spora, pirogen dan patogen sehingga sediaan tersebut harus memenuhi uji sterilitas. Sediaan
parenteral adalah suatu sediaan yang digunakan pada tubuh manusia melalui kulit, membran
mukosa dan harus bebas dari mikroogranisme. Sebagian besar sediaan parenteral tersebut
berupa injeksi atau ditempatkan pada jaringan tubuh manusia serta tidak mengalami first pass
metabolism di hati. Sebagian lain sediaan parenteral berupa produk topikal dan inhalasi.
Secara umu, sediaan parenteral mengacu pada produk injeksi, topikal dan inhalasi dapat
dibedakan berdasarkan rute administrasinya. Sediaan steril topikal contohnya adalah salep
mata, tetes mata, topical wound healing, dan larutan irigasi. Beberapa agen farmasetik lain
yang hanya dapat diberikan secara parenteral adalah peptida, protein dan agen kemoterapi.
Tidak hanya bebas dari mikroorganisme, namun sediaan parenteral harus bebas dari
kontaminasi fisika, kimia dan biologi. Berdasarkan hal tersebut, maka produksi sediaan
parenteral di industri farmasi harus memenuhi cGMP (current Good Manufacturing Practice)
dan pemberian sediaan parenteral pada praktik farmasi klinis harus memenuhi GAPs (Good
Aseptic Practice).
Sediaan parenteral relatif tidak sabil dan merupakan obat-obat poten yang sangat
yang isotonis
c. Eksipien berfungsi sebagai antimikroba pada sediaan (bukan sebagai efek) namun
Sediaan Penggunaan
Parenteral Digunakan melalui injeksi hipodermik
menggunakan pelarut yang sesuai atau
dengan suspending agent
Mata Digunakan dengan cara diteteskan atau
diletakkan pada kelopa mata
Larutan irigasi Digunakan untuk kontak langsung pada
jaringan, pembuluh darah dan bekas luka
Implan Digunakan dan ditempatkan pada jaringan
tertentu di dalam tubuh
Sediaan Saluran Pernafasan Digunakan sebagai inhalasi
KEUNTUNGAN : KERUGIAN :
AKSI CEPAT SAKIT
SELURUH DOSIS ALAT KHUSUS DAN KONDISI
MENGHINDARI GIT TENAGA AHLI
KONDISI PASIEN RISIKO PEMBERIAN : - SALAH OBAT /
SALAH DOSIS
Beberapa sediaan lain yang digunakan secara parenteral antara lain digunakan sebagai terapi
hormon, terapi fertilitas, terapi protein, terapi kanker, operasi ortopedi, imunosupresan serta
dalam bentuk modified release seperti microsphere, liposom dan solid lipid nanoparticles.
Beberapa istilah yang akan banyak berhubungan dengan sediaan parenteral diantaranya
1. Steril = Tidak satupun adanya mikrobia atau partikel baik terlihat maupun tidak
terlihat
2. Sterilitas = Tingkat kemungkinan tinggi yang dapat diterima bahwa suatu produk
ada kemungkinan satu dalam satu juta bahwa sebuah sediaan terkontaminasi) Disebut
Sediaan steril terbagi menjadi 3 jenis yaitu Small Volume Parenteral (SVP), Large Volume
SVP didefinisikan sebagai sediaan injeksi dengan volume tidak lebih dari 100 ml sedangkan
LVP didefinisikan sebagai sediaan injeksi dengan volume lebih dari 100 ml. Modified
Release atau Depot Injectable drug adalah sediaan yang mirip SVP dan diberikan melalui
intravena namun regimen terapinya lebih rendah dari sisi frekuensi pemberian dibandingkan
SVP pada bentuk larutan dapat berupa larutan konsentrat yang akan direkonstitusi
atau berupa larutan yang siap diinjeksikan. Sediaan larutan dapat diadministrasikan melalui
intravena. Pembawa yang digunakan dapat berupa air dan non-air. Contoh kosolven non-air
SVP pada bentuk suspensi dapat berupa suspensi termikronisasi atau nanosuspensi.
Contoh SVP yang diberikan dalam bentuk suspensi adalah insulin nph, vaksin dan
microsphere. SVP dalam bentuk suspensi tidak dapat diberikan melalui intravena karena
SVP dalam bentuk emulsi merupakan kombinasi dari fase air dan fase minyakl. Sama
seperti emulsi konvensional, emulsi pada sediaan parenteral juga terdapat tipe o/w dan w/o.
Liposom juga merupakan salah satu pembawa dalam sediaan emulsi. Ukuran globul pada
sediaan emulsi utuk injeksi adalah antara 1.0- 5 µm. Emulsi mayoritas diberikan untuk TPN
Sediaan injeksi dalam betuk serbuk biasanya melalui proses liofiliasi kemudian
dilakukan sterile crystallization dan pengisian serbuk. Mayoritas sediaan steril dalam bentuk
serbuk disiapkan dengan liofilisasi adalah karena keberadaan cairan pada pengisian tidak
berpengaruh karena setelah dilakukan liofilisasi akan dilanjutkan dengan kristalisasi sehingga
sediaan akan menjadi serbuk. Sedangkan bentuk amorf akan sulit untuk dilakukan pengisian
LVP termasuk sediaan parenteral dengan volume besar termasuk elektrolit, karbohidrat,
protein, lemak, larutan dialisis dan larutan irigasi. Larutan Elektrolit yang banyak digunakan
adalah larutan NaCl 0,9% sebagai larutan isotonis, dan larutan NaCl dengan konsentrasi lain
yaitu 0,45% dan 3%, larutan KCl (20-40 mEq/L), larutan Ringer Laktat, larutan natrium
bikarbonat dan kombinasi antara NaCl, KCl dan Dekstrosa. Larutan Karbohidrat biasanya
Larutan nutrisi protein biasanya terdiri dari asam amino sintetik dari konsentrasi 2,5%
sampai 10%. Larutan ini biasanya digunakan untuk pasien dengan berbagai trauma, infeksi
ataupun luka bakar. Larutan dialisis membutuhkan dekstrosa dalam jumlah besar misalnya
dengan konsentrasi 0,5-4,25% yang berfungsi untuk menghilangkan urea dan kalium dari
dalam darah ketika ginjal tidak bisa mengakomodir aktivitas normalnya. Larutan irigasi
terdiri dari beberapa komponen yaitu larutan leketrolit dan zat organik misalnya glutation.
yang baru salah satunya adalah sustained release injectable delivery system. Sistem
injeksi dan meningkatkan kenyamanan pasien. Selain itu, sistem pengantaran ini akan
meningkatkan potensi pengobatan kanker dan vaksinasi dan mampu meningkatkan proteksi
Implan polimer merupakan sediaan padat steril yang dapat meleleh atau melarut pada
cairan atau jaringan tubuh. Polimer yang digunakan merupakan polimer biodegradable dan
keluarnya zat aktif sediaan dapat dikontrol. Microsphere merupakan suspensi injeksi dengan
diameter antara 1-100 µm. Microsphere beredar dalam bentuk serbuk injeksi dan harus
direkonstitusi terlebih dahulu. Microsphere merupaan serbuk terenkapsulasi sehingga dapat
dikontrol pelepasannya. Liposom saat ini juga banyak beredar. Liposom banyak digunakan
Sediaan steril merupakan sediaan farmasi yang unik karena memiliki beberapa
persyaatan ketat yang harus dipenuhi. Syarat sediaan steril terdapat di US Pharmacopeia dan
1. Keamanan (Safety)
dalam tubuh dan, dengan demikian, sediaan steril masuk ke dalam tubuh tanpa melewati
barier dimana hal tersebut dapat membahayakan tubuh jika terdapat zat berbahaya. Karena
itu, apapun komponen produk yang dapat disuntikkan harus terbukti aman pada tingkat
Tentu saja, zat apa pun, jika disuntikkan dalam jumlah besar, bisa tidak aman.
Sehubungan dengan keamanan, formulasi bentuk sediaan steril bisa lebih mudah dan lebih
banyak sulit dibandingkan dengan formulasi bentuk sediaan nonsteril. Ini karena
pertimbangan keselamatan ketika memilih aditif untuk bergabung dengan bahan aktif untuk
mengatasi satu atau lebih masalah yang terkait dengan kelarutan obat, stabilitas, tonisitas, dan
pengiriman terkontrol atau berkelanjutan. Jika ada masalah ini pada bentuk sediaan nonsteril,
formulator masih memiliki sejumlah pilihan sehubungan dengan aditif yang aman digunakan
untuk administrasi selain dengan injeksi. Namun, untuk mengatasi masalah ini dengan bentuk
sediaan steril, untuk mendukung syarat keamanan, maka penggunaan banyak zat tambahan
dilarang.
Di bawah Amandemen Kefauver-Harris untuk Federal Food, Drug, dan Act
Kosmetik, sebagian besar sediaan farmasi harus diuji untuk keamanan pada hewan. Karena
itu sangat mungkin bagi produk parenteral untuk lulus uji sterilitas rutin, pirogen, dan / atau
tes endotoksin, serta analisis kimia, dan masih menyebabkan reaksi yang tidak
menguntungkan ketika disuntikkan, uji keamanan pada hewan sangat penting, terutama untuk
produk biologis, untuk menyediakan jaminan tambahan bahwa produk tidak memiliki sifat
2. Sterilitas
Sterilitas merupakan ciri utama dari sediaan steril. Industri farmasi wajib mencapai dan
mempertahankan kondisi tersebut sebelum, selama dan setelah produksi suatu sediaan seril.
Steril dalam hal ini adalah bebas dari kontaminasi pirogen dan partikel asing.
Pirogen merupakan suatu entitas yang dapat menimbulkan terjadinya demam yang
berasal dari berbagai sumber yang umumnya adalah mikroba. Pada jumlah tertentu pada
injeksi, pirogen dapat menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia. Sebagai syarat
rilisnya suatu injeksi maka dibutuhkan LAL test atau Limulus Amebocyte Lysate (LAL)
sebagai uji kuantitatif dan untuk memastikan keberadaan endotoksin bakteri sehingga semua
sediaan injeksi yang dipasarkan wajib lolos tes tersebut. Untuk mendapatkan hasil produk
depirogenisasi yang digunakan harus sesuai untuk sediaan dan zat aktif yang terkandung
dalam sediaan.Metode depirogenisasi juga harus divalidasi terlebih dahulu. Selain pirogen,
industri farmasi. Semua produk parenteral harus memenuhi kriteria kompendial salah satunya
adalah partikel asing. Partikel yang terdapat dalam sediaan tidak lebih dari 10 µm atau tidak
lebih besar dari 25 µm. Keberadaan partikel asing dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terutama adalah metode pembersihan yang valid, prosedur filtrasi pelarut yang valid, personel
3. Stabilitas
Semua sediaan farmasi yang beredar harus memiliki syarat kestabilan. Sediaan
harus stabil selama proses produksi, pengemasan, penyimpanan, dan saat penggunaan.
Sediaan steril harus dijaga stabilitas fisik dan kimianya. Stabilitas sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan antara lain suhu, cahaya, pH, pengadukan pada saat produksi,
keberadaann oksigen, dan lain-lain. Sediaan steril memiliki tambahan persyaratan stabilitas
yaitu stabilitas mikrobiologi untuk memastikan bahwa sediaan selalu steril mulai dari proses
produksi hingga produk digunakan. Stabilitas mikrobiologi ini juga menentukan masa simpan
4. Kompatibilitas
Kompatibilitas pada sediaan steril tidak hanya terkait dengan proses produksi karena
sebelum dilakukannya produksi, prores pra-formulasi dan formulasi telah dirancang agar
tidak menimbulkan inkompaibilitas. Kompatibilitas pada sediaan steril biasanya terjadi pada
pemakaian, contohnya pada serbuk injeksi yang harus direkonstitusi. Pada proses pelarutan,
terkadang muncul endapan atau terjadi penurunan solubilitas. Produk yang dilakukan
rekonstitusi harus dilakukan dengan pelarut yang cocok dan steril misalnya larutan saline atau
dekstrosa.
5. Isotonisitas
Tekanan osmosis adalah salah satu ciri pada sel yang memiliki sifat semi-permeable
dimana tekanan osmosis diartikan sebagai tekanan yang terjadi bila tidak ada cairan yang
bermigrasi antarmembran pada sel tersebut. Tekanan osmosis berdifusi dari bagian yang
memiliki konsnetrasi tinggi ke bagian yang memiliki konsentrasi rendah. Ketika suatu
sediaan diinjeksikan ke dalam sel dan memiliki tekanan osmosis yang lebih rendah dari
tekanan osmosis sel, maka sediaan injeksi disebut hipotonik yang mengakibatkan sel pecah
atau lisis. Jika sediaan diinjeksikan memiliki tekanan osmosis lebih tinggi dibandingkan
tekanan osmosis sel, maka sediaan injeksi disebut hipertonik yang dapat menimbulkan
krenasi.
Idealnya, sediaan yang diinjeksikan ke dalam tubuh harus isotonis untuk menghindari
terjadinya krenasi atau lisis sel. Syarat isotonis ini wajib dipenuhi baik untuk sediaan injeksi
SVP (Small Volume Parenteral) dan LVP (Large Volume Parenteral). Larutan NaCl 0,9%
dan Dekstrosa 5% merupakan larutan isotonis yang biasa digunakan sebagai pelarut
rekonstitusi.