian
memang telah dianggap sebagai kebutuhan responden
tersebut dan citra merek memang menjadi patokan
petimbangan yang paling banyak diandalkan untuk
pembelian kosmetik yang memang responden butuhkan.

4.6.1 Uji Asumsi


Uji prasyarat dilakukan uji normalitas dan uji
linieritas. Hal ini merupakan syarat sebelum melakukan uji
analisis Regresi dengan maksud agar kesimpulan yang
ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya
ditarik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui


normalitas sebaran data penelitian, adapun teknik
normalitas penelitian menggunakan teknik Kolmogorov
Smirnov jika taraf signifikansi normal maka niai p > 0,05
namun sebaliknya jika nilai p ≤ 0,05 maka data dinyatakan
tidak normal. Hasil uji normalitas terhadap keputusan
pembelian dan citra merek dapat dilihat pada tabel
dibawah ini

Tabel.18
Deskripsi Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Keputusanpem
.051 89 .200* .994 89 .949
belian
Citramerek .066 89 .200* .991 89 .796
Berdasarkan tabel deskripsi hasil normalitas dapat
dijelaskan bahwa nilai signifikansi untuk variabel keputusan
pembelian adalah sebesar 0,200 dan niliai signifikanso
untuk variabel citra merek adalah 0,200. Berdasarkan data
variabel keputusan pembeli yakni p = 0,200 > 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa data variabel kaputusan
pembelian berdistribusi normal. Selain itu berdasarkan data
variabel citra merek yakni p = 0,200 > 0,05 s dapat
dikatakan bahwa data variabel citra merek berdistribusi
normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan sebagai prasyarat untuk


melakukan analisis dengan menggunakan korelasi pearson
dan regresi linier. Tujuan dari uji linieritas ini adalah untuk
mengetahui apakah dua variable secara signifikan
mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji linieritas
ini dilakukan pada kedua variabel dengan menggunakan
test for linierity pada taraf signifikansi 0.05. Bila nilai pada
Deviation From Linierity > 0,05 maka kedua variable
dinyatakan mempunyai hubungan yang linier serta apabila
nilai signifikansi < 0,05 maka kedua variable dianggap
mempunyai hubungan linier (Alhamdu, 2016). Hasil uji
linieritas antara kedua variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel.19
Deskripsi Hasil Uji Linieritas

F Sig Keterangan
Linearity 45,258 0,000
Deviation 0,542 0,997 Linier
from
Linearity

Dari table tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi


pada Deviation from Linierity adalah 0,997, maka dapat
diartikan nilai signifikansi lebih besar dari 0,005. Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa antara variabel
keputusan pembelian dan variabel citra merek mempunyai
hubungan yang linier (0,997 > 0,05). Dengan demikian
asumsi linier terpenuhi

4.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini dimaksudkan untuk


menguji ada tidanya hubungan variabel X (religiusitas)
terhadap variabel Y (optimisme). Perhitungan statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana (simple regression) dengan menggunakan
bantuan program SPSS 16 for windows.

Hasil uji hipotesis antara kedua variabel tersebut dapat


dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.20

Hasil Tabel Model Summary

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .637a .405 .399 14.472
a. Predictors: (Constant), Citramerek
Dependent Variable: Keputusanpembelian

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :


a. Pada tabel tersebut kolom korelasi pearson R
(0,637) yang menunjukan tingkat hubungan yang
tinggi antara variabel keputusan pembelian dan citra
merek
b. Kolom R Square (0,405) menunjukkan bahwa
variabel citra merek mempunyai pengaruh terhadap
variabel keputusan pembelian sebesar 40,5%
selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain
Tabel.20.1

Hasil Tabel Anova

ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 12421.218 1 12421.218 59.304 .000a
Residual 18222.018 87 209.448
Total 30643.236 88

a. Predictors: (Constant), Citramerek


b. Dependent Variable:
Keputusanpembelia

Berdasarkan tabel ANOVA menjelaskan uji kelinieran :

a. F hitung (59,304) > F tabel (3,95) , maka Ho


ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
linier antara variabel keputusan pembelian dan citra
merek
b. Nilai signifikansi (0,000) < α (0,05). maka Ho
ditolak. Jadi ada hubungan linier antara variabel
keputusan pembelian dan citra merek
Tabel. 20.2
Hasil tabel Frekuansi Regresi Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 84.947 15.226 5.579 .000
Citramere
.634 .082 .637 7.701 .000
k
a. Dependent Variable:
Keputusanpembelia
Keterangan Tabel Coefficient uji koefisien :

a. t hitung (7,701) > t tabel (1,987) maka Ho ditolak.


Aka dapat disumpulkan bahwa koefisien regresi
signifikan
b. nilai signifikansi (0,000) < α (0,05), maka Ho ditolak
jadi koefisian regresi signifikan.
c. Model persamaan regresi linier yang dibentuk :
Y = 84,947 + 0,634 X

Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh bahwa


besar koefisien korelasi antara variabel keputusan
pembelian dengan citra merek sebesar 00,637 dengan
signifikansi 0,000 dimana p = < 0,05 maka hasil ini berarti
menunjukan citra merek memiliki hubungan yang signifikan
dengan keputusan pembelian pada mahasiswi Program
Studi Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya. Sedangkan sumbangsi citra merek terhadap
keputusan pembelian sebesar 40,5% sedangkan 59,9%
lainya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diungkap
dalam penelitian ini.

4.7 Pembahasan
Setelah melakukan penelitian pada sampel maka
hasil penelitian yakni hubungan antra citra merek terhadap
keputusan pembelian kosmetik pada mahasiswi Program
Studi Akuntansi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
mengungkapkan bahwa adanya hubungan yang tinggi
antara variabel keputusan pembelian dan citra merek
dengan korelasi person R (0.637). Menurut uji linieritas
yang dilakukan, hasil menyatakan bahwa ada nilai
signifikansi sebesar 0.997 > 0,05 yang menyatakan bahwa
variabel keputusan pembelian dan citra merek memiliki
hubungan yang linier dan Ho ditolak atau bisa diartikan
dengn hipotesis diterima dan dapat disimpulkan bahwa
citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Hal ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa faktor
psikologis yakni persepsi dapat mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang (Kotler dan Keller, 2008). Selain itu
teori ini didukung oleh pernyataan yang mengatakan
bahwa bahwa konsumen yang memiliki anggapan atau
citra yang positif terhadap suatu merek dan produk, akan
lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi,
2013)

Dari hasil analisa kategorisasi, kedua variabel


memiliki kategori yang sama yakni kategori sedang yang
berkisar 74,1% untuk keputusan pembelian dan 73.3%
untuk citra merek dan dapat dinyatakan adanya pengaruh
yang besar antara kedua variabel. Selain itu dengan
persentase yang tidak jauh berbeda dapat diketahui bahwa
keputusan pembelian kosmetik memang berkaitan dengan
adanya citra merek yang diciptakan oleh responden, selain
itu dapat diartikan juga bahwa keputusan pembelian
kosmetik telah dianggap sebagai kebutuhan responden
tersebut dan citra merek menjadi patokan pertimbangan
yang paling banyak diandalkan untuk pembelian kosmetik
oleh responden. Selanjutnya jika dilihat dari pengaruh
citra merek terhadap keputusan pembelian reponden maka
hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa citra
merek mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keputusan pembelian responden sebesar 40,5% sedangkan
59,9% adalah faktor lain yang mempengaruhi keputusan
pembelian respon yang tidak diungkapkan dalam penelitian
ini. Hal serupa juga didapati oleh penelitian sebelumnya
yang mana penelitian yang dilakukan oleh Muh. Ichwan
Musa dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar
2017 dengan judul “Pengaruh Citra Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Smartphone Samsung pada
Mahasiswa Universitas Negeri Makassar” dengan metode
kuantitatif dengan hasil penelitian yakni citra merek
memiliki kostribusi sebesar 70,3% terhadap keputusan
pembelian konsumen. Selain itu penelitian serupa
mengenai hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan
oleh Dian Wulan Fitriani, Achmad Fauzi DH,dan Edy
Yulianto dari Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijayaa Malang pada
tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Citra Merek Terhadap
Faktor Psikologis, dan Keputusan pembelian Handphone
Samsung” dengan menujukkan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel Citra Merek terhadap
variabel Keputusan Pembelian melalui variabel Faktor
Psikologis.

Pada pengertian citra merek di bab sebelumnya,


citra merek merupakan bentuk persepsi yang dibangun
oleh seseorang maka persepsi positif pada merek itulah
yang dimiliki oleh responden pada saat ia memutuskan
untuk melakukan proses pembelian. Hal ini selaras dengan
pernyataan Kotler dan Keller yang menyatakan bahwa
persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi
yang mempengaruhi perilaku aktual konsumen (Kotter dan
Keller 2008). Jika dilihat dari pengertiannya persepsi adalah
proses yang digunakan konsumen untuk memiilh,
mengorganisasi dan menginterprestasikan masukan
informasi guna menciptakan gambaran yang memiliki arti
(Schiffman dan Kanuk, 2008). Informasi, gambaran, yang
dimiliki oleh seorang konsumen akan membentuk persepi
merek atau produk pada diri konsumen tersebut, jika
persepsi konsumen tersebut baik maka merek tersebut kan
manjadi hal yang diingat karena kesan yang disimpan oleh
persepsi seorang calon konsumen, baik itu sebelum
melakukan pembelian produk ataupun dalam pembelian
selanjutnya. Dalam proses keputusan pembelian terdapat
aspek pencarian informasi yang mana aspek dirasa sangat
dipengaruhi oleh persepsi karena aspek tersebut diniliai
sebagai proses masuknya hal-hal atau pengetahuan
mengenai produk atau suatu merek baik itu dari proses
pencarian informasi pribadi, komesial, publik dan
eksperimental. Selain itu dalam tingkatan ini konsumen
akan lebih reseptif terhadap informasi suatu produk (Kotler
dan Keller, 2008) oleh karena itu persepsi atau citra
mereklah yang akan terbentuk lewat aspek tersebut. Pada
aspek perilaku pascapembelian, pada tahap ini konsumen
akan mengingat dan merasakan kembali apa produk atau
merek tersebut dapat memuaskannya atau bisa dikatakan
sesuai dengan keinginananya. Apabila konsumen merasa
puas akan suatu merek maka tidak menutup kemungkinan
akan melakukan pembelian kembali. Hal ini didukung oleh
pendapat yang mengemukakan bahwa merek menandakan
tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli puas dengan
mudah memilih produk itu kembali (Kotler dan Keller,
2008)

Pada pembeli mahasiswi yang membeli kosmetik,


citra merek dianggap berperan sebsar 40,5% dalam
keputusan pembeliannya. Selanjutnya berdasarkan analisis
data tambahan data diketahui bahwan 89 mahasiswi
Program Studi Akuntansi Diploma-III Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya kebanyakan memiliki uang saku
berkisar Rp.750.000-Rp.1.500.000 selain itu kebanyakan
responden memilih dan membeli kosmetik mengeluarkan
sejumlah uang setiap bulannya dengan harga berkisar <
Rp. 250.000. Hal ini masih dikatakan hal yang ajar karena
mengingat kebutuhan mahasiswa saat dibangku kuliah
yang terbilang banyak sehingga dapat disimpulak bahwa
responden membeli kometik perbulan tidak menggunakan
setengah dari uang sakunya hanya untuk membeli barang
tersebut. Berdasarkan data tambahan lainya diperlihatkan
bahwa 89 responden mencantumkan merek kosmetik yang
mereka pakai sebanyak 30 merek kosmetik yang beragam
terdiri dari merek kosmetik buatan indonesia maupun
berasal dari luar negeri yang memperlihatkan bahwa
setiap responden memiliki pilihan merek beragam yang
dirasa sesuai dengan dirinya. Hal ini terjadi karena setiap
konsumen memiliki anggapan persepsi dan penilaian yang
berbeda dari setiap mereknya. Selaras dengan hasil
penelitian tersebut menurut Kotler dan Keller orang bisa
mempunyai persepsi berbeda tentang objek yang sama
karena proses pemahamannya masing-masing (Kotler dan
Keller 2008). Hal ini didukung oleh peranan merek dan citra
merek yang dibentuk. Konsumen dapat mengevaluasi
produk yang sama secara berbeda tergantung pada
bagaimana permerekan produk tersebut, mereka belajar
tentang merek melalui pengalaman masalalu dengan
produk tersebut dan program pemasaran, serta
menemukan merek mana yang dirasa memuaskan
kebutuhan mereka dan mana yang tidak (Kotler dan Keller
2008). Oleh karena itu penyataan tersebut sesuai dengan
hasil data tambahan yang mana dari 89 responden memiliki
merek kosmetik favorite yang beragam dengan harga yang
berbeda-beda.

Berdasarkan hasil daftar merek yang dicantumkan,


dilihat dan diketahui bahwa Wardah yakni produk dari
Indonesia menjadi pilihan terbanyak oleh responden,
Maybeline yakni produk dari New York menjadi pilihan
kedua terbanyak oleh responden. Diketahui bahwa Wardah
memang termasuk produk yang tidak terlalu mahal atau
terjangkau oleh berbagai kalangan jika dibandingkan
dengan merek Maybeline , maka dari itu sangat wajar jika
mahasiswi sebanyakn 89 orang dari Program Studi
Akuntansi Diploma-III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya lebih memilih merek Wardah sebagai merek yang
paling disukai mengingat labeling halal yang sangat
menjadi nilai tambah dalam pemasaran selain itu juga
Wardah memang didedikasikan untuk kulit wanita
Indonesia sehingga banyak diantara konsumen yang
menyukai produknya termasuk responden penelitian ini,
sedangkan Maybeline memang terbilang lebih mahal dari
Wardah namun dipasaran citra merek Maybeline memang
dikenal dengan kualitas yang lebih dari produk Wardah dan
merek Maybeline dikenal dengan ketahanan produknya
dengan selogan “long lasting”. Berdasarkan tingginya minat
mahasiswi terhadap produk Wardah dan adanya pengaruh
lebel halal dan kualitas pada merek tersebut, hal ini telah
diteliti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wanda Gema Prasadio dengan judul “Pengaruh Label Halal
dan Kualitas Produk terhadap proses Keputusan Pembelian
Produk Kosmetik Wadah Menggunakan Citra Merek Sebagai
Variabel Intervening” dan penelitian tersebut menunjukkan
bahwa lebel halal dan kulitas produk secara bersama-sama
(simultan) terhadap citra merek mempunyai hubungan yng
kuat atau positif dan secara parsial label halal berpengaruh
signifikan terhadap citra merek.

Melihat dari temuan di atas merek dirasa menjadi


suatu hal yang penting karena merek menjadi bentuk
pengenalan yang paling awam adalah dan merek adalah
elemen kunci dalam hubungan perusahaan dan konsumen,
karena merek merepresentasikan persepsi dan perasaan
konsumen atas sebuah produk (Kotler dan Armstrong,
2006). Maka dari itu jika koneksi merek Wardah lebih baik
dibandingkan dengan produk yang lain dikarenakan wardah
mampu menghubungkan produknya dengan konsumen
dengan benar-benar masuk pada akal pikiran dan konsep
konsumennya dengan ciri label Halal yang disampaikan dan
membentuk persepsi bahwa produk tersebut aman bagi
wanita Indonesia, sehingga muncul perasaan dan persepsi
yang baik pada produk dan fungsi elemen kunci dari
pemasaran Wardah telah terpenuhi dengan adanya citra
mereknya sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada,


penggunaan kosmetik pada mahasiswi Program Studi
Akuntansi Diploma-III Universitas Sriwijaya bukanlah
menjadi perioritas utama bagi mahasiswi karena tidak
menjadi patokan penilaian dalam proses perkualiahan. Hal
ini dilihat dari kategorisasi sedang dalam hasil analisis
kategori pada kedua variabel. Kemudian hal ini juga dilihat
dari banyak yang menggunakan kosmetik dari berbagai
merek bahkan telah menjadi kebutuhan yang mereka beli
secara rutin dengan uang saku mereka. Dalam penggunaan
kosmetik responden hanya merasa ingin tampil lebih baik
dengan kosmetik dan lingkungan mereka juga
menumbuhkan persepsi tersebut. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Yoswohaddy yang mengatakan bahwa pada
pembeli wanita, wanita bukan melulu membeli barang
karena alasan fungsional, seperti kulitas nomor satu, awet
dan tahan lama atau murah meriah. Saat wanita membeli
produk, mereka juga membentuk emotional connection
dengan merek tersebut. Wanita membeli barang tersebut
karena mereka menyukai dan bisa mengoneksi dirinya
dengan brand atau merek tersebut, berbeda dengan pria
yang membeli karena superrioitasnya. Dalam beberapa
kategori produk tertentu bahkan dijadikan wanita sebagai
alat ekspresi diri atau self-expression (Yuswohaddy,2010).
Mahasiswi tersebut merasa pembelian kosmetik dapat
membuat dirinya merasa senang dan pemilihan merek
yang mereka beli dirasa sesuai dan cocok untuknya, maka
dengan persepsi yang dibentuk lewat citra merek kosmetik
yang dirasakan oleh pembeli wanita khususnya mahasiswi
sangat mempengaruhi dalam keputusan pembelian
kosmetik walaupun sebenarnya mahasiwi tersebut
mengetahui jika penggunakan kosmetik tidak menjadi
patokan penilaian akademik dan penggunaan kosmetik
hanya untuk membuatnya merasa lebih segar, cantik,
menarik dan percaya diri.

Berdasarkan hasil penelitian yang diatas dapat


diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang positif
antara citra merek terhadap keputusan pembelian kosmetik
pada mahasiswi Program Studi Akuntasi Diploma-III
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.

4.8 Kelemahan Penelitian

Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut :

1. Pada saat pengisian skala, terlihat responden


merasa bosan dan lelah dalam mengisi koesioner
karena skala memiliki banyak butir pernyataan,
sehingga ada beberapa responden mengisi skala
dengan asal / sembarangan.
2. Ada beberapa kelas yang menggunakan waktu
pengerjaan yang singkat karena akan memulai
proses perkuliahan sehingga beberapa responden
mengisi kuesioner dengan terburu-buru dan kurang
berkonsentrasi dengan waktu yang sedikit walaupun
memang hasil pengisian skala tetap beragam
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka


dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara citra merek
terhadap keputusan pembelian kosmetik pada mahasiswi
Program Studi Akuntasi Diploma-III Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya dengan adanya pengaruh citra merek
sebesar 40,5% terhadap keputusan pembelian dan dengan
hasil Ha diterima atau hipotesis diterima. Dengan demikian
bahwa variabel cira merek berpengaruh pada variabel
keputusan pembelian

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang telah


peneliti lakukan, maka peneliti menyarnkan beberapa hal
yang ditunjukan kepada pihak-pihak terkait, diantaranya
sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Subjek Penelitian

Bagi mahasiswi Program Studi Akuntasi Diploma-III


Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, peneliti memiliki
saran sebagai berikut :

1. Peneliti menyarankan agar mempergunakan uang


saku dengan lebih bijak dari pada harus
menggunakan uang untuk membeli kosmetik yang
dirasa belum perlu untuk dikonsumsi oleh
mahasiswi.
2. Bagi mahasiswa yang dirasa telah selektif dalam
mengelola keuangan saat ia masih mengkonsumsi
kosmetik tertentu, disarankan untuk tetap
mempertahankan metode pengelolaan uang
sakunya.
3. Selain itu peneliti berharap agar mahasiswi lebih
fokus berlomba-lomba dalam belajar dan
meningkatkan prestasi akademik dan
pengembangan diri.
4. Peneliti berharap agar mahasiswi lebih menampilkan
dan mengutamakan inner beauty agar tetap lebih
percaya diri.

5.2.2 Bagi Pelaku Industri

Adapun saran bagi pelaku industry adalah sebagai


berikut :

1. Bagi pelaku industri kecantikan baiknya


memproduksi kosmetik yang memiliki produk
dengan kandungan yang dirasa aman dan sesuai
untuk digunakan pada kulit mahasiswi maupun
remaja lainnya.
2. Penelitian berharap agar pelaku industri kecantikan
dapat berinovasi dalam menyesuaikan jenis produk
dan harga sesuai dengan uang saku yang lumrah
dimiliki oleh remaja

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik meneliti


tentang hubungan citra merek dan keputusan pembelian,
hendaknya mempertimbangkan beberapa kelemahan dalam
penelitian ini seperti :

1. Peneliti menyarankan agar variabel yang digunakan


lebih spesifik seperti mengganti variabel citra merek
menjadi ekuitas merek, karena citra merek
membentuk ekuitas merek.
2. Peneliti menyarankan agar mengurangi jumlah butir
pernyataan karena setiap responden memiliki respon
yang berbeda pada saat pengisian skala
3. Pemilihan waktu pengerjaan yang lebih efisien agar
pengisian tidak terkesan terburu-buru dan
responden dapat lebih berkonsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamdu (2016) “Analisis Statistik dengan Program SPSS “,


Palembang : NoerFikri

Ali Baseer Durrani, Msc, Danish Iqbal Godil, M-Phil, Mirza


Uzair Baig, Msc, Sana Sajid, MBA (2015) “Impact Of
Brand Image On Buying Behaviour Among Teenagers
Bahria University, Pakistan European Scientific Journal
February edition vol.11, No.5

Anwar A.A Prabu Mangkunegara (2012) Perilaku


Konsumen, Bandung : PT Refika Aditama

Ariadne Christina Sekar Sari (2017) “Teknik Mengelola


Produk dan Merek”, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Azwar Saifuddin (2016) “Metode Penelitian ”, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Azwar Saifuddin (2015) “Penyusunan Skala Psikologi” Edisi


2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ayesha Hafiza Riaz , M.Phil scholar (2015) “Impact of


Brand Image Consumer Buying Behavior in Clothing
Sector : A Comparative Study Beteen Males dan
Females of Central Punjab (Lahore) and Sounthern
Punjab (Multan)” Journal of Business Vol.4 No.9
Superior University Lahore Pakistan

Durianto, Darmadi dkk. (2004) “Strategi Menaklukan Pasar”


PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta
Efendi Usman (2016) “Psikologi Konsumen”, Depok : Raja
Grafindu Persada

Evita Nurul (2017) “Pengaruh citra merek terhadap


keputusan pembelian studi kasus pada bakso
Boedjangan cabang Buranggrang” ISSN : 2442-5826
Produ D3 Manajemen Pemasaran Fakultas Ilmu
Terapan Universitas Telkom Bandung

Fani Iredho Reza, (2017) “Metode Penelitian Psikologi,


Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi” , Palembang :
NoerFikri

Ferrinadewi, Erna. (2008). “Merek & Psikologi Konsumen :


Implikasi pada Strategi Pemasaran” , Yogyakarta :
Graha Ilmu

Juni Donni Prinasa (2017) “Perilaku Konsumen dalam


Persaingan Bisnis Kotemporer”, Bandung : Alfabet

Ichwan Muh Musa (2017) “Pengaruh Citra Merek Terhadap


Keputusan Pembelian Smartphone Samsung pada
Mahasiswa Universitas Negeri Makasar” Jurnal
Ekonomi Vol.5 Nomor 1 Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar

Kadir (2010) “Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial”


Jakarta : Rosemata Sampurna

Kertajaya Hermawan (2003) “Marketing In Venus”, Jakarta


: PT Gramedia Pustaka Utama
Kotler Philip, Kevin Keller (2008) “Manajemen pemasaran
Edisi 12 Jilid 1, Alih bahasa oleh Bob Sabran,
Indonesia : PT INDEKS

Kotler Philip, Kevin Keller (2008) Manajemen Pemasaran,


Jilid I, Edisi 13, Alih bahasa oleh Bob Sabran
Indonesia : Erlangga

Kotler Philip dan Gary Amstrong (2008) Prinsip-prinsip


Pemasaran Edisi 12 Jilid 11 , Alih bahasa oleh Bob
Sabran , Jakarta : Erlangga

Kumar Nischay Upamannyu dan Shilpa Sankpal (2014)


“Effect of Brand Image on Costumer Satisfaction and
Loyalty Intention and The Role of Satisfaction
Between Brand Image and Loyalty Intention” Journal
of Social Research Vol.3 No.2 Prestige Institute of
Management, Air Road Gwailor

Rangkuti, Freddy (2004) “The Power of Brand” ,Jakarta :


PT Gramedia Pustaka Utama

Schiffman, Leon G. dan Leslie LazarKanu (2008). Perilaku


Konsumen. Alih Bahasa: Zoelkifli Kasip. Edisi 7.
Yogyakarta: PT. Indeks.

Setiadi N.J. (2015) “Perilaku Konsumen : Perspektif


kotemporer pada motif, tujuan dan keinginan
konsumen” Edisi Revisi Jakarta : Kencana Preneda
Media
Shim Terence (2003) “Periklanan Promosi Aspek Tambahan
Komunikasi Terpadu”, Jakarta : Erlangga

Sugiono (2017) “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D” , Bandung : Alfabeta

Sumiati, Nadiyah Hirfiyana Rosita (2016)“Branda dalam


Implikasi Bisnis” Malang : UB Press

Susanto AB, Himawan Wijarnako (2005) “Power Branding


Membangun Merek Unggul dan Organisai
Pendukung “ Jakarta : Mizan Publika

Sutisna dan Prawitra (2001) Perilaku Konsumen dan


Komunikasi Pemasaran , Jakarta. PT Remaja
Rosdakarya
Tjiptono, Fandy (2008) Strategi Pemasaran jilid 4.
Yogyakarrta : Penerbit Andi Offset

Wulan Fitriani Dian, Achmad Fauzi,, Edy Yulianto (2017)


“Pengaruh Citra Merek Terhadap Faktor Psikologid
dan Keputusan Pembelian” Jurnal Adimistrasi Bisnis
Vol 50 No. 1 jurusan Ilmu Adimistrasi Bisnis Fakultas
Ilmu Adimistrasi Universitas Brawijaya Malang,

Yuswohandy, Dyah Hasto Palupi, Teguh Sri Pambudi


(2010) “Womenologi (The Art of Marketing to
Woman” Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

www.academicindonesia.com
www.academia.edo

www.bisnis.tempo.com

www.unnes.ac.id

Anda mungkin juga menyukai