Yang lebih sering menyebabkan tifoid adalah Salmonella typhi, 10: 1→ 10x lebih banyak
kejadiannya dibanding parathypi.
Demam tifoid (enteric fever) → namanya enteric fever soalnya salmonella typhi termasuk
dari sub spesies Salmonella enterica dan infeksinya terjadi di enteric (usus).
Karakteristik :
- berbentuk batang/basil/rods.
- gram negatif yang menghasilkan endotoksin → berwarna merah
- Termasuk dalam famili enterobacteriaceae
- Termasuk dalam GNRs (Gram Negative ROS)
- bergerak (motil) yang letaknya polar peritrichous), Flagella (merupakan antigen
tipe H → memicu inflamasi (respon imun) → antibodi /imunoglobulin IgG (salah satu
metode diagnosis))
- tidak berkapsul (Kemenkes)→ namun sebenarnya salmonella punya Vi kapsul. (Vi
kapsul dijadikan dasar untuk membentuk vaksin, sebagai diagnosis, dan
memproteksi bakteri dari fagositosis)
- tidak membentuk spora tetapi memiliki fimbria (fimbria → untuk replikasi dan melekat
ke organ target)
- berflagella (bergerak dengan rambut getar)
- bersifat aerob dan anaerob fakultatif (bisa hidup baik tanpa oksigen tapi bisa juga
hidup dengan adanya oksigen),
- Rute penularannya adalah Faecal-oral (Makanan yang tidak higienis atau air cucinya
terkontaminasi dengan feses lalu termakan maka bisa menyebabkan tifoid fever)
- ukuran antara (2-4) x 0,6 mikrometer.
- Bakteri ini dapat hidup pada suhu 15-41 derajat celcius (suhu optimum untuk
tumbuh adalah 37 derajat celcius dengan pH antara 6-8)
- Patogen ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air,
es, sampah dan debu.
- Reservoir satu”nya : manusia yg sedang sakit/karier.
- Habitat bisa saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan(?)
- Patogen ini dibunuh dengan pemanasan dengan suhu 60 derajat celcius selama 15-
20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.
- Masa inkubasi lebih bervariasi berkisar 5-40 hari, untuk masa inkubasi tifoid 10-14
hari pada anak.
Bagian bagian dari Salmonella Typhi :
1. Flagela : fungsi nya untuk bergerak/motilitas, ada 3 tipe yaitu montrik,amfitrik, lofotrik dan
peritrik, terbuat dari protein yang disebut flagelin, berbentuk seperti pembuka sumbat botol.
Flagella berputar seperti baling-baling untuk menggerakkan bakteri dan melekat pada
membran sel.
2. Dinding sel : tersusun atas peptidoglikan (polisakarida yang berikatan dengan protein),
fungsi nya untuk melindungi sel. Pada gram negatif peptidoglikan terletak diantara membran
plasma dan membran luar dan jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri gram (-) lebih
patogen. Bakteri gram negatif dinding sel nya mengandung 10-20% peptidoglikan. Dinding
sel S.typhi dibentuk 20% nya oleh lapisan lipoprotein 80% lapisan fosfolipid dan LPS.
Lipopolisakarida terdiri dari lipid A, oligosakarida dan polisakarida. Lipid A merupakan asam
lemak jenuh yang menentukan aktivitas endotoksin dari LPS → demam dan reaksi
imunologis.
3. Kapsul : Di Sebelah luar dinding sel terdapat kapsul, hanya bakteri patogen yang
berkapsul. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan diri dari antibodi yang dihasilkan sel
inang, melindungi sel dari kekeringan. Kapsul bakteri tersusun atas senyawa antara protein
dan glikogen yaitu glikoprotein
4. Plasmid
Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA nonkromosom. DNA
nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar DNA kromosom yang dikenal
sebagai plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali DNA kromosom. Plasmid mengandung
gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen patogen. Seperti halnya DNA yang lain,
plasmid mampu melakukan replikasi dan membentuk kopi dirinya dalam jumlah banyak.
5. Antigen :
Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen utama yang dapat digunakan untuk
identifikasi. Antigen tersebut adalah antigen somatik di badan bakteri (O), antigen flagel (H),
dan antigen kapsul (Vi) .
Antigen O, merupakan kompleks fosfolipid protein polisakarida, terletak pada lapisan luar
dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga
endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol, asam tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid. Antibodi yang dibentuk terutama IgM.
Antigen H → polisakarida karbohidrat, terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman.
Merupakan protein terlabil yang tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
panas dan alkohol. Antigen H sangat imunogenik. Antibodi yang dibentuk terutama IgG. IgG
muncul lebih lama dari IgM (biasanya 14 hari setelah infeksi) dan bisa bertahan selama 6
bulan hingga beberapa tahun)
Antigen Vi merupakan polisakarida yang terletak pada kapsul yang merupakan kunci sifat
virulensi dari S. typhi karena pada hanya ada pada S.typhi, S. paratyphi C dan S.dublin.
Antigen ini dapat melindungi kuman terhadap fagositosis, meningkatkan infektifitas S.typhi
dan keparahan penyakit. Antigen Vi juga menentukan kepekaan terhadap bakteriofag.
Dalam laboratorium, antigen ini sangat berguna untuk diagnosis cepat kuman karena
antibodi yang terbentuk menetap lama dalam darah.
6. Membran sel
tersusun atas molekul lemak dan protein, bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur
keluar masuknya zat keluar atau ke dalam sel.
Pustaka :
1. Panduan terapi Kemenkes demam tifoid 2006 Hal 2
2. Kar, Ashutosh. 2008. Pharmaceutical Microbiology. New Delhi : New Age
International : 47
3. Kasim, Vivien Novarina. 2020. Peran Imunitas pada Infeksi Salmonella Typhi. Gorontalo:C.V
Athara Samudra hal 31-34
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus(ileum), S. typhi akan
menemui dua mekanisme non spesifik yaitu motilitas dan flora normal usus berupa bakteri-
bakteri anaerob. Motilitas usus bersifat fisik berupa kekuatan peristaltik usus untuk
menghanyutkan kuman keluar. Di usus halus kuman akan menembus mukosa(lapisan)
usus diperantarai microbial binding terhadap epitel menghancurkan Microfold cells (M cells)
sehingga sel-sel epitel mengalami deskuamasi, menembus epitel mukosa usus, masuk
dalam lamina propria, menetap dan berkembangbiak. Kuman akan berkembang biak dalam
sel mononuklear sebelum menyebar ke dalam aliran darah.
Lapisan usus :
- mukosa
- Submukosa
- Muscular layer —> disini kerja obat opioid dan prokinetik
- Serosa
S.typhi spesifiknya menginfeksi di bagian ileum. S.typhi akan berpindah dari lumen usus
ke lapisan mukosa usus yang diperantarai oleh m cells. Lalu S.typhi masuk ke bagian
lamina propiat (bagian sub lapisan mukosa). Kemudian menginduksi peyer’spatches
termasuk limpatik sistem dalam bentuk jaringan (yang dipanggil neutrofil, makrofag,
monosit). Monosit sel imun alamiah bisa memicu respon imun adaptif shga munculah
imunoglobulin.
S.typhi punya struktur vi kapsul sehingga tidak bisa diserang oleh neutrofil. S.typhi berhasil
dimakan atau difagositosis oleh makrofag dan monosit tetapi tidak bisa difagositosis oleh
makrofag karena S.typhi punya sistem sekresi sistem III (yg akan menghasilkan protein
efector) dapat mengubah kantong vakuol pada makrofag sehingga vakuola tidak bisa berfusi
dengan lisosom. Lisosom di dalam makrofag yang melisis bakteri, mulanya lisosom akan
berfusi dengan vakuola sehingga bakteri mati—> lalu akan dipresenting ke sel imun melalui
APC.
Lalu bakteri berkembang biak, tjd inflamasi trus menerus”, robek ileumnya (perforasi ileum),
di permukaa usus ada pembuluh darah shgga terjadi bleeding—> bisa tjd komplikasi
Makrofag akan kembali ke pembuluh darah lewat sistem limfatik lalu Makrofag yng
mengandung S.typhi maka bisa menginfeksi hati, limpa, kandung empedu, tulang. Makrofag
juga bisa mati dgn apoptosis di predaraan darah atau bisa juga di hati(makanya slh satu
gejalanya hepatomegali), bakterinya nyebar (sepsis/bakterimia). Sepsis bisa memicu sepsis
syok, syok artinya drop lgsng tekanan darahnya tiba” akibat :
Pada dinding sel S. typhi terdapat pirogen LPS (endotoksin) dan sedikit peptidogikan.
Endotoksin merupakan pirogen eksogen yang sangat poten untuk merangsang respons
imun makrofag dan sel lain untuk menginduksi sekresi sitokin. Sebagai reseptor,
Komponen CD14 akan berikatan dengan LPS. Ikatan tersebut kemudian berikatan pula
dengan kelompok molekul Toll-like receptors (TLR). Aktivasi yang terjadi akan menstimulasi
produksi sitokin dan aktivasi reseptor sitokin : reseptor sitokin tipe I (untuk IL-2, IL-3, IL-4, IL-
5, IL-7, IL-9, IL-11, IL- 12, IL-13, IL-15) ; reseptor sitokin tipe II (untuk 1FN- á/â, IFN-ã, IL-10);
reseptor TNF (untuk TNF, CD4OL, Fas); reseptor superfamili immunoglobulin (IL-1, M-
CSF). Laju infeksi demam tifoid sangat ditentukan oleh aktivitas aktivasi reseptor tersebut.
Berbagai sitokin tersebut mengikuti sirkulasi sistemik, menginduksi produksi
prostaglandin, memengaruhi stabilitas pusat termoregulasi berefek terhadap pengaturan
suhu tubuh dan menyebabkan demam.
Sitokin tersebut pula yang menimbulkan dampak pada pusat nafsu makan menyebabkan
nafsu makan menurun, memengaruhi ambang nyeri, sehingga timbul nyeri pada
kepala,sendi, otot-otot, dan nyeri pada daerah saluran cerna. Sitokin memengaruhi
perubahan pada plaque peyeri, inflamasi pada mukosa saluran cerna, menyebabkan
motilitas saluran cerna terganggu, sehingga muncul keluhan mual, muntah, diare, nyeri
abdomen,perdarahan, perdarahan, perforasi, sedangkan konstipasi terjadi pada tahap
lanjut. Kondisi patologis akibat infeksi merangsang hiperativitas RES dan menimbulkan
pembengkakan hati dan limpa. Pentingnya imunitas dalam penegakan diagnosis ditunjukkan
dari kenaikan titer antibodi terhadap antigen S. typhi. Peran imunitas seluler yaitu dalam
penyembuhan penyakit. Pada infeksi primer, respon humoral melalui sel limfosit B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan merangsang terbentuknya immunoglobulin
(Ig). Pada infeksi akut, yang pertama terbentuk antibodi O (IgM) yang muncul pada hari ke 3-
4 demam, kemudian disusul antibodi pada infeksi kronik yaitu antibodi flagela H (IgG)
Pustaka :
1. Panduan terapi Kemenkes demam tifoid 2006 Hal 5
2. Kasim, Vivien Novarina. 2020. Peran Imunitas pada Infeksi Salmonella Typhi. Gorontalo:C.V
Athara Samudra hal 31-34
Menurut Kasim, Vivien Novarina. 2020. Peran Imunitas pada Infeksi Salmonella Typhi :
1. Demam
Berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi, Selama minggu
pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu kedua penderita terus berada
dalam keadaan demam. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali
Pola demam awalnya intermitten (naik turun) terutama 7-14 hari (2 minggu pertama) mulai
dari makan sampai bakterinya berkembang biak di usus. Demamnya terutama di sore dan
malam hari. Setelah 2 minggu masuk ke fase demam kontiniu (pagi-siang sore) biasanya
demamnya itu hilang dalam 3 minggu.
Salmonella typhi tidak bisa hilang selamanya tpi bisa tersimpan di kandung empedu.
Kandung empedu berfungsi mengemulsi lemak dimana emulsi lemak terjadi di usus. Bila
empedunya terkontaminasi S.typhi maka S.typhi akan menginfeksi lagi hingga smpai ke
feses
Timbul bintik berwarna merah (rose spot) di bagian dada, abdomen, punggung. Bila ditekan
bercak merahnya hilang tpi muncul kembali.
4. Hepatosplenomegali, splenomegali
Hati dan atau limpa ditemukan seing membesar, hati terasa kenyal dan nyeri tekan.
5. Bradikardi relatif dan Gejala lain yang berhubungan dengan komplikasi. Bradikardi : detak
jantung. Bisa bradikardi maupun takikardi
Bradikardi tidak sering ditemukan karena teknis pemeriksaan sulit. Gejala lain yg ditemukan :
rose spot/eksamtema pada regio abdomen atas(tapi sangat jarang pada anak lebih sering
epitaksis), sudamina, dada, punggung
Pustaka :
1. Panduan terapi Kemenkes demam tifoid 2006 Hal 8-9
2. Kasim, Vivien Novarina. 2020. Peran Imunitas pada Infeksi Salmonella Typhi. Gorontalo:C.V
Athara Samudra hal 36-37
1. Gejala klinis
2. Lab
3. Serologi
4. PCR
SGOT, SGPT meningkat karena hati rusak, lalu lipase/amilase(enzim di empedu) akan
meningkat kareana salmonella menginvasi pankreas dan dapat menimbulkan pankreatitis.
b) uji tubex
Uji Tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa menit) dan mudah
untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-S.typhi O9 pada serum pasien, dengan
cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang
berwarna dengan lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetik latex.
Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak
secara spesifik menunjuk pada S.typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil
negatif.
c) uji Typhidot
Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran
luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan
dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat
50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa
IgM cepat terbentuk 6-10 hari pasca infeksi pertama. IgG terbentuk 8-14 hari dan bertahan
lebih lama. Kalau pengen tau infeksinya akut maka ceknya IgG tetapi kalau terinfeksi
sekarang IgM
Kalau IgM dan IgG positif → akut, atau akut+punya riwayat dulu pernah kena lalu kena lagi
IgM negatif, IgG positif → kemungkinan kronis tapi bisa jadi akut kemungkinan kecil. belum
tentu kronis perlu tau cek IgG nya kapan kalau cek hari itu
Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi
yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan
secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR
(hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam
spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit.
a. Koloni agar
Blood agar : koloni putih mulus non hemolitik
MacConkey agar : koloni mulus tidak memfermentasikan laktosa
SS & Desoxycholate agar : koloni tidak memfermentasikan laktosa dengan bagian
tengah hitam (kecuali S. paratyphi A)
Xylose lysine desoxycholate agar : koloni merah transparan dengan bagian tengah
hitam (kecuali S. paratyphi A)
Hokteon enteric agar : koloni hijau transparan dengan bagian tengah hitam (kecuali
S. paratyphi A)
Bismuth sulfite agar : koloni hitam
b. Identifikasi biokimia
c. Serologi
Tanda-tanda vital
Tools
a. IgM dipstick test → Mengukur igM dalam darah, hasil positif dilihat dari adanya noda
warna pada strip
b. IDL Tubex test : sederhana dan cepat (2 menit). Spesifitas 82%
Sampel : darah
Dicek keberadaan antibodi IgM anti-O9 dalam darah. Antibodi tersebut secara
otomatis dihasilkan oleh sistem imun saat tubuh terinfeksi oleh bakteri
penyebab tipes, Salmonella typhi.
Hasil + : warna biru pada tabung menunjukkan sampel darah Anda
mengandung antibodi IgM anti-O9
c. Typhidot test → simpel, cepat dan spesifisitas 75%, ekonomis, diagnosis awal ,
sensitivitas (95%).
Menggunakan 50 kD antigen untuk Mendeteksi antibodi igM dan igG
Bila terdeteksi igM : fase awal infeksi dari tifoid akut
Bila terdeteksi igM dan igG : fase tengah” dari akut tifoid
igG dapat bertahan lebih dari 2 tahun dari awal infeksi
Pustaka :
1. Panduan terapi Kemenkes demam tifoid 2006
2. Kasim, Vivien Novarina. 2020. Peran Imunitas pada Infeksi Salmonella Typhi. Gorontalo:C.V
Athara Samudra
3. WHO
5. Sebutkan golongan dan jenis antibiotik yang secara teoritis dapat digunakan untuk mengatasi
patogen penyebab demam tifoid!
Jawab :
Berdasarkan mekanismenya
6. Kaitkan mekanisme kerja antibiotik yang anda temukan pada pertanyaan no. 5 dengan
struktur patogen penyebab demam tifoid
- Inhibitor sintesis protein
1. kloramfenikol (lini pertama) → antibiotik broad-spectrum yang berkhasiat
bakteriostatik terhadap gram positif aerob maupun anaerob dan bakteri gram
negatif.
Inhibisi sintesis protein dengan cara mengikat subunit 50S ribosom sehingga
menghambat pembentukan ikatan peptida.
7. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dosis, durasi, dan perhatian khusus untuk demam
tifoid berdasarkan panduan terapi WHO!
Treatment berdasarakan tingkat keparahan —> pilih tabel 1/tabel 2
Lalu lihat sensitifitas pasiennya, fully sensitif atau MDR atau quinolon resistance
Alternatif dipilih kalo optimal : alergi, tidak efektif, tidak aman, obat tidak tersedia
Tidak hanya terapi antiiimkroba bisa juga pake terapi penunjang (hal 19) bisa dikasi
antipiretik, bisa dikasi transfusi klo anemia, bleeding ga mau makan, bisa obat mual muntah,
dikasi nutrisi
Alternatif bisa dipakai untuk yang alergi saja sehingga kalau tidak
Kapan oral kapan iv ? Kalau pasien parah pki yng iv kalau tidak parah pki oral
Kalau pasien masuk rumah sakit berarti parah sehingga pki intravena kalau pasien tidak
masuk rumah sakit ya pki oral
8. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dosis, durasi, dan perhatian khusus untuk demam
tifoid berdasarkan panduan terapi Kemenkes!
Quinolone dapat menyebabkan artikular (merusak pertumbuhan tulang anak) dan tidak
boleh ibu hamil
BISA DI PAKAI KEDUANYA (WHO dan kemenkes).
9. Compare & contrast tatalaksana demam tifoid pada panduan terapi WHO maupun
Kemenkes! Sebutkan perbedaan rekomendasi dari kedua panduan terapi tersebut.