Anda di halaman 1dari 9

1.

1 HELICOBACTER PYLORI
 Morfologi : Helicobacter pylori adalah bakteri Gram negatif, non-
spora, berbentuk spiral (curved) atau batang bengkok (spiral rod-
shaped), yang hidup secara microaerob,
organisme ini mempunyai 7 flagella.
Organisme ini mempunyai ukuran tebal
0,6 μm dan panjang 1,5 gelombang
panjang, yang mengalami adaptasi untuk
dapat hidup dalam mukus (lendir)
lambung yang menutupi selaput lendir
(mukosa) lambung yang bersuasana
asam kuat. Helicobacter pylori dapat tumbuh dengan baik pada suhu
35-37C dan memproduksi enzym catalase, cytochrom oxidase,
urease, alkaline phosphatase, dan glutamyl transpeptidase Kuman ini
dapat bertahan hidup dalam suasana asam kuat dengan cara
memproduksi enzim urease. Enzim urease akan mengubah urea yang
ada dalam cairan lambung menjadi amoniak. Tubuh kuman
Helicobacter selalu diliputi oleh awan amoniak ini, dan karenanya
dapat bertahan terhadap asam lambung.

 Patogenesis
 Patogenisitas
dan virulensi
Pada awalnya,
H.pylori hanya
dideskripsikan
sebagai
organisme
yang predominan
ekstra seluler, gram negatif, berflagel, dan motil. Dengan
berkembangnya teknik biokimia, informasi baru tentang patogenisitas
dan faktor virulensi H.pylori telah muncul, mengindikasikan bahwa
infeksi H.pylori memerlukan interaksi yang kompleks dari faktor inang
dan bakterial (patogen, yaitu H.pylori). Para peneliti telah
mengidentifikasi beberapa protein bakteri yang dibutuhkan untuk
kolonisasi H.pylori pada mukosa lambung. Termasuk beberapa
protein aktif yang dibutuhkan H.pylori untuk masuk ke dalam
permukaan mukosa (contohnya flagellin, yang telah dikodekan
menjadi gen flaA dan flaB). Ketika bakteri sudah berada dalam
mukosa lambung, terjadi perangsangan hipoklorhidria dengan
mekanisme yang belum diketahui. Enzim urease yang diproduksi oleh
bakteri menciptakan lingkungan mikro yang baik untuk terjadinya
kolonisasi. Terdapat pula peranan enzim cecropins yang dihasilkan
oleh bakteri H.pylori dan menginhibisi pertumbuhan dari organisme
kompetitor. Juga terdapat enzim adenosinetriphosphatase tipe P,
yang mencegah terjadinya alkalinisasi yang berlebihan akibat aktivitas
urease.
Begitu menempel pada mukosa lambung, H.pylori
menyebabkan cedera jaringan melalui rangkaian kejadian yang
kompleks yang tergantung pada faktor inang dan pathogen. H.pylori,
seperti bakteri gram negatif lainnya memiliki dinding sel
lipopolisakarida yang dapat merusak integritas mukosa. Kemudian,
H.pylori melepaskan beberapa protein pathogen yang dapat
menginduksi cedera jaringan. Contohnya, protein CagA, yang
diproduksi oleh cytotoxicassociated gene A (cagA), adalah protein
immunogenik yang kuat yang dapat dihubungkan dengan keadaan
klinis yang berat, seperti tukak peptik dan adenokasinoma lambung
(walaupun hal ini masih banyak dipertanyakan). Terdapat bukti-bukti
yang semakin bertambah bahwa CagA dihubungkan dengan
adenokarsinoma distal, dan bukan yang proksimal. Sebagai
tambahan, protein yang dihasilkan oleh gen vacuolating cytotoxin A
(vacA) dan gen A yang diinduksi oleh kontak dengan epithelium
(iceA), telah diketahui juga berhubungan dengan cedera mukosa.
Saat kolonisasi pada mukosa berlangsung, protein
immunogenik H.pylori menginduksi reaksi inflamasi yaitu dengan
gastritis neutropilik, yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinis
dari infeksi. Proses ini diperantarai oleh faktor inang, termasuk
interleukin 1, 2, 6, 8, dan 12; interferon gamma; TNF-α; limfosit T dan
B; dan sel-sel fagosit. Faktor-faktor ini menyebabkan cedera jaringan
dengan melepaskan berbagai oksigen reaktif dan sitokin-sitokin
peradangan.H.pylori juga dapat mempercepat apoptosis dari mukosa.

 Sifat Pembiakan
Sebenarnya teknik pembiakan kuman H. pylori tidak terlalu
sulit, tetapi membutuhkan cara dan syarat-syarat khusus yang agak
berbeda dengan kuman lain. Kuman ini adalah kuman mikroaerofilik
dan karena itu untuk pembiakan diperlukan suasana mikroaerofilik.
Yang paling sering dipakai untuk menumbuhkan kuman H. pylori
adalah anaerobic jar dengan katalisator paladium. Kemudian ke
dalam jar dimasukkan Campylobacter gas kit ditambah air.
Pertumbuhan kuman H. pylori memerlukan suasana yang lembab.
Suasana yang hampir serupa dapat dibuat menggunakan anaerobic
jar dengan anaerobic gas kit tetapi tanpa katalisator paladium.
Media yang paling sering dipakai adalah lempeng agar darah
yang mengandung 7% darah. Karena kuman H. pylori tumbuh lambat
supaya tidak kalah dengan pertumbuhan kuman lain yang mungkin
ada dalam bahan yang akan dibiakkan maka diberikan suplemen
antibiotik yang menekan kuman kontaminan tapi tidak menekan
pertumbuhan kuman H. pylori. Yang paling banyak dipakai adalah
suplemen Skirrow yang mengandung Trimetroprim, Vankomisin dan
Polimiksin-B. Karena Pseudomonas merupakan kuman kontaminan
yang sering mengganggu dan yang rupanya mulai kebal terhadap
antibiotik dalam suplemen Skirrow maka di laboratorium kami
disamping suplemen Skirrow juga dicampurkan satu antibiotik lagi
yaitu Cefsulodin, suatu derivat cephalosporin yang dikhususkan untuk
kuman Pseudomonas, karena biakan kuman H. pylori sering
terganggu oleh adanya jamur maka sebaiknya ke dalam media
ditambahkan Amphotericin B (Fungizone) 5 mg/liter.
Selain suplemen Skirrow suplemen lain yang banyak di pakai
adalah suplemen Dent yang terdiri dari Trimetoprim, Vankomisin,
Cefsulodin dan Amphotericin B. Selain suplemen di atas untuk
pembiakan kuman H. pylori dianjurkan penambahan Isovitalex atau
Vitox yang berisi asam amino dan vitamin. Untuk memudahkan
identifikasi koloni H. pylori ke dalam medium dapat dicampurkan
Triphenyl Tetrazoleum Chloride (TTC) dengan kadar 40 mg/liter.
Dengan menambahkan TTC maka koloni H. pylori akan menunjukkan
warna kuning keemasan. Medium lain yang dapat dipakai untuk
kultur H. pylori adalah medium yang mengandung emulsi kuning
telur, medium yang mengandung 0,1% pati jagung (cornstarch),
medium yang mengandung 0,2 % arang (charcoal) dll.
1.2 Pseudomonas
 Morfologi
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran
sekitar 0,6x2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal,
berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek.
P. aeruginosa termasuk bakteri
gram negatif.Bakteri ini bersifat
aerob, katalase positif, oksidase
positif, tidak
mampumemfermentasi tetapi
dapat mengoksidasi
glukosa/karbohidrat lain,
tidakberspora, tidak mempunyai
selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika(flagel tunggal pada
kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuhdi air suling
dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C.Suhu
optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42°C. P.
aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena
kebutuhan nutrisinyasangat sederhana. Di laboratorium, medium
paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk
karbon) dan ammonium sulfat (untuknitrogen).

Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan


polimer dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel
kental disekeliling bakteri.Alignat ini memungkinkan bakteri untuk
membentuk biofilm, yaitu kumpulankoloni sel-sel mikroba yang
menempel pada suatu permukaan misalnya kateterintravena atau
jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari
pertahanantubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran
pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk
biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk
koloni pada paru-paru manusia.
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai
anggur. Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi
yang kehijau-hijauan. Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak
berfluoresensi kehijauan(plosianin). Strain P. aeruginosa
menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain : piooverdin
(warna hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin(hitam). P.
aeruginosa yang berasal dari koloni yang berbeda
mempunyaiaktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan antimikroba
yang berbeda pula.
 Patogenesis
Kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang
jaringanbergantung pada produksi enzim-enzim dan toksin-toksin
yang merusak bariertubuh dan sel-sel inang. Endotoksin
Pseudomonas aeruginosa seperti yangdihasilkan bakteri gram
negative lainnya, menyebabkan gejala sepsis dan syokseptic.
Eksotoksin A yang dihasilkan banyak strain menyebabkan nekrosis
jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikan dalam bentuk
murni. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan
cara kerja yangsama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun
struktur kedua toksin ini tidaksama) yaitu mengkatalis pemindahan
sebagian ADP-ribosil dari NAD(nicotinamide adenine dinucleotide)
kepada EF-2 (elongation factor 2).
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis
proteinsehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-
enzim ekstraseluler,seperti elastase dan protease mempunyai efek
histotoksik dan mempermudahinvasi organism ini ke dalam
pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa
serummanusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari
infeksi yang berat.Piosianin merusak silia dan sel mukosa pada
saluran pernafasan.Lipopolisakarida mempunyai peranan penting
sebagai penyebab timbulnyademam, syok, oliguria, leukositosis dan
leucopenia, koagulasi intrevaskulardesiminata, dan sindroma gagal
pernafasan pada orang dewasa.Bakteri yang baru diisolasi dari paru-
paru penderita fibrosis kistik bersifatmukoid. Lapisan alginat yang
mengelilingi bakteri dan mikrokoloni bakteridalam paru-paru
berfungsi sebagai adhesion dan kemungkinan mencegahfagositosis
bakteri, bahkan dapat meningkatkan resistensi Pseudomonas
aeruginosa terhadap antibiotika.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang mempunyai sistem
sekresi tipe IIIsecara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan
yang tidak mempunyaisistem sekresi tersebut. Sitem sekresi tipe III
adalah sistem yang dijumpai padabakteri gram negative, teridir dari
30 rotein yang terbentang dari bagian dalamhingga luar membrane
sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yangmenginjeksi toksin-
toksin secara langsung ke dalam sel inang sehinggamemungkinkan
toksin mencegah netralisasi antibody.
Pseudomonas aeruginosa bersifat pathogen hanya bila
memasuki daerah dengan sistem pertahanan yang tidak normal,
misalnya saat membranemukosa dan kulit robek karena kerusakan
jaringan langsung, sewaktupenggunaan kateter intravena atau
kateter air kemih, atau bila terdapatnuetropenia, seperti pada
kemoterapi kanker.
 Sifat Biakan
Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan
berbagai jenis koloni memberi kesan biakan dari campuran berbagai
spesies bakteri. Tiap jenis koloni dapat mempunyai aktivitas
biokimia dan enzimatik berbeda serta pola kepekaan antimikroba
yang berbeda pula. Isolat Pseudomonas aeruginosa dapat
menghasilkan tiga jenis koloni Isolat dari tanah atau mempunyai ciri
koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari specimen klinik
biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus yaitu :
1.) Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
2.) Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari
alignat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan
saluran kemih.
1.3 Campilobacter
 Morfologi
 Ciri Organisme
C. jejuni merupakan kuman Gram-negatif, berbentuk
lengkung, S dan berbentuk batang yang
bergerak, memiliki panjang 0,5 – 5 µm dan
lebar 0,2 – 0,5 µm. Kuman ini dapat bergerak
dengan sebuah flagel kutub, dan tidak
membentuk spora (Gambar 1). Kuman ini
merupakan kuman microaerophilic, sensitive
terhadap stress lingkungan seperti oksigen
21%, pemanasan, pengeringan, desinfektan
dan kondisi asam. Karena kuman microaerophilic dapat hidup dengan
baik pada oksigen 3-5% dan 2-10% CO2.

Pada pemeriksaan mikroskopik feses menunjukkan adanya


sejumlah kuman yang meluncur kesana kemari disertai darah dan
netrofil. Tumbuh pada perbenihan selektif di dalam sungkup lilin. C.
jejuni dieramkan pada suhu 42o C kuman akan tumbuh baik
sementara kuman feses pencernaan lainnya tumbuh kurang baik
pada suhu ini.
C. jejuni juga menyebabkan infeksi aliran darah (bakteremia),
terutama pada penderita kencing manis atau kanker. C. jejuni tidak
dapat memfermentasi karbohidrat, sehingga energi yang diperoleh
dari asam amino atau dari komponen-komponen intermediet pada
siklus asam trikarboksilat. Kuman ini juga mampu merdekusi nitrat
dan hamper semua strain C. jejuni menghidrolisi hipurat.
Sifat-sifat Pertumbuhan
Karena diperlukan perbenihan selektif dan kondisi
pengeraman tertentu untuk pertumbuhan, suatu uji yang singkat
diperlukan untuk identifikasi. C. jejuni bersifat patogen terhadap
manusia bersifat oksidase dan katalase positif. C. jejuni tidak
mengoksidasi atau meragikan karbohidrat. Sediaan apus yang
diwarnai dengan Gram menunjukan morfologi yang khas. Reduksi
nitrat, pembentukan hydrogen sulfida, tes hipurat, dan kepekaan
terhadap antimikroba dapat digunakan untuk mengidentifikasi
spesies lebih lanjut.
 Patogenesis

Infeksi kuman C. jejuni berasal dari makanan (misalnya susu


yang tidak dipasteurisasi), minuman (air terkontaminasi), kontak
dengan hewan yang terinfeksi (unggas, anjing, kucing, domba dan
babi), feses hewan atau melalui makanan yang terkontaminasi seperti
daging ayam yang belum dimasak dengan baik. Kadang-kadang infeksi
dapat menyebar melalui kontak langsung orang per orang, hewan
yang terinfeksi atau ekskretanya serta aktivitas seksual anal-genital-
oral sebagai transmisi.
Campylobacter spesies sensitif terhadap asam klorida dalam
lambung, dan pengobatan antasida dapat mengurangi jumlah
inokulum yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit.
C. jejuni berkembang biak di usus kecil, menginvasi epitel,
menyebabkan radang yang mengakibatkan munculnya sel darah
merah dan darah putih pada tinja. Kadangkadang C.jejuni masuk ke
dalam aliran darah sehingga timbul gambaran klinik demam enterik.
Invasi jaringan yang terlokalisasi serta aktivitas toksin menyebabkan
timbulnya enteritis (prevalensinya lebih tinggi). C.jejuni dapat
menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus
besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-
labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan
proses ulcerative colitis.
 Sifat Biakan
Sifat biakan merupakan hal terpenting dalam isolasi dan
identifikasi C. jejuni . Diperlukan perbenihan selektif ,dan pengeraman
harus ilakukan dalam atmosfer dengan O 2 yang lebih rendah ( 5% O 2)
dan lebih banyak CO2 (10% CO2). Suatu cara mudah untuk
mendapatkan lingkungan pengeraman ini adalah dengan
menempatakan lempeng pada tabung pengeraman anaerob tanpa
katalis , dan memberi gas dengan pembangkit gas atau penukaran
gas. Semua Campylobacter dapat tumbuh pada suhu 37oC, sedangkan
spesiesCampylobacter termofilik seperti C. jejuni, C. lari, dan C.
coli dapat tumbuh dengan baik pada 42oC. Pengeraman lempeng
pertama harus dilakukan pada suhu 42 - 43oC. Meskipun C.
jejuni tumbuh baik pada suhu 36 - 37oC, pengeraman pada suhu 42oC
akan menghambat pertumbuhan banyak kuman lainnya yang ada
difeses, sehingga akan memudahkan identifikasi C. jejuni.
Beberapa perbenihan selektif yang banyak digunakan adalah:
perbenihan Skirrow, yangmemakai gabungan vankomisin, polimiksin
B, dan trimetoprin; perbenihan Campy BAP juga menyertakan
sefalotin. Kedua perbenihan tersebut digunakan untuk isolasi C.
jejuni pada suhu 42oC; jika dieramkan pada suhu 36-37 oC, perbenihan
Skirrow dapat membantu isolasi kampilobakter lainnya,tetapi
perbenihan Campy BAP tidak , karena banyak kampilobakter peka
terhadap sefalotin. Koloni yang terbentuk cenderung tidak berwarna
atauabu-abu. Koloni ini berair,meluas atau bulat dan konveks; kedua
tipe koloni dapat muncul pada sebuah pelat agar.
Campylobacter bersifat mikroaerofilik, sehingga
pertumbuhannya lambat. Oleh karena itu apabila mengkultur di
dalam media, perlu ditambahkan antibiotika untuk mencegah
mikroflora lainnya tumbuh lebih cepat, sehingga
mengalahkan campylobacter-nya sendiri. Campylobacter jejuni dan
Campylobacter coli dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC dalam
suasana atmosfer dengan 5 - 10% CO 2 dan oksigen yang sama
banyak. Campylobacter dapat bertahan dalam air pada suhu 4oC
selama beberapa minggu, dan dapat bertahan pada suhu di atas 15 oC
selama beberapa hari. umumnya Campylobacter tidak dapat
bertahan sebaik kuman patogen lain seperti Salmonella, tetapi kuman
ini dapat bertahan lama dalam makanan yang disimpan pada suhu
rendah.
 Kultur kemudian diinkubasi selama 48-72 jam. Koloni akan
tumbuh bulat, meninggi, tembus sinar tetapi tidak transparan
(translucent), dan kadang-kadang bersifat mukoid. Kuman dapat
diidentifikasi dengan serangkaian uji biokimia yang saat ini telah ada.
Media agar untuk isolasi C. jejuni dari bahan pangan
diformulasikan dari kebutuhan ilmu mikrobiologi klinik. Media selektif
ini dikembangkan untuk memulihkan mikroba yang diambil dari
penderita radang usus, dan kemudian digunakan untuk
mengisolasi C. jejuni dari bahan pangan. Beberapa media selektif
yang banyak digunakan adalah Skirrow media, mCCDA (Modified
Campylobacter Blood-Free Selective Agar Base), CBPA (Columbia
Blood Preston Agar), media Karmali agar (Campylobacter Agar Base-
Suplemen Karmali), CAT (cefoperazone amphotericin teichoplanin),
Campy-BAP dan Butzler media. Selain itu juga digunakan media
selektif berupa Cefoperazone deoxycholate agar, arang medium
selektif berbasis dan semi-padat darah bebas motilitas media.

Anda mungkin juga menyukai