Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

Oleh
Mayrinda Ultifa
Nim 1910120201547

Dosen Pembimbing
Ns. Herlina Susanti, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepeda Allah Yang Maha Esa,berkat rahmat dan

karunia-Nya lah Saya dapat menyelesaikan tugas individu Makalah Farmakologi yang di

berikan kepeda Saya. Yang dimana makalah ini saya beri judul : PERAN PERAWAT DALAM

PEMBERIAN OBAT. Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata

kuliah ”IDK II”

Makalah ini juga saya harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan

membacanya. Makalah ini saya susun dengan sebaik mungkin dengan menggunakan beberapa

referensi dari buku beberapa para ahli dalam bidang Farmakologi.

Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat Dalam

pemberian Obat .Untuk itu Saya sangat berharap agar makalah yang saya buat ini dapat

digunakan sabagai acuan,yang positif, serta bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Jambak, Mei 2020

Mayrinda Ultifa
BAB I
PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalamtubuh. Obat adalah
senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi gejala atau menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (joenoes,2001). Penentuan
obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut
bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order
dokter, menyimpan dan meracik obat sesuai order hingga memberikan obat kepada pasien.
Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien.
Perawat bertanggung jawab terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut
pada pasien.dalam pemberian obat - obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua
komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan
dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status
kesehatan klien.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar
negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992).
Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians’ Desk Reference (PDR), dan sumber daya
manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat  jika merasa tidak jelas mengenai
reaksi terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi,
atau reaksi yang merugikan dari pengobatan. Sebelum sesuatu obat diberikan atau dikonsumsi
seseorang, obat telah melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan, pengolahan,
pengijinan, perdagangan, pengorderan, pemblian dan pemakaian. Pada aspek pemberian obat,
perawat harus yakin tentang order pengobatan yang dibuat oleh dokter sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kewenangan dan pelaksanannya.
B. Tujuan
1. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.
2. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam pemberian obat.
3. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam
pemberian.
4. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Perawat dalam Pengobatan


Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien
untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas

tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta

bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga

kesehatan lain.

B. Pengertian perawat

Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan

harus tepat. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar

negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010)

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan

bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-

psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia

(Lokakarya keperawatan nasional, 1983)

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)


Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat dan memiliki

kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan berdasarkan bidang keilmuan

yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dan professional untuk

individu sehat maupun sakit, perawat berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-

psiko-sosio dan spiritual.

C. Pengertian Obat

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan

gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan

dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau

hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk

obat tradisional.

D. Prinsip Pemberian Obat


1. Pasien yang Benar
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat, yaitu mencocokan nama,
nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
Tindakan – tindakan dalam Tepat pasien:
- Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
- Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat (beberapa klien akan menjawab
dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa
pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang,
perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan)
- Mengecek identitas pasien pada papan / kardeks di tempat tidur pasien yang akan
diberikan obat
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatny45679a, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
3. Dosis yang Benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya.
Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam
kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan
mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan dosis obat yang
diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus
dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.
Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai
rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh
perawat lain.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis
obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ),
t.i.d ( tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar
obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang
panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan
sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan.
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat,maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus : alat untuk membelah tablet; dan lain-lain. Dengan
demikian,perhitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
Tindakan – tindakan dalam Tepat dosis :
- Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
- Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat lain (double check)
- Mencampur / mengoplos obat sesuai petunjuk panda label / kemasan obat
- Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
- Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan
- Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut ( mukosa
lambung ) bersama-sama dengan makanan.
- Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
- Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke
apotik ( tergantung peraturan ).
- Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam
( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah
terapeutik.
4. Cara/Rute Pemberian yang Benar
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak
sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama
susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada
obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Dokumentasi yang Benar
Dokumentasi sangat penting, jadi setelah memberikan obat kita harus segera
memberikan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah
sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan
tindakan. Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang
perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan .
Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda tangan
perawat . Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat
seperti (1) narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri – atau
(2) analgesik non- narkotik, (3) sedativa, (4) antiemetik (5) reaksi yang tidak
diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi gastrointestinal atau tanda – tanda
kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat
pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu
belum diberikan
Tindakan – tindakan dalam Tepat dokumentasi
- Mengecek program terapi pengobatan dari dokter.

- Mencatat nama pasien , nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat
- Mencantumkan nama/ inisial dan paraf
- Mencatat keluhan pasien
- Mencatat penolakan pasien
- Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat ( pada pasien yang
memerlukan pembatasan cairan)
- Mencatat segera setelah memberikan obat

Universal precaution
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat
2. Menggunakan sarung tangan ketika memberikan obat secara parenteral
3. Membuang jarum suntik bekas pada tempat khusus dalam keadaan terbuka
E. Cara Penyimpanan Obat
1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil
(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-
masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat
sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air
harus < 5°C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening
menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

F. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat


1. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat keputusan.
2. Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk
menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang
perlu untuk mengusahakan agar klien mau men erima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat
wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang
menginstruksikan.
G. Kesalahan dalam Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain
yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi
obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang
salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera
menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya.

H. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi
tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan
yang berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara
minum obat waktu dan dosis.

I. Peran dalam Mendukung Keefektifitasan Obat


Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik
obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan
harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak
boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat
terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan
perawatan.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan
obat yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan langsung yang disampaikan oleh
pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk
bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

J. Peran dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap
kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus
mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang
dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan

12
memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,
menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.
Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah mengenai
tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau
perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa
pasien dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran
penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data
tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.

K. Trend Issue Pengobatan


Pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati tanaman untuk pengobatan herbal
secara alami berdasarkan praktik empiris di Indonesia semakin meningkat. Pengobatan
dengan bahan alami digunakan berdasarkan praktis empiris seperti  pencegahan penyakit,
meningkatkan kesehatan, penyembuhan penyakit dan sebagai kosmetik. Brotowali,
Kumis Kucing, Buah Merah, dan Temulawak merupakan sedikit dari beragam jenis
tumbuhan asli Indonesia yang diketahui dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
seperti diare, darah tinggi, diabetes, hiperkolesterorl, hepatitis, asam urat, asma, batu
ginjal, reumatik, batu empedu, keputihan, hingga obesitas.
Pemanfaatan tanaman asli Indonesia sebagai bahan pengobatan modern merupakan
usaha yang terus harus dilanjutkan untuk menjadikan Indonesia tuan rumah dari
pengobatan herbal, Pemanfaatan bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
obat pun sudah diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
tentang pengawasan pemasukan bahan baku obat tradisional.

L. Implikasi Keperawatan dalam Farmakologi

Implikasi keperawatan dalam kajian farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
proses keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi :
a. Keadaan pasien/identifikasi pasien
- Usia : bayi, anak-anak , dewasa dan lansia
- Reaksi : bagaimana reaksi pasein setelah minum obat.
13
- Pola kebiasaan : kebiasaan pasien pada waktu minum obat, misalnya dengan
memakai air minum, pisang dan lain-lain.
- Persepsi pasien tentang obat : khasiat obat, sugesti terhadap obat.
b. Keadaan obat / identifikasi obat
- Dosis obat sesuai umur pasien
- Bentuk obat apakah padat , cair suspensi
- Pengunaan obat : oral, sub-lingual, ditelan atau dikunyah.
c. Efek samping obat (side effect)
d. Etiket
- Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat luar diberi ektiket
biru).
- Tanggal/bulan/tahun kadaluarsa obat.
- Jenis obat (sedative, antihistamine, antibiotic, deuresis dll).
e. Keadaan pasien
Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi khusus :
- Penderita TBC Aktif
- Penderita Kusta Aktif
- Penderita Epilepsi
- Penderita Malnutrisi
f. Ada tidaknya riwayat alergi obat
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis dengan
jelas pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih
aman.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien
merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan keterampilan teknik dan
pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan
pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip
dalam pemberian obat.

B. Saran
Perawat harus mengetahui enam hal yang benar dalam pemberian obat kepada
pasien. Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian
obat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kuntarni, (2018). TINGKAT PENERAPAN PRINSIP ‘’ENAM TEPAT’’


DALAM PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT
INAPRS Dr. Ciptomangunkusumo(RSCM) Jakarta.
http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/
http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html
http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-obat.html
http://health.liputan6.com/read/627062/meningkat-tren-pengobatan-herbal-di-indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai