Siti Rohmah
Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Conselor Mitra Perempuan
Women Crisis Center Jakarta
rohmah@yahoo.co.id
Abstract: Domestic Violence is an act of violence against women and violence in a family
or marriage relationship. One argument that is often used, as the legitimacy and
justification in the domestic violence is the Islamic teaching; it is especially the
interpretation of verses of the Qur'an that present gender bias and discrimination against
women. Therefore, reorientation and retraining of interpretation according to the nature
of these teachings that are applicable and adaptive to changes in time and age are needed,
without being followed by an interest or a particular interest.The straighten of
interpretation would require honesty and sincerity of all parties. Thus, the followers of the
teachings of Islam and spreaders will not be stucked in an explicit sense without
understanding the meaning of the lines.
Abstrak : Kekerasan domestik adalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan
dalam hubungan keluarga atau pernikahan. Salah satu argumen yang sering digunakan,
sebagai legitimasi dan justifikasi dalam kekerasan dalam rumah tangga adalah ajaran Islam
; hal ini terutama penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang hadir seringkali bias gender dan
mendiskriminasi perempuan. Oleh karena itu, perlu reorientasi dan penafsiran kembali
yang sesuai dengan sifat dari ajaran-ajaran yang berlaku dan adaptif terhadap perubahan
situasi dan kondisi yang ada, tanpa diikuti oleh kepentingan dan kebutuhan yang terjadi.
Penafsiran membutuhkan kejujuran dan ketulusan dari semua pihak . Dengan demikian,
para pengikut ajaran Islam tidak akan kaku dan selalu responsif dengan memahami semua
perubahan sosial yang ada dengan selalu konsisten dan eksplisit pada nilai dan garis-garis
yang telah diajarkan.
(Hakimi, Mohammad, edt., 2001: Th) Al-Qur’an dan Hadist yang dijadikan
demikian kutipan judul sebuah buku yang alasan pembenaran atau pelarangan
terlihat sebagai isu yang perlu dipecahkan. kekerasan terhadap perempuan khususnya
ﺖ َأ ْیﻤَﺎ ُﻧ ُﻜ ْﻢ
ْ ﺣ َﺪ ًة َأ ْو ﻣَﺎ َﻣَﻠ َﻜ
ِ َﺗ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا َﻓﻮَا Begitu kuat pengaruh tradisi ini
sehingga penafsiran ayat-ayat Al-
(3 :ﻚ َأ ْدﻧَﻰ َأﻟﱠﺎ َﺗﻌُﻮﻟُﻮا )اﻟﻨﺴﺎء
َ َذِﻟ
Qur'an oleh para ulama berkesan
sangat memihak kepada kaum
Artinya : “Dan jika kamu takut
laki-laki. Bias penafsiran tersebut -
tidak akan dapat berlaku adil
sebagaimana tergambar dalam
terhadap (hak-hak) perempuan
buku-buku fikih klasik- menjadi
yatim (bilamana kamu
salah satu penyebab langgengnya
mengawininya), maka kawinilah
poligami hingga sekarang di
wanita-wanita (lain) yang kamu
beberapa negara muslim.
senangi: dua, tiga atau empat.
Dilihat dari konteks turunnya
Kemudian jika kamu takut tidak
ayat 3 surat An-Nisa’, yaitu turun
akan dapat berlaku adil, maka
dalam suatu kondisi masyarakat
(kawinilah) seorang saja, atau
yang betul-betul krisis karena baru
budak-budak yang kamu miliki.
saja umat Islam mengalami
Yang demikian itu adalah lebih
rangkaian perang mengakibatkan
ﻦ
ﺟَﻠ ُﻬ ﱠ
َ ﻦ َأ
َ ﻃﻠﱠ ْﻘ ُﺘ ُﻢ اﻟ ﱢﻨﺴَﺎ َء َﻓ َﺒَﻠ ْﻐ
َ َوِإذَا pengajaran kepadamu dengan apa
yang diturunkan-Nya itu. dan
ﺱ ﱢﺮﺣُﻮ ُهﻦﱠ
َ ف َأ ْو
ٍ ﻦ ِﺑ َﻤ ْﻌﺮُو
ﺴﻜُﻮ ُه ﱠ
ِ َﻓَﺄ ْﻣ
bertakwalah kepada Allah serta
ﺽﺮَارًا
ِ ﻦ
ﺴﻜُﻮ ُه ﱠ
ِ ف َوﻟَﺎ ُﺗ ْﻤ
ٍ ِﺑ َﻤ ْﻌﺮُو ketahuilah bahwasanya Allah
ﻇَﻠ َﻢ
َ ﻚ َﻓ َﻘ ْﺪ
َ ﻞ َذِﻟ
ْ ﻦ َی ْﻔ َﻌ
ْ ِﻟ َﺘ ْﻌ َﺘﺪُوا َو َﻣ Maha mengetahui segala sesuatu
ت اﻟﱠﻠ ِﻪ ُه ُﺰوًا
ِ ﺨﺬُوا َﺁیَﺎ
ِ ﺴ ُﻪ َوﻟَﺎ َﺗ ﱠﺘ
َ َﻧ ْﻔ
QS. Al-Baqarah [2] : 232,
ل
َ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َوﻣَﺎ َأ ْﻧ َﺰ
َ وَا ْذ ُآﺮُوا ِﻧ ْﻌ َﻤ َﺔ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻦ َﻓﻠَﺎ
ﺟَﻠ ُﻬ ﱠ
َ ﻦ َأ
َ ﻃﻠﱠ ْﻘ ُﺘ ُﻢ اﻟ ﱢﻨﺴَﺎ َء َﻓ َﺒَﻠ ْﻐ
َ َوِإذَا
ﻈ ُﻜ ْﻢ
ُ ﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ َی ِﻌ
ِ ب وَا ْﻟ
ِ ﻦ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﻣ
َ ﺟ ُﻬﻦﱠ ِإذَا
َ ﻦ َأ ْزوَا
َﺤ
ْ ن َی ْﻨ ِﻜ
ْ ﻀﻠُﻮ ُهﻦﱠ َأ
ُ َﺗ ْﻌ
ن اﻟﱠﻠ َﻪ ِﺑ ُﻜﻞﱢ
ﻋَﻠﻤُﻮا َأ ﱠ
ْ ِﺑ ِﻪ وَا ﱠﺗﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ وَا ﻚ
َ ف َذِﻟ
ِ ﺽﻮْا َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُو
َ َﺗﺮَا
(231 :ﻋﻠِﻴ ٌﻢ )اﻟﺒﻘﺮة
َ ﻲ ٍء
ْ ﺷ
َ ﻆ ِﺑ ِﻪ
ُﻋ
َ یُﻮ
ﻦ ﺑِﺎﻟﱠﻠ ِﻪ وَا ْﻟ َﻴ ْﻮ ِم
ُ ن ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ُی ْﺆ ِﻣ
َ ﻦ آَﺎ
ْ َﻣ
Artinya: Apabila kamu mentalak
isteri-isterimu, lalu mereka ﻃ َﻬ ُﺮ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ
ْ ﺥ ِﺮ َذِﻟ ُﻜ ْﻢ َأ ْزآَﻰ َﻟ ُﻜ ْﻢ َوَأ
ِ ا ْﻟَﺂ
mendekati akhir iddahnya, Maka (232 :ن )اﻟﺒﻘﺮة
َ َی ْﻌَﻠ ُﻢ َوَأ ْﻧ ُﺘ ْﻢ ﻟَﺎ َﺗ ْﻌَﻠﻤُﻮ
rujukilah mereka dengan cara
Artinya: apabila kamu mentalak
yang ma'ruf, atau ceraikanlah
isteri-isterimu, lalu habis masa
mereka dengan cara yang ma'ruf
iddahnya, Maka janganlah kamu
(pula). janganlah kamu rujuki
(para wali) menghalangi mereka
mereka untuk memberi
kawin lagi dengan bakal
kemudharatan, karena dengan
suaminya, apabila telah terdapat
demikian kamu Menganiaya
kerelaan di antara mereka dengan
mereka[145]. Barangsiapa
cara yang ma'ruf. Itulah yang
berbuat demikian, Maka sungguh
dinasehatkan kepada orang-orang
ﺼِﻠﺤُﻮا
ْ ن ُﺗ
ْ َﻓ َﺘ َﺬرُوهَﺎ آَﺎ ْﻟ ُﻤ َﻌﱠﻠ َﻘ ِﺔ َوِإ bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah
ﻏﻔُﻮرًا َرﺣِﻴﻤًﺎ
َ ن
َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ آَﺎ
َو َﺗ ﱠﺘﻘُﻮا َﻓِﺈ ﱠ
kamu menyusahkan mereka untuk
(129 :)اﻟﻨﺴﺎء menyempitkan (hati) mereka. dan
Artinya: Dan kamu sekali-kali jika mereka (isteri-isteri yang
tidak akan dapat Berlaku adil di sudah ditalaq) itu sedang hamil,
antara isteri-isteri(mu), walaupun Maka berikanlah kepada mereka
ن ِﻧﻜَﺎﺣًﺎ
َ ﺠﺪُو
ِ ﻦ ﻟَﺎ َی
َ ﻒ اﱠﻟﺬِی
ِ ﺴ َﺘ ْﻌ ِﻔ
ْ َو ْﻟ َﻴ adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (kepada mereka)
ﻦ
َ ﻀِﻠ ِﻪ وَاﱠﻟﺬِی
ْ ﻦ َﻓ
ْ ﺣﺘﱠﻰ ُی ْﻐ ِﻨ َﻴ ُﻬ ُﻢ اﻟﱠﻠ ُﻪ ِﻣ
َ
sesudah mereka dipaksa itu
ﺖ َأ ْیﻤَﺎ ُﻧ ُﻜ ْﻢ
ْ ب ِﻣﻤﱠﺎ َﻣَﻠ َﻜ
َ ن ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ
َ َی ْﺒ َﺘﻐُﻮ Dari ayat-ayat tersebut dapat
ﺥ ْﻴﺮًا
َ ﻋِﻠ ْﻤ ُﺘ ْﻢ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ
َ ن
ْ َﻓﻜَﺎ ِﺗﺒُﻮ ُه ْﻢ ِإ diketahui ada banyak persoalan
kekerasan terhadap perempuan
ل اﻟﱠﻠ ِﻪ اﱠﻟﺬِي َﺁﺗَﺎ ُآ ْﻢ َوﻟَﺎ
ِ ﻦ ﻣَﺎ
ْ َوَﺁﺗُﻮ ُه ْﻢ ِﻣ
yang disinggung oleh Alqur’an,
ن
ْ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒﻐَﺎ ِء ِإ
َ ُﺗ ْﻜ ِﺮهُﻮا َﻓ َﺘﻴَﺎ ِﺗ ُﻜ ْﻢ diantaranya yang menyangkut
ﺤﻴَﺎ ِة
َ ض ا ْﻟ
َ ﻋ َﺮ
َ ﺼﻨًﺎ ِﻟ َﺘ ْﺒ َﺘﻐُﻮا
ﺤ ﱡ
َ ن َﺗ
َ َأ َر ْد persoalan kekerasan fisik,
pemukulan terhadap istri yang
ﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ
ْ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ِﻣ
ﻦ ُی ْﻜ ِﺮهﱡﻦﱠ َﻓِﺈ ﱠ
ْ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َو َﻣ
nusyuz dan ishlah sebagai solusi,
(33:ﻏﻔُﻮ ٌر َرﺣِﻴ ٌﻢ )اﻟﻨﻮر
َ ﻦ
ِإ ْآﺮَا ِه ِﻬ ﱠ larangan mengeksploitasi
Artinya: Dan orang-orang yang perempuan untuk menjadi pekerja
tidak mampu kawin hendaklah seks, larangan melakukan
menjaga kesucian (diri)nya, pelecehan seksual. Menyangkut
sehingga Allah memampukan persoalan kekerasan psikis,
mereka dengan karunia-Nya. dan Alqur’an berbicara tentang
budak-budak yang kamu miliki larangan melakukan adhal dan
yang memginginkan perjanjian, memperlakukan perempuan
hendaklah kamu buat Perjanjian sebagai benda warisan, larangan
dengan mereka, jika kamu menyia-nyiakan istri dan mantan
ن
ﺱﺒِﻴﻠًﺎ ِإ ﱠ
َ ﻦ
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ﱠ
َ ﻃ ْﻌ َﻨ ُﻜ ْﻢ َﻓﻠَﺎ َﺗ ْﺒﻐُﻮا
َ َأ bahkan berhak dibunuh,
dijadikan benda warisan dan
(34 :ﻋﻠِﻴًّﺎ َآﺒِﻴﺮًا )اﻟﻨﺴﺎء
َ ن
َ اﻟﱠﻠ َﻪ آَﺎ
sebagainya tanpa boleh membela
Artinya : “Para istri yang kamu
diri. Dengan kata lain,
khawatirkan nusyuznya, maka
pemukulan terhadap istri yang
nasehatilah mereka dan
nusyuz (meninggalkan rumah
pisahkanlah mereka di tempat
tanpa ijin atau berbuat melawan
tidur mereka, dan pukullah
suami) pada saat itu merupakan
mereka. Kemudian jika mereka
bentuk kekerasan yang termasuk
mentaatimu, maka janganlah
ringan dibanding perilaku yang
kamu mencari-cari jalan untuk
biasa dilakukan masyarakat pra–
menyusahkannya. Sesungguhnya
Islam.
Allah Maha Tinggi lagi Maha
Kalau demikian halnya,
Besar”.
pernyataan Alqur’an yang
menjadikan pemukulan sebagai
Beberapa ayat-ayat dan ajaran Islam bercerai adalah tidak benar, karena Islam
telah ditafsirkan dan dijadikan dalil untuk memberikan peluang kepada perempuan
seksual terhadap perempuan sama sekali banyak syarat yang amat ketat, dan syarat
tidak dibenarkan oleh agama Islam. Al- seketat itu tidak berlaku bagi suami. Al-
sebagai salah satu kesenangan dan seksual termasuk pemukulan terhadap istri
kenikmatan (istimta') dari Tuhan yang yang nusyuz dan merujuk pada
Artinya : "Mereka itu adalah pakaian menjadi pekerja seks, melarang perbuatan
bagimu dan kamu pun adalah pakaian pelecehan seksual. Menyangkut persoalan
bahwa Poligami ditolerir atas dasar melarang penelantaran istri dan mantan