Anda di halaman 1dari 128

ISSN 2829-7245

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA


SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
KURUN WAKTU 2017-2021
Volume 1, Tahun 2022
ISSN 2829-7245

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA


SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
KURUN WAKTU 2017-2021
Volume 1, Tahun 2022
ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
Volume 1, Tahun 2022

Naskah : Pusat Data, Statistik, dan Informasi


Pengarah : Yudi Priatno, B.Eng, M.S.E
Penanggung Jawab : Rennisca Ray Damanti, S.Pi, MA, M.Eng
Editor : 1. Rennisca Ray Damanti, S.Pi, MA, M.Eng
2. Rikrik Rahadian, SE., ME
3. Dhina Arriyana, S.Si
4. Susiyanti, S.Pi
Penyusun : 1. Krisna Fery Rahmantya, S.Si, M.Si
2. Adi Setiawan, S. ST
3. Tri Wahyuni, S.Kom
4. Anggie Destiti Asianto, S.Si
5. Rosna Malika, S.Si
6. Renny Elfira Wulansari, M.Si
7. Amala Khoirun Annisa, A.Md
8. Ari Kurniawan Zunianto
9. Rif'atin Ambar Retno, S.Si
10. Tuti Listyowati, S.Pi
11. Rini Pebriani, S.Kom
12. Diantiny Mariam Pribadi, S.Mat
13. Fajar Aulia Rakhman, S.Si
14. Mutiah Kurniasih Fitriyani, S.Si
15. Prima Dini Indria, S.Si
16. Nabila Muthi'ah Rahmah, S.Si
17. Manganju Luhut Marsintong Tambunan, S.Si
Publikasi : Pusat Data, Statistik, dan Informasi
Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman : xii + 112 halaman
ISSN : 2829-7245
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas karunia dan
rahmat-Nya penyusunan buku “Analisis Indikator Kinerja Utama (IKU) Sektor Kelautan dan
Perikanan 2017-2021” ini dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan analisis sederhana
berbagai data IKU kelautan dan perikanan sepanjang periode 2017-2021, yang meliputi
Perkembangan Pendataan Kartu Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan (KUSUKA),
Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan, Produksi Perikanan dan Garam, Nilai Tukar
Nelayan dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTN/NTPi), Angka Konsumsi Ikan (AKI) Dalam
Negeri, Ekspor dan Impor Produk Perikanan, serta Luasan Kawasan Konservasi Nasional.

Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan atas informasi
tekait hasil pembangunan di sektor Kelautan dan Perikanan, baik pihak internal
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) maupun pihak eksternal.

Besar harapan bahwa berbagai informasi yang disajikan pada buku ini dapat membantu
proses penetapan kebijakan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun
evaluasi berbagai program sektor KP. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun
tentunya akan menjadi bahan masukan yang sangat berharga dalam meningkatkan kualitas
dan penyempurnaan publikasi selanjutnya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada segenap pihak yang
telah memberikan kontribusi baik tenaga maupun pikirannya sehingga buku ini dapat
disusun dan diterbitkan.

Jakarta, April 2022


Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi

Yudi Priatno, B.Eng, M.S.E

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
iii
ISSN 2829-7245
ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
KURUN WAKTU 2017-2021
Volume 1, Tahun 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR xi

1 PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 3
2 KARTU PELAKU UTAMA KELAUTAN DAN PERIKANAN (KUSUKA) 5
5
2.1 POTENSI PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) 7
2.2 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2017
– 2020 8
2.3 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2021 10
2.4 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2022 14
3 PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIKANAN 17
3.1 PERKEMBANGAN PDB PERIKANAN NASIONAL 17
3.2 PERTUMBUHAN PDB PERIKANAN NASIONAL 2018-2021 19
3.3 FA K TO R - FA K TO R YA N G B E R P E N G A R U H T E R H A D A P P D B
PERIKANAN 23
4 PRODUKSI PERIKANAN 27
4.1 PRODUKSI PERIKANAN 2016-2021 27
4.2 PRODUKSI PERIKANAN MENURUT KOMODITAS UTAMA 2016 – 2021 28
4.3 PRODUKSI PERIKANAN MENURUT PROVINSI 2016-2021 30
4.4 ANALISIS DATA PRODUKSI TAHUN 2020 31
4.5 ANALISIS DATA PRODUKSI TAHUN 2021 39
5 PRODUKSI GARAM 47
5.1 PRODUKSI GARAM 2015-2020 47
5.2 NILAI TUKAR PETAMBAK GARAM 2021 53

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
v
6 NILAI TUKAR NELAYAN DAN NILAI TUKAR PEMBUDIDAYA IKAN 57
6.1 KONSEP DAN PRINSIP DASAR NTN DAN NTPi 57
6.2 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN NTN 58
6.3 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN NTN DAN NTPi 63
7 ANGKA KONSUMSI IKAN DALAM NEGERI 69
7.1 PENYEDIAAN KONSUMSI IKAN DALAM NEGERI 69
7.2 ANGKA KONSUMSI IKAN 71
7.3 ANALISIS CLUSTER ANGKA KONSUMSI IKAN (AKI) 76
8 EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN 77
8.1 NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN 79
8.2 KOMPOSISI EKSPOR DAN IMPOR HASIL PERIKANAN TAHUN 2021 79
8.3 EKSPOR DAN IMPOR HASIL PERIKANAN TAHUN 2017 – 2021 83
9 LUAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN YANG DIKELOLA 101
9.1 KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL LAUT (TNL) 102
9.2 KAWASAN KONSERVASI TAMAN WISATA ALAM LAUT (TWAL) 103
9.3 KAWASAN KONSERVASI SUAKA MARGASATWA LAUT (SML) 104
9.4 KAWASAN KONSERVASI CAGAR ALAM LAUT (CAL) 105
9.5 KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL PERAIRAN (TNP) 106
9.6 KAWASAN KONSERVASI SUAKA ALAM PERAIRAN (SAP) 106
9.7 KAWASAN KONSERVASI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) 106
9.8 KAWASAN KONSERVASI DAERAH (KKD) 107
10 PENUTUP 109
11 DAFTAR PUSTAKA 111

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Program Prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2020-2024 2


Tabel 2.1 Potensi Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan 7
Tabel 2.2 Capaian KUSUKA Terhadap Potensi Pelaku Utama 10
Tabel 2.3 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan I-2021 11
Tabel 2.4 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan II-2021 11
Tabel 2.5 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan II-2021 Menurut Profesi
Utama 12
Tabel 2.6 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan III-2021 12
Tabel 2.7 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan III-2021 Menurut Profesi
Utama 13
Tabel 2.8 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan IV-2021 13
Tabel 2.9 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan IV-2021 Menurut Profesi
Utama 14
Tabel 2.10 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan I-2022 14
Tabel 2.11 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan I-2022 Menurut Profesi
Utama 15
Tabel 4.1 Produksi Perikanan Indonesia, 2016-2021 (dalam 1.000 ton) 27
Tabel 4.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Komoditas Utama, 2016-2021
(ton) 29
Tabel 4.3 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2016-2021
(ton) 30
Tabel 4.4 Produksi Perikanan Indonesia Menurut Provinsi, 2016-2021 31
Tabel 4.5 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi, 2016-2020 36
Tabel 4.6 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Provinsi Tahun 2016-2020 39
Tabel 4.7 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan I
2020 – Triwulan I 2021 40
Tabel 4.8 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Menurut Jenis Ikan Triwulan I 2020 – Triwulan I 2021 40
Tabel 4.9 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan
II 2020 – Triwulan II 2021 41

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
vii
Tabel 4.10 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Menurut Jenis Ikan Triwulan II 2020 – 2021 42
Tabel 4.11 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan
III 2020 – Triwulan III 2021 42
Tabel 4.12 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Menurut Jenis Ikan Triwulan III 2020 – Triwulan III 2021 43
Tabel 4.13 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan
IV 2020 – Triwulan IV 2021 44
Tabel 4.14 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Menurut Jenis Ikan Triwulan IV 2020 – Triwulan IV 2021 45
Tabel 4.15 Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya, 2020 – 2021 46
Tabel 5.1 Perkembangan Produksi Garam Menurut Jenis Usaha Tahun 2015 -
2020 48
Tabel 5.2 Perkembangan Produksi Garam Menurut Provinsi Tahun 2015 - 2020 49
Tabel 5.3 Produksi Garam Rakyat menurut Kabupaten/kota Tahun 2015 – 2020
(ton) 50
Tabel 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) Tahun 2021 54
Tabel 6.1 Komponen Penyusun NTN 61
Tabel 6.2 Perkembangan NTN Tahun 2019-2021 dengan Tahun Dasar 2018 62
Tabel 6.3 Komponen Penyusun NTPi 66
Tabel 6.4 Perkembangan NTPi Tahun 2019-2021 dengan Tahun Dasar 2018 67
Tabel 7.1 Penyediaan Ikan Konsumsi Nasional, 2014-2019 70
Tabel 7.2 Perbandingan Publikasi BPS dan KKP 72
Tabel 7.3 Perkembangan Konsumsi Ikan Nasional 2015-2021 73
Tabel 7.4 Rata-rata Konsumsi Ikan Per Kapita Nasional (Kg/Kapita) Tahun 2015-
2021 74
Tabel 8.1 Perbandingan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Tahun
2020 – 2021 80
Tabel 8.2 Perbandingan Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Tahun 2020
– 2021 82
Tabel 8.3 Pertumbuhan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia, 2017 – 2021 84
Tabel 8.4 Volume Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama,
2017 - 2021 84
Tabel 8.5 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama,
2017 – 2021 85
Tabel 8.6 Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 – 2021 87
Tabel 8.7 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 – 2021 88
Tabel 8.8 Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Negara Tujuan, 2017 – 2021 90

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
viii
Tabel 8.9 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Negara Tujuan, 2017 – 2021 91
Tabel 8.10 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama, 2017 –
2021 92
Tabel 8.11 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama, 2017 – 2021 94
Tabel 8.12 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 – 2021 95
Tabel 8.13 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 – 2021 96
Tabel 8.14 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Negara Asal, 2017 – 2021 97
Tabel 8.15 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Negara Asal, 2017 – 2021 98
Tabel 9.1 Jumlah dan Luas Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Tahun
2021 101
Tabel 9.2 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Nasional Laut Tahun 2021 102
Tabel 9.3 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Laut Tahun 2021 103
Tabel 9.4 Jumlah Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Laut Tahun 2021 104
Tabel 9.5 Jumlah Kawasan Konservasi Cagar Alam Laut Tahun 2021 105
Tabel 9.6 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Nasional Perairan Tahun 2021 106
Tabel 9.7 Jumlah Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Tahun 2021 106
Tabel 9.8 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Tahun 2021 106
Tabel 9.9 Jumlah Kawasan Konservasi Daerah Tahun 2021 107

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
ix
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
888
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jumlah KUSUKA Korporasi per Jenis Profesi Utama Tahun 2017-
2020 8
Gambar 2.2 Jumlah KUSUKA Perorangan per Jenis Profesi Utama Tahun 2017-
2020 9
Gambar 2.3 Jumlah KUSUKA Per Provinsi Tahun 2017-2020 9
Gambar 3.1 Perkembangan PDB Perikanan ADHK Tahunan (Rp. Triliun), 2011-
2021 18
Gambar 3.2 Perkembangan PDB Perikanan ADHK Triwulanan (Rp. Triliun), TW1
2017 – TW3 2021 19
Gambar 3.3 Pertumbuhan quarter to quarter (q-to-q) dan year on year (y-on-y)
PDB Perikanan Triwulanan (%), 2018 – 2021 20
Gambar 3.4 Pertumbuhan q-to-q PDB Perikanan ADHK dan Trendnya, TW-1 2012
– TW-4 2021 21
Gambar 3.5 Pertumbuhan yoy PDB Perikanan ADHK dan Trendnya, TW-1 2012 –
TW-4 2021 22
Gambar 3.6 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Produksi Perikanan Indonesia,
2011-2020 24
Gambar 3.7 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Nilai Ekspor Produk Perikanan
Indonesia, 2012-2021 25
Gambar 3.8 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Angka Konsumsi Ikan, 2012 –
2019 26
Gambar 4.1 Kontribusi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Terhadap
Perikanan Indonesia, 2016-2021 28
Gambar 4.2 Komoditas dengan Volume Tertinggi pada Perikanan Tangkap di Laut
Tahun 2020 (ton) 32
Gambar 4.3 Kontribusi Komoditas Perikanan Tangkap di Laut, 2020 32
Gambar 4.4 Komoditas dengan Volume Tertinggi pada Perikanan Tangkap di
Perairan Umum Darat, 2020 (ton) 33
Gambar 4.5 Kontribusi Komoditas Perikanan Tangkap di Perairan Umum Darat,
2020 33
Gambar 4.6 Komoditas Tangkapan Udang dengan Volume Tertinggi di Laut, 2020
(ton) 34
Gambar 4.7 Distribusi Komoditas Udang Perikanan Tangkap di Laut, 2020 35
Gambar 4.8 Komoditas Tangkapan Udang dengan Volume Tertinggi di Perairan
Umum Darat, 2020 (ton) 35

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
xi
Gambar 4.9 Distribusi Komoditas Udang Perikanan Tangkap di Perairan Umum
Darat, 2020 36
Gambar 4.10 Rata-rata kontribusi komoditas Perikanan Budidaya, 2020 38
Gambar 5.1 Produksi Garam Tahun 2015-2020 48
Gambar 5.2 Perkembangan Produksi Garam menurut Provinsi Tahun 2015 – 2020
(ton) 52
Gambar 5.3 Perkembangan Produksi Garam Wilayah Barat Indonesia 52
Gambar 5.4 Perkembangan Produksi Garam Wilayah Timur Indonesia 53
Gambar 6.1 Perkembangan Komponen Nilai Tukar Nelayan, Januari 2019 –
Desember 2021 58
Gambar 6.2 Perubahan Komponen Nilai Tukar Nelayan, Januari 2019 –
Desember 2021 59
Gambar 6.3 Perbandingan Nilai Tukar Nelayan Year-on-Year (y-o-y) 59
Gambar 6.4 Perbandingan Nilai Tukar Nelayan Quarter-on-Quarter (q-o-q) 60
Gambar 6.5 Perkembangan Komponen Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Jan 2019 –
Des 2021 63
Gambar 6.6 Perubahan Komponen Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Jan 2019 –
Des 2021 63
Gambar 6.7 Perbandingan Year-on-year Tahun Dasar 2018 64
Gambar 6.8 Perbandingan Quartal-on-quartal Tahun Dasar 2018 65
Gambar 7.1 Alur Penyediaan Ikan Untuk Konsumsi 69
Gambar 7.2 Kontribusi Komoditas Terhadap Penyediaan Ikan Indonesia 70
Gambar 7.3 Konsumsi Ikan Perkapita (Kg/Kap/Thn) 73
Gambar 7.4 Angka Konsumsi Ikan 5 Provinsi Tertinggi 75
Gambar 7.5 Angka Konsumsi Ikan 5 Provinsi Terendah 75
Gambar 8.1 Neraca Perdagangan Hasil Perikanan, 2017-2021 79
Gambar 8.2 Produktivitas Ekspor Komoditas Utama Perikanan, 2017-2021
(Ton/000 US$) 86
Gambar 9.1 Presentase Luas Kawasan Taman Nasional Laut Terhadap Total Luas
Kawasan TNL Tahun 2021 102
Gambar 9.2 Presentase Luas Kawasan Taman Nasional Laut Terhadap Total Luas
Kawasan TNL Tahun 2021 103
Gambar 9.3 Presentase Luas Kawasan Suaka Margasatwa Laut Terhadap Total
Luas Kawasan SML Tahun 2021 104
Gambar 9.4 Presentase Luas Kawasan Konservasi Cagar Alam Laut Terhadap
Total Luas Kawasan CAL Tahun 2021 105
Gambar 9.5 Presentase Luas Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan
Terhadap Total Luas Kawasan TWP Tahun 2021 107

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
xii
PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 telah menetapkan
salah satu misi yang diemban oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) adalah “Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Kepulauan yang
Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan Nasional”, dengan
menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah,
meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berwawasan
kelautan, mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran, dan membangun ekonomi
kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber
kekayaan laut secara berkelanjutan.
Sejalan dengan misi tersebut, KKP telah menetapkan kebijakan
pembangunan kelautan dan perikanan periode 2020-2024, sebagai
berikut:
1. Memperbaiki komunikasi dengan nelayan, penyederhanaan perizinan,
pengembangan pelabuhan perikanan, pengaturan penangkapan ikan
sampai ZEE dan laut lepas, dan perlindungan dan pemberdayaan
nelayan untuk peningkatan pendapatan nelayan;
2. Optimalisasi perikanan budidaya dalam rangka memperkuat
penyerapan lapangan kerja dan penyediaan sumber protein hewani
untuk konsumsi masyarakat;
3. Membangkitkan industri kelautan dan perikanan melalui pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri, peningkatan kualitas mutu produk dan
nilai tambah untuk peningkatan investasi dan ekspor hasil perikanan;
4. Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, serta penguatan
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dan karantina ikan
melalui koordinasi dengan instansi terkait; dan
5. Penguatan SDM dan inovasi riset kelautan dan perikanan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
1
Berdasarkan beberapa kebijakan yang telah ditetapkan di atas, telah diterjemahkan
ke dalam program-program prioritas terkait dengan sumber daya manusia, penataan
regulasi, penyederhanaan birokrasi, infrastruktur, dan transformasi ekonomi. Tabel 1.1
berikut menyajikan rincian program prioritas KKP periode 2020-2024.
Tabel 1.1 Program Prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2020-2024

No Program Prioritas Terjemahan


1 Sumber Daya Manusia · Pendidikan vokasi
· Pelatihan teknis untuk masyarakat
· Sertifikasi kompetensi pelaku utama
· Hilirisasi hasil inovasi dan riset
2 Penataan Regulasi · Penyederhanaan perizinan usaha perikanan
· Harmonisasi peraturan perundangan terkait
dengan penciptaan lapangan kerja,
pemberdayaan UKM dan peningkatan investasi
3 Menyederhanakan Birokrasi · Peningkatan pelayanan publik
· Penguatan sistem pemerintah berbasis elektronik
· Penyederhanaan prosedur dan tata laksana
4 Infrastruktur · Pembangunan pelabuhan perikanan (termasuk
mendorong beberapa pelabuhan prioritas
menjadi export gateway)
· Prasarana pertambakan perikanan
· Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT)
· Sistem rantai dingin
· Pasar ikan modern
· Kampung nelayan maju (dengan kuliner kreatif)
· Rehabilitasi kawasan pesisir
· Prasarana pertambakan garam rakyat
5 Transformasi Ekonomi · Industri kelautan dan perikanan yang berdaya
saing, meliputi: perikanan tangkap, perikanan
budidaya, pengolahan dan pemasaran, garam
rakyat, serta wisata bahari
Sumber: Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal (2020)

Dalam kaitan penyusunan program di atas, KKP senantiasa memberikan perhatian


penuh terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) sektor KP, yakni nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar hasil perikanan, petambak garam, serta
masyarakat kelautan dan perikanan lainnya. Langkah di atas dilakukan secara
bertanggungjawab berlandaskan gotong royong, sehingga saling memperkuat, memberi
manfaat dan menghasilkan nilai tambah ekonomi, sosial, dan budaya bagi kepentingan
bersama.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
2
Implementasi terhadap program prioritas kelautan dan perikanan tersebut
diterjemahkan dalam berbagai strategi dan arah kebijakan yang dilaksanakan oleh masing-
masing Unit Eselon I Lingkup KKP sesuai dengan tugas dan fungsinya. Buku analisis
indikator kinerja utama sektor kelautan dan perikanan ini diharapkan dapat menjadi salah
satu acuan dalam penetapan kebijakan (Decision Support System) baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kerja sektor kelautan dan
perikanan.
Analisis indikator kinerja utama sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu
tugas dan fungsi Pusat Data, Statistik dan Informasi. Hasil analisis dilakukan diharapkan
dapat menjadi salah satu penopang kebijakan pembangunan perekonomian nasional yang
berpihak pada penyediaan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan pada sektor kelautan dan perikanan. Hal ini dimungkinkan karena
Pusdatin memiliki data dan statistik yang mencakup dari hulu ke hilir yang terdiri dari: data
potensi sumber daya ikan; pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau terluar yang dikelola;
luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan; produksi hasil
kelautan dan perikanan berdasarkan aktifitas perikanan tangkap, budidaya, dan garam;
pengolahan hasil perikanan; pemasaran hasil kelautan dan perikanan (ekspor dan impor);
konsumsi ikan; pelaku usaha; sarana dan prasarana; sumberdaya manusia kelautan dan
perikanan; pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan; dukungan hasil penelitian
dan pengembangan kelautan dan perikanan; serta teknologi informasi yang mendukung
ketersediaan data dan statistik kelautan dan perikanan.
Begitu pentingnya analisis data dan statistik kelautan dan perikanan sehingga KKP
dituntut untuk dapat menerbitkan data dan statistik kelautan dan perikanan dengan terus
melakukan penyempurnaan pengelolaan data dan statistik yang meliputi metodologi
pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data serta peningkatan kapasitas
sumberdaya manusia di bidang statistik.

1.2 TUJUAN
Penyusunan buku analisis IKU sektor KP periode 2017-2021 ini adalah untuk
memenuhi beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menyebarluaskan informasi hasil pembangunan di sektor KP kepada para stakeholders
sektor KP, baik pihak internal maupun eksternal KKP;
2. Menyediakan informasi terkait data capaian IKU kelautan dan perikanan sederhana yang
memenuhi kebutuhan stakeholders; dan
3. Menyediakan bahan acuan untuk penetapan kebijakan baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kerja sektor kelautan dan perikanan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
3
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
888
KARTU PELAKU UTAMA 2
KELAUTAN DAN PERIKANAN (KUSUKA)

KUSUKA merupakan pengganti listing pelaku utama Kelautan dan


Perikanan (KP) yang dipergunakan sebagai basis data pelaku usaha di
sektor KP pada awal pelaksanaan program Satu Data Kelautan dan
Perikanan, dan mulai diberlakukan sejak tahun 2018. Sebagi satu-satunya
database pelaku utama yang diakui di sektor KP, maka KUSUKA telah
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Mulai dari kegiatan pelayanan
– seperti karantina dan perijinan – hingga ke program perlindungan dan
pemberdayaan pelaku utama kelautan dan perikanan yang dilaksanakan
oleh KKP, semuanya mensyaratkan KUSUKA sebagai bukti identitas
pelaku utama di sektor KP.
KUSUKA telah memiliki legalitas yang cukup kuat, dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 39 Tahun
2017 tentang Kartu Pelaku Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan yang
kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan
Perikanan. Adapun fungsi Kartu KUSUKA sebagaimana tercantum dalam
Permen KP No. 42 Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
a) Identitas pelaku utama sektor KP;
b) Basis data untuk pendataan sektor KP; dan
c) Basis data untuk perlindungan dan/atau pemberdayaan bagi pelaku
utama.
Berdasarkan aturan tersebut, maka KUSUKA harus dimiliki oleh
setiap pelaku utama berkewarganegaraan Indonesia (WNI) yang
melakukan kegiatan usaha di sektor kelautan dan perikanan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terdapat beberapa jenis profesi
yang dapat didaftarkan pada KUSUKA, yaitu :

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
5
1. Nelayan;
2. Pembudidaya Ikan;
3. Pengolah Ikan;
4. Pemasar Ikan;
5. Pemasar Antar Pelabuhan; dan
6. Petambak Garam.
Selain itu, pelaku utama Sektor KP juga dapat tergolong menjadi pelaku Perorangan
dan pelaku Korporasi. Pelaku perorangan adalah pelaku utama perorangan tidak berbadan
hukum yang harus dapat dibuktikan validitas kewarganegaraannya melalui Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang terdaftar di database DUKCAPIL. Pelaku Korporasi adalah
pelaku utama yang memiliki badan hukum seperti Kelompok Usaha bersama, Perusahaan,
Koperasi, Yayasan, BUMN, BUMD, dan Lembaga Non-Pemerintah, yang bukti validitasnya
harus ditunjukkan melalui kelengkapan berbagai dokumen pendukungnya.
Apabila dokumen yang disyaratkan lengkap, ditunjang dengan koneksi internet yang
cukup baik, maka proses pendaftaran KUSUKA tidak akan memakan waktu lama karena
dilakukan secara online. Untuk lebih memudahkan proses pendaftaran, pelaku usaha dapat
memilih untuk mendaftar secara mandiri atau dibantu petugas/enumerator. Pendaftaran
KUSUKA online ini dapat dilakukan menggunakan applikasi web satudata.kkp.go.id, atau
aplikasi mobile PILAR yang dapat diunduh secara percuma oleh pengguna.
Sebagai bukti identitas pelaku, maka kepada pelaku yang datanya dinilai valid, secara
otomatis akan diberikan Kartu e-KUSUKA. Selanjutnya dalam rangka mendukung upaya
untuk meningkatkan akses para pelaku utama di sektor KP terhadap jasa keuangan seperti
kredit dan pinjaman, maka Pusdatin KKP telah melakukan kerja sama dengan beberapa
bank pemerintah untuk melakukan pencetakan kartu KUSUKA dalam bentuk Kartu ATM
bagi pelaku usaha yang sudah memegang Kartu e-KUSUKA.
KUSUKA sebagai identitas tunggal pelaku utama KP telah diberbagi-pakaikan antar
Lembaga/Kementerian untuk berbagai kepentingan. Beberapa kegiatan berbagaipakai
data KUSUKA yang pernah dilakukan antara lain:
1. Pemanfaatan data KUSUKA oleh Kementerian Kpoerasi dan Usaha Kecil dan Mikro
untuk program Bantuan Pembiayaan Usaha Mikro (BPUM) 2020;
2. Program Bantuan Sosial Tunai (BST) Covid 19 Tahun 2020 oleh Kementerian Sosial;
3. Bantuan ongkos angkut garam bagi petambak garam di beberapa Kabupaten/Kota;
4. Berbagi pakai API data KUSUKA dengan data BPJS Ketenagakerjaan;
5. Penjajakan Kerjasama berbagi pakai data KUSUKA dalam rangka pengembangan
usaha nelayan korporasi
6. Berbagi pakai data KUSUKA dengan data koperasi.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
6
Sesuai dengan Instruksi Menteri Kelautan dan Perikanan No. B.147/MEN-KP/III/2021
bahwa Pendataan Pelaku utama Kelautan dan Perikanan selesai Tahun 2022, maka dirasa
sangat perlu untuk melakukan percepatan pendataan KUSUKA. Adapun program/kegiatan
percepatan pendataan KUSUKA yang sudah dilaksanakan/sedang berjalan diantaranya
yaitu:
1. Kerjasama dengan Asosiasi/NGO (KNTI dan MDPI) untuk melakukan pendataan
KUSUKA nelayan;
2. Penguatan pendataan KUSUKA pada 6 (enam) kabupaten/kota yaitu: Sleman,
Sukabumi, Demak, Pati, Tasikmalaya, Sumenep yang mempunyai potensi KUSUKA dan
termasuk ke dalam Program Prioritas KKP; dan
3. Adanya aplikasi PILAR yang diluncurkan oleh Pusat Data Statistik dan Informasi
(Pusdatin) KKP untuk melakukan registrasi mandiri bagi pelaku utama kelautan dan
perikanan;
4. Adanya dukungan dana dekonsentrasi 01 untuk transport petugas KUSUKA tingkat
Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

2.1 POTENSI PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA)


Berdasarkan data laporan tahun 2019 dari 514 Dinas Perikanan Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia, Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM), serta survey
ekonomi BPS 2013, maka diperoleh perkiraan total potensi pelaku yang dapat didaftarkan
ke dalam KUSUKA adalah sebanyak 4.619.074 pelaku, dengan rincian seperti dapat dilihat
pada Tabel 2.1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa profesi dengan potensi tertinggi
adalah Pembudidaya Ikan dengan estimasi jumlah pelaku sebanyak 2,46 juta orang, disusul
oleh Nelayan pada angka 1,79 juta orang.
Tabel 2.1 Potensi Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan

Profesi Utama Potensi Pelaku


Nelayan 1.785.2231)
Pemasar Antar Pelabuhan 4.0132)
Pemasar Ikan 275.4583)
Pembudidaya Ikan 2.462.0551)
Pengolah Ikan 63.7761)
Petambak Garam 28.5491)
Total 4.619.074
Sumber data :
1). Database Valnas 2019, diunduh 31 Juli 2021;
2). BKIPM;
3). Survei BPS 2013.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
7
2.2 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2017 – 2020
Pada periode 2017 sampai dengan 2020 pendataan KUSUKA untuk semua jenis
profesi utama dilakukan oleh Pengolah Data dari Penyuluh Perikanan PNS dan Penyuluh
Perikanan Bantu (PPB). Sedangkan untuk periode pendataan 2021-2022 penyelenggaraan
pendataan dilakukan oleh masing-masing Unit Teknis Eselon I, sehingga pendataan
KUSUKA dilakukan tidak hanya oleh Penyuluh Perikanan saja namun juga oleh Petugas
KUSUKA Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Petugas pendata
yang ditunjuk masing-masing eselon-1.

Gambar 2.1 Jumlah KUSUKA Korporasi per Jenis Profesi Utama Tahun 2017-2020
Tahun 2018 merupakan awal peralihan pendataan dari listing pelaku menjadi
KUSUKA. Meskipun demikian, karena struktur data KUSUKA yang tidak jauh berbeda
dengan tabel listing, maka hasil pendataan listing Tahun 2017 dapat secara mudah
ditransfer ke tabel KUSUKA. Dari gambar 2.1 dapat diamati bahwa pada tahun 2017 belum
ada pelaku utama Korporasi yang diregistrasikan ke dalam KUSUKA, hal ini karena
pendataan listing pada 2017 yang masih terfokus pada pencatatan pelaku usaha
perorangan. Dari total 10.108 pelaku utama Korporasi yang telah diregistrasikan ke dalam
KUSUKA sepanjang periode pengamatan, terdapat dua jenis profesi utama yang sangat
mendominasi, yaitu Nelayan dan Pembudidaya. Pada tahun 2020, registrasi tertinggi
korporasi dicatatkan oleh profesi utama Nelayan sebanyak 3.607 korporasi. Pada tahun
yang sama, Pemasar Antar Pelabuhan merupakan profesi utama dengan jumlah registrasi
paling sedikit dengan total sejumlah 25 korporasi.
Sepanjang periode 2018-2020, rata-rata pertumbuhan tahunan pencatatan KUSUKA
Korporasi bernilai cukup tinggi, pada angka 301,70 persen. Pertumbuhan tinggi seperti
tersebut dimungkinkan terjadi seiring dengan penerapan aturan wajib terdaftar pada
KUSUKA bagi korporasi calon penerima Bantuan Pemerintah. Dari sisi pertumbuhan
pencatatan tahunan per jenis profesi utama, selama periode tersebut diperoleh
pertumbuhan paling tinggi untuk petambak garam pada angka 1.700 persen di tahun 2019,
dan Pembudidaya Ikan pada tahun 2019 di angka 436,12 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
8
Gambar 2.2 Jumlah KUSUKA Perorangan per Jenis Profesi Utama Tahun 2017-2020
Total jumlah registrasi KUSUKA Perorangan periode 2017-2020 adalah sejumlah
1.201.001 orang. Registrasi KUSUKA Perorangan tahunan tertinggi selama periode
tersebut dicatatkan oleh profesi utama Nelayan sejumlah 302.696 orang pada tahun 2017.
Hal tersebut dikarenakan seluruh KUSUKA yang teregistrasi adalah pelaku utama
Perorangan saja, dengan fokus pencatatan pada usaha tangkap dan budidaya. Rata-rata
Pertumbuhan tahunan registrasi KUSUKA Perorangan sepanjang periode 2017-2020
adalah 3,51 persen dengan dominasi registrasi untu profesi utama Nelayan dan
Pembudidaya Ikan. Pada Gambar 2.2 meskipun terlihat KUSUKA Perorangan selalu
didominasi oleh Nelayan di setiap tahun, namun hasil perhitungan menunjukan adanya
pertumbuhan rata-rata tahunan negatif sebesar -16,20 persen. Capaian KUSUKA
Perorangan nelayan Tahun 2017 adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan tahun-
tahun setelahnya, dengan jumlah Nelayan sebanyak 302.696 orang.

Gambar 2.3 Jumlah KUSUKA Per Provinsi Tahun 2017-2020

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
9
Secara total, registrasi KUSUKA berstatus Valid, baik untuk perorangan maupun
korporasi, sepanjang periode 2017-2020 adalah sejumlah 1.211.109 pelaku utama. Pada
Gambar 2.3 dapat diamati 10 Provinsi dengan total registrasi KUSUKA tinggi adalah:
a. Pulau Jawa: Jawa Barat (55.836), Jawa Tengah (137.570), dan Jawa Timur (138.484);
b. Pulau Sumatera: Aceh (56.639) dan Sumatera Utara (63.805);
c. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan (104.332), dan Sulawesi Tenggara (55.936);
d. Pulau Bali dan Nusa Tenggara: Nusa Tenggara Barat (42.153);
e. Pulau Kalimantan: Kalimantan Selatan (34.804).
Tabel 2.2 Capaian KUSUKA Terhadap Potensi Pelaku Utama
Profesi Utama Potensi Pelaku Total KUSUKA *) Capaian (%)
Nelayan 1.785.223 960.624 53,81
Pemasar Antar Pelabuhan 4.013 3.967 98,85
Pemasar Ikan 275.458 40.514 14,71
Pembudidaya Ikan 2.462.055 415.692 16,88
Pengolah Ikan 63.776 57.988 90,92
Petambak Garam 28.549 13.812 48,38
Total 4.619.074 1.492.597 32,31

Keterangan: *) Data KUSUKA diunduh 13 April 2022


Sumber: Satu Data KKP

Berdasarkan laporan yang diterima dari pihak Dinas Perikanan seluruh Kabupaten di
wilayah NKRI tahun 2019, telah ditentukan bahwa Potensi pelaku utama sektor kelautan
dan perikanan untuk masing-masing profesi adalah seperti tertera di kolom Potensi pada
Tabel 2.2. Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa profesi utama dengan potensi paling
tinggi adalah Pembudidaya Ikan sejumlah 2.462.055 pelaku dengan capaian registrasi
KUSUKA per 13 April 2022 sebanyak 16,88 persen (415.692 pelaku utama). Dari tabel
tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa capaian registrasi untuk seluruh pelaku utama
baru mencapai angka 32,31 persen. Adapun profesi utama dengan capaian registrasi
KUSUKA paling tinggi adalah Pemasar Antar Pelabuhan yang hampir mencapai 100 persen,
pada angka 98,85 persen, disusul oleh Pengolah Ikan pada angka 90,92 persen. Profesi
utama yang perlu ditingkatkan pendataannya adalah Pembudidaya Ikan dan Pemasar Ikan
karena capaiannya masih dibawah 20 persen.

2.3 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2021


Hingga akhir tahun 2021, capaian Registrasi KUSUKA secara kumulatif telah
mencapai angka 1.441.826 pelaku utama yang terdiri dari pelaku utama korporasi sebanyak
18.101 dan perorangan sebanyak 1.423.725. Untuk jenis profesi utama yang mendominasi
yaitu Nelayan dengan total 933.122 pelaku atau 52,27 persen dari potensi. Meskipun
registrasi nelayan mendominasi dari segi jumlah, namun dari segi capaian atas potensi,
capaian tertinggi dicatatkan oleh Pemasar Antar Pelabuhan pada angka 90,26 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
10
Adapun profesi utama yang masih perlu didorong pendataannya adalah Pemasar Ikan dan
Pembudidaya Ikan dengan capaian registrasi KUSUKA masih dibawah 20 persen. Berikut
adalah capaian registrasi KUSUKA Tahun 2021 secara triwulanan:
2.3.1 Kartu Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) Triwulan I-2021
Tabel 2.3 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan I-2021

Total Potensi Capaian


Profesi Utama Korporasi1) Perorangan1)
Pelaku Pelaku (%)
Nelayan 5.353 884.725 890.078 1.784.2272) 49,89
Pemasar Antar
490 2.006 2.496 4.0133) 62,20
Pelabuhan
Pemasar Ikan 631 33.602 34.233 275.4584) 12,43
Pembudidaya Ikan 4.368 348.524 352.892 2.473.5672) 14,27
Pengolah Ikan 2.006 47.740 49.746 62.3762) 79,75
Petambak Garam 171 12.306 12.477 28.5492) 43,70
Total 13.019 1.328.903 1.341.922 4.628.190 28,99
Sumber :
1). Database KUSUKA, diunduh 11 Mei 2021;
2). Database Valnas 2019, diunduh 11 Mei 2021; 3). BKIPM; dan 4). DJPDSPKP.

Realisasi registrasi KUSUKA triwulan I-2021 telah mencapai 28,99 persen. Realisasi
tertinggi dicatatkan oleh Pengolah Ikan mencapai angka 79,75 persen, dan Pemasar Antar
Pelabuhan yang telah mencapai angka 62,20 persen. Adapun realisasi paling rendah
dicatatkan oleh Pembudidaya Ikan pada angka 14,27 persen, dan Pemasar Ikan pada
angka 12,43 persen.
2.3.2 Kartu Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) Triwulan II-2021
Tabel 2.4 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan II-2021
Total Potensi Capaian
Profesi Utama Korporasi1) Perorangan1)
Pelaku Pelaku (%)
Nelayan 5.781 899.407 905.188 1.785.2232) 50,70
Pemasar Antar
561 2.376 2.937 4.0133) 73,19
Pelabuhan
4)
Pemasar Ikan 693 34.847 35.540 275.458 12,90
Pembudidaya Ikan 5.153 362.983 368.136 2.462.0552) 14,95
Pengolah Ikan 2.104 49.472 51.576 63.4882) 81,24
Petambak Garam 178 12.513 12.691 28.5492) 44,45
Total 14.470 1.361.598 1.376.068 4.618.786 29,79
Sumber :
1). Database KUSUKA, diunduh 31 Juli 2021;
2). Database Valnas 2019, diunduh 31 Juli 2021;
3). BKIPM;
4). Survei BPS 2013.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
11
Realisasi registrasi KUSUKA triwulan II-2021 telah mencapai 29,79 persen. Capaian
registrasi tertinggi dicatatkan oleh Pengolah Ikan mencapai angka 81,24 persen, dan
Pemasar Antar Pelabuhan dengan capaian angka 73,19 persen. Adapun registrasi
KUSUKA dengan realisasi paling rendah dicatatkan oleh Pembudidaya Ikan pada angka
14,95 persen, dan Pemasar Ikan pada angka 12,90 persen.
Tabel 2.5 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan II-2021 Menurut Profesi Utama
Profesi Utama Total Triwulan I Total Triwulan II Pertumbuhan
Nelayan 890.078 905.188 1,70%
Pemasar Antar Pelabuhan 2.496 2.937 17,67%
Pemasar Ikan 34.233 35.540 3,82%
Pembudidaya Ikan 352.892 368.136 4,32%
Pengolah Ikan 49.746 51.576 3,68%
Petambak Garam 12.477 12.691 1,72%
Total 1.341.922 1.376.068 2,54%

Sepanjang triwulan II-2021 yang lalu, secara total telah terjadi penambahan
pencatatan pelaku utama sebesar 2,54 persen. Pemasar Antar Pelabuhan merupakan
pelaku utama dengan penambahan pencatatan tertinggi sebesar 17,67 persen. Sedangkan
catatan penambahan terendah sebesar 1,70 persen dan 1,72 persen berturut-turut adalah
Nelayan dan Petambak Garam.
2.3.3 Kartu Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) Triwulan III-2021
Tabel 2.6 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan III-2021
Total Potensi Capaian
Profesi Utama Korporasi1) Perorangan1)
Pelaku Pelaku (%)
Nelayan 6.279 917.369 923.648 1.785.2232) 51,74
Pemasar Antar 656 2.759 3.415 4.0133) 85,10
Pelabuhan
Pemasar Ikan 773 36.553 37.326 275.4584) 13,55
Pembudidaya Ikan 6.871 383.776 390.647 2.462.0552) 15,87
Pengolah Ikan 2.266 51.312 53.578 63.4882) 84,17
Petambak Garam 184 13.182 13.366 28.5492) 46,82
Total 17.029 1.404.951 1.421.980 4.618.786 30,79
Sumber :
1). Database KUSUKA, diunduh 8 November 2021;
2). Database Valnas 2019, diunduh 31 Juli 2021;
3). BKIPM;
4). Survei BPS 2013.

Realisasi registrasi KUSUKA triwulan III-2021 telah mencapai 30,79 persen. Capaian
registrasi tertinggi dicatatkan oleh Pemasar Antar Pelabuhan mencapai angka 85,10
persen, dan Pengolah Ikan dengan capaian angka 84,17 persen. Adapun registrasi
KUSUKA dengan realisasi paling rendah dicatatkan oleh Pembudidaya Ikan pada angka
15,87 persen, dan Pemasar Ikan pada angka 13,55 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
12
Tabel 2.7 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan III-2021 Menurut Profesi Utama
Profesi Utama Total Triwulan II Total Triwulan III Pertumbuhan (%)
Nelayan 905.188 923.648 2,04
Pemasar Antar Pelabuhan 2.937 3.415 16,28
Pemasar Ikan 35.540 37.326 5,03
Pembudidaya Ikan 368.136 390.647 6,11
Pengolah Ikan 51.576 53.578 3,88
Petambak Garam 12.691 13.366 5,32
Total 1.376.068 1.421.980 3,34

Sepanjang triwulan III-2021 yang lalu, secara total telah terjadi penambahan
pencatatan pelaku utama sebesar 3,34 persen dari jumlah yang terakumulasi hingga
triwulan II-2021 lalu. Pemasar Antar Pelabuhan merupakan pelaku utama dengan
penambahan pencatatan tertinggi sebesar 16,28 persen. Sedangkan Nelayan dengan
jumlah pelaku utama teregistrasi paling tinggi, namun pada triwulan III-2021 catatan
pertumbuhannya paling rendah yaitu sebesar 2,04 persen jika dibandingkan pelaku utama
lainnya.
2.3.4 Kartu Pelaku Utama Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) Triwulan IV-2021
Tabel 2.8 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan IV-2021

Profesi Utama Korporasi1) Perorangan1) Total Potensi Capaian


Pelaku Pelaku (%)
Nelayan 6.630 926.492 933.122 1.785.2232) 52,27
Pemasar Antar 700 2.922 3.622 4.0133) 90,26
Pelabuhan
Pemasar Ikan 810 37.497 38.307 275.4584) 13,91
Pembudidaya Ikan 7.427 390.744 398.171 2.462.0552) 16,17
Pengolah Ikan 2.350 52.696 55.046 63.4882) 86,31
Petambak Garam 184 13.374 13.558 28.5492) 47,49
Total 18.101 1.423.725 1.441.826 4.619.074 31,21
Sumber :
1). Database KUSUKA, diunduh 5 Januari 2022;
2). Database Valnas 2019, diunduh 31 Juli 2021;
3). BKIPM;
4). Survei BPS 2013.

Realisasi registrasi KUSUKA triwulan IV-2021 telah mencapai 31,21 persen dengan
total pelaku sebanyak 1.441.826. KUSUKA Perseorangan masih mendominasi dengan total
pelaku 1.423.725 orang, dan untuk Korporasi hanya sebesar 1,26 persen dari total capaian
pelaku di triwulan IV-2021.
Capaian registrasi tertinggi dicatatkan oleh Pemasar Antar Pelabuhan dan sudah
mencapai 90,26 persen, dan Pengolah Ikan dengan capaian angka 86,31 persen dari angka
potensi pelaku. Adapun registrasi KUSUKA di Triwulan IV-2021 dengan capaian paling
rendah dicatatkan oleh Pembudidaya Ikan pada angka 16,17 persen, dan Pemasar Ikan
pada angka 13,91 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
13
Tabel 2.9 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan IV-2021 Menurut Profesi Utama
Profesi Utama Total Triwulan III Total Triwulan IV Pertumbuhan (%)
Nelayan 923.648 933.122 1,03
Pemasar Antar Pelabuhan 3.415 3.622 6,06
Pemasar Ikan 37.326 38.307 2,63
Pembudidaya Ikan 390.647 398.171 1,93
Pengolah Ikan 53.578 55.046 2,74
Petambak Garam 13.366 13.558 1,44
Total 1.421.980 1.441.826 1,40

Sepanjang triwulan IV-2021 yang lalu, secara total telah terjadi penambahan
pencatatan pelaku utama sebesar 1,40 persen. Pemasar Antar Pelabuhan merupakan
pelaku utama dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 6,06 persen. Sedangkan Nelayan
dengan total pelaku utama teregistrasi paling banyak namun pada triwulan IV-2021
pertumbuhannya paling rendah bila dibandingkan pelaku utama lainnya yaitu sebesar 1,03
persen.

2.4 CAPAIAN KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KP (KUSUKA) TAHUN 2022


Tabel 2.10 Capaian Registrasi KUSUKA Triwulan I-2022

Total Potensi Capaian


Profesi Utama Korporasi1) Perorangan1)
Pelaku Pelaku (%)
Nelayan 7.366 949.494 956.860 1.785.2232) 53,60
Pemasar Antar 758 3.181 3.939 4.0133) 98,16
Pelabuhan
Pemasar Ikan 846 39.381 40.227 275.4584) 14,60
Pembudidaya Ikan 7.782 404.628 412.410 2.462.0552) 16,75
Pengolah Ikan 2.439 55.011 57.450 63.7762) 90,08
Petambak Garam 186 13.574 13.760 28.5492) 48,20
Total 1.484.646 4.619.074 32,14
Sumber :
1). Database KUSUKA, diunduh 1 April 2022;
2). Database Valnas 2019, diunduh 31 Juli 2021;
3). BKIPM;
4). Survei BPS 2013.

Realisasi registrasi KUSUKA triwulan I-2022 telah mencapai 32,14 persen dengan
total pelaku sebanyak 1.484.646. KUSUKA Perseorangan masih mendominasi dengan total
pelaku sebanyak 1.465.269 orang, dan untuk Korporasi sebesar 1,31 persen dari total
capaian pelaku di Triwulan I-2022.
Capaian registrasi pelaku utama tertinggi sudah tercatat mencapai angka 98,16
persen yaitu oleh Pemasar Antar Pelabuhan, dan tercatat tertinggi kedua adalah Pengolah
Ikan dengan capaian angka 90,08 persen dari potensi pelaku. Adapun registrasi KUSUKA di
Triwulan I-2022 dengan capaian paling rendah dicatatkan oleh Pemasar Ikan pada angka

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
14
14,60 persen, dan Pembudidaya Ikan pada angka 16,75 persen. Dilihat dari Potensi yang
ada, Pembudidaya Ikan mempunyai potensi paling tinggi, yang artinya masih banyak pelaku
utama yang belum tercatat dan termutakhirkan pada KUSUKA.
Tabel 2.11 Pertumbuhan Pencatatan KUSUKA Triwulan I-2022 Menurut Profesi Utama

Total Triwulan Total Triwulan


Profesi Utama Pertumbuhan (%)
IV-2021 I-2022
Nelayan 933.122 956.860 2,54
Pemasar Antar Pelabuhan 3.622 3.939 8,75
Pemasar Ikan 38.307 40.227 5,01
Pembudidaya Ikan 398.171 412.410 3,58
Pengolah Ikan 55.046 57.450 4,37
Petambak Garam 13.558 13.760 1,49
Total 1.441.826 1.484.646 2,97

Sepanjang triwulan I-2022 telah terjadi pertumbuhan pencatatan pelaku utama


kelautan dan perikanan, dan secara total telah terjadi penambahan pencatatan pelaku
utama sebesar 2,97 persen. Pemasar Antar Pelabuhan merupakan pelaku utama dengan
pertumbuhan tertinggi sebesar 8,75 persen. Sedangkan Pelaku Utama dengan
pertumbuhan pencatatan terendah adalah Petambak Garam sebesar 1,49 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
15
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
888
PRODUK 3
DOMESTIK BRUTO PERIKANAN

Bagian ini ditujukan khusus untuk menyampaikan informasi terkait salah


satu IKU penting KKP, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan. IKU
ini tergolong cukup sering menjadi sorotan para stakeholder sektor
kelautan dan perikanan, mengingat fungsinya sebagai proxy dari
keberhasilan berbagai upaya KKP melakukan pembangunan ekonomi di
sektor kelautan dan perikanan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia secara umum dan para stakeholders sektor
perikanan pada khususnya, melalui penyediaan berbagai barang/jasa
sektor perikanan untuk dikonsumsi baik di domestik maupun di luar negeri.
Umumnya perhatian terhadap PDB Perikanan ini ditujukan kepada besaran
pertumbuhannya, dimana sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
capaian PDB Perikanan yang ideal pada suatu periode bukan hanya ketika
terjadi peningkatan nilai PDB Perikanan periode tersebut dibandingkan
dengan capaian tahun sebelumnya semata, akan tetapi juga harus disertai
dengan angka pertumbuhan yang sesuai dengan ekspektasi (target).
Alur pembahasan akan dimulai dengan narasi terkait catatan historis
dari PDB Perikanan Indonesia. Dimulai dengan deskripsi terkait
perkembangan capaian nilai PDB Perikanan sepanjang periode 2011 –
2021, hingga capaian pertumbuhannya. Selanjutnya, untuk menutup
bagian ini, akan disampaikan pula analisis korelasi sederhana dengan
tujuan untuk menunjukkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap capaian PDB Perikanan ini. Diharapkan penjelasan ringkas pada
bagian ini dapat membantu para policy makers dalam menentukan arah
kebijakan yang sekiranya dapat mendorong tercapainya catatan PDB
Perikanan sesuai dengan yang diharapkan.

3.1 PERKEMBANGAN PDB PERIKANAN NASIONAL


Angka besaran PDB Perikanan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) –
sebagai ilustrasi pada tahun 2021 tercatat nilai capaian PDB Perikanan
sebesar 267,97 – menggambarkan bahwa sepanjang tahun tersebut sektor
Perikanan Indonesia telah melakukan kegiatan penyediaan barang/jasa
Perikanan yang dikonsumsi baik oleh konsumen akhir di pasar domestik

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
17
maupun di pasar luar negeri, dengan total penyediaan yang jika dinilai dengan uang akan
bernilai sebesar Rp. 267,97 Triliun berdasarkan harga pasar yang berlaku pada tahun 2010.
Dengan demikian, semakin besar nilai PDB Perikanan yang dicatatkan pada suatu tahun,
maka semakin banyak pula volume barang/jasa perikanan yang berhasil disediakan untuk
dikonsumsi oleh konsumen akhir. Adapun perkembangan catatan nilai PDB Perikanan
ADHK dengan tahun dasar 2010 sepanjang periode pengamatan dapat diamati pada
Gambar 3.1.
Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa nilai PDB Perikanan ADHK Indonesia senantiasa
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sepanjang 2011-2021 yang lalu, PDB Perikanan
Indonesia bernilai rata-rata sebesar Rp. 213,0 Triliun per tahun, dengan nilai terendah
sebesar Rp. 154,5 Triliun pada tahun 2011, dan nilai tertinggi sebesar Rp. 268,0 Triliun pada
tahun 2021. Berdasarkan catatan tersebut, maka secara sahih dapat disimpulkan bahwa
sepanjang 2011-2021 yang lalu, sektor perikanan Indonesia telah berhasil secara persisten
memperbesar ukuran perekonomiannya. Atau dengan kata lain, Sektor Perikanan
mengalami pertumbuhan ekonomi.

Gambar 3.1 Perkembangan PDB Perikanan ADHK Tahunan (Rp. Triliun), 2011-2021
Gambar 3.2, menampilkan capaian PDB Perikanan Nasional secara triwulanan. Catatan
besaran PDB Perikanan triwulanan umumnya dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan
siklus musiman dari kegiatan usaha di sektor perikanan setiap tahunnya. Dari grafik
tersebut, sepanjang periode 2017-2021, tergambarkan adanya kecenderungan aktivitas
pelaku usaha perikanan yang meningkat setiap triwulan dan mengalami puncaknya pada
Triwulan ke-4 (TW-4).

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
18
Gambar 3.2 Perkembangan PDB Perikanan ADHK Triwulanan (Rp. Triliun), TW1 2017 –
TW3 2021
Angka capaian PDB Perikanan pada Gambar 3.2 nampak tidak terlalu jauh berbeda
setiap triwulannya, berkisar pada rata-rata Rp. 62 Trilliun, dengan angka paling rendah pada
nilai Rp 55,7 Trilliun, dan angka tertinggi pada nilai Rp. 71,1 Trilliun. Meskipun cenderung
flat, akan tetapi perhitungan rata-rata menunjukkan bahwa sepanjang 2017 hingga 2021
yang lalu, PDB Perikanan Triwulanan mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,33 %
pertriwulan. Dengan rata-rata pertumbuhan tersebut maka terjadi peningkatan nilai PDB
Perikanan dari Rp. 55,7 Trilliun pada triwulan pertama 2017 ke senilai Rp. 71,1 Trilliun pada
akhir tahun 2021.

3.2 PERTUMBUHAN PDB PERIKANAN NASIONAL 2018-2021


Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa perhatian terhadap PDB
Perikanan cenderung berfokus pada pencapaian pertumbuhannya, maka pada bagian ini
akan disampaikan gambaran umum dari perkembangan pertumbuhan PDB Perikanan
Triwulanan ADHK, dengan mengambil titik pengamatan sepanjang periode TW-1 2011
hingga TW-4 2021. Terdapat dua macam jenis angka pertumbuhan dari PDB Perikanan
Triwulanan, yaitu: 1). Pertumbuhan antar triwulan (q-to-q), menggambarkan pertumbuhan
dari satu triwulan ke triwulan berikutnya sehingga biasanya dipergunakan untuk
menggambarkan perubahan antar musim dari PDB Perikanan; dan 2). Pertumbuhan
triwulan antar tahun (y-on-y), untuk menilai capaian triwulan yang sama pada tahun yang
berbeda sehingga biasanya dipergunakan untuk membandingkan kinerja tahun tertentu
dibanding tahun sebelumnya. Untuk memperoleh gambaran yang utuh dari perkembangan
pertumbuhan yang terjadi sepanjang periode pengamatan, maka pada bagian ini akan
diuraikan karakteristik yang terbentuk dari perkembangan kedua jenis pertumbuhan
tersebut.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
19
Gambar 3.3 Pertumbuhan quarter to quarter (q-to-q) dan year on year (y-on-y) PDB
Perikanan Triwulanan (%), 2018 – 2021

Data runut waktu pertumbuhan PDB Perikanan baik y-on-y maupun q-to-q telah diolah
dan disajikan dalam bentuk diagram garis seperti dapat diamati pada Gambar 3.3.
Sepanjang periode pengamatan, pertumbuhan PDB Perikanan Triwulanan qt-o-q secara
rata-rata bernilai sebesar 1,37 persen setiap triwulan, dengan pertumbuhan tertinggi
sebesar 8,44 persen pada TW-4 2021, dan pertumbuhan paling rendah sebesar -3,25
persen pada TW-3 2021. Adapun pertumbuhan y-on-y bernilai rata-rata sebesar 4,28 persen
setiap triwulan, dengan pertumbuhan paling tinggi di angka 8,99 persen pada TW-4 2021,
dan pertumbuhan paling rendah senilai -2.49 persen pada TW-2 2021.
Dari Gambar 3.3 di atas dapat diamati bahwa terjadi perubahan pola dari pergerakan
pertumbuhan baik y-on-y maupun q-to-q dari awal periode pengamatan ke akhir periode
pengamatan. Pada delapan periode (dua tahun) terakhir, kedua pertumbuhan yang
biasanya memiliki karakteristik masing-masing, mengalami perubahan pola, sehingga
dapat dilihat seakan keduanya mengalami konvergensi. Pertumbuhan q-to-q yang biasanya
menggambarkan pola musiman dari kegiatan ekonomi sektor kelautan dan perikanan,
berubah menjadi seperti tanpa musim. Pertumbuhan y-on-y yang biasanya bernilai positif,
dan lebih tinggi dari pertumbuhan qtoq, mengalami perubahan pola dimana pertumbuhan
bernilai negatif sepanjang tiga periode berturut-turut, dan bernilai lebih rendah dari pada
pertumbuhan q-to-q pada beberapa periode.
Perubahan pola tersebut merupakan indikasi dari adanya gejolak yang sedang
berlangsung dalam perekonomian. Sepanjang gejolak, maka kondisi perekonomian akan
mengalami fluktuasi, tak jarang hingga mencapai titik yang ekstrim, sehingga mengubah
pola perilaku para pelaku usaha yang melakukan penyesuaian sebagai upaya untuk tetap
bertahan. Pada akhirnya berbagai perubahan tersebut akan tergambarkan dari pola
pertumbuhan yang nampak acak. Pola yang tidak menentu tersebut akan berangsur-angsur
mereda menuju kondisi yang stabil seiring semakin stabilnya kondisi perekonomian, dan
sangat dimungkinkan akan terbentuk sebuah pola baru yang sangat berbeda dengan pola
pada periode sebelum terjadi gejolak.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
20
Pertumbuhan Triwulanan (q-to-q)
Gambaran yang ditunjukkan dari hasil olahan data runut waktu pertumbuhan q-to-q
memperkuat indikasi adanya perubahan perilaku dari pelaku usaha sektor perikanan dalam
melakukan penyediaan barang/jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari dua kondisi berikut:
1. Adanya perubahan siklus musiman pada pertumbuhan q-to-q; dan
2. Adanya perubahan rentang fluktuasi pertumbuhan q-to-q.
Secara deskriptif kedua fenomena tersebut dapat diamati pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pertumbuhan q-to-q PDB Perikanan ADHK dan Trendnya, TW-1 2012 –
TW-4 2021
Perubahan siklus musiman yang disinggung pada bagian terdahulu dapat diamati dari
pola pertumbuhan sepanjang periode pengamatan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 2017, pola pertumbuhan q-to-q dari TW-4 ke TW-1 cenderung merosot
secara tajam dan bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa pada TW-1 penyediaan
barang/jasa perikanan yang dilakukan oleh para pelaku usaha sektor perikanan
cenderung lebih sedikit dibandingkan TW-4;
2. Semenjak tahun 2017 hingga 2019, pertumbuhan q-to-q dari TW-4 ke TW-1 bernilai
positif, pertumbuhan negatif masih tetap terjadi tapi bergeser ke periode peralihan TW-1
ke TW-2 dengan angka negatif yang relatif kecil (-0.1 hingga -0.6 persen), hal ini
menggambarkan bahwa pelaku usaha merubah pola penyediaan, dimana mereka
meningkatkan penyediaan pada TW-1 dan mengurangi penyediaan pada TW-2.
Nampaknya pada periode ini pelaku usaha mengalokasikan produksinya hampir secara
merata di setiap triwulan, sehingga tidak terjadi fluktuasi angka pertumbuhan yang tinggi
seperti pada periode terdahulu;

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
21
3. Selepas tahun 2019, pertumbuhan q-to-q mengalami perubahan pola yang nampak
acak, dimana terjadi tiga periode berturut-turut berangka pertumbuhan negatif dan diikuti
oleh periode pertumbuhan sangat fluktuatif dengan rentang yang sangat tinggi (antara
8,44 persen hingga -3,25 persen).
Perubahan pola pertumbuhan di atas mendeskripsikan tiga kondisi yang berbeda
yang terjadi sepanjang periode pengamatan. Meskipun kondisi pertama dan kedua memiliki
perbedaan karakteristik dari sisi pola dan rentang fluktuasi, akan tetapi pada kedua periode
tersebut masih terdapat pola-pola tertentu yang mengindikasikan bahwa kegiatan usaha
saat itu dilakukan dalam keadaan perekonomian yang normal. Berbeda dengan kondisi
ketiga, dimana perekonomian sektor perikanan kehilangan pola pertumbuhan, yang
mengindikasikan bahwa kegiatan usaha berjalan pada kondisi perekonomian yang sedang
mengalami gejolak.
Pertumbuhan Antar Tahun (y-on-y)
Data runut waktu perkembangan pertumbuhan y-on-y PDB Perikanan tahunan yang
disampaikan pada Gambar 3.2 sebelumnya, menunjukkan bahwa capaian nilai PDB
Perikanan tahunan selalu mengalami peningkatan nilai dibandingkan periode-periode
sebelumnya, yang merupakan indikasi dari ukuran perekonomian sektor perikanan yang
senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, gambaran
yang cukup berbeda akan diperoleh jika dilakukan telaah terhadap data pertumbuhan y-on-y
PDB Perikanan triwulanan. Hasil olahan data menunjukkan bahwa dari TW-1 2012 hingga
TW-4 2021, PDB Perikanan triwulanan mencatatkan rata-rata pertumbuhan per triwulan
sebesar 5,69 persen, dengan nilai pertumbuhan tertinggi sebesar 8,99 persen pada TW-4
2021 dan nilai pertumbuhan paling rendah sebesar -2.49 persen pada TW-2 2020.

Gambar 3.5 Pertumbuhan y-on-y PDB Perikanan ADHK dan Trendnya, TW-1 2012 – TW-
4 2021
Catatan pertumbuhan yony seperti tertera pada Gambar 3.5 menunjukkan bahwa
sektor perikanan tengah mengalami fenomena perlambatan pertumbuhan yang diikuti
dengan periode pertumbuhan yang bergejolak. Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan
menunjukkan adanya perubahan rata-rata antara data periode 2012-2016, periode 2017-

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
22
2019, dan periode setelah 2019. PDB Perikanan mencatatkan angka rata-rata per triwulan
sebesar 6,81 dengan standar deviasi sebesar 1,55 persen pada periode 2012-2016, lalu
rata-rata pertumbuhan per triwulan turun ke angka 5,5 dengan standar deviasi sebesar 1,04
pada periode 2017-2019, dan merosot lebih rendah lagi ke angka 3,10 persen per triwulan
dengan standar deviasi sebesar 4,29 persen pada periode selepas tahun 2019.
Berdasarkan statistik tersebut maka dapat dinilai bahwa sepanjang periode pengamatan
telah terjadi perlambatan pertumbuhan triwulanan yang disertai dengan peningkatan
fluktuasi.
Dari sisi trend, seperti dapat diamati juga pada Gambar 3.5, terlihat adanya
perubahan trend sepanjang periode pengamatan. Dari gambar tersebut dapat dilihat
adanya 3 periode waktu yang memiliki arah trend berbeda, yang masing-masingnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Periode TW-1 2012 – TW-4 2014, dimana perekonomian sektor Perikanan mengalami
trend percepatan pertumbuhan ringan;
2. Periode TW-1 2015 – TW-4 2019, dimana perekonomian sektor Perikanan mengalami
trend perlambatan pertumbuhan yang tergolong ringan; dan
3. Periode TW-1 2020 – TW-4 2021, dimana perekonomian sektor Perikanan mengalami
trend percepatan pertumbuhan cukup tajam.

3.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PDB PERIKANAN


Setelah disampaikan karakteristik dari perkembangan PDB Perikanan sepanjang
periode pengamatan pada bagian sebelumnya, maka pada bagian ini akan disampaikan
informasi terkait berbagai faktor yang memberikan pengaruh terhadap capaian PDB
Perikanan. Secara teoritis, PDB Perikanan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Konsumsi Produk Perikanan Domestik baik oleh masyarakat, perusahaan, maupun
pemerintah; dan
2. Konsumsi Produk Perikanan Non-Domestik (ekspor) oleh pihak dari luar negeri.
Berdasarkan landasan teoritis tersebut, maka telah dikumpulkan berbagai data runut
waktu dari faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap PDB Perikanan, seperti:
a. Data tahunan Produksi Perikanan Nasional yang diperoleh dari publikasi resmi KKP;
b. Data tahunan Ekspor Produk Perikanan Nasional yang diperoleh dari publikasi data
ekspor-impor BPS; dan
c. Data Angka Konsumsi Ikan (AKI) Nasional yang diperoleh dari publikasi resmi DJPDS-
KKP.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
23
Adapun informasi terkait bagaimana pengaruh masing-masing variabel tersebut
terhadap capaian angka PDB Perikanan tahunan dilakukan dengan menggunakan metode
korelasi sederhana.
1. Produksi Perikanan Nasional
Gambar 3.6 menunjukkan diagram tebar dari total Volume Produksi Perikanan
Nasional dan Nilai PDB Perikanan ADHK tahunan sepanjang periode 2012-2020. Dari
Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa kedua variabel tersebut jelas nampak memiliki korelasi
dengan arah hubungan yang positif. Hasil perhitungan Angka Korelasi atas kedua variabel
tersebut menghasilkan angka sebesar 78,53 persen. Dengan angka tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang cukup kuat dengan arah
hubungan yang positif. Dengan kata lain, semakin besar capaian nilai salah satu variabel
tersebut maka variabel yang lain juga cenderung semakin besar nilainya.
Hasil perhitungan terhadap kedua data tersebut memiliki kecocokan dengan
perkiraan hubungan teoritis. Seperti telah disampaikan pada bagian terdahulu, bahwa pada
dasarnya PDB Perikanan adalah gambaran dari besaran penyediaan produk sektor
perikanan untuk tujuan konsumsi. Oleh karena itu, besarnya volume produksi pada suatu
periode akan memiliki korelasi terhadap capaian nilai PDB, mengingat dari total produksi
perikanan yang dihasilkan tentunya akan dipergunakan untuk tujuan penyediaan bahan
baku industri atau konsumsi.

Gambar 3.6 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Produksi Perikanan Indonesia, 2011-2020

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
24
2. Ekspor Hasil Perikanan Nasional
Gambar 3.7 menampilkan diagram tebar dari total Nilai Ekspor tahunan Produk
Perikanan Nasional dan Nilai PDB Perikanan ADHK tahunan. Dari Gambar 2.7 dapat dilihat
bahwa kedua variabel tersebut jelas nampak memiliki korelasi dengan arah hubungan yang
positif. Hasil perhitungan Angka Korelasi atas kedua variabel tersebut menghasilkan angka
sebesar 85,93 persen. Dengan angka tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kedua
variabel tersebut saling berhubungan dengan arah hubungan positif dengan korelasi yang
tergolong cukup kuat. Dengan kata lain, semakin besar capaian nilai salah satu variabel
tersebut maka variabel yang lain juga cenderung bernilai semakin besar.

Gambar 3.7 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Nilai Ekspor Produk Perikanan
Indonesia, 2012-2021
Hasil perhitungan terhadap kedua data tersebut memiliki kecocokan dengan
perkiraan hubungan teoritis. Selain konsumsi, komponen penunjang utama dari PDB
Perikanan adalah Ekspor produk perikanan. Oleh karena itu peningkatan nilai ekspor pada
suatu periode cenderung akan diikuti oleh catatan nilai PDB Perikanan yang juga
meningkat.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
25
3. Konsumsi Ikan Nasional
Gambar 3.8 menampilkan diagram tebar dari AKI tahunan dan Nilai PDB Perikanan
ADHK tahunan. Dari Gambar dapat dilihat bahwa kedua variabel tersebut jelas nampak
memiliki korelasi dengan arah hubungan yang positif. Hasil perhitungan Angka Korelasi atas
kedua variabel tersebut menghasilkan angka sebesar 99,45 persen. Dengan angka
tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut saling berhubungan
dengan arah hubungan positif dengan korelasi yang tergolong sangat kuat.

Gambar 3.8 Diagram Tebar PDB Perikanan dan Angka Konsumsi Ikan, 2012 – 2019
Hasil perhitungan terhadap kedua data tersebut memiliki kecocokan dengan
perkiraan hubungan teoritis. Konsumsi Ikan merupakan salah satu dari komponen
penunjang utama dari PDB. Oleh karena itu peningkatan nilai AKI pada suatu periode
cenderung akan diikuti oleh catatan nilai PDB Perikanan yang juga meningkat.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
26
PRODUKSI PERIKANAN 4

4.1 PRODUKSI PERIKANAN 2016-2021


Total produksi sektor perikanan Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai
angka 24,48 juta ton. Dari jumlah tersebut 32 persen atau 8,1 juta ton merupakan kontribusi
dari kegiatan usaha perikanan tangkap dan sisanya 68 persen atau sejumlah 16,39 juta ton
berasal dari kegiatan usaha perikanan budidaya. Trend produksi perikanan Indonesia yang
terbentuk sepanjang periode pengamatan menunjukkan produksi perikanan Indonesia
mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 1,78 persen per tahun, rata-rata
produksi perikanan sebesar 22,98 juta ton dan standar deviasi 0,874 juta ton.
Secara total, estimasi volume produksi perikanan Indonesia pada tahun 2021 bernilai
12,12 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Apabila dirinci berdasarkan kegiatan
usaha perikanan, maka pada tahun 2021 ini produksi perikanan tangkap mengalami
peningkatan sebesar 15,72 persen sedangkan produksi perikanan budidaya mengalami
peningkatan sebesar 10,42 persen. Peningkatan produksi perikanan tangkap, disumbang
oleh peningkatan tangkap laut sebesar 15,28 persen dan perairan umum sebesar 21,62
persen
Tabel 4.1 Produksi Perikanan Indonesia, 2016-2021 (dalam 1.000 ton)
Kenaikan Rata-Rata
Tahun
Kategori (persen)
2016 2017 2018 2019 2020 2021* 2016-2021 2020-2021
Produksi Perikanan 22.582 23.186 23.049 22.761 21.834 24.480 1,78 12,12
Perikanan Tangkap 6.580 7.071 7.361 7.335 6.989 8.088 4,44 15,72
- Laut 6.115 6.603 6.702 6.630 6.494 7.486 4,33 15,28
- Perairan Umum 465 468 659 705 495 602 8,05 21,62
Perikanan Budidaya 16.002 16.115 15.688 15.426 14.845 16.392 0,61 10,42
Keterangan:
1. Sumber: 2016: Ditjen Perikanan Tangkap, 2017 -2021: Satu Data Kelautan dan Perikanan;
2. *) Angka Sementara

Salah satu faktor penyebab pertumbuhan produksi perikanan tangkap 2021 seperti
pada Tabel 4.1 di atas adalah peningkatan produksi perikanan tangkap di perairan umum.
Pada tahun 2021 produksi tangkap perairan umum diperkirakan mencapai angka 602 ribu
ton, atau 107 ribu ton lebih tinggi daripada catatan produksi pada tahun 2020. Angka

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
27
peningkatan volume produksi tersebut tergolong cukup tinggi, mencapai sebesar 21,62
persen. Namun meskipun tergolong tinggi, perbedaan ukuran volume produksi tangkap
perairan umum dengan produksi tangkap laut yang sangat jauh, mengakibatkan dampak
peningkatan produksi tersebut secaranya nasional hanya sebesar 2,5 persen saja.
Secara umum, jika diperbandingkan, maka kontribusi produksi perikanan budidaya
adalah dua kali lipat lebih besar dibandingkan perikanan tangkap. Kontribusi produksi
perikanan tangkap terhadap produksi perikanan nasional tahun 2021 adalah sebesar 33
persen, sedangkan sisanya sebanyak 67 persen merupakan kontribusi dari perikanan
budidaya. Secara historis, sepanjang enam tahun terakhir ini kontribusi perikanan tangkap
dan budidaya relatif stabil pada rata-rata 31 persen untuk perikanan tangkap dan sebesar 69
persen untuk perikanan budidaya. Kontribusi perikanan tangkap dan perikanan budidaya
terhadap perikanan Indonesia ditunjukkan dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kontribusi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Terhadap Perikanan
Indonesia, 2016-2021

4.2 PRODUKSI PERIKANAN MENURUT KOMODITAS UTAMA 2016 – 2021


4.2.1 Produksi Perikanan Tangkap, 2016 - 2021
Seluruh produksi komoditas utama perikanan tangkap laut tahun 2021 mengalami
peningkatan dibanding tahun 2020. Dari seluruh komoditas utama perikanan tangkap laut
yang dihasilkan oleh Indonesia, angka pertumbuhan produksi tertinggi pada periode 2020-
2021 dicatatkan oleh kelompok komoditas utama Udang sebesar 98,16 persen. Sehingga
komoditas Udang Indonesia mengalami peningkatan produksi dari volume produksi
sebesar 206,8 ribu ton pada tahun 2020 ke angka 409,7 ribu ton di tahun 2021.
Sedangkan khusus kelompok komoditas utama Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT),
Tongkol yang tercatat pada volume produksi sebesar 608,3 ribu ton pada tahun 2021, masih
merupakan komoditas yang dominan. Dominasi Tongkol ini sudah terjadi sejak tahun 2016

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
28
hingga saat ini, dengan angka rata-rata pertumbuhan sepanjang periode 2016-2021
sebesar 6,09 persen per tahun. Kenaikan rata-rata produksi Tuna per tahun pada periode
2016-2021 sebesar 4,08 persen dimana produksi tertinggi ada di tahun 2018 sebesar 409
ribu ton. Sedangkan pertumbuhan produksi komoditas TCT lainnya, yaitu Cakalang,
cenderung meningkat pada angka 4,15 persen per tahun sehingga tumbuh dari 440,8 ribu
ton pada 2016 menjadi 531 ribu ton pada tahun 2021.
Tabel 4.2 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Komoditas Utama, 2016-2021 (ton)
Kenaikan Rata-Rata
Komoditas Tahun
(%)
Utama
2016 2017 2018 2019 2020 2021* 2016-2021 2020-2021
Total 6.580.191 7.071.452 7.361.121 7.335.322 6.989.090 8.088.448 4,44 15,73
Perairan Laut 6.115.469 6.603.631 6.701.834 6.630.123 6.494.140 7.485.872 4,32 15,27
Udang 291.738 400.073 233.713 199.440 206.765 409.730 16,54 98,16
Tuna 273.336 293.233 409.016 349.530 300.803 307.235 4,08 2,14
Cakalang 440.812 467.548 510.686 527.175 468.269 531.118 4,15 13,42
Tongkol 476.233 471.009 630.062 545.072 581.074 608.274 6,09 4,68
Lainnya 4.633.350 4.971.768 4.918.357 5.008.907 4.937.229 5.629.516 4,13 14,02
Perairan Umum 464.722 467.821 659.287 705.199 494.950 602.576 8,10 21,74
Udang 25.535 38.229 39.954 46.920 18.900 33.109 17,42 75,18
Lainnya 439.187 429.592 619.333 658.279 476.050 569.467 8,04 19,62
Keterangan:
1. Sumber: 2016: Ditjen Perikanan Tangkap, 2017 -2021: Satu Data Kelautan dan Perikanan;
2. *) Angka Sementara

Pada Tabel 4.2 juga dapat diamati produksi komoditas utama perikanan tangkap di
perairan umum. Sepanjang periode pengamatan, komoditas utama perikanan tangkap
perairan umum menunjukkan adanya tren peningkatan produksi setiap tahunnya. Adapun
komoditas utama perikanan tangkap perairan umum, yaitu kelompok komoditas udang,
mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 17,42 persen per tahun, sehingga meningkat
dari volume produksi sebesar 25,5 ribu ton pada tahun 2016 menjadi 33,1 ribu ton pada
tahun 2021. Angka tangkapan udang perairan umum tahun 2021 tersebut bernilai 75,18
persen jauh lebih tinggi dibandingkan angka komoditas sama pada tahun 2020.
Khusus produksi kelompok komoditas udang tangkap, dari Tabel 4.2 juga dapat
diamati bahwa sepanjang periode pengamatan, produksi kelompok komoditas ini masih
dominasi oleh produksi dari hasil penangkapan di laut. Kontribusi udang dari penangkapan
di laut mencapai rata-rata sebesar 93 persen. Angka tersebut tergolong amat jauh jika
dibandingkan dengan kontribusi udang dari penangkapan di perairan umum yang hanya
mencapai rata-rata sebesar 7 persen saja.
4.2.2 Produksi Perikanan Budidaya, 2016 – 2021
Produksi perikanan budidaya Indonesia tahun 2021 diperkirakan mencapai 16,39 juta
ton atau mengalami peningkatan sebesar 10,42 persen dibandingkan tahun 2020.
Meskipun mengalami peningkatan, namun secara tren produksi perikanan budidaya dalam
kurun enam tahun terakhir (2016-2021) masih menunjukkan peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sepanjang periode pengamatan senilai 0,61 persen per tahun, rata-rata
produksi perikanan sebesar 15,74 juta ton per tahun, dan standar deviasi 554 ribu ton.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
29
Sehingga berdasarkan catatan statistik tersebut, maka angka capaian produksi perikanan
budidaya tahun 2021 tersebut secara statistik masih tergolong berada di atas rata-rata
produksi sepanjang periode pengamatan dan pada rentang produksi yang masih dapat
diterima.
Berdasarkan jenis budidaya yang dilakukan, data menunjukkan bahwa sepanjang
periode pengamatan, budidaya laut merupakan kegiatan budidaya yang memberikan
kontribusi terbesar bagi produksi perikanan budidaya setiap tahunnya. Tingginya kontribusi
budidaya laut ini terkait dengan besarnya produksi rumput laut yang merupakan salah satu
produk utama dari perikanan budidaya laut. Meskipun memberikan kontribusi besar
terhadap produksi perikanan budidaya, rumput laut pada tahun 2021 mengalami sedikit
penurunan produksi sebesar 0,18 persen dibandingkan tahun 2020.
Tabel 4.3 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2016-2021 (ton)
Kenaikan Rata-Rata (%)
Jenis Ikan 2017 2018 2019 2020 2021*
2016-2021 2020-2021
Total 16.114.991 15.688.734 15.425.625 14.845.015 16.392.167 0,61 10,42
Bandeng 701.427 875.592 824.239 811.883 960.733 5,93 18,33
Gurami 234.084 173.345 190.389 152.669 242.147 19,91 58,61
Ikan Lainnya 590.945 358.249 343.368 311.331 727.742 16,17 133,75
Kakap 8.432 9.583 7.228 5.418 9.034 7,53 66,74
Kerapu 70.294 16.414 13.829 9.478 14.069 87,13 48,44
Lele 1.125.526 944.779 1.088.945 993.768 1.253.114 12,74 26,10
Mas 316.649 534.215 620.831 560.669 698.371 12,70 24,56
Nila 1.280.126 1.171.236 1.317.561 1.172.633 1.491.553 7,02 27,20
Patin 319.967 373.262 380.130 327.146 509.030 8,32 55,60
Rumput Laut 10.547.552 10.320.202 9.775.986 9.618.421 9.601.435 -2,75 -0,18
Udang 919.988 911.857 863.119 881.599 884.939 5,83 0,38
Keterangan:
1. Sumber: 2016: Ditjen Perikanan Budidaya, 2017-2021: Satu Data Kelautan dan Perikanan;
2. *) Angka Sementara

4.3 PRODUKSI PERIKANAN MENURUT PROVINSI 2016-2021


Pada tahun 2021, tiga besar produsen produk perikanan di Indonesia adalah Provinsi
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur. Dua dari tiga provinsi tersebut,
yaitu Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, merupakan dua produsen komoditas
rumput laut yang cukup dominan di Indonesia. Cukup tingginya volume produksi Rumput
Laut ini lah yang mengakibatkan, dari segi volume, kedua provinsi tersebut berproduksi jauh
lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
30
Tabel 4.4 Produksi Perikanan Indonesia Menurut Provinsi, 2016-2021
Satuan: Ton
PROVINSI 2017 2018 2019 2020 2021* Rank
ACEH 335.744 397.825 384.879 446.023 332.772 17
SUMATERA UTARA 985.763 796.442 1.104.294 746.384 936.868 9
SUMATERA BARAT 491.553 493.884 501.916 462.543 495.361 14
RIAU 239.069 259.071 246.223 234.127 201.798 25
JAMBI 101.140 103.086 104.083 105.908 97.972 33
SUMATERA SELATAN 665.774 636.021 658.046 482.486 721.477 12
BENGKULU 182.589 191.897 265.576 295.996 199.145 28
LAMPUNG 334.236 303.552 342.784 324.251 384.070 18
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 221.264 238.315 226.577 233.838 214.227 27
KEPULAUAN RIAU 207.639 120.626 343.247 359.413 302.833 20
DKI JAKARTA 141.185 107.495 102.134 109.663 532.473 30
JAWA BARAT 1.435.214 1.438.204 1.538.375 1.435.459 1.562.949 4
JAWA TENGAH 761.159 956.602 826.624 900.830 846.607 10
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 95.375 101.748 115.918 100.438 107.329 34
JAWA TIMUR 1.753.841 1.713.892 1.733.380 1.688.410 1.687.497 3
BANTEN 252.384 222.925 285.501 204.835 261.089 26
BALI 130.163 135.839 112.252 127.835 154.744 32
NUSA TENGGARA BARAT 1.207.078 1.297.288 1.365.315 1.133.998 1.564.978 5
NUSA TENGGARA TIMUR 2.025.488 1.971.747 1.737.515 2.344.395 2.045.642 2
KALIMANTAN BARAT 240.383 243.604 266.436 232.818 252.375 23
KALIMANTAN TENGAH 208.169 231.519 252.295 271.016 300.554 21
KALIMANTAN SELATAN 353.489 503.682 358.957 346.913 464.442 15
KALIMANTAN TIMUR 148.310 302.116 319.561 326.620 243.215 19
KALIMANTAN UTARA 489.600 626.577 539.738 562.702 567.517 13
SULAWESI UTARA 854.211 870.252 872.277 700.676 840.631 11
SULAWESI TENGAH 1.150.362 1.441.666 1.121.150 1.112.785 1.387.371 6
SULAWESI SELATAN 4.264.847 3.917.691 4.052.993 4.100.368 4.215.896 1
SULAWESI TENGGARA 1.249.242 871.571 707.411 636.868 1.014.294 8
GORONTALO 231.006 204.961 198.763 165.675 193.423 29
SULAWESI BARAT 160.421 167.829 172.703 197.751 174.217 31
MALUKU 1.420.302 1.273.000 1.110.502 646.392 1.311.469 7
MALUKU UTARA 171.161 392.486 370.787 402.525 400.697 16
PAPUA BARAT 479.055 261.136 177.990 131.901 175.136 24
PAPUA 199.226 255.307 244.744 262.263 289.547 22
Keterangan:
1. Sumber: 2016: Ditjen Perikanan Tangkap & Ditjen Perikanan Budidaya, 2017-2021: Satu Data Kelautan dan
Perikanan;
2. *) Angka Sementara

4.4 ANALISIS DATA PRODUKSI TAHUN 2020


4.4.1 Produksi Perikanan Tangkap, 2020
Pada perikanan tangkap di laut tahun 2020, Tuna-Tongkol- Cakalang (TTC) tetap
merupakan kelompok komoditas dengan volume produksi yang tinggi. Tongkol menempati
posisi teratas dengan volume produksi sebesar 581 ribu ton, diikuti ikan cakalang pada
urutan ketiga sebesar 468 ribu ton, dan tuna pada urutan kelima dengan volume produksi
sebesar 300 ribu ton. Selain TTC, ikan-ikan yang memiliki volume produksi tertinggi pada
perikanan tangkap di laut tahun 2020 adalah ikan layang pada posisi kedua dengan volume
produksi sebesar 548 ribu ton dan kembung pada urutan keempat dengan volume produksi

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
31
dengan volume produksi sebesar 362 ribu ton. Berbagai komoditas tangkap laut dengan
volume produksi tertinggi disajikan pada Gambar 4.2. Sedangkan besaran persentase
kontribusi masing-masing ikan tangkap laut terhadap total volume produksi di laut nasional
pada tahun 2020 dapat diamati pada Gambar 4.3.

Gambar 4.2 Komoditas dengan Volume Tertinggi pada Perikanan Tangkap di Laut Tahun
2020 (ton)

Gambar 4.3 Kontribusi Komoditas Perikanan Tangkap di Laut, 2020

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
32
Pada perikanan tangkap di perairan umum darat tahun 2020, ikan gabus, nila, dan
patin menjadi jenis ikan dengan volume produksi tertinggi yaitu masing-masing sebesar
59,5 ton, 57,8 ton, dan 53 ton. Selain ketiga jenis ikan tersebut, sepat, lele, betok, gurami,
tawes, mujair, udang, ikan mas, baung, nilem, seluang, dan kepiting juga merupakan jenis
ikan tangkap dengan volume tertinggi di perairan umum darat. Adapun besaran volume
masing-masing jenis ikan yang diproduksi di perairan umum darat pada tahun 2020 dapat
dilihat pada Gambar 4.4. Sedangkan besaran kontribusi masing-masing terhadap total
volume produksi di perairan umum darat dapat diamati pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Komoditas dengan Volume Tertinggi pada Perikanan Tangkap di Perairan
Umum Darat, 2020 (ton)

Gambar 4.5 Kontribusi Komoditas Perikanan Tangkap di Perairan Umum Darat, 2020

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
33
Khusus produksi kelompok komoditas udang tangkap pada tahun 2020, produksi
kelompok komoditas ini masih dominasi oleh produksi dari hasil penangkapan di laut.
Kontribusi udang dari penangkapan di laut mencapai rata-rata sebesar 91,62 persen. Angka
tersebut tergolong amat jauh jika dibandingkan dengan kontribusi udang dari penangkapan
di perairan umum yang hanya mencapai rata-rata sebesar 8,38 persen saja. Secara
spesifik, pada tahun 2020 komoditas udang tangkapan laut dengan volume produksi
tertinggi jatuh pada jenis udang putih/udang api-api yakni mencapai angka sebesar 43,1 ribu
ton, diikuti udang dogol sebesar 22,9 ribu ton, dan udang grogo sebesar 22,8 ribu ton.
Adapun berbagai jenis udang tangkapan laut yang memiliki volume tinggi beserta volume
produksinya masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.6, sedangkan proporsinya
masing-masing dapat diamati pada Gambar 4.7.

Gambar 4.6 Komoditas Tangkapan Udang dengan Volume Tertinggi di Laut, 2020 (ton)

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
34
Gambar 4.7 Distribusi Komoditas Udang Perikanan Tangkap di Laut, 2020
Dari pengamatan terhadap data produksi udang hasil perikanan tangkap perairan
umum darat tahun 2020 pada Gambar 4.8 dapat diperoleh informasi bahwa udang galah
merupakan jenis udang pada perairan umum darat dengan volume produksi tertinggi pada
angka 11 ribu ton. Urutan berikutnya untuk udang tangkapan perairan umum darat adalah
kelompok udang beras, udang danau, dan udang vaname. Komposisi dari komoditas udang
tangkap perairan umum darat dapat diamati lebih lanjut pada pada Gambar 4.9.

Gambar 4.8 Komoditas Tangkapan Udang dengan Volume Tertinggi di Perairan Umum
Darat, 2020 (ton)

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
35
Gambar 4.9 Distribusi Komoditas Udang Perikanan Tangkap di Perairan Umum Darat,
2020
Besaran volume produksi perikanan tangkap di tingkat provinsi akan sangat
dipengaruhi oleh potensi perikanan tangkap laut yang ada di provinsi bersangkutan.
Meskipun perairan umum darat ikut menyumbangkan produksi perikanan tangkap di suatu
provinsi, tetapi secara volume relatif masih belum bisa diperbandingkan dengan volume
produksi perikanan tangkap laut. Adapun volume produksi perikanan tangkap per provinsi
sepanjang tahun 2016-2020 disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi, 2016-2020
Satuan: ton
PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 Rank
ACEH 190.988 236.205 293.578 268.585 307.359 9
BALI 103.607 112.628 110.174 95.842 95.973 28
BANTEN 53.270 109.522 101.663 168.184 75.651 29
BENGKULU 64.224 67.548 69.105 72.749 69.991 30
DI YOGYAKARTA 5.002 6.824 6.501 6.370 6.592 34
DKI JAKARTA 143.640 135.619 103.681 100.086 107.841 27
GORONTALO 118.362 136.156 147.399 145.938 117.873 26
JAMBI 54.687 51.449 52.686 52.260 55.892 32
JAWA BARAT 234.109 274.466 263.847 269.865 250.543 11
JAWA TENGAH 352.924 275.469 446.277 313.259 390.886 4
JAWA TIMUR 407.649 564.398 487.332 489.613 424.251 3
KALIMANTAN BARAT 129.427 162.413 165.255 192.191 151.344 21
KALIMANTAN SELATAN 247.735 188.774 325.830 229.135 207.834 16
KALIMANTAN TENGAH 151.278 113.823 133.367 150.438 154.287 19
KALIMANTAN TIMUR 143.180 41.104 162.078 176.049 166.377 18
KALIMANTAN UTARA 17.312 17.427 32.831 35.435 25.804 33
KEP. BANGKA BELITUNG 189.967 217.959 228.980 219.426 225.674 14
KEP. RIAU 151.215 112.433 100.940 310.051 332.176 6
LAMPUNG 171.862 178.104 142.969 161.656 141.992 22

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
36
Satuan: ton
PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 Rank
MALUKU 583.639 602.970 603.000 489.659 445.577 2
MALUKU UTARA 254.856 96.528 286.629 288.187 319.925 8
NUSA TENGGARA BARAT 173.345 182.995 207.971 224.763 226.981 13
NUSA TENGGARA TIMUR 128.931 72.226 157.691 137.094 182.350 17
PAPUA 233.567 185.974 234.176 221.182 237.997 12
PAPUA BARAT 151.965 422.509 204.504 155.084 121.742 25
RIAU 129.357 128.989 143.922 138.531 134.973 23
SULAWESI BARAT 64.336 56.100 65.328 67.149 64.182 31
SULAWESI SELATAN 307.847 362.038 366.541 392.304 387.177 5
SULAWESI TENGAH 212.333 178.438 171.115 154.197 152.668 20
SULAWESI TENGGAR A 187.688 232.861 240.339 254.029 255.178 10
SULAWESI UTARA 304.026 394.697 382.005 316.273 330.224 7
SUMATERA BARAT 210.105 224.562 223.443 225.005 216.159 15
SUMATERA SELATAN 187.537 127.492 196.962 197.534 125.348 24
SUMATERA UTARA 520.221 800.751 503.000 617.197 480.269 1
TOTAL PRODUKSI 6.580.191 7.071.453 7.361.121 7.335.322 6.989.090
Keterangan:
Sumber: 2016: Ditjen Perikanan Tangkap, 2017 -2020: Satu Data Kelautan dan Perikanan

Dari Tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa tiga provinsi penyumbang produksi
perikanan tangkap nasional tertinggi pada tahun 2020 adalah Sumatera Utara dengan
volume produksi 480 ribu ton, Maluku dengan volume produksi 445 ribu ton, dan Jawa Timur
dengan volume produksi 424 ribu ton. Secara geografis, ketiga provinsi tersebut terletak di
wilayah perairan laut dengan potensi yang cukup berlimpah, yaitu: Sumatera Utara (WPP
571 dan WPP 572), Provinsi Maluku (WPP 714, WPP 715, dan WPP 718), dan Jawa Timur
(WPP 712 dan WPP 573).

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
37
4.4.2 Produksi Perikanan Budidaya, 2020
Komoditas perikanan budidaya yang berkontribusi terbesar pada produksi perikanan
budidaya tahun 2020 antara lain rumput laut dengan volume produksi sebesar 9,62 juta ton
dan kontribusi sebesar 64,8 persen, nila dengan volume produksi sebesar 1,17 juta ton dan
kontribusi sebesar 7,9 persen, lele dengan produksi sebesar 993 ribu ton dan kontribusi
sebesar 6,7 persen, udang dengan produksi sebesar 881 ribu ton dan kontribusi sebesar 5,9
persen, bandeng dengan produksi sebesar 811 ribu ton dan kontribusi sebesar 5,5 persen,
ikan mas dengan produksi sebesar 560 ribu ton dan kontribusi sebesar 3,8 persen, patin
dengan produksi sebesar 327 ribu ton dan kontribusi sebesar 2,2 persen, dan sisanya
adalah komoditas lainnya.

Gambar 4.10 Rata-rata kontribusi komoditas Perikanan Budidaya, 2020


4.4.1 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Provinsi, 2015-2020
Berbeda dengan karakteristik perikanan tangkap, volume produksi perikanan
budidaya di suatu daerah lebih banyak ditentukan oleh lingkungan dan ketersediaan lahan
berbudidaya ikan. Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur merupakan dua
provinsi yang memiliki lahan budidaya rumput laut yang cukup luas, sehingga keduanya
mampu menjadi provinsi dengan volume produksi perikanan budidaya tertinggi
dibandingkan dengan provinsi lainnya.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
38
Tabel 4.6 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Provinsi Tahun 2016-2020
Satuan: Ton
PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 Rank
ACEH 81.750 99.539 104.246 116.294 138.664 19
BALI 118.573 17.536 25.665 16.411 31.862 29
BANTEN 107.989 142.861 121.262 117.317 129.184 21
BENGKULU 81.816 115.041 122.792 192.827 226.005 14
DI YOGYAKARTA 77.213 88.550 95.247 109.548 93.846 24
DKI JAKARTA 5.828 5.565 3.814 2.048 1.822 34
GORONTALO 42.009 94.850 57.561 52.825 47.802 28
JAMBI 50.764 49.691 50.400 51.823 50.016 27
JAWA BARAT 1.185.042 1.160.748 1.174.357 1.268.510 1.184.916 4
JAWA TENGAH 534.191 485.690 510.324 513.365 509.944 8
JAWA TIMUR 1.178.593 1.189.443 1.226.560 1.243.767 1.264.159 3
KALIMANTAN BARAT 70.730 77.970 78.349 74.245 81.474 26
KALIMANTAN SELATAN 160.901 164.715 177.852 129.822 139.079 18
KALIMANTAN TENGAH 78.428 94.346 98.152 101.857 116.729 22
KALIMANTAN TIMUR 111.526 107.206 140.038 143.512 160.244 17
KALIMANTAN UTARA 532.526 472.173 593.747 504.303 536.898 7
KEPULAUAN BANGKA
4.850 3.305 9.334 7.151 8.164 33
BELITUNG
KEPULAUAN RIAU 81.282 95.207 19.686 33.195 27.237 30
LAMPUNG 140.005 156.132 160.583 181.128 182.259 16
MALUKU 604.785 817.332 670.000 620.843 200.815 15
MALUKU UTARA 245.959 74.632 105.856 82.600 82.599 25
NUSA TENGGARA BARAT 1.183.112 1.024.084 1.089.317 1.140.552 907.017 6
NUSA TENGGARA TIMUR 1.859.670 1.953.261 1.814.056 1.600.421 2.162.046 2
PAPUA 6.936 13.252 21.131 23.562 24.266 31
PAPUA BARAT 54.912 56.546 56.632 22.906 10.160 32
RIAU 92.763 110.081 115.150 107.691 99.154 23
SULAWESI BARAT 126.780 104.321 102.501 105.554 133.569 20
SULAWESI SELATAN 3.564.788 3.902.808 3.551.150 3.660.689 3.713.191 1
SULAWESI TENGAH 1.341.620 971.924 1.270.551 966.953 960.117 5
SULAWESI TENGGARA 912.610 1.016.382 631.232 453.382 381.690 9
SULAWESI UTARA 432.696 459.514 488.247 556.005 370.451 10
SUMATERA BARAT 305.968 266.991 270.441 276.912 246.385 13
SUMATERA SELATAN 428.026 538.282 439.059 460.512 357.138 11
SUMATERA UTARA 197.681 185.012 293.442 487.097 266.114 12
JUMLAH 16.002.319 16.114.991 15.688.734 15.425.625 14.845.015
Keterangan:
1. Sumber: 2014-2016: Ditjen Perikanan Tangkap, 2017 -2018: Satu Data Kelautan dan Perikanan;

4.5 ANALISIS DATA PRODUKSI TAHUN 2021


4.5.1 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Triwulan I-2021
Total produksi perikanan triwulan I-2021 adalah sebesar 6,06 juta ton, yang terdiri dari
produksi perikanan tangkap sebesar 1,98 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 4,08 juta
ton. Capaian produksi perikanan triwulan I-2021 mengalami peningkatan sebesar 19,78
persen dibandingkan dengan triwulan I-2020. Nilai total produksi perikanan pada triwulan I-
2021 mencapai Rp 121 trilyun meningkat 46 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun
2020 yaitu sebesar Rp 83 trilyun. Total nilai produksi tersebut disumbangkan oleh perikanan
tangkap sebesar Rp 70 triyun dan perikanan budidaya Rp 51 trilyun.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
39
Tabel 4.7 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan I 2020 –
Triwulan I 2021

Volume (Ton) Nilai (Rp 1.000.000) Pertumbuhan (%)


Bidang Usaha
2020 2021* 2020 2021* Volume Nilai
Perikanan 5.060.780 6.061.968 83.265.718 121.569.213 19,78 46,00
Perikanan Tangkap 1.546.139 1.979.073 40.370.263 70.437.186 28,00 74,48
- Laut 1.437.858 1.832.139 37.220.502 66.140.689 27,42 77,70
- Perairan Darat 108.280 146.934 3.149.760 4.296.497 35,70 36,41
Perikanan Budidaya 3.514.642 4.082.895 42.895.455 51.132.027 16,17 19,20
- Rumput Laut 2.199.730 2.321.408 5.436.538 6.020.183 5,53 10,74
- diluar Rumput Laut 1.314.911 1.761.486 37.458.917 45.111.844 33,96 20,43
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka Sementara

Berdasarkan komposisi volume produksi triwulan I-2021, komoditas ikan dengan


produksi tertinggi pada perikanan budidaya adalah nila sebesar 362 ribu ton yang
mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 15,82 persen, disusul dengan lele sebesar 343
ribu ton yang mengalami pertumbuhan sebesar 36,96 persen. Sedangkan pada perikanan
tangkap, komoditas dengan produksi tertinggi pada triwulan I-2021 adalah komoditas
tongkol pada perairan laut sebesar 151 ribu ton yang tumbuh 13,29 persen disusul
komoditas lainnya dari perairan umum darat sebesar 138 ribu ton dengan pertumbuhan
33,66 persen.
Tabel 4.8 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Menurut
Jenis Ikan Triwulan I 2020 – Triwulan I 2021

Bidang Usaha Volume (Ton) Pertumbuhan (%)


2020 2021* Volume
Perikanan 5.060.780 6.061.968 19,78
Perikanan Tangkap 1.546.139 1.979.073 28,00
Tangkap Laut 1.437.858 1.832.139 27,42
Udang 44.939 87.762 95,29
Tuna 67.464 76.463 13,34
Cakalang 118.769 131.721 10,91
Tongkol 133.512 151.259 13,29
Lainnya 1.073.174 1.384.934 29,05
Tangkap Perairan Darat 108.280 146.934 35,70
Udang 4.404 8.090 83,68
Lainnya 103.876 138.845 33,66

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
40
Bidang Usaha Volume (Ton) Pertumbuhan (%)
2020 2021* Volume
Perikanan Budidaya 3.514.642 4.082.895 16,17
Ikan 1.314.911 1.761.486 33,96
Udang 215.164 188.325 - 12,47
Kerapu 1.962 3.291 67,70
Nila 312.521 361.968 15,82
Ikan Mas 141.381 177.734 25,71
Bandeng 191.388 241.170 26,01
Kakap 968 1.940 100,28
Patin 82.955 141.182 70,19
Lele 250.381 342.933 36,96
Gurame 40.335 42.902 6,36
Lainnya 77.855 260.043 234,01
Rumput Laut 2.199.730 2.321.408 5,53
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka sementara

4.5.2 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Triwulan II-2021


Total produksi perikanan triwulan II-2021 adalah sebesar 6,02 juta ton, yang terdiri dari
produksi perikanan tangkap sebesar 1,89 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 4,13 juta
ton. Capaian volume produksi perikanan triwulan II-2021 mengalami peningkatan sebesar
11,56 persen dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang disumbang oleh peningkatan
volume produksi perikanan tangkap sebesar 17,95 persen dan produksi perikanan budidaya
sebesar 8,86 persen. Nilai total produksi perikanan pada triwulan II-2021 mencapai Rp 95
trilyun meningkat 13,32 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2020 yaitu sebesar
Rp 84 trilyun. Total nilai produksi tersebut disumbangkan oleh perikanan tangkap sebesar
Rp 48 triyun dan perikanan budidaya Rp 47 trilyun.
Tabel 4.9 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan II 2020 –
Triwulan II 2021

Volume (Ton) Nilai (Rp 1.000.000) Pertumbuhan (%)


Bidang Usaha
2020 2021* 2020 2021* Volume Nilai
Perikanan 5.397.668 6.021.852 84.293.024 95.518.740 11,56 13,32
Perikanan Tangkap 1.604.134 1.892.032 41.958.255 48.072.740 17,95 14,57
- Laut 1.497.780 1.741.827 38.707.702 44.032.670 16,29 13,76
- Perairan Darat 106.354 150.205 3.250.553 4.040.070 41,23 24,29
Perikanan Budidaya 3.793.533 4.129.820 42.334.768 47.446.000 8,86 12,07
- Rumput Laut 2.551.029 2.416.518 6.172.712 2.900.000 - 5,27 - 53,02
- diluar Rumput Laut 1.242.504 1.713.302 36.162.057 44.546.000 37,89 23,18
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka Sementara

Berdasarkan komposisi volume produksi triwulan II-2021, komoditas ikan dengan


produksi tertinggi pada perikanan budidaya adalah nila sebesar 371 ribu ton yang
mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 45,69 persen, disusul dengan lele sebesar

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
41
347 ribu ton yang mengalami pertumbuhan sebesar 49,93 persen. Sedangkan pada
perikanan tangkap, komoditas dengan produksi tertinggi pada triwulan II-2021 adalah
tongkol pada perairan laut sebesar 144 ribu ton yang tumbuh 9,25 persen dan disusul
komoditas lainnya dari perairan umum darat sebesar 142 ribu ton dengan pertumbuhan
38,78 persen.
Tabel 4.10 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Menurut
Jenis Ikan Triwulan II 2020 – Triwulan II 2021
Bidang Usaha Volume (Ton) Pertumbuhan (%)
2020 2021* Volume
Perikanan 5.397.668 6.021.852 11,56
Perikanan Tangkap 1.604.134 1.892.032 17,95
Tangkap Laut 1.497.780 1.741.827 16,29
Udang 46.259 83.436 80,37
Tuna 61.704 72.694 17,81
Cakalang 101.278 125.228 23,65
Tongkol 131.633 143.803 9,25
Lainnya 1.156.907 1.316.666 13,81
Tangkap Perairan Darat 106.354 150.205 41,23
Udang 4.083 8.270 102,54
Lainnya 102.271 141.936 38,78
Perikanan Budidaya 3.793.533 4.129.820 8,86
Ikan 1.242.504 1.713.302 37,89
Udang 235.502 206.992 - 12,11
Kerapu 2.393 2.862 19,62
Nila 255.316 371.968 45,69
Ikan Mas 128.305 178.734 39,30
Bandeng 201.204 239.021 18,80
Kakap 1.220 1.539 26,13
Patin 79.986 132.267 65,36
Lele 232.106 347.989 49,93
Gurame 34.278 77.084 124,88
Lainnya 72.194 154.847 114,49
Rumput Laut 2.551.029 2.416.518 - 5,27
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka sementara

4.5.3 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Triwulan III-2021

Tabel 4.11 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Triwulan III 2020 –
Triwulan III 2021
Volume (Ton) Nilai (Rp 1.000.000) Pertumbuhan (%)
Bidang Usaha
2020 2021* 2020 2021* Volume Nilai
Perikanan 5.823.878 5.975.592 97.130.278 112.445.594 2,61 15,77
Perikanan Tangkap 1.922.358 1.935.083 51.917.396 58.897.338 0,66 13,44
- Laut 1.785.510 1.788.185 47.726.394 54.948.099 0,15 15,13
- Perairan Darat 136.848 146.898 4.191.002 3.949.239 7,34 -5,77
Perikanan Budidaya 3.901.520 4.040.508 45.212.882 53.548.256 3,56 18,44
- Rumput Laut 2.599.871 2.404.875 7.767.030 7.195.360 -7,50 -7,36
- diluar Rumput Laut 1.301.650 1.635.633 37.445.852 46.352.896 25,66 23,79
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka Sementara

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
42
Total produksi perikanan triwulan III-2021 adalah sebesar 5,97 juta ton, yang terdiri
dari produksi perikanan tangkap sebesar 1,93 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 4,04
juta ton. Capaian volume produksi perikanan triwulan III-2021 mengalami peningkatan
sebesar 2,61 persen dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang disumbang oleh
peningkatan produksi perikanan tangkap sebesar 0,66 persen dan produksi perikanan
budidaya sebesar 3,56 persen.
Nilai total produksi perikanan pada triwulan III-2021 mencapai Rp 112 trilyun
meningkat 15,77 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2020 yaitu sebesar Rp 97
trilyun. Total nilai produksi tersebut disumbangkan oleh perikanan tangkap sebesar Rp 59
trilyun dan perikanan budidaya Rp 53 trilyun.
Tabel 4.12 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Menurut
Jenis Ikan Triwulan III 2020 – Triwulan III 2021
Bidang Usaha Volume (Ton) Pertumbuhan (%)
2020 2021* Volume
Perikanan 5.823.878 5.975.592 2,61
Perikanan Tangkap 1.922.358 1.935.083 0,66
Tangkap Laut 1.785.510 1.788.185 0,15
Udang 56.469 85.833 52,00
Tuna 85.479 75.819 -11,30
Cakalang 130.754 127.855 -2,22
Tongkol 158.306 145.737 -7,94
Lainnya 1.354.502 1.352.941 -0,12
Tangkap Perairan Darat 136.848 146.898 7,34
Udang 4.744 7.932 67,20
Lainnya 132.103 138.965 5,19
Perikanan Budidaya 3.901.520 4.040.508 3,56
Ikan 1.301.650 1.635.633 25,66
Udang 216.921 246.288 13,54
Kerapu 2.782 3.931 41,30
Nila 282.587 366.524 29,70
Ikan Mas 136.262 165.289 21,30
Bandeng 214.888 250.655 16,64
Kakap 1.543 2.579 67,14
Patin 82.555 113.304 37,25
Lele 246.159 276.569 12,35
Gurame 36.957 60.647 64,10
Lainnya 80.997 149.846 85,00
Rumput Laut 2.599.871 2.404.875 -7,50
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka Sementara

Berdasarkan komposisi volume produksi triwulan III-2021, komoditas ikan dengan


produksi tertinggi pada perikanan budidaya adalah nila sebesar 366 ribu ton yang
mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 29,7 persen (y-on-y), disusul dengan lele
sebesar 276 ribu ton yang mengalami pertumbuhan sebesar 12,35 persen. Sedangkan
pada perikanan tangkap, komoditas dengan produksi tertinggi pada triwulan III-2021 adalah

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
43
komoditas tongkol pada perairan laut sebesar 145 ribu ton yang mengalami penurunan
sebesar 7,94 persen dan disusul komoditas lainnya perairan daratan sebesar 138 ribu ton
dengan pertumbuhan 5,19 persen.
4.5.4 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Triwulan IV-2021
Hingga analisis ini dibuat, proses validasi data Satu Data KP tahun 2021 masih
berjalan. Oleh karena itu, penyusunan laporan ini dilakukan oleh Pusdatin bersama dengan
Ditjen Perikanan Tangkap (DJPT) dan Ditjen Perikanan Budidaya (DJPB) dengan cara
melakukan estimasi capaian sementara produksi triwulan IV-2021 menggunakan
metode Double Exponential Smoothing (DES) dan Moving Average (MA) yang
diperkuat dengan laporan data pelabuhan perikanan UPT Pusat DJPT sebagai data acuan.
Adapun hasil estimasi yang telah dilakukan dapat diamati pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 4.13 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Volume (Ton) Nilai (Rp 1.000.000) Pertumbuhan (%)
Bidang Usaha
2020 2021* 2020 2021* Volume Nilai
Perikanan 5.551.780 6.421.203 98.392.158 133.551.391 15,66 35,73
Perikanan Tangkap 1.916.460 2.282.259 52.318.733 72.911.454 19,09 39,36
- Laut 1.772.992 2.123.721 47.875.087 67.537.623 19,78 41,07
- Perairan Darat 143.468 158.538 4.443.646 5.373.831 10,50 20,93
Perikanan Budidaya 3.635.320 4.138.944 46.073.425 60.639.937 13,85 31,62
- Rumput Laut 2.267.791 2.458.633 6.924.337 7.800.634 8,42 12,66
- diluar Rumput Laut 1.367.529 1.680.310 39.149.088 52.839.303 22,87 34,97
Keterangan:
Sumber: KKP (2021);
*) Angka Sementara;

Total produksi perikanan triwulan IV-2021 sebesar 6,42 juta ton, terdiri dari produksi
perikanan tangkap sebesar 2,28 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 4,14 juta ton.
Capaian volume produksi perikanan triwulan IV-2021 mengalami peningkatan sebesar
15,66 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2020 yang disumbang oleh peningkatan
produksi perikanan tangkap sebesar 19,09 persen dan produksi perikanan budidaya
sebesar 13,85 persen.
Nilai total produksi perikanan pada triwulan IV-2021 mencapai Rp 133,55 trilyun
meningkat 35,73 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2020 yaitu sebesar Rp
98,34 trilyun. Total nilai produksi tersebut disumbangkan oleh perikanan tangkap sebesar
Rp 72,91 trilyun dan perikanan budidaya Rp 60,64 trilyun.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
44
Tabel 4.14 Volume dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
Pertumbuhan
Bidang Usaha Volume (Ton)
(%)
2020 2021* Volume
Perikanan 5.551.780 6.421.203 15,66
Perikanan Tangkap 1.916.460 2.282.259 19,09
Tangkap Laut 1.772.992 2.123.721 19,78
Udang 59.098 152.699 158,38
Tuna 86.156 82.260 -4,52
Cakalang 117.468 146.313 24,56
Tongkol 157.623 167.474 6,25
Lainnya 1.352.647 1.574.974 16,44
Tangkap Perairan Darat 143.468 158.538 10,50
Udang 5.669 8.817 55,53
Lainnya 137.799 149.721 8,65
Perikanan Budidaya 3.635.320 4.138.944 13,85
Ikan 1.367.529 1.680.310 22,87
Udang 214.012 243.334 13,70
Kerapu 2.341 3.985 70,23
Nila 322.209 391.094 21,38
Ikan Mas 154.720 176.615 14,15
Bandeng 204.403 229.887 12,47
Kakap 1.686 2.976 76,51
Patin 81.650 122.277 49,76
Lele 265.122 285.623 7,73
Gurame 41.099 61.514 49,67
Lainnya 80.286 163.006 103,03
Rumput Laut 2.267.791 2.458.633 8,42
Keterangan:
Sumber: KKP (2021); *) Angka Sementara

Berdasarkan komposisi volume produksi triwulan IV-2021, komoditas ikan dengan


produksi tertinggi pada perikanan budidaya adalah Nila sebesar 391 ribu ton yang
mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 21,38 persen (y-on-y), disusul dengan
Lele sebesar 285 ribu ton yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,73 persen. Sedangkan
pada perikanan tangkap, komoditas dengan produksi tertinggi pada triwulan IV-2021
adalah komoditas Tongkol pada perairan laut sebesar 167 ribu ton yang mengalami
pertumbuhan sebesar 6,25 persen dan disusul komoditas Udang tangkap laut sebesar 152
ribu ton yang mengalami pertumbuhan sebesar 158,38 persen.
4.5.5 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Tahun 2021 (y-on-y)
Berdasarkan hasil estimasi data produksi perikanan pada setiap triwulan di tahun
2021 didapatkan estimasi volume produksi perikanan tahun 2021 sebesar 24,48 juta ton
yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 8,09 juta ton dan perikanan budidaya
sebesar 16,39 juta ton. Capaian volume produksi perikanan 2021 mengalami peningkatan
sebesar 12,12 persen jika dibandingkan dengan volume produksi perikanan 2020.
Peningkatan volume produksi ini berasal dari peningkatan volume produksi perikanan
tangkap sebesar 15,73 persen dan peningkatan volume produksi perikanan budidaya
sebesar 10,42 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
45
Tabel 4.15 Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya, 2020 - 2021
Volume (Ton) Nilai (Rp 1.000.000) Pertumbuhan (%)
Bidang Usaha
2020 2021* 2020 2021* Volume Nilai
Perikanan 21.834.105 24.480.615 363.081.177 469.490.673 12,12 29,31
Perikanan Tangkap 6.989.090 8.088.448 186.564.647 250.318.717 15,73 34,17
- Laut 6.494.140 7.485.872 171.529.685 232.659.081 15,27 35,64
- Perairan Darat 494.950 602.576 15.034.962 17.659.636 21,74 17,46
Perikanan Budidaya 14.845.015 16.392.167 176.516.530 219.171.956 10,42 24,17
- Rumput Laut 9.618.421 9.601.435 26.300.617 27.161.668 -0,18 3,27
- diluar Rumput Laut 5.226.594 6.790.732 150.215.913 192.010.288 29,93 27,82
Keterangan:
Sumber: KKP (2021);
*) Angka Sementara

Hasil estimasi nilai produksi perikanan tahun 2021 adalah sebesar 469,49 trilyun yang
terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 250,32 trilyun dan perikanan budidaya
sebesar 219,17 trilyun. Capaian nilai produksi perikanan 2021 mengalami peningkatan
sebesar 29,31 persen jika dibandingkan dengan produksi perikanan 2020. Peningkatan
produksi ini berasal dari peningkatan nilai produksi perikanan tangkap sebesar 34,17 persen
dan peningkatan nilai produksi perikanan budidaya sebesar 24,17 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
46
PRODUKSI GARAM 5

5.1 PRODUKSI GARAM 2015-2020


Garam adalah senyawa kimia yang komponen utamanya berupa
natrium klorida dan dapat mengandung unsur lain, seperti magnesium,
kalsium, besi, dan kalium dengan bahan tambahan atau tanpa bahan
tambahan iodium (PP Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Kelautan dan Perikanan). Garam merupakan salah satu komoditas
utama Sektor Kelautan dan Perikanan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari, sektor perikanan dan sektor industri, garam juga
sebagai komoditas strategis yang pengelolaannya dipantau oleh beberapa
K/L yaitu: 1). Kementerian Koordinasi Perekonomian; 2). Kementerian
Perdagangan; 3). Kementerian Perindustrian; 4). Badan Pusat Statistik; 5).
Industri pengguna garam kualitas Industri; dan tentunya 6). Para importir
garam.
Produksi garam yang dibahas dalam buku analisis ini adalah
produksi garam rakyat yang dihasilkan oleh Petambak Garam Rakyat baik
yang dihasilkan dari tambak maupun non tambak (perebusan).
Perkembangan produksi garam rakyat dalam kurun waktu 5 tahun, 2015 –
2020 mengalami peningkatan sebesar 149,63 persen. Peningkatan
produksi garam tersebut disumbang rata-rata sebesar 69,82 persen per
tahun dari garam tambak. Catatan produksi garam tahun 2020,
menunjukan bahwa total produksi garam mencapai volume sebesar
1.060.720 ton yang secara dominan bersumber dari produksi garam
tambak dengan volume 1.049.867 ton (98,98 persen), sedangkan sisanya
berasal dari non tambak dengan volume 10.852 ton (1,02 persen) (Satu
Data KKP).
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka produksi tahun
2020 mengalami penurunan sebesar -57,63 persen. Penurunan produksi
garam tersebut diakibatkan oleh – salah satunya – curah hujan yang
sepanjang tahun 2020 cukup tinggi di beberapa lokasi produsen garam,
seperti di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Barat. Secara garis besar kondisi iklim yang menjadi persyaratan

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
47
pada saat produksi garam, panjang musim kemarau juga berpengaruh langsung kepada
kesempatan berproduksi garam, kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara
mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin
besar jumlah kristal garam yang mengendap. Sedangkan untuk curah hujan (intensitas) dan
pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat
dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut
(Kartikasari, 2007). Perkembangan produksi garam tahun 2015 – 2020 seperti terdapat
pada Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Perkembangan Produksi Garam Menurut Jenis Usaha Tahun 2015 -2020

Produksi Garam (ton) Pertumbuhan (%)


Jenis Usaha
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 – 2019 2019 - 2020
JUMLAH 2.763.955,00 118.053,52 1.020.925,28 2.349.629,81 2.503.732,42 1.060.719,64 149,63 -57,63
Tambak 1.002.294,52 2.334.689,67 2.491.055,12 1.049.867,15 69,82 -57,85
Non Tambak 18.630,76 14.940,14 12.677,30 10.852,49 -17,48 -14,39

Gambar 5.1 Produksi Garam Tahun 2015-2020


Berdasarkan data historis, produsen garam di Indonesia hanya tersebar di 14 provinsi
saja. Adapun produsen garam terbesar dalam periode 5 tahun berasal dari Provinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa tenggara Barat dan Sulawesi Barat. Secara rinci,
gambaran perkembangan produksi menurut provinsi disajikan pada tabel 4.3. Secara
nasional, rata-rata volume produksi garam pertahun adalah sebesar 1.636.169 ton per
tahun. Adapun jumlah produksi garam tertinggi sebesar 2.763.955 ton pada tahun 2015.
Sedangkan produksi garam paling rendah sebesar 118.054 ton pada tahun 2016.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
48
Tabel 5.2 Perkembangan Produksi Garam Menurut Provinsi Tahun 2015 - 2020

2015 2016 2017 2018 2019 2020


No Provinsi
Produksi (Ton) Produksi (Ton) Produksi (Ton) Produksi (Ton) Produksi (Ton) Produksi (Ton)
1 Aceh 9.136 14.595 17.275 11.690 9.533 16.048
2 Banten 10 74
3 Jawa Barat 760.897 6.851 233.320 479.085 445.727 41.489
4 Jawa Tengah 840.557 17.221 255.782 637.178 796.700 375.324
5 Daerah Is mewa Yogyakarta 12 7
6 Jawa Timur 862.224 51.892 372.729 782.738 918.078 399.024
7 Kalimantan Timur 54
8 Bali 10.548 500 4.940 4.532 4.047 3.048
9 Nusa Tenggara Barat 175.197 10.501 91.093 309.186 169.092 157.320
10 Nusa Tenggara Timur 7.569 8.945 8.818 11.142 16.994 22.105
11 Sulawesi Tengah - 3.586 598 982 694 809
12 Sulawesi Selatan 97.117 3.787 35.974 111.835 140.335 45.310
13 Sulawesi Tenggara 5
14 Gorontalo 710 177 396 1.263 2.510 103
Total 2.763.955 118.054 1.020.925 2.349.630 2.503.732 1.060.720
Sumber:Satu Data KKP

Berdasarkan data pada Tabel 5.2 tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa
sepanjang periode 5 tahun, Provinsi Jawa Timur menjadi produsen garam terbesar di
Indonesia dengan rata-rata produksi sepanjang tahun 2015-2020 sebesar 564.447 ton per
tahun, dengan produksi tertinggi pada tahun 2019 sebanyak 918.078 ton, dan angka
produksi paling rendah pada tahun 2016 sebanyak 51.892 ton. Selain Jawa Timur, produsen
garam terbesar Indonesia lainnya yang berada pada urutan kedua, ketiga, dan keempat
adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat dengan angka rata-
rata produksi masing-masingnya sebesar 487.127 ton per tahun, 327.895 ton per tahun, dan
152.065 ton per tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi garam diantaranya
luas lahan, jumlah petambak garam dan tenaga kerja, serta kondisi iklim/curah hujan dan
teknologi yang digunakan.
Berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, produksi garam menurut Kabupaten/Kota
dalam periode 5 tahun terdapat di 71 Kabupaten/Kota dari 14 Provinsi yang berkontribusi
terhadap produksi garam nasional. Dari 71 Kabupaten/Kota produsen garam tersebut,
terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang setiap tahunnya mampu berproduksi secara
berkelanjutan, dengan rata-rata produksi di atas 100.000 ton per tahun selama periode
pengamatan. Kabupaten/Kota dengan kemampuan produksi garam yang tinggi tersebut
adalah Kabupaten Indramayu, Cirebon, Rembang, Pati, Sampang, Sumenep dan Bima.
Pada tahun 2019 - 2020 terdapat beberapa daerah baru sebagai produsen garam
yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan, Provinsi Aceh; Kabupaten Serang,
Provinsi Banten; Kabupaten Pangandaran dan Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Cilacap dan Kebumen Provinsi Jawa Tengah; Kabupaten Bantul dan Gunung
Kidul Provinsi D.I. Yogyakarta; Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Belu dan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa
Tenggara Timur; Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur; Kabupaten Buton
Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten/Kota baru tersebut sebagai wilayah
pengembangan yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk meningkatkan produksi
dan kualitas garam.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
49
Tabel 5.3 Produksi Garam Rakyat menurut Kabupaten/kota Tahun 2015 – 2020 (ton)

Tahun
No Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020*
1 Aceh Besar 800 777,91 414,78 292,79 832,4 8.616,50
2 Aceh Timur 554,84 839,69 622,88 553,68 321 329,4
3 Aceh Utara 1.781,00 2.376,98 1.342,24 1.560,54 2.355,52 1.349,00
Aceh Barat
4 95,01 34,82
Daya
5 Aceh Selatan 31,23 42,96
6 Pidie 6.000,00 3.744,11 7.764,37 5.265,13 3.973,03 4.484,31
7 Bireun 6.277,43 6.454,14 4.659,16 1.073,94 393,8
8 Pidie Jaya 579,35 676,37 496,82 850,8 796,95
9 Serang 10,06
10 Karawang 8.446,00 0 3.354,53 9.346,86 11.880,60 1.566,31
11 Indramayu 314.893,25 6.259,45 97.820,39 319.935,78 280.964,34 37.071,86
12 Cirebon 437.558,00 591,73 47.885,10 149.802,84 152.799,50 2.810,96
13 Kota Cirebon 30 6
14 Pangandaran 52,25 34,08
15 Bantul 0,83
16 Gunung Kidul 9,42
17 Kulon Progo 1,58
18 Brebes 53.629,50 135,92 10.433,69 43.197,20 49.617,82 2.438,18
19 Cilacap 16,77 9,12
20 Demak 130.118,00 4.691,15 40.304,68 101.324,04 141.762,53 37.475,52
21 Jepara 56.614,30 4.414,58 12.579,61 49.948,99 67.789,62 33.068,05
22 Kebumen 51,93 152,91
23 Kota Semarang 10
24 Pati 381.704,00 6.252,90 115.949,95 257.793,56 351.735,68 193.307,04
25 Purworejo 2,92 4,44
26 Rembang 218.491,00 1.726,00 76.486,93 184.913,82 185.723,17 108.858,40
27 Tuban 29.425,14 3.257,50 12.080,53 28.613,38 17.086,90
28 Lamongan 38.804,00 2.957,20 13.245,23 20.486,76 38.276,00 7.949,15
29 Gresik 16.535,73 195,7 3.646,69 11.976,61 11.675,03 2.649,19
30 Sidoarjo 5.458,62 576,62 11.990,00 8.309,40 18.266,90 9.585,50
31 Situbondo 70,7
32 Kota Surabaya 86.226,86 2.269,00 17.687,13 2.272,14 14.151,27
33 Pasuruan 19.354,40 869,5 14.427,38 25.300,05 25.163,33 9.050,64
34 Kota Pasuruan 12.490,00 1.499,89 2.731,72 11.044,22 11.064,54 2.808,00
35 Probolinggo 23.004,51 5.040,62 15.832,08 27.229,28 28.665,03 12.071,27
36 Bangkalan 9.500,00 8.110,35 3.352,96 2.749,88 2.054,28 6.560,61
37 Sampang 326.736,33 7.123,51 110.343,03 312.061,04 307.715,00 174.598,00
38 Pamekasan 123.534,65 9.830,06 40.613,46 134.595,67 152.540,90 38.836,30

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
50
Tahun
No Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020*
39 Sumenep 171.153,34 10.161,91 126.662,21 199.074,94 322.656,88 103.606,08
40 Karangasem 720,14 235,22 358,27 1.342,57 538,29 318,82
41 Buleleng 9.827,48 204,69 4.572,88 3.170,76 3.429,50 2.705,13
42 Klungkung 59,65 9,06 18,62 75,91 20,42
43 Tabanan 3,48 3,44
44 Lombok Barat 4.355,00 1.402,11 257,81 1.129,15 2.791,40 799,02
45 Lombok Tengah 2.788,23 400,63 3.480,43 25.179,53 3.717,69 3.188,60
46 Lombok Timur 10.619,99 997,9 4.183,85 13.759,67 10.195,34 10.641,06
47 Sumbawa 3.306,35 513,38 2.029,53 5.601,39 6.906,30 4.138,22
48 Bima 152.439,20 7.184,32 80.470,37 263.238,27 145.438,43 138.413,06
49 Kota Bima 1.688,10 2,2 671,39 276,92 43,2 140,36
50 Manggarai 441 108 643,39 1.832,81 1.122,63 924,47
51 Nagekeo 2.478,89 63,13 1.373,03 6.382,58 3.799,93 4.460,27
52 Ende 36,2 32,1 411,78 400,97 896,67 465,56
53 Flores Timur 474,23 172,37 166,68 108,4 107,67
54 Lembata 174,66 2.334,33 960,54 127,38 112,87
55 Alor 315,1 0 6,73 8,29 13,71 337,29
56 Belu 128,62 111,92
57 Sumba Timur 846,13 325,25 259,73 672,12 1.369,29 1.369,34
58 Kupang 2.350,70 1.705,10 868,68 291,1 2.768,95 7.499,43
Timor Tengah
59 1.100,70 792,31 224,47 336,14 3.955,69 3.477,52
Utara
Timor Tengah
60 4,1 5,84
Selatan
61 Sabu Raijua 5.270,66 1.738,28 2.365,75
62 Rote Ndao 15,03 90,42 960,63 867,47
63 Pohuwato 709,83 176,54 716,97 1.263,46 2.509,82
64 Kota Palu 3.586,14 597,68 981,74 693,7 808,76
Pangkajene
65 42.268,31 418,58 8.088,19 29.015,08 45.719,09 10.404,26
Kepulauan
66 Takalar 14.243,00 209,23 4.872,97 17.598,21 22.355,74 4.264,43
67 Jeneponto 40.274,30 3.154,13 5.664,82 65.024,57 71.956,35 30.595,70
68 Selayar 331,65 5 113,12 197,17 156,21 43,1
69 Maros 147,84 3
Kutai
70 54
Kertanegara
71 Buton Selatan 5
Total 2.763.953,76 118.054,17 1.020.925,28 2.349.629,81 2.503.732,42 1.060.473,97

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
51
Gambar 5.2 Perkembangan Produksi Garam menurut Provinsi Tahun 2015 – 2020 (ton)

Gambar 5.3 Perkembangan Produksi Garam Wilayah Barat Indonesia


Perkembangan produksi garam untuk wilayah barat Indonesia disajikan pada
Gambar 5.3. Dari gambar tersebut bahwa Provinsi Jawa Timur menempati peringkat
pertama produksi garam terbesar di wilayah barat (Pulau Sumatera dan Jawa). Dari gambar
tersebut juga terjadinya penurunan produksi garam yang sangat tajam pada tahun 2016
sebesar 95,73 persen. Penurunan tersebut, akibat terjadinya perubahan iklim yang cukup
ekstrem membuat intensitas curah hujan tinggi di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini
disebabkan adanya cuaca La Nina yang mengakibatkan lebih panjangnya musim hujan, dan

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
52
mayoritas petambak garam rakyat dalam memproduksi garam menggunakan energi sinar
matahari (solar energy) pada proses kristalisasi dengan pemekatan dan penguapan air laut,
sehingga jika periode curah hujan lebih panjang maka akan mempengaruhi produktifitas
dan penurunan jumlah produksi.

Gambar 5.4 Perkembangan Produksi Garam Wilayah Timur Indonesia


Gambar 5.4 menunjukkan perkembangan produksi garam untuk wilayah timur
Indonesia (Pulai Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi). Dari gambar tersebut
diketahui bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat menempati peringkat pertama sebagai
produsen garam di wilayah timur selama periode 2015-2020. Dan seperti di wilayan Barat,
pada tahun 2016 terjadi penurunan produksi garam yang sangat drastis akibat anomali
cuaca (La Nina) yang mengakibatkan musim hujan berkepanjangan dan mengakibatkan
penurunan produkstifitas dan produksi garam.
Capaian produksi garam tahun 2020 sebesar 35,36 persen dari target produksi garam
Nasional tahun 2020 sebesar 3.000.000 ton, dan target tahun 2021 sebesar 3.100.000 ton.
Berdasarkan data series yang ada, dan faktor cuaca sangat mempengaruhi produksi garam,
untuk dapat mencapai target, perlu upaya dan kebijakan pemerintah antara lain: 1)
pembinaan kepada petambak garam berkaitan peningkatan kualitas garam dan teknologi
usaha penggaraman; 2) intensifikasi lahan dan pengolahan garam; dan 3) meningkatkan
infrakstruktur usaha penggaraman.

5.2 NILAI TUKAR PETAMBAK GARAM 2021


Indeks Nilai Tukar Petembak Garam (NTPG) sebagai indicator meningkatnya
kesejahteraan petambak garam rakyat. Nilai Tukar Petembak Garam (NTPG disusun oleh
Direktorat Pengelolaan Ruang Laut berkerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS)

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
53
yang dipublikasikan secara triwulanan. Metodologi penghitungan NTPG ini metodologi
penghitungan NTN dan NTPi yang dilakukan oleh BPS. NTPG ini merupakan hasil
perbandingan dari komponen Indeks yang Diterima (It) dengan komponen Indeks yang
Dibayarkan (Ib). pada saat It bernilai lebih besar dari Ib, maka NTPG akan bernilai di atas
100, sehingga menggambarkan posisi daya beli dari para pelaku usaha produksi garam
yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari serta
pengeluaran untuk berproduksi garam.
Pada tahun 2021, angka It triwulanan para produsen garam tambak mengalami
kenaikan nilai dengan rata-rata kenaikan sebesar 1,1 persen per triwulan. Sehingga angka It
Garam Tambak bergerak naik dari sebesar 103,76 pada triwulan pertama ke angka 139,70
pada triwulan keempat. Begitu pula dengan It kelompok garam non tambak (perebusan)
yang cenderung stabil dengan besaran It triwulanan sebesar 1,0 persen per triwulan,
sehingga mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan dari sebesar 104,36 pada
triwulan pertama menjadi 104,52 pada triwulan keempat.
Tabel 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) Tahun 2021

2021 Rata-rata
Uraian
TW-1 TW-2 TW-3 TW-4 2021
Indeks Harga yang Diterima Petambak
103,79 108,69 121,49 138,14 118,03
Garam (It)

Garam Tambak 103,76 108,88 122,30 139,70 118,66

Garam Rebusan 104,36 104,71 104,16 104,52 104,43


Indeks Harga yang Dibayar Petambak
116,19 116,68 116,54 117,04 116,61
Garam (Ib)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,64 120,02 119,70 120,46 119,96

Indeks Biaya Produksi dan Penambahan


110,94 111,60 111,73 111,82 111,52
Barang Modal (BPPBM)
Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) 89,32 93,15 104,25 118,03 101,21
Nilai Tukar Usaha Petambak Garam
93,55 97,40 108,74 123,54 105,83
(NTPUG)
Sumber: Direktorat Jasa Kelautan, 2021

Dari sisi indeks harga yang dibayar Petambak Garam (Ib), Ib konsumsi rumah tangga
per triwulan selalu mengalami peningkatan sepanjang tahun 2021. Indeks konsumsi rumah
tangga bergerak dari senilai 119,64 pada triwulan pertama naik ke angka tertinggi pada
triwulan empat sebesar 120,46. Hal serupa juga terjadi dengan indeks Biaya Produksi dan
Penambahan Barang Modal (BPPBM) triwulanan yang mengalami kenaikan sepanjang
tahun 2021. Indeks BPPBM merangkak naik dari angka 110,94 pada triwulan pertama ke
angka tertinggi pada triwulan keempat sebesar 111,82. Meningkatnya indeks BPPBM dari
triwulan, karena meningkatnya aktifitas kegiatan usaha garam yang pada umumnya dimulai
pada triwulan dua s.d. triwulan empat, pada triwulan pertama sebagian besar usaha garam

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
54
tambak baru mulai persiapan lahan. Hal tersebut juga yang menyebabkan indeks It pada
triwulan pertama dan kedua lebih rendah dari Ib.Rendahnya NTPG pada triwulan I dan II,
diperngaruhi oleh meningkatkan indeks konsumsi rumah tangga dan meningkatnya indeks
BPPBM, serta rendahnya indeks It. Meskipun angka Ib yang tercatat sepanjang 2021
bernilai relatif stabil, dengan meningkatnya produksi pada triwulan dua dan empat, akan
berpengaruh pada kenaikan indeks It mengakibatkan angka NTPG nasional pada tahun
2021 mengalami kenaikan sebesar 1.1 persen per triwulan. Sehingga NTPG nasional
bergerak naik dari sebesar 89,32 pada triwulan pertama, menjadi sebesar 118,03 pada
triwulan empat, sebagai indikator bahwa pada triwulan pertama dan kedua pendapatan
petambak garam lebih kecil dibandingkan dengan pengeluarannya dan peningkatan
pendapatan terjadi pada triwulan tiga dan empat Untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petambak garam pada triwulan pertama dan kedua diperlukan program
kebijakan seperti pemberdayaan petambak garam melalui kegiatan padat karya dan
diversifikasi usaha bidang kelautan dan perikanan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
55
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
56
NILAI TUKAR NELAYAN 6
DAN NILAI TUKAR PEMBUDIDAYA IKAN

6.1 KONSEP DAN PRINSIP DASAR NTN DAN NTPi


Pada prinsipnya Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar
Pembudidaya Ikan (NTPi) menggambarkan kondisi daya beli para pelaku
usaha di sektor perikanan. Nilai NTN-NTPi diperoleh dengan
membandingkan besaran indeks yang diterima nelayan (IT) dengan indeks
yang dibayarkan nelayan (IB). IT digunakan untuk melihat fluktuasi harga
komoditas perikanan yang dihasilkan nelayan, sedangkan IB digunakan
untuk melihat fluktuasi harga komoditas/jasa yang dikonsumsi oleh nelayan
serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil
perikanan. Perhitungan IT dan IB mempertimbangakan asumsi bahwa
kuantitas dan jenis barang yang diperbandingkan tidak mengalami
perubahan dari tahun dasar. Adapun tahun dasar dari dataset yang
dimanfaatkan pada tulisan ini adalah tahun 2018.
Cara interpretasi angka NTN dan NTPi pada suatu periode adalah
sebagai berikut:
1. NTN-NTPi dikategorikan surplus jika indeks nilainya di atas 100. Hal ini
berarti bahwa harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga
konsumsinya, sehingga posisi daya beli pelaku usaha sektor perikanan
relatif lebih baik dibandingkan dengan pelaku usaha sektor lain yang
produknya dikonsumsi oleh para pelaku di sektor perikanan.
2. NTN-NTPi dikategorikan impas jika perubahan harga produksi sama
dengan persentase perubahan harga barang konsumsi, sehingga
pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
3. NTN-NTPi dikategorikan defisit jika bernilai di bawah 100. Hal ini berarti
bahwa harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan
harga barang konsumsinya, sehingga posisi daya beli para pelaku
usaha disektor perikanan relatif lebih rendah dibandingkan dengan
pelaku usaha di sektor lain yang produknya dikonsumsi oleh nelayan
dan pembudidaya ikan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
57
6.2 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN NTN
Sepanjang periode Januari 2019 – Desember 2021 Nilai Tukar Nelayan (NTN)
mengalami fluktuasi. Sejak terjadinya pandemic Covid-19 di Indonesia, pada bulan April
2020, perkembangan NTN cenderung naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,31
persen dari 98,49 ke 106,79 pada Desember 2021. Meskipun demikian, sepanjang tahun
2021 NTN mengalami beberapa penurunan nilai, yaitu pada Maret 2021 sebesar -0,39
persen dan Juni 2021 sebesar -0,15 persen – yang diperkirakan merupakan pengaruh
musim tangkap yang mengakibatkan tingginya supply ikan, sehingga menurunkan harga
ikan.

Gambar 6.1 Perkembangan Komponen Nilai Tukar Nelayan, Januari 2019 – Desember
2021
Pertumbuhan NTN menunjukkan besarnya pengaruh peningkatan NTN periode
berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam satuan persen. Pertumbuhan
NTN dapat digunakan untuk mengukur seberasa baik capaian periode tertentu
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jika periode yang dibandingkan adalah antara
triwulan ke-n dengan triwulan ke-(n-1), maka pertumbuhan tersebut kita sebut pertumbuhan
qtoq. Sedangkan jika periode yang dibandingkan adalah antara triwulan-n tahun-i dengan
triwulan-n tahun-(i-1), maka dinamakan pertumbuhan yony. Kedua jenis pertumbuhan
tersebut akan dipergunakan pada bagian berikutnya untuk memperoleh gambaran yang
utuh terkait perkembangan NTN Nasional.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
58
Gambar 6.2 Perubahan Komponen Nilai Tukar Nelayan, Januari 2019 – Desember 2021
Berdasarkan pola musiman perubahan NTN yang terjadi, seperti dapat diamati pada
gambar 2, NTN yang dicapai di setiap bulan memiliki korelasi yang tinggi dengan indeks
yang diterima. Hal ini berarti bahwa harga ikan di tingkat produsen untuk penangkapan
perairan umum dan penangkapan laut sangat berpengaruh terhadap capaian NTN,
sehingga perlu dijaga agar tidak terjadi gejolak harga yang terlalu ekstrim, terutama pada
saat musim tangkapan, agar NTN tidak merosot terlalu tajam.
6.2.1 Perbandingan NTN Year on year (y-on-y) Tahun Dasar 2018
Perbandingan y-on-y capaian rata-rata Tahun 2021 dengan tahun sebelumnya dapat
dilihat pada Gambar 6.3. Berdasarkan Gambar 6.3, diperoleh informasi bahwa Indeks
Harga yang Diterima Nelayan dan Indeks Harga yang Dibayar Nelayan pada Tahun 2021
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, Sementara Nilai Tukar Nelayan mengalami
penurunan pada Tahun 2020 kemudian meningkat kembali pada Tahun 2021.

Gambar 6.3 Perbandingan Nilai Tukar Nelayan Year-on-Year (y-o-y)

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
59
6.2.2 Perbandingan NTN Quarter to Quarter (qtoq) Tahun Dasar 2018
Perbandingan qtoq capaian rata-rata Tahun 2021 dengan tahun sebelumnya dapat
dilihat pada Gambar 6.4. Berdasarkan Gambar 6.4, diperoleh informasi bahwa Indeks
Harga yang Diterima Nelayan, Indeks Harga yang Dibayar Nelayan, Nilai Tukar Nelayan
pada Tahun 2021 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Indeks Harga yang Diterima
Nelayan mengalami penurunan pada Triwulan II Tahun 2020 kemudian meningkat kembali
pada Triwulan II Tahun 2020. Sementara Nilai Tukar Nelayan mulai mengalami penurunan
pada Triwulan I Tahun 2020 dan kembali meningkat pada Triwulan III Tahun 2020.
Peningkatan tersebut terjadi hingga Triwulan IV Tahun 2021.

Gambar 6.4 Perbandingan Nilai Tukar Nelayan Quarter-on-Quarter (q-o-q)


6.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi NTN
Pada umumnya NTN mengabaikan pengaruh fluktuasi dari variabel kuantitas
produksi, sehingga fluktuasi yang terjadi diasumsikan berasal dari perubahan harga dari
berbagai komoditas. Pada saat harga komoditas perikanan relatif meningkat lebih cepat
dibandingkan harga komoditas lainnya, maka umumnya terjadi peningkatan NTN, begitu
sebaliknya. Fluktuasi NTN dipengaruhi oleh Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan
(IT) dan Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (IB). Adapun IT terdiri dari komponen
penangkapan perairan umum dan penangkapan laut. Sedangkan IB terdiri dari konsumsi
rumah tangga dan Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
60
Sejak menerapkan tahun dasar 2018 = 100 hingga Desember 2021, rata-rata NTN
adalah 101,72 dengan nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember 2021 sebesar 106,79 dan
nilai terkecil terjadi pada April 2020 sebesar 98,49. Terjadinya NTN terkecil bertepatan
dengan awal mula pandemik covid-19 di Indonesia. Jika melihat komponen penyusun NTN,
maka diketahui bahwa pada bulan tersebut nilai IT lebih kecil dari nilai IB. Adapun komponen
IB untuk konsumsi rumah tangga terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau;
perawatan pribadi dan jasa lainnya; serta kesehatan. Sedangkan komponen IB untuk
BPPBM terbesar adalah barang modal.
Pada bulan Desember 2021, NTN mengalami nilai tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
nilai IT lebih besar dari nilai IB. Nilai IT tertinggi diperoleh dari penangkapan perairan laut
sebesar 114,53 dan penangkapan perairan umum sebesar 110,14. Sedangkan nilai IB terdiri
dari komponen rumah tangga sebesar 108,98 dan BPPBM sebesar 105,02. Secara rata-
rata nilai NTN berdasarkan komponen penyusunnya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Komponen Penyusun NTN

No Komponen NTN 2019 2020 2021


1 Indeks Harga yang Diterima Petani 103,14 105,16 111,40
2 Penangkapan Perairan Umum 102,85 106,25 108,51
3 Penangkapan Laut 103,13 104,89 111,33
4 Indeks Harga yang Dibayar Petani 102,90 104,92 106,41
5 Konsumsi Rumah Tangga 103,18 105,98 107,86
6 Makanan, Minuman Dan Tembakau 103,11 106,55 108,74
7 Pakaian Dan Alas Kaki 104,40 107,09 109,47
Perumahan, Air, Listrik Dan Bahan Bakar Rumah
8 101,72 102,69 103,86
Tangga
Perlengkapan, Peralatan Dan Pemeliharaan Rutin
9 104,35 106,79 108,61
Rumah Tangga
10 Kesehatan 104,47 106,87 108,49
11 Transportasi 103,37 104,33 105,15
12 Informasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan 102,11 102,79 103,08
13 Rekreasi, Olahraga, Dan Budaya 104,50 106,58 107,69
14 Pendidikan 101,69 102,20 102,32
15 Penyediaan Makanan Dan Minuman/Restoran 103,31 105,14 106,39
16 Perawatan Pribadi Dan Jasa Lainnya 104,12 107,40 109,30
17 BPPBM 102,49 103,54 104,53
18 Sewa Dan Pengeluaran Lainnya 103,13 104,56 105,69
19 Transportasi Dan Komunikasi 101,88 102,46 103,26
20 Barang Modal 102,72 104,45 105,60
21 Upah Buruh 102,95 103,87 104,82
22 Nilai Tukar Nelayan 100,24 100,22 104,69
23 Nilai Tukar Usaha Pertanian 100,65 101,56 106,57

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
61
6.2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan NTN Provinsi
Perkembangan NTN Nasional dipengaruhi oleh perkembangan NTN Provinsi. NTN
Provinsi disajikan pada Tabel 6.2, berikut ini:
Tabel 6.2 Perkembangan NTN Tahun 2019-2021 dengan Tahun Dasar 2018
No Provinsi 2019 2020 2021
1 Aceh 100,03 97,48 105,27
2 Sumatera Utara 100,86 99,52 106,18
3 Sumatera Barat 98,28 98,10 100,90
4 Riau 99,34 99,49 103,91
5 Jambi 104,20 107,31 113,65
6 Sumatera Selatan 96,78 100,36 104,67
7 Bengkulu 97,23 94,29 100,89
8 Lampung 101,23 101,34 105,72
9 Kep. Bangka Belitung 103,01 105,57 111,24
10 Kep. Riau 101,32 103,56 109,51
11 DKI Jakarta 98,21 95,19 97,83
12 Jawa Barat 100,02 99,39 108,86
13 Jawa Tengah 99,88 102,71 108,45
14 DI Yogyakarta 101,98 106,65 115,83
15 Jawa Timur 98,44 95,77 101,11
16 Banten 101,28 98,73 100,99
17 Bali 98,77 99,27 100,20
18 Nusa Tenggara Barat 102,85 104,89 112,11
19 Nusa Tenggara Timur 96,07 94,20 92,55
20 Kalimantan Barat 101,99 102,12 106,45
21 Kalimantan Tengah 102,11 102,38 102,47
22 Kalimantan Selatan 102,46 99,83 98,86
23 Kalimantan Timur 101,66 103,17 103,01
24 Kalimantan Utara 104,83 102,85 104,15
25 Sulawesi Utara 100,51 100,83 106,45
26 Sulawesi Tengah 96,10 98,11 103,27
27 Sulawesi Selatan 98,91 99,64 107,43
28 Sulawesi Tenggara 98,39 97,45 101,63
29 Gorontalo 94,64 95,24 96,05
30 Sulawesi Barat 99,42 99,23 106,27
31 Maluku 103,33 101,27 107,15
32 Maluku Utara 100,03 97,30 104,49
33 Papua Barat 97,61 95,57 93,69
34 Papua 107,08 110,52 111,59

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
62
Berdasarkan Tabel 6.2, pada dua tahun awal sejak menggunakan tahun dasar 2018,
Provinsi Papua memperoleh nilai NTN tertinggi yaitu 107,08 pada tahun 2019 dan 110,52
pada tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2021 NTN tertinggi diperoleh oleh Provinsi DI
Yogyakarta. Namun, terdapat beberapa provinsi yang selama tiga tahun berturut-turut
mengalami defisit, di antaranya DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Papua
Barat.

6.3 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN NTN DAN NTPi


Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) cenderung mengalami peningkatan dengan
rata-rata perubahan sebesar 0,18 persen per bulan. Sepanjang tahun 2021 NTPi
mengalami beberapa penurunan, yaitu pada bulan Maret sebesar -0,11 persen, bulan Juni
sebesar -0,73 persen, dan bulan November sebesar -0,73.

Gambar 6.5 Perkembangan Komponen Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Jan 2019 – Des
2021

Gambar 6.6 Perubahan Komponen Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Jan 2019 – Des 2021

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
63
Berdasarkan pola perubahan NTPi seperti dapat dilihat pada Gambar 6.6, nilai
capaian NTPi berkorelasi dengan capaian nilai Indeks yang dibayarkan, sehingga sangat
terkait dengan capaian harga ikan di tingkat produsen. Oleh karena itu, upaya untuk
menjaga stabilitas harga ikan di level produsen merupakan kunci untuk capaian NTPi ini.
6.3.1 Perbandingan NTPi Year on year (y-on-y) Tahun Dasar 2018
Perbandingan y-on-y capaian rata-rata Tahun 2021 dengan tahun sebelumnya dapat
dilihat pada Gambar 6.7. Berdasarkan Gambar 6.7, diperoleh informasi bahwa Indeks
Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan, Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan,
dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan pada Tahun 2021 mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan dan Indeks Harga yang
Dibayar Pembudidaya Ikan mengalami peningkatan dari Tahun 2019 sampai Tahun 2021,
sementara Nilai Tukar Pembudidaya Ikan mengalami penurunan pada Tahun 2020
kemudian meningkat kembali pada Tahun 2021.

Gambar 6.7 Perbandingan Year-on-year Tahun Dasar 2018


6.3.2 Perbandingan Quarter to Quarter (q-to-q) Tahun Dasar 2018
Perbandingan q-to-q capaian rata-rata Tahun 2021 dengan tahun sebelumnya dapat
dilihat pada Gambar 6.8. Berdasarkan Gambar 6.8, diperoleh informasi bahwa Indeks
Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan, Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan,
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan pada Tahun 2021 mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan mengalami penurunan pada
Triwulan II Tahun 2020 kemudian meningkat kembali pada Triwulan II Tahun 2020.
Sementara Nilai Tukar Pembudidaya Ikan mulai mengalami penurunan pada Triwulan I
Tahun 2020 dan kembali meningkat pada Triwulan III Tahun 2020. Peningkatan tersebut
terjadi hingga Triwulan IV Tahun 2021.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
64
Gambar 6.8 Perbandingan Quartal-on-quartal Tahun Dasar 2018
6.3.3 Faktor yang Mempengaruhi NTPi
Pada umumnya NTPi mengabaikan pengaruh fluktuasi dari variable kuantitas
produksi, namun fluktuasi tetap dapat terjadi berdasarkan harga dari berbagai komoditas.
Pada saat harga komoditas perikanan relatif meningkat lebih cepat dibandingkan harga
komoditas lainnya, maka umumnya terjadi peningkatan NTPi, begitu sebaliknya. Fluktuasi
NTPi dipengaruhi oleh Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (IT) dan Indeks
Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (IB). Adapun IT terdiri dari komponen budidaya air
tawar, budidaya laut, dan budidaya air payau. Sedangkan IB terdiri dari konsumsi rumah
tangga dan BPPBM.
Sejak menerapkan tahun dasar 2018 = 100 hingga Desember 2021, rata-rata NTPi
adalah 101,45 dengan nilai tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2021 sebesar 104,59 dan
nilai terkecil terjadi pada April 2020 sebesar 99,02. Terjadinya NTPi terkecil bertepatan
dengan awal mula pandemik covid-19 di Indonesia. Jika melihat komponen penyusun NTPi,
maka diketahui bahwa pada bulan tersebut nilai IT lebih kecil dari nilai IB. Adapun komponen
IB untuk konsumsi rumah tangga terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya,
pakaian dan alas kaki, serta kesehatan. Sedangkan komponen IB untuk BPPBM terbesar
adalah pupuk, obat-obatan, dan pakan ikan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
65
Pada bulan Oktober 2021, NTPi mengalami nilai tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai
IT lebih besar dari nilai IB. Nilai IT tertinggi diperoleh dari budidaya air payau sebesar 114,89,
kemudian budidaya laut sebesar 112,27, dan terkecil budidaya air tawar sebesar 105,48.
Sedangkan nilai IB terdiri dari komponen rumah tangga sebesar 107,54 dan BPPBM
sebesar 107,38. Secara rata-rata nilai NTPi berdasarkan komponen penyusunnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 6.3 Komponen Penyusun NTPi

No Komponen NTPi 2019 2020 2021


1 Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan 104,03 105,84 106,72
2 Budidaya Air Tawar 103,46 103,80 104,29
3 Budidaya Laut 104,05 107,79 107,92
4 Budidaya Air Payau 103,43 105,83 107,00
5 Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan 103,02 105,26 105,18
6 Konsumsi Rumah Tangga 103,04 105,68 105,45
7 Makanan, Minuman Dan Tembakau 102,77 106,09 105,77
8 Pakaian Dan Alas Kaki 105,19 108,28 108,16
Perumahan, Air, Listrik Dan Bahan Bakar Rumah
9
Tangga 101,64 102,49 102,60
Perlengkapan, Peralatan Dan Pemeliharaan Rutin
10
Rumah Tangga 104,38 107,12 106,88
11 Kesehatan 105,23 107,53 107,31
12 Transportasi 102,94 103,89 103,85
13 Informasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan 102,67 103,73 103,52
14 Rekreasi, Olahraga, Dan Budaya 105,02 107,36 107,09
15 Pendidikan 102,20 103,08 102,85
16 Penyediaan Makanan Dan Minuman/Restoran 103,47 105,69 105,47
17 Perawatan Pribadi Dan Jasa Lainnya 104,69 108,77 108,18
18 BPPBM 103,06 104,87 104,94
19 Bibit/Benih 103,41 105,45 105,60
20 Pupuk, Obat-Obatan, Dan Pakan Ikan 103,59 105,91 105,87
21 Sewa Dan Pengeluaran Lainnya 100,92 101,60 101,82
22 Transportasi Dan Komunikasi 102,48 103,34 103,31
23 Barang Modal 102,07 103,00 103,17
24 Upah Buruh 102,89 105,06 104,77
25 Nilai Tukar Pembudidayaan Ikan 100,98 100,55 101,45
26 Nilai Tukar Usaha Pertanian 100,96 100,92 101,69

6.3.4 Pertumbuhan dan Perkembangan NTPi Provinsi


Perkembangan NTPi Nasional dipengaruhi oleh perkembangan NTPi Provinsi. NTPi
Provinsi ditampilkan pada Tabel 6.4, berikut ini:

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
66
Tabel 6.4 Perkembangan NTPi Tahun 2019-2021 dengan Tahun Dasar 2018

No Provinsi 2019 2020 2021


1 Aceh 97,02 95,24 103,26
2 Sumatera Utara 99,60 95,13 95,45
3 Sumatera Barat 96,98 91,87 91,33
4 Riau 97,33 94,37 96,74
5 Jambi 101,12 98,57 99,25
6 Sumatera Selatan 97,39 93,57 94,33
7 Bengkulu 101,03 100,35 100,91
8 Lampung 97,68 100,38 101,23
9 Kep. Bangka Belitung 97,84 95,44 94,86
10 Kep. Riau 104,32 100,72 98,12
11 DKI Jakarta 100,98 102,48 103,08
12 Jawa Barat 102,04 103,49 107,63
13 Jawa Tengah 105,27 108,51 110,21
14 DI Yogyakarta 97,23 95,73 93,27
15 Jawa Timur 100,68 98,74 100,50
16 Banten 100,58 97,55 101,12
17 Bali 101,64 102,37 100,61
18 Nusa Tenggara Barat 99,10 99,04 101,14
19 Nusa Tenggara Timur 100,18 94,27 92,24
20 Kalimantan Barat 102,06 102,69 99,14
21 Kalimantan Tengah 103,12 99,91 100,64
22 Kalimantan Selatan 101,16 100,01 101,29
23 Kalimantan Timur 99,27 102,00 99,19
24 Kalimantan Utara 103,99 102,38 102,94
25 Sulawesi Utara 102,03 99,13 96,16
26 Sulawesi Tengah 102,25 100,01 99,94
27 Sulawesi Selatan 98,93 96,06 101,90
28 Sulawesi Tenggara 101,07 98,86 105,85
29 Gorontalo 98,06 98,49 95,87
30 Sulawesi Barat 101,02 99,01 103,84
31 Maluku 104,37 97,09 93,04
32 Maluku Utara 99,60 100,68 101,24
33 Papua Barat 99,02 98,49 99,23
34 Papua 101,11 102,09 102,10

Berdasarkan Tabel 6.4, sejak menggunakan tahun dasar 2018, NTPi Provinsi tertinggi
diperoleh oleh Provinsi Jawa Tengah dengan rata-rata pertumbuhan 2,32% dari 105,27
pada tahun 2019 menjadi 110,21 pada tahun 2021. Selain itu, terdapat beberapa provinsi
yang secara tiga tahun berturut-turut mengalami defisit, di antaranya Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, DI Yogyakarta,
Gorontalo, dan Papua Barat.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
67
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
68
ANGKA KONSUMSI IKAN DALAM NEGERI 7

7.1 PENYEDIAAN KONSUMSI IKAN DALAM NEGERI


Penyediaan konsumsi ikan diperoleh dari penjumlahan produksi perikanan tangkap,
produksi perikanan budidaya, dan impor ikan dikurangi dengan ekspor ikan. Penyediaan
ikan ini berguna untuk mengetahui seberapa banyak jumlah ikan untuk konsumsi yang
dapat disediakan oleh pemerintah untuk kebutuhan konsumsi, seperti dalam Gambar 7.1
berikut ini.

Gambar 7.1 Alur Penyediaan Ikan Untuk Konsumsi


Penyediaan konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2019 mencapai 23.946
juta ton atau menurun sebesar 4 persen dibandingkan tahun 2018. Penurunan penyediaan
ikan diikuti juga dengan penurunan penyediaan ikan per kapita yang mencapai 60,85
Kg/Kap/Tahun sebesar 9 persen dibandingkan tahun 2018. Trend penyediaan ikan untuk
konsumsi tahun 2014-2019 menunjukkan peningkatan sebesar 23 persen, rata-rata
penyediaan ikan sebesar 16,18 juta ton dan standar deviasi sebesar 6,9 juta ton. Trend
penyediaan ikan per kapita tahun 2014-2019 menunjukkan peningkatan sebesar 9 persen,
rata-rata penyediaan ikan perkapita sebesar 53 Kg/Kapita/Tahun dan standar deviasi
sebesar 12 Kg/Kap/Tahun. Berdasarkan statistik tersebut dapat diketahui bahwa
penyediaan ikan untuk konsumsi domestik selama 6 tahun pertumbuhan rata-rata
meningkat sebesar 23 persen serta diikuti pertumbuhan rata-rata penyediaan ikan per
kapita tahun 2014-2019 sebesar 9 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
69
Tabel 7.1 Penyediaan Ikan Konsumsi Nasional, 2014-2019

Tahun
Rincian
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
Total (1000 Ton) 11.042 11.651 12.159 12.172 26.142 23.946
Penyediaan
Per Kapita
Ikan 43.76 45.63 47.05 46.55 66,43 60,85
(Kg/Kap/Th)
Keterangan : *) Angka Sementara
Sumber : Neraca Bahan Makanan Indonesia , Kementan.

Penyediaan ikan tahun 2019 sebesar 23.946 juta ton merupakan konstribusi dari
beberapa komoditas, antara lain rumput laut sebesar 7.907 ton, ikan nila sebesar 2.470 ton,
lele sebesar 2.348 ton, ikan mas sebesar 1.777 ton, tuna-cakalang-tongkol sebesar 926 ton,
bandeng sebesar 829 ton, dan udang sebesar 757 ton.

Gambar 7.2 Kontribusi Komoditas Terhadap Penyediaan Ikan Indonesia


Penyediaan ikan perkapita tahun 2019 sebesar 61 kg/kapita/tahun merupakan
kontribusi dari nila sebesar 9,26 kg/kapita/tahun (15 persen), lele sebesar 8,80
kg/kapita/tahun (14 persen), ikan mas sebesar 6,66 kg/kapita/tahun (11 persen), Tuna-
cakalang-tongkol sebesar 3,47 kg/kapita/tahun (6 persen), bandeng sebesar 3,11
kg/kapita/tahun (5 persen), udang sebesar 2,85 kg/kapita/tahun (5 persen), gurami sebesar
2,50 kg/kapita/tahun (4 persen), patin sebesar 1,66 kg/kapita/tahun (3 persen), kembung
sebesar 1,27 kg/kapita/tahun (2 persen).
Sedangkan untuk ketersediaan kalori tahun 2019 sebesar 101 kkal/kapita/hari
merupakan kontribusi nila sebesar 16,6 kkal/kapita/hari (16 persen), lele sebesar 16,2
kkal/kapita/hari (16%), ikan mas sebesar 10 kkal/kapita/hari (10 persen), bandeng sebesar 7
kkal/kapita/hari (7 persen), tuna-cakalang-tongkol sebesar 6,9 kkal/kapita/hari (7 persen),

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
70
gurami sebesar 4,2 kkal/kapita/hari (4 persen), patin sebesar 3,3 kkal/kapita/hari (3 persen),
udang sebesar 3,3 kkal/kapita/hari (3 persen) dan selar sebesar 2,5 kkal/kapita/hari (2
persen).
Sedangkan untuk ketersediaan protein tahun 2019 sebesar 166,7 gram/hari
merupakan kontribusi nila sebesar 25,36 gram/hari (15 persen), lele 24,11 gram/hari (14
persen), ikan mas sebesar 18,25 gram/hari (11 persen), tuna-cakalang-tongkol sebesar 9,5
gram/hari (6 persen), bandeng sebesar 8,51 gram/hari (5 persen), udang sebesar 7,81
gram/hari (5 persen), gurami sebesar 6,86 gram/hari (4 persen), patin sebesar 4,54
gram/hari (3 persen) dan kembung sebesar 3,49 gram/hari (2 persen).

7.2 ANGKA KONSUMSI IKAN


Angka konsumsi ikan (AKI) merupakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
terhadap komoditas ikan yang dikonversi dalam satuan kg/kap/tahun. Dalam melakukan
analisis angka konsumsi ikan selalu disandingkan dengan data penyediaan ikan konsumsi
pada periode waktu tertentu. Secara ideal, penyediaan konsumsi ikan harus selalu lebih
besar dibandingkan dengan capaian angka konsumsi ikan dengan selisih yang tidak terlalu
lebar serta mempunyai trend yang selalu naik dari tahun ke tahun. Dalam menghitung AKI,
baik Badan Pusat Statistik (BPS) maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Berikut cara
penghitungan Angka Konsumsi Ikan antara Kementerian Kelautan dan Badan Pusat
Statistik:

AKI KKP = Konsumsi Ikan Dalam Ruma Tangga (KIDRT) + Konsumsi Ikan di Luar Rumah
Tangga + Konsumsi Ikan Tidak Tercatat
AKI BPS = Ikan dan Udang Segar (kg) + Ikan dan Udang Awetan (ons)
Satuan: Kg/Kapita/Minggu

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
71
Terdapat perbandingan publikasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan
dengan Badan Pusat Statistik pada jenis ikan, faktor konversi dan faktor koreksi. Berikut
uraian Tabel perbandingan:
Tabel 7.2 Perbandingan Publikasi BPS dan KKP

Uraian Publikasi BPS Publikasi KKP


komponen: komponen:
- ikan dan udang segar/basah - ikan dan udang segar/basah
Jenis Ikan - ikan dan udang awetan - ikan dan udang awetan
- makanan jadi (goreng/bakar, dll)
- kelompok bumbu-bumbuan (terasi)
kelompok ikan/udang awetan, ikan
kelompok ikan/udang awetan makanan jadi (goreng, bakar, dll) dan
Faktor Konversi (tidak dikonversi setara ikan kelompok bumbu -bumbuan seperti
utuh segar) terasi ( dikonversi setara ikan utuh
segar)
mengacu pada konsumsi beras, faktor
tidak menggunakan faktor
koreksi : konsumsi d iluar RT dan
koreksi
Faktor Koreksi tidak tercatat.
(konsumsi diluar RT dan tidak (tidak menggunakan angka koreksi utk
tercatat, untuk industri) konsumsi industri seperti pada beras)

Angka konsumsi ikan nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Seperti
pada Tabel 7.3, angka konsumsi ikan tahun 2015-2021 meningkat sebesar 4,80 persen per
tahun dan angka konsumsi ikan 2021 mencapai 55,37 kg per kapita naik sebesar 1,47
persen dibandingkan angka konsumsi ikan 2020 sebesar 54,56 kg per kapita. Peningkatan
kosumsi ikan selama ini merupakan hasil dukungan dari berbagai kegiatan seperti
pembangunan sentra kuliner, pembangunan pasar ikan, pengadaan peralatan pengolahan,
kampanye Gemarikan, pembangunan pasar ikan bertaraf internasional, sarana pasca
panen, start up milenial, unit pengolahan ikan, bursa pakan ikan dan pasar kuliner serta
sentra promosi produk perikanan.
Angka serapan ikan tahun 2015-2021 mengalami peningkatan sebesar 8,76 persen
per tahun dan serapan ikan 2021 sebesar 15.165 ribu ton atau naik sebesar 3,01 persen
dibandingkan serapan ikan tahun 2020 yang mencapai 14.708 ribu ton. Angka serapan ikan
dari tahun 2015- 2021 cenderung mengalami kenaikan sebesar 8,76 persen. Perhitungan
angka serapan ikan adalah dengan mengkalikan angka konsumsi ikan provinsi dengan
jumlah penduduk provinsi dan selanjutnya dijumlahkan untuk memperoleh kebutuhan ikan
nasional.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
72
Tabel 7.3 Perkembangan Konsumsi Ikan Nasional 2015-2021

Satuan: kg/kapita/tahun
Kenaikan
Rata-Rata (%)
URAIAN
2015- 2020-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021*)
2021 2021
Konsumsi Ikan Perkapita
41,11 43,94 47,34 50,69 54,50 54,56 55,37 4,80 1,47
(Kg/Kap/Th)
Angka Serapan (Ribu Ton) 8.577 9.372 10.116 11.153 14.546 14.708 15.165 8,76 3,01
Keterangan:
1. *) Data sementara
2. Sumber : BPS diolah direktorat Pemasaran, PDSPKP, KKP
3. Konsumsi Ikan Setara Ikan Segar Utuh

Gambar 7.3 Konsumsi Ikan Perkapita (Kg/Kap/Thn)


Peningkatan komsumsi ikan dipengaruhi oleh perubahan paradigma masyarakat
terhadap ikan. Ikan yang dulu dikenal sulit diolah menjadi makanan jadi saat ini sudah
tersedia beberapa cara pengolahan atau menu masakan yang bervariasi di beberapa
majalah, televisi bahkan media sosial. Mengkonsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia
sudah menjadi hal umum, terlebih bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang daerah pesisir
pantai. Selain memiliki rasa yang lezat, ikan juga mengandung berbagai nutrisi yang
bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Maka dari itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat
Indonesia serta minat konsumsi ikan perlu terus ditingkatkan, karena ikan diharapkan
menjadi salah satu sumber protein utama dalam pola konsumsi dan budaya masyarakat
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan program GEMARIKAN
(Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan), diharapkan dapat memberikan efek positif
terhadap industri perikanan, maupun pelaku perikanan dan kelautan di segala tingkatan
terutama bagi para nelayan, pembudidaya dan petambak dalam mencapai kesejahteraan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
73
Produksi ikan di suatu daerah dapat dianggap sebagai potensi ketersediaan ikan di
daerah tersebut, karena masing-masing daerah mempunyai jenis ikan dan sumber alam
yang spesifik serta pemanfataannya juga menggunakan cara dan teknologi yang berbeda.
Sementara itu produksi ikan menyangkut penangkapan dan pembudidayaan baik
dilingkungan laut, air tawar maupun tambak. Berikut angka konsumsi ikan menurut provinsi
seperti pada tabel rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional (kg/kapita) tahun 2015-2020.
Tabel 7.4 Rata-rata Konsumsi Ikan Per Kapita Nasional (Kg/Kapita) Tahun 2015-2021

Konsumsi Ikan (kg/kapita)


No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021*
1 Aceh 46,85 49,80 49,37 57,19 63,62 65,53 66,21
2 Sumatera Utara 41,04 45,66 50,38 56,71 60,54 56,36 57,17
3 Sumatera Barat 36,42 37,37 42,20 66,86 42,97 43,15 43,90
4 Riau 44,03 42,06 42,36 43,13 47,27 48,49 49,32
5 Jambi 35,77 38,91 40,42 41,42 41,80 40,57 41,28
6 Sumatera Selatan 43,03 45,93 46,60 47,60 47,36 44,29 45,14
7 Bengkulu 34,39 37,29 53,36 54,36 40,79 45,74 46,21
8 Lampung 28,66 28,72 33,05 34,21 36,88 36,16 36,66
Kepulauan Bangka
9 49,26 46,75 52,78
Belitung 54,35 64,52 64,32 67,16
10 Kepulauan Riau 52,58 55,24 55,78 59,04 66,50 68,60 71,61
11 DKI Jakarta 36,75 38,79 39,62 45,98 50,08 48,19 48,92
12 Jawa Barat 26,27 32,14 28,60 29,64 38,23 37,10 37,73
13 Jawa Tengah 22,37 26,71 29,19 30,64 35,99 36,21 36,74
14 DI. Yogyakarta 24,68 23,73 28,32 28,71 33,35 34,26 34,82
15 Jawa Timur 29,42 31,35 34,63 36,82 41,44 42,00 42,45
16 Banten 32,45 35,77 36,41 37,41 42,94 41,29 41,74
17 Bali 33,02 37,43 37,56 38,83 41,45 44,74 44,97
18 Nusa Tenggara Barat 35,64 32,35 35,49 39,42 52,87 50,21 50,49
19 Nusa Tenggara Timur 31,78 36,94 39,75 42,13 46,26 46,65 47,07
20 Kalimantan Barat 38,63 41,43 38,91 39,61 49,35 46,76 47,14
21 Kalimantan Tengah 48,87 52,89 47,63 48,22 57,18 55,50 56,28
22 Kalimantan Selatan 48,40 49,98 50,20 57,99 61,91 61,23 61,74
23 Kalimantan Timur 43,12 47,41 51,71 55,00 60,12 55,39 55,96
24 Kalimantan Utara 0,00 45,12 58,54 60,47 69,70 73,00 73,94
25 Sulawesi Utara 48,99 55,05 61,94 75,29 66,75 66,82 67,28
26 Sulawesi Tengah 46,03 49,27 52,34 56,65 60,84 62,04 62,59
27 Sulawesi Selatan 48,97 53,08 60,88 61,88 66,06 66,00 66,81
28 Sulawesi Tenggara 52,60 55,82 64,02 65,14 71,13 70,51 70,95
29 Gorontalo 50,56 52,34 58,55 59,55 67,73 65,41 65,54
30 Sulawesi Barat 49,78 51,96 54,21 55,21 60,45 64,15 64,64
31 Maluku 55,35 61,87 64,49 66,67 72,76 73,82 77,49
32 Maluku Utara 50,75 55,55 63,19 64,19 68,53 74,59 75,75
33 Papua Barat 50,18 53,45 58,62 53,48 61,44 64,65 64,96
34 Papua 40,13 45,74 48,33 59,66 64,13 61,24 62,04

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
74
Konsumsi ikan tertinggi tahun 2021 terdapat di Provinsi Maluku yaitu sebesar 77,49
kg/kapita/tahun diikuti Provinsi Maluku Utara sebesar 75,75 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan
terendah tahun 2021 terjadi di Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 34,82 kg/kapita/tahun
diikuti Provinsi Lampung sebesar 32,48 kg/kapita/tahun. Dapat dillihat pada Gambar 7.4
sebagai berikut.

Gambar 7.4 Angka Konsumsi Ikan 5 Provinsi Tertinggi

Gambar 7.5 Angka Konsumsi Ikan 5 Provinsi Terendah

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
75
7.3 ANALISIS CLUSTER ANGKA KONSUMSI IKAN (AKI)
Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk
mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster
mengklasifikasikan objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya dengan
objek lain berada dalam cluster yang sama. Cluster-cluster yang terbentuk memiliki
homogenitas internal yang tinggi dan heterogenitas eksternal yang tinggi.
Adapun metode pengelompokan dalam analisis cluster meliputi:
a) Metode Hirarkis; memulai pengelompokan dengan dua atau lebih obyek yang
mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian diteruskan pada obyek yang lain dan
seterusnya hingga cluster akan membentuk semacam 'pohon' dimana terdapat tingkatan
(hirarki) yang jelas antar obyek, dari yang paling mirip hingga yang paling tidak mirip. Alat
yang membantu untuk memperjelas proses hirarki ini disebut “dendogram”.
b) Metode Non-Hirarkis; dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster yang
diinginkan (dua, tiga, atau yang lain). Metode ini biasa disebut “K-Means Cluster”.
Konsumsi ikan menurut provinsi dapat dikelompokkan berdasarkan pencapaian
konsumsi ikan. Berdasarkan analisis cluster dengan metode hirarkis terhadap konsumsi
ikan menurut provinsi tahun 2016-2021, konsumsi ikan menurut provinsi dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan persamaan karakteristiknya sebagai
berikut:
1. Kelompok 1 (satu) konsumsi ikan adalah Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Kalimantan
Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan
Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi
Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua.
2. Kelompok 2 (dua) konsumsi ikan adalah Provinsi Sumatera Barat
3. Kelompok 3 (tiga) konsumsi ikan adalah Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi
Banten, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan
Provinsi Kalimantan Barat.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
76
EKSPOR, IMPOR, 8
DAN NERACA PERDAGANGAN
HASIL PERIKANAN

Indikator Kinerja Utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)


yang banyak mendapatkan perhatian oleh pelaku usaha sektor kelautan
dan perikanan adalah ekspor dan impor. Pengertian ekspor adalah
pembelian barang dan jasa domestik oleh pihak asing (Blanchard &
Johnson, 2014) dan ekspor memiliki peranan penting dalam suatu sistem
perekonomian Indonesia karena ekspor menggambarkan barang dan jasa
yang diproduksi di Indonesia, dijual ke luar negeri, dan dihitung sebagai
pendapatan Indonesia (Lipsey et al, 1992). Ekspor hasil perikanan
menunjukkan hasil serapan produk dalam negeri yang digunakan oleh
konsumen di luar negeri, artinya semakin besar volume dan nilai ekspor
hasil perikanan yang dicapai maka semakin besar pula penyerapan produk
hasil perikanan di luar negeri. Semakin besar penyerapan produk hasil
perikanan di luar negeri diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan secara keseluruhan.
Impor adalah pembelian barang dan jasa asing oleh konsumen,
perusahaan dan pemerintah dalam negeri (Blanchard & Johnson, 2014).
Impor hasil perikanan menunjukkan hasil yang menggambarkan volume
dan nilai serapan masyarakat Indonesia atas komoditas perikanan dari luar
negeri. KKP melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) telah menetapkan kebijakan
bahwa persentase nilai impor hasil perikanan pada suatu periode tidak
boleh melebihi 20 persen dari total nilai ekspor, dengan memperhatikan
standar mutu yang dikendalikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar
dan industri.
Ekspor-impor merupakan instrumen perdagangan internasional.
Landasan ekonomis yanhg paling fundamental bagi terselenggaranya
perdagangan internasional bersandar pada kenyataan bahwa setiap
negara memiliki persediaan sumber daya, pilihan dan teknologi, skala
ekonomi dan pembangunan yang berbeda satu sama lain. Dalam
perkembangannya, perdagangan internasional tidak hanya didasarkan
pada keunggulan sumber daya (keunggulan komparatif), namun juga
berdasarkan daya saing atau kemampuan menghasilkan barang dan jasa

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
77
dengan efisiensi yang lebih baik (keunggulan kompetitif). Dengan demikian, kegiatan
ekspor impor tidak hanya dapat dilakukan berdasarkan kelebihan sumber daya saja, namun
juga dapat dilakukan berdasarkan efisiensi dalam menghasilkan barang dan jasa.
Ekspor merupakan salah satu indikator penting yang mendapat perhatian ketat dari
stakeholders sektor KP. Ekspor merupakan salah satu indikator kinerja utama KKP yang
selalu terukur dan terevaluasi. Peningkatan volume ekspor produk perikanan akan
mengindikasikan tingkat keberhasilan KKP dalam upayanya mendorong penyerapan
produk perikanan nasional oleh dunia internasional. Capaian volume ekspor akan menjadi
gambaran seberapa penting produk dari sektor perikanan nasional dapat terserap oleh
konsumen di luar negeri. Peningkatan volume ekspor produk kelautan dan perikanan
nasional akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan pelaku usaha sektor
kelautan dan perikanan nasional. Selain itu, peningkatan ekspor akan mampu mengerek
pertumbuhan sektor lain yang terkait, semisal pertanian, transportasi, dan industri
pengolahan.
Namun, peningkatan volume ekspor, tidak harus selalu menjadi tujuan yang harus
selalu meningkat setiap tahunnya. Penangkapan ikan secara terukur, demi kelestarian
lingkungan dan keberlanjutan sumber daya perikanan tanah air harus selalu dikedepankan.
Hal ini, tidak terlepas dari berbagai aturan dan moratorium dari Lembaga internasional, yang
bertujuan untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian ekosistem. Dengan demikian,
ekspor bisa lebih ditingkatkan pada produk perikanan dalam bentuk olahan. Produk ekspor
perikanan olahan akan lebih mampu meningkatkan kinerja ekspor sektor perikanan, dan
juga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Dengan demikian, kinerja ekspor tidak
hanya terukur dari besaran volume yang dipasarkan, namun lebih dari itu dapat diukur
berdasarkan nilai ekspor yang dihasilkan.
Sementara itu, impor merupakan indikator lain yang tak kalah penting dan mendapat
perhatian yang ketat dari stakeholders sektor KP. Berkebalikan dengan ekspor, impor
komoditas perikanan menggambarkan besarnya serapan atas produk perikanan dari pasar
luar negeri. Peningkatan volume impor seringkali menjadi pembanding bagi kinerja ekspor.
Meskipun Nampak wajar sebagai konsekuensi dari mekanisme perdagangan internasional,
namun impor sering kali menimbulkan polemik dan respon berlebihan, yang kadang diikuti
protes keras oleh para pelaku usaha KP. KKP melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) telah menetapkan kebijakan bahwa
persentase nilai impor hasil perikanan pada suatu periode tidak boleh melebihi 20 persen
dari total nilai ekspor, dengan memperhatikan standar mutu yang dikendalikan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasar dan industri.
Dengan adanya regulasi tersebut, impor produk perikanan lebih ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akan komoditas perikanan pada sektor hulu, yang tidak dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Regulasi ini sejalan dengan prinsip peningkatan mutu
dan daya saing produk perikanan Indonesia di dunia internasional. Dengan demikian,
pengelolaan sektor perikanan dapat lestari, berdaya saing, dan berkelanjutan.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
78
8.1 NERACA PERDAGANGAN HASIL PERIKANAN
Neraca perdagangan hasil perikanan tahun 2021 mencapai surplus US$ 5,2 milliar
dengan nilai ekspor mencapai US$ 5,7 milliar dan nilai impor mencapai US$ 499 juta.
Neraca perdagangan hasil perikanan tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 9,2 persen
dibandingkan tahun 2020, dengan perincian nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 9,8
persen dibandingkan tahun 2020 dan nilai impor mengalami kenaikan sebesar 16,7 persen
dibandingkan tahun 2020. Grafik neraca perdagangan hasil perikanan dapat ditunjukkan
dalam Gambar 8.1 berikut ini.

Gambar 8.1 Neraca Perdagangan Hasil Perikanan, 2017-2021


Tren neraca perdagangan hasil perikanan tahun 2017-2021 menunjukkan kenaikan
surplus perdagangan yang konsisten dengan rata-rata surplus perdagangan mencapai
US$4,5 milliar per tahun dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 6,3 persen per tahun.
Tren nilai ekspor hasil perikanan tahun 2017-2021 menunjukkan kenaikan surplus
perdagangan yang konsisten dengan rata-rata surplus perdagangan mencapai US$ 5,0
milliar per tahun dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 6,1 persen per tahun. Tren nilai
impor hasil perikanan tahun 2017-2021 menunjukkan kenaikan surplus perdagangan yang
konsisten dengan rata-rata surplus perdagangan mencapai US$ 459 juta per tahun dengan
pertumbuhan rata-rata mencapai 4,1 persen per tahun.

8.2 KOMPOSISI EKSPOR DAN IMPOR HASIL PERIKANAN TAHUN 2021


Volume ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2021, menurun jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Volume ekspor produk perikanan pada tahun 2021 mencapai
1,22 juta ton, menurun sebesar -3,33 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2020
dengan volume ekspor sebanyak 1,26 juta ton. Dengan demikian, pada tahun 2021 volume
ekspor menyusut sekitar 42 ribu ton. Sebaliknya, nilai ekspor produk perikanan Indonesia
justru meningkat. Nilai ekspor pada tahun 2020 mencapai 5,20 milyar US$, tumbuh sebesar
9,82 persen pada tahun 2021, dengan nilai ekspor sebanyak 5,72 milyar US$. Dengan
demikian, pada tahun 2021 ada pertumbuhan nilai ekspor produk perikanan sebanyak 511
milyar US$.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
79
Tabel 8.1 Perbandingan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Tahun 2020 - 2021
Komposisi Komposisi
Volume (Ton) Nilai (000 US$) Pertumbuhan2)
No Komoditas Volume 2) Nilai2)
2020 20211) 2020 20211) Volume Nilai 2020 20211) 2020 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Udang 239,282 250,703 2,040,184 2,228,904 4.77 9.25 18.95 20.54 39.20 38.99
2 Rumput Laut 195,574 225,612 279,583 345,114 15.36 23.44 15.49 18.48 5.37 6.04
Tuna-
3 Tongkol - 195,759 174,586 724,095 733,070 -10.82 1.24 15.50 14.30 13.91 12.82
Cakalang
Cumi-Sotong-
4 140,036 168,226 509,223 618,935 20.13 21.54 11.09 13.78 9.78 10.83
Gurita
Layur,
Gulama,
Reeve'S
5 48,868 43,894 86,562 76,974 -10.18 -11.08 3.87 3.60 1.66 1.35
Croakers,
Bigeye
Croakers
Rajungan-
6 27,616 31,701 367,520 611,225 14.79 66.31 2.19 2.60 7.06 10.69
Kepiting
Sarden-
7 18,703 21,728 35,949 50,883 16.17 41.54 1.48 1.78 0.69 0.89
Sardinella
8 Makarel 36,540 11,619 68,387 25,674 -68.20 -62.46 2.89 0.95 1.31 0.45
9 Tilapia 12,288 10,583 78,437 65,988 -13.87 -15.87 0.97 0.87 1.51 1.15
10 Sidat 10,982 10,165 16,046 13,721 -7.44 -14.49 0.87 0.83 0.31 0.24
11 Lainnya 337,201 271,977 999,228 945,883 -19.34 -5.34 26.70 22.28 19.20 16.55
Total 1,262,848 1,220,793 5,205,214 5,716,370 -3.33 9.82 100.00 100.00 100.00 100.00
Ket: 1) Angka sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan komposisi jenis komoditas, terdapat 4 (empat) kelompok komoditas


yang menjadi penopang bagi ekspor perikanan nasional. Keempat kelompok komoditas
tersebut adalah:
1. Kelompok komoditas Udang;
2. Kelompok komoditas Rumput Laut;
3. Kelompok komoditas Tuna, tongkol, dan Cakalang (TTC); dan
4. Kelompok komoditas Cumi, Sotong, dan Gurita (CSG).
Keempat kelompok komoditas tersebut memiliki komposisi volume ekspor sebesar
67,10 persen dari total volume ekspor produk perikanan pada tahun 2021. Komposisi ini
meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2020, yang pada saat itu mencapai 61,02
persen. Demikian halnya dengan nilai ekspor. Keempat kelompok komoditas tersebut
menyumbang nilai ekspor sebanyak 68,68 persen dari total nilai ekspor produk perikanan.
Komposisi nilai ekspor juga meningkat, apabila apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 61,02 persen.
Kelompok komoditas udang merupakan penyumbang terbesar, baik volume
maupun nilai ekspor komoditas perikanan. Pada tahun 2021, komposisi volume ekspor
udang mencapai 20,54 persen, di sisi lain komposisi nilai ekspornya mencapai 38,99
persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana volume
ekspornya sebesar 18,95 persen dengan komposisi nilai ekspor mencapai 39,20 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
80
Rumput laut merupakan komoditas perikanan selanjutnya yang mempunyai
komposisi volume ekspor yang cukup besar, yakni 18,48 persen pada tahun 2021.
Komposisi ekspor meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2020, yaitu 15,49 persen.
Walaupun komposisi volume ekspor cukup besar, namun tidak demikian dengan nilai
ekspornya. Nilai ekspor rumput laut komposisinya hanya sebesar 6,04 persen pada tahun
2021. Komposisi nilai ekspor rumput laut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5,37
persen.
Selanjutnya, TTC dan CSG merupakan kelompok komoditas selanjutnya yang
berkontribusi cukup besar. Komposisi volume ekspor TTC pada tahun 2021 sebesar 14,30
persen dan CSG sebesar 13,78 persen. Sementara itu, komposisi nilai ekspornya ternyata
lebih rendah. Tercatat pada tahun 2021, komposisi nilai ekspor TTC sebesar 12,82 persen
dan CSG sebesar 10,83 persen.
Apabila dilihat berdasarkan rasio komposisi volume dan nilai ekspor, maka
rajungan merupakan komoditas perikanan yang paling bernilai. Rajungan bahkan lebih
berharga apabila dibandingkan dengan udang sekalipun. Komposisi volume ekspor
rajungan pada tahun 2021 sebesar 2,60 persen, dengan komposisi nilai ekspor mencapai
10,69 persen. Artinya rasio komposisi volume dan nilai ekspor rajungan sebesar 4,12. Angka
rasio ini bahkan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan udang yang memiliki angka rasio
1,90.
Tahun 2021, KKP berhasil menjaga laju impor di bawah target yang menjadi pagu.
Data menunjukkan bahwa sepanjang periode pengamatan nilai impor dan ekspor hasil
perikanan Indonesia masing-masing sebesar 499,97 juta US$ dan 5,72 milyar US$. Hal ini
menunjukan bahwa perbandingan nilai impor dan nilai ekspor pada tahun 2021 sebesar
8,75 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa angka nilai impor komoditas
perikanan pada tahun 2021 masih jauh dibawah pagu yang ditetapkan oleh Ditjen PDSPKP
– KKP, yaitu 20 persen.
Dengan demikian, realisasi impor komoditas perikanan pada tahun 2021 tergolong
baik. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, realisasi volume impor menurun
sebanyak 9 ribu ton dengan persentase sebesar -3,33 persen, dari 277,5 ribu ton pada tahun
2020 menjadi 268,26 ribu ton tahun 2021. Namun sebaliknya, apabila dilihat dari realisasi
nilai impor, terdapat kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi, yakni 16,77 persen. Dalam
periode ini, nilai ekspor meningkat 71 juta US$, dari 428,18 juta US$ pada tahun 2020
menjadi 499,97 juta US$ pada tahun 2021.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
81
Tabel 8.2 Perbandingan Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Tahun 2020 - 2021
Komposisi Komposisi
Volume (To n) Nilai (000 US$) Pertumbuhan2)
No Komoditas Volume 2) Nilai2)
2020 20211) 2020 20211) Volume Nilai 2020 20211) 2020 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Tepung
Ikan-Pellet-
1 143,069 115,168 105,769 85,945 -19.50 -18.74 51.55 42.93 24.70 17.19
Makanan
Ikan
2 Makarel 27,588 52,478 35,870 66,350 90.22 84.97 9.94 19.56 8.38 13.27
Tuna-
3 Tongkol - 38,059 25,323 57,203 40,071 -33.46 -29.95 13.71 9.44 13.36 8.01
Cakalang
Lemak-
4 9,503 9,125 16,125 15,624 -3.98 -3.10 3.42 3.40 3.77 3.12
Minyak Ikan
Rajungan-
5 5,423 8,060 56,047 77,000 48.62 37.39 1.95 3.00 13.09 15.40
Kepiting
Sarden-
6 21,733 7,683 13,862 5,476 -64.65 -60.50 7.83 2.86 3.24 1.10
Sardinella
Cumi-
7 Sotong- 2,100 5,705 6,509 15,843 171.73 143.39 0.76 2.13 1.52 3.17
Gurita
8 Udang 3,238 5,643 26,191 41,939 74.31 60.13 1.17 2.10 6.12 8.39
9 Cod 3,119 5,588 10,843 20,005 79.16 84.50 1.12 2.08 2.53 4.00
10 Salmon 2,876 4,877 15,732 37,883 69.58 140.80 1.04 1.82 3.67 7.58
11 Lainnya 20,807 28,612 84,027 93,837 37.51 11.67 7.50 10.67 19.62 18.77
Total 277,514 268,264 428,177 499,973 -3.33 16.77 100.00 100.00 100.00 100.00
Ket: 1) Angka sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan komposisi jenis komoditas, terdapat 3 (tiga) kelompok komoditas yang


menjadi sumber impor perikanan nasional. Ketiga kelompok komoditas tersebut adalah:
1. Kelompok komoditas Tepung Ikan, Pellet, dan Makanan Ikan (TPM);
2. Kelompok komoditas Makarel; dan
3. Kelompok komoditas Tuna, tongkol, dan Cakalang (TTC).
Ketiga kelompok komoditas tersebut memiliki komposisi volume impor sebesar 71,93
persen dari total volume impor komoditas perikanan pada tahun 2021. Komposisi ini
menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2020, yang pada saat itu mencapai 75,21
persen. Demikian halnya dengan nilai impor. Ketiga kelompok komoditas tersebut
menyumbang nilai impor sebanyak 38,48 persen dari total nilai impor produk perikanan.
Komposisi nilai impor juga menurun apabila apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 46,44 persen.
Komposisi volume impor hasil komoditas perikanan terbesar tahun 2021 adalah jenis
TPM. Sumbangan volume impor TPM mencapai 42,93 persen. Namun, ini cukup
menggembirakan apabila dibandingkan dengan komposisi impor tahun 2020, yakni sebesar
51,55 persen. Kontribusi nilai impor TPM juga tidak kalah menggembirakan. Pada tahun
2021, kontribusi impor TPM sebesar 17,19 persen, menurun apabila dibandingkan dengan

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
82
kontribusi tahun sebelumnya sebesar 24,70 persen. Dengan demikian, terdapat
peningkatan kapasitas produksi TPM dalam negeri, yang mampu meningkatkan supply
pada pasar domestik.
Makarel adalah komoditas perikanan berikutnya yang mempunyai kontribusi volume
impor cukup besar. Komposisi volume impor makarel pada tahun 2021 tercatat sebesar
19,56 persen. Komposisi ini meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
yang tercatat sebesar 9,94 persen. Demikian juga dengan komposisi nilai impor. Pada tahun
2020, komposisi nilai impor makarel sebesar 8,38 persen, naik menjadi 13,27 persen pada
tahun 2021. Namun demikian, peningkatan ini dirasakan cukup wajar. Hal ini disebabkan
karena produksi ikan makarel domestik, tidak cukup untuk kebutuhan dalam negeri. Dengan
demikian, untuk memenuhi kebutuhan konsumen, maka impor secara tidak langsung akan
meningkat.
Selanjutnya, TTC merupakan komoditas perikanan yang juga mempunyai kontribusi
impor yang cukup besar. Tercatat, pada tahun 2021, sumbangan TTC terhadap volume
impor komoditas perikanan mencapai 9,44 persen. Namun, apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, terdapat penurunan kontribusi, yakni 13,71 persen. Demikian juga
dengan kontribusi nilai impor. Pada tahun 2021 kontribusi nilai impor sebesar 8,01 persen,
menurun dibandingkan dengan tahun 2020 dengan kontribusi sebesar 13,36 persen.
Indikator ini menunjukkan beberapa hal, diantaranya:
1. TTC Indonesia mempunyai daya saing yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari rasio
komposisi nilai dan komposisi volume ekspor TTC (0,90) yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan rasio komposisi nilai dan komposisi volume impor TTC (0,85).
2. Berdasarkan kondisi diatas, skala ekonomi komoditas TTC masih berpeluang untuk
ditingkatkan. Ekspor harus dilakukan untuk produk TTC dengan mengedepankan
nilai tambah yang tinggi bagi sektor KP, sementara impor harus lebih ditujukan untuk
produk TTC yang memang sulit untuk dipenuhi secara domestik.
3. Sektor perikanan domestik mampu menghasilkan TTC secara memadai. Indikasi ini
terlihat dari volume ekspor TTC yang lebih banyak dari TTC impor. Dengan demikian
neraca perdagangan komoditas TTC cukup menguntungkan.

8.3 EKSPOR DAN IMPOR HASIL PERIKANAN TAHUN 2017 – 2021


Sepanjang periode 2017 – 2021, volume ekspor komoditas perikanan Indonesia
selalu meningkat sampai dengan tahun 2020, namun menunjukkan penurunan pada tahun
2021. Total volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2017 sebesar 1,08 juta ton,
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021 yaitu sebesar 1,22 juta ton.
Pertumbuhan nilai ekspor rata-rata pada periode 2017 – 2020 mencapai 3,31 persen.
Namun kinerja volume ekspor tahun 2021, lesu apabila dibandingkan tahun 2020 dengan
penyusutan volume ekspor sebesar -3,33 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
83
Tabel 8.3 Pertumbuhan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia, 2017 - 2021

Pertumbuhan rata-
rata2)
No Ekspor 2017 2018 2019 2020 20211)
2017-
2020-20211)
20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Volume (Ton) 1,078,107 1,126,068 1,184,196 1,262,848 1,220,793 -3.33 3.31

2 Nilai (000 US$) 4,524,416 4,860,904 4,935,965 5,205,214 5,716,370 9.82 6.59
Sumber: BPS, diolah

Meskipun volume ekspor mengalami penyusutan dibandingkan dengan tahun


sebelumnya, tetapi nilai ekspor komoditas perikanan mengalami pertumbuhan yang positif.
Bahkan, dalam periode 2017 – 2021, kinerja nilai ekspor komoditas perikanan menunjukkan
nilai yang positif. Tercatat, pertumbuhan nilai ekspor setahun terakhir naik 9,82 persen
dengan nilai ekspor mencapai 5,72 juta US$. Secara rata-rata, sejak tahun 2017 kinerja nilai
ekspor komoditas perikanan naik debesar 6,59 persen.
Tabel 8.4 Volume Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama, 2017 -
2021
Satuan: 000 US$
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Komoditas Utama 2017 2018 2019 2020 20211)
2017-
2020-20211)
20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Udang 180,592 197,434 207,703 239,282 250,703 4.77 9.71
2 Rumput Laut 191,854 212,962 209,241 195,574 225,612 15.36 4.40
3 Tuna-Tongkol -Cakalang 198,152 168,434 184,130 195,759 174,586 -10.82 -2.97
4 Cumi-Sotong-Gurita 120,399 152,109 143,847 140,036 168,226 20.13 9.93
Layur, Gulama, Reeve'S
5 Croakers, Bigeye 22,919 21,378 23,488 48,868 43,894 -10.18 22.88
Croakers
6 Rajungan-Kepiting 27,067 27,792 25,943 27,616 31,701 14.79 4.28
7 Sarden-Sardinella 9,671 12,216 12,391 18,703 21,728 16.17 31.17
8 Makarel 5,327 3,678 5,221 36,540 11,619 -68.20 29.53
9 Tilapia 9,180 10,938 12,033 12,288 10,583 -13.87 3.82
10 Sidat 7,827 7,316 10,257 10,982 10,165 -7.44 7.47
11 Komoditas Lainnya 305,119 311,814 349,942 337,201 271,977 -19.34 -2.72
Total 1,078,107 1,126,068 1,184,196 1,262,848 1,220,793 -3.33 3.31
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
84
8.3.1 Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Dari empat komoditas utama ekspor perikanan, udang, rumput laut, dan cumi-sotong-
gurita menunjukkan pertumbuhan rata-rata yang positif, baik dalam setahun terakhir
maupun dalam lima tahun terakhir. Sebaliknya, tuna-tongkol-cakalang menunjukkan
pertumbuhan rata-rata negatif, baik setahun terakhir maupun lima tahun terakhir.
Penurunan volume ekspor tuna-tongkol-cakalang ditengarai merupakan imbas dari
pembatasan penangkapan yang diberlakukan, sebagai akibat penangkapan ikan dalam
jumlah yang besar pada periode-periode sebelumnya.
Tabel 8.5 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama, 2017 - 2021
Satuan: 000 US$
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Komoditas Utama 2017 2018 2019 2020 20211)
2017-
2020-20211)
20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Udang 1,748,136 1,742,119 1,719,172 2,040,184 2,228,904 9.25 6.88
Tuna-Tongkol -
2 660,154 713,919 747,538 724,095 733,070 1.24 2.76
Cakalang
3 Cumi-Sotong-Gurita 397,333 554,594 556,291 509,223 618,935 21.54 13.94
4 Rajungan-Kepiting 409,816 472,962 393,498 367,520 611,225 66.31 12.29
5 Rumput Laut 204,872 291,837 324,850 279,583 345,114 23.44 17.11
Layur, Gulama,
6 Reeve'S Croakers, 35,342 33,647 43,098 86,562 76,974 -11.08 29.45
Bigeye Croakers
7 Hati-Telur Ikan 27,797 40,838 51,546 50,389 76,513 51.85 43.81
8 Tilapia 57,412 60,487 66,964 78,437 65,988 -15.87 3.73
9 Sarden-Sardinella 20,442 28,118 27,548 35,949 50,883 41.54 37.23
10 Mutiara 51,471 48,286 47,541 40,325 44,499 10.35 -3.39
11 Komoditas Lainnya 911,641 874,096 957,919 992,947 864,266 -12.96 -1.30
Total 4,524,416 4,860,904 4,935,965 5,205,214 5,716,370 9.82 6.59
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Dilihat berdasarkan nilai ekspor, 2 (dua) komoditas utama tumbuh signifikan, yaitu
cumi-sotong-gurita dan rumput laut. Masing-masing tercatat memiliki pertumbuhan sebesar
21,54 persen dan 23,44 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Bahkan, dalam kurun
waktu lima tahun kedua komoditas tersebut mempunyai rata-rata 2 digit. Nilai ekspor kedua
komoditas ini pada tahun 2021 masing-masing mencapai 618,94 juta US$ dan 345,11 juta
uS$. Sementara itu, udang membukukan pertumbuhan yang cukup tinggi, dengan nilai
ekspor tahun 2021 sebanyak 2,23 milyar US$. Sedangkan tuna-tongkol-cakalang yang nilai
ekspornya mengalami penyusutan, juga mampu menunjukkan kenaikan nilai ekspor
sebesar 1,24 persen dengan kenaikan rata-rata tahunan dalam lima tahun terakhir sebesar
2,76 persen. Nilai ekspor tuna-tongkol-cakalang pada tahun 2021 mencapai 733,07 juta
US$.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
85
Menariknya, rajungan-kepiting mencatatkan nilai ekspor yang cukup besar pada
tahun 2021. Volume ekspornya bahkan tidak masuk dalam 5 besar komoditas perikanan
dengan volume ekspor terbanyak. Tercatat pada tahun 2021, nilai ekspor rajungan kepiting
sebesar 611,22 juta US$ dengan pertumbuhan rata-rata sejak tahun 2017 sebesar 12,29
persen. Bahkan dalam setahun terakhir, nilai ekspor rajungan-kepiting naik drastis sebesar
66,31 persen.

Gambar 8.2 Produktivitas Ekspor Komoditas Utama Perikanan, 2017-2021 (Ton/000 US$)
Berdasarkan kinerja ekspor komoditas utama, dapat diketahui beberapa komoditas
utama perikanan yang produktivitas ekspornya cukup tinggi tahun 2021, yakni tilapia;
sarden-sardinella; dan layur, gulama reeve's, bigeye croakers. Tilapia mempunyai
produktivitas sebesar 6,24 ton/1000 US$. Sementara itu sarden-sardinella dan layur-
gulama reeve's-bigeye croackers masing masing mempunyai produktivitas ekspor sebesar
2,34 ton/1000 US$ dan 1,75 ton/1000 US$.
8.3.2 Ekspor Hasil Perikanan Menurut Provinsi
Berdasarkan provinsi asalnya, sejak tahun 2017 volume ekspor hasil perikanan
nasional didominasi oleh 3 provinsi, yaitu:
1. Jawa Timur;
2. DKI Jakarta; dan
3. Sulawesi Selatan.
Pada periode 2017-2021, ketiga provinsi tersebut mampu melakukan ekspor
komoditas perikanan dengan volume diatas 100 ribu ton per tahun. Tingginya volume ekspor

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
86
hasil perikanan dari masing-masing provinsi tersebut didukung oleh ketersediaan fasilitas
ekspor berupa pelabuhan-pelabuhan besar yang aktif melakukan kegiatan ekspor hasil
perikanan. Sehingga ketiganya mampu berperan sebagai hub yang menghubungkan
produksi perikanan dari provinsi-provinsi lain ke luar negeri.
Provinsi Jawa Timur memiliki pelabuhan Tanjung Perak, dengan kontribusi sebesar
348.003 ton tahun 2021 dengan porsi 28,51 persen. Begitu juga dengan DKI Jakarta yang
memiliki pelabuhan Tanjung Priok dengan kontribusi ekspor sebesar 274.776 ton dengan
porsi sebesar 22,51 persen. Kemudian Sulawesi Selatan dengan pelabuhan Ujung
Pandang yang menyumbangkan volume ekspor sebesar 165.306 ton dengan porsi
sebanyak 13,54 persen. Selanjutnya provinsi Sumatera Utara dengan pelabuhan Belawan
yang menyumbang volume ekspor sebesar 80.996 ton dengan porsi 6,63 persen.
Performa historis dari berbagai provinsi pengekspor komoditas perikanan di
Indonesia dapat diamati pada tabel 7.6, yang menyajikan data volume ekspor hasil
perikanan menurut provinsi. Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata pertumbuhan volume
ekspor hasil perikanan Jawa Timur pada tahun 2017 – 2021 adalah sebesar 2,80 persen per
tahun. Namun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, volume ekspor Jawa Timur turun -
3,17 persen. Volume ekspor hasil perikanan Jawa Timur tahun 2017 sebesar 312,90 ribu
ton, naik menjadi 348,00 ribu ton pada tahun 2021. Sementara DKI Jakarta pada tahun 2017
– 2021 mempunyai rata-rata pertumbuhan volume ekspor hasil perikanan sebesar 2,34
persen per tahun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ekspor komoditas perikanan
DKI Jakarta juga turun -5,03 persen. Pada tahun 2017 volume ekspor hasil perikanan DKI
Jakarta sebesar 251,26 ribu ton, meningkat menjadi 274,78 ribu ton pada tahun 2021.
Tabel 8.6 Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 - 2021
Satuan: Ton
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Provinsi Asal 2017 2018 2019 2020 20211)
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Jawa Timur 312,901 328,960 339,466 359,395 348,003 -3.17 2.80
2 DKI Jakarta 251,258 249,153 265,205 289,335 274,776 -5.03 2.34
Sulawesi
3 102,033 121,904 140,547 145,058 165,306 13.96 15.50
Selatan
4 Sumatera Utara 69,787 78,149 89,363 117,035 80,996 -30.79 4.02
5 Jawa Barat 67,842 60,941 71,613 75,626 73,280 -3.10 2.00
6 Jawa Tengah 49,072 53,472 58,247 58,373 51,505 -11.77 1.24
7 Banten 27,231 31,520 37,123 42,640 46,798 9.75 17.96
Kalimantan
8 32,992 50,228 47,211 30,968 32,390 4.59 -0.46
Utara
9 Lampung 25,195 25,643 21,675 26,571 31,162 17.28 5.92
10 Bali 27,553 27,377 22,117 21,174 23,338 10.22 -3.83
11 Lainnya 112,242 98,723 91,630 96,673 93,238 -3.55 -4.23
Total 1,078,107 1,126,068 1,184,196 1,262,848 1,220,793 -3.33 3.31
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
87
Sebaliknya, Sulawesi Selatan pada tahun 2017 – 2021 mempunyai rata-rata
pertumbuhan volume ekspor hasil perikanan sebesar 15,50 persen per tahun. Bahkan,
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ekspor hasil perikanan Sulawesi Selatan mampu
naik 13,96 persen. Pada tahun 2017 volume ekspor hasil perikanan Sulawesi Selatan
sebanyak 102,03 ribu ton, meningkat menjadi 165,31 ribu ton pada tahun 2021.
Sedangkan apabila ditinjau berdasarkan nilai ekspor hasil perikanan, 5 (lima) provinsi
yang mendominasi nilai ekspor hasil perikanan adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah (Tabel 8.7).
Tabel 8.7 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 - 2021
Satuan: 000 US$
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Provinsi Asal 2017 2018 2019 2020 20211)
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Jawa Timur 1,452,495 1,553,780 1,542,453 1,617,497 1,781,875 10.16 5.67
2 DKI Jakarta 820,178 905,826 975,891 1,092,857 1,105,559 1.16 8.70
Sulawesi
3 235,539 300,440 350,776 343,794 430,826 25.32 20.73
Selatan
4 Sumatera Utara 365,592 364,306 372,528 422,474 394,241 -6.68 1.96
5 Jawa Tengah 241,494 260,441 244,737 223,544 341,600 52.81 10.36
6 Banten 232,511 251,361 269,782 326,950 340,868 4.26 11.65
7 Lampung 237,602 234,188 191,280 249,181 297,086 19.23 6.26
8 Jawa Barat 255,596 244,210 245,840 228,480 286,230 25.28 3.00
9 Bali 155,593 178,406 152,887 135,514 150,947 11.39 -0.75
Kalimantan
10 123,217 158,825 170,786 129,132 142,846 10.62 3.98
Utara
11 Lainnya 838,140 869,110 895,657 863,967 944,265 9.29 3.17
Total 4,524,416 4,860,904 4,935,965 5,205,214 5,716,370 9.82 6.59
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam
persen
Sumber: BPS, diolah

Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi penyumbang nilai ekspor hasil perikanan
tertinggi secara nasional pada tahun 2021, yaitu sebesar 1,78 milyar US$. Nilai tersebut
terutama disumbangkan oleh komoditas udang sebesar 1,08 milyar US$, diikuti komoditas
tuna, tongkol, dan cakalang sebesar 278,59 juta US$, dan rajungan-kepiting sebesar 208,23
juta US$. Sedangkan jika dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat
menjadi negara tertinggi dalam memberikan nilai ekspor hasil perikanannya, yaitu sebesar
1,10 milyar US$. Peringkat kedua ditempati oleh negara Jepang dengan nilai sebesar
341,34 juta US$, dan disusul oleh negara China sebesar 214,14 juta US$.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
88
DKI Jakarta
Pada tahun 2021, DKI Jakarta menyumbang ekspor komoditas perikanan sebanyak
1,10 milyar US$. Komoditas perikanan yang menyumbangkan nilai ekspor hasil perikanan
tertinggi adalah udang dengan nilai 835,82 juta US$. Posisi kedua ditempati oleh komoditas
cumi-sotong-gurita sebesar 412,35 juta US$. Sealnjutnya diikuti oleh komoditas tuna,
tongkol, dan cakalang diurutan ketiga dengan senilai 343,06 juta US$. Negara tujuan yang
memberikan sumbangan nilai ekspor hasil perikanan terbesar DKI Jakarta pada tahun 2021
adalah Amerika Serikat dengan nilai sebesar 992,29 juta US$. Urutan kedua negara tujuan
ekspor adalah China 456,76 juta US$. Selanjutnya diikuti oleh Jepang dengan nilai ekspor
sebesar 137,20 juta US$.
Sulawesi Selatan
Kontribusi nilai ekspor hasil perikanan Sulawesi Selatan pada tahun 2021 adalah
sebesar 430,83 juta US$. Komoditas yang menyumbangkan nilai ekspor tertinggi adalah
rumput laut dengan nilai sebesar 161,30 juta US$. Posisi kedua ditempati oleh komoditas
udang sebesar 33,12 juta US$. Selanjutnya, komoditas hati-telur ikan diurutan ketiga
dengan nilai sebesar 13,91 juta US$. Negara tujuan yang memberikan sumbangan nilai
ekspor hasil perikanan terbesar Sulawesi Selatan adalah China, dengan nilai ekspor
sebesar 173,12 juta US$. Urutan kedua ditempati oleh Jepang dengan nilai ekspor sebesar
36,64 juta US$. Selanjutnya, diikuti oleh negara Korea Selatan dengan nilai ekspor sebesar
4,52 juta US$..
Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2021 memberikan kontribusi nilai ekspor hasil
perikanan sebesar 394,24 juta US$. Komoditas yang menyumbangkan nilai ekspor hasil
perikanan tertinggi adalah udang dengan nilai sebesar 111,93 juta US$. Posisi kedua
ditempati oleh tilapia dengan nilai ekspor sebesar 64,72 juta US$. Selanjutnya diikuti
komoditas cumi-sotong-gurita diurutan ketiga dengan nilai ekspor sebesar 63,90 juta US$.
Negara tujuan yang memberikan sumbangan nilai ekspor hasil perikanan terbesar bagi
Sumatera Utara adalah Amerika Serikat, dengan nilai sebesar 204,48 juta US$. Urutan
kedua ditempati oleh Thailand dengan nilai ekspor sebesar 34,56 juta US$. Kemudian diikuti
oleh negara Italia sebesar 26,65 juta US$.
Jawa Tengah
Pada tahun 2021, Jawa Tengah memberikan kontribusi nilai ekspor hasil perikanan
Indonesia sebesar 341,60 juta US$. Komoditas yang menyumbangkan nilai ekspor tertinggi
bagi Jawa Tengah adalah rajungan-kepiting dengan nilai sebesar 113,12 juta US$. Posisi
kedua ditempati oleh komoditas udang sebesar 41,97 juta US$. Selanjutnya diikuti
komoditas cumi, sotong, dan gurita diurutan ketiga dengan nilai ekspor sebesar 17,55 juta
US$. Negara tujuan yang memberikan sumbangan nilai ekspor hasil perikanan terbesar
bagi Jawa Tengah adalah Amerika Serikat, dengan nilai sebesar 126,05 juta US$. Urutan
kedua ditempati oleh Jepang dengan nilai ekspor sebesar 44,98 juta US$. Selanjutnya
diikuti oleh China dengan nilai ekspor sebesar 22,20 juta US$.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
89
8.3.3 Ekspor Hasil Perikanan Menurut Negara Tujuan
Berdasarkan volume ekspor hasil perikanan, pada tahun 2017 – 2021 tujuan ekspor
hasil perikanan Indonesia banyak didominasi ke China, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia,
dan Thailand. China menjadi negara tujuan ekspor dengan volume ekspor hasil perikanan
tertinggi sepanjang tahun 2017 – 2021. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor hasil
perikanan ke negara tujuan China dari 2017 – 2021 sebesar 12,88 persen. Namun sejak
setahun terakhir, volume ekspor ke China mengalami perlambatan, yakni sebesar 1,30
persen. Pada tahun 2017 volume ekspor hasil perikanan ke negara tujuan China sebesar
282,50 ribu ton, meningkat menjadi 428,06 ribu ton pada tahun 2021. Setahun sebelumnya,
volume ekspor membukukan angka 422,56 ribu ton.
Sementara itu, rata-rata pertumbuhan volume ekspor hasil perikanan ke Amerika
Serikat tahun 2017 – 2021 sebesar 10,38 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya,
pertumbuhan volume ekspor juga identik di angka 10,43 persen. Volume ekspor hasil
perikanan ke Amerika Serikat tahun 2017 sebesar 186,03 ribu ton, meningkat menjadi
263,24 ribu ton pada tahun 2021.
Tabel 8.8 Volume Ekspor Hasil Perikanan Menurut Negara Tujuan, 2017 - 2021
Satuan: Ton
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Negara Tujuan 2017 2018 2019 2020 20211)
2017-
2020-20211)
20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 China 282,501 365,411 405,955 422,565 428,056 1.30 12.88
2 United States 186,029 197,487 210,990 238,390 263,245 10.43 10.38
3 Japan 120,888 108,586 120,236 99,767 95,401 -4.38 -5.27
4 Malaysia 54,719 59,995 65,356 71,412 65,670 -8.04 5.00
5 Thailand 73,250 57,917 54,403 98,332 54,279 -44.80 -6.47
6 Viet Nam 86,793 51,301 44,705 41,510 43,431 4.63 -12.49
7 Taiwan 39,865 37,980 38,497 40,908 34,662 -15.27 -3.26
8 Singapore 32,016 31,756 29,661 29,521 28,185 -4.53 -2.99
Korea, Republic
9 19,677 27,016 27,330 27,407 22,818 -16.74 3.99
Of
10 Italy 19,230 21,795 19,268 17,343 21,856 26.03 3.41
11 Lainnya 163,139 166,825 167,797 175,693 163,189 -5.19 0.53
Total 1,078,107 1,126,068 1,184,196 1,262,848 1,220,793 -3.33 3.31
1) 2)
Ket: Angka Sementara dalam
persen
Sumber: BPS, diolah

Selanjutnya, Jepang merupakan negara tujuan ekspor komoditas perikanan yang


cukup besar. Namun demikian, volume ekspor ke Jepang sejak tahun 2017 cenderung
menurun. rata-rata pertumbuhan volume ekspor hasil perikanan ke Jepang tahun 2017 –
2021 menyusut sebesar -5,27 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
pertumbuhan volume ekspor juga menurun sebesar -4,38 persen. Volume ekspor hasil

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
90
perikanan 2017 tercatat sebesar 120,89 ribu ton, turun menjadi 95,40 ribu ton pada tahun
2021. angka ini pun masih lebih rendah apabila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
99,77 ribu ton. Selengkapnya, volume ekspor hasil perikanan berdasarkan negara tujuan
dapat dilihat pada tabel 7.8.
Berdasarkan nilai ekspor hasil perikanan, Amerika Serikat menempati posisi teratas
sebagai negara tujuan ekspor hasil perikanan nasional. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor
hasil perikanan ke Amerika Serikat selama tahun 2017 – 2021 tercatat sebesar 9,86 persen.
Bahkan dalam setahun terakhir, nilai ekspor meningkat tajam sebesar 20,81 persen. Pada
tahun 2017, nilai ekspor hasil perikanan ke Amerika Serikat sebesar 1,81 milyar US$
meningkat menjadi 2,53 milyar US$ pada tahun 2021. Pada tahun 2020, nilai ekspor yang
dibukukan mencapai 2,10 milyar US$.
Tabel 8.9 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Negara Tujuan, 2017 - 2021

Satuan: 000 US$


Pertumbuhan rata-
Negara rata2)
No 2017 2018 2019 2020 20211)
Tujuan
2020-20211) 2017-20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 United States 1,816,362 1,876,897 1,828,979 2,096,627 2,532,998 20.81 9.86
2 China 447,503 675,981 828,364 817,367 890,144 8.90 24.73
3 Japan 672,438 676,582 665,191 608,939 621,013 1.98 -1.91
4 Vietnam 183,875 144,090 157,541 171,597 150,596 -12.24 -4.52
5 Thailand 162,640 147,062 133,967 199,004 138,190 -30.56 -3.76
6 Taiwan 107,271 118,224 132,311 154,959 132,715 -14.36 5.93
7 Malaysia 114,373 114,883 137,202 133,687 128,703 -3.73 3.13
8 Italy 104,449 126,915 111,447 92,567 127,670 37.92 5.56
9 Australia 68,120 69,604 80,387 80,809 100,485 24.35 11.88
10 Singapore 88,189 93,436 92,494 88,952 95,954 7.87 2.20
11 Lainnya 759,196 817,230 768,082 760,704 797,905 4.89 1.27
Total 4,524,416 4,860,904 4,935,965 5,205,214 5,716,370 9.82 6.59
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan nilai ekspor hasil perikanan ke China tahun
2017 – 2021 mencapai 24,73 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan nilai
ekspor juga cukup tinggi di angka 8,90 persen. Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2017
tercatat sebesar 447,50 juta US$, meningkat dua kali lipat menjadi 890,14 juta US$ pada
tahun 2021. Sedangkan nilai ekspor hasil perikanan pada tahun 2020 berada pada kisaran
817,37 juta US$.
Selanjutnya, rata-rata pertumbuhan nilai ekspor hasil perikanan ke Jepang selama
2017 – 2021 menunjukkan penurunan. Tercatat pertumbuhan ekspor pada kurun waktu
tersebut -1,91 persen. Namun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kinerja ekspor naik
1,98 persen. Meskipun rata-rata pertumbuhan nilai ekspor ke Jepang relatif kecil, Namun

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
91
secara absolut nilai ekspor ke Jepang cukup besar, dengan menduduki peringkat ketiga
setelah Amerika Serikat dan China. Pada tahun 2017 nilai ekspor hasil perikanan ke Jepang
sebesar 672,44 juta US$, turun menjadi 621,01 juta US$ pada tahun 2021. Sementara pada
tahun 2020, nilai ekspor mencapai angka 608,94 juta US$.
Sementara itu, Vietnam menduduki peringkat keempat pada kontribusi terhadap nilai
ekspor hasil perikanan Indonesia selama tahun 2017 – 2021. Namun dalam lima tahun
terakhir dan setahun terakhir, pertumbuhan ekspor haisl perikanan selalu negatif. Rata-rata
pertumbuhan nilai ekspor hasil perikanan ke Vietnam selama tahun 2017 – 2021 adalah
sebesar -4,52 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan nilai ekspor
bahkan -12,24 persen. Pada tahun 2017 nilai ekspor tercatat sebesar 183,88 juta US$, turun
menjadi 150,60 juta US$ pada tahun 2021. Nilai ekspor tahun 2020 masih tercatat lebih
tinggi, sebesar 171,60 juta US$.
8.3.4 Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Volume impor hasil perikanan nasional, cenderung menurun dalam beberapa tahun
terakhir. Dengan penurunan volume impor, maka surplus neraca perdagangan sektor
perikanan dipastikan bertambah. Pada perkembangan selanjutnya, penurunan impor hasil
perikanan ini diharapkan mampu memacu pertumbuhan produksi hasil perikanan serupa di
dalam negeri, misalnya pakan ikan dan obat-obatan. Dengan demikian, pertumbuhan
industri tersebut akan mampu menciptakan multiplier effect berupa naiknya potensi ekspor
sekaligus berkurangnya ekspor produk serupa.
Tabel 8.10 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama, 2017 - 2021
Satuan: Ton
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Komoditas Utama 2017 2018 2019 2020 20211)
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Tepung Ikan -Pellet-Makanan
1 104,103 129,610 150,883 143,069 115,168 -19.50 2.66
Ikan
2 Makarel 106,721 79,579 52,648 27,588 52,478 90.22 -12.71
3 Tuna-Tongkol -Cakalang 6,219 16,240 28,567 38,059 25,323 -33.46 76.80
4 Lemak-Minyak Ikan 12,193 13,053 13,655 9,503 9,125 -3.98 -6.29
5 Rajungan-Kepiting 4,832 5,624 6,596 5,423 8,060 48.62 16.70
6 Sarden-Sardinella 45,756 29,723 8,290 21,733 7,683 -64.65 -20.80
7 Cumi-Sotong-Gurita 2,577 2,263 3,115 2,100 5,705 171.73 30.35
8 Udang 1,817 771 2,455 3,238 5,643 74.31 52.65
9 Cod 126 143 1,556 3,119 5,588 79.16 1081.61
10 Salmon 4,252 3,574 4,388 2,876 4,877 69.58 3.68
11 Komoditas Lainnya 23,819 23,537 23,915 20,807 28,612 37.51 5.03
Total 312,415 304,117 296,068 277,514 268,264 -3.33 -3.53
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
92
Volume impor sejak tahun 2017 – 2021 menurun sebesar -3,53 persen. Demikian
juga dalam setahun terakhir menurun -3,33 persen. Pada tahun 2017, volume impor hasil
perikanan mencapai 312,41 ribu ton. Angka ini terus menurun sampai dengan tahun 2021
dengan volume 268,26 ton. Setahun sebelumnya volume ismpor masih berada pada
kisaran 277,51 ton. Komoditas yang banyak diimpor adalah tepung ikan-pellet-makanan
ikan, makarel dan tuna-tongkol-cakalang. Namun yang paling pesat pertumbuhan impornya
adalah Cod.
Walaupun secara umum kecenderungan volume impor menurun, namun volume
impor komoditas tepung ikan-pellet-makanan ikan masih naik dalam beberapa tahun
terakhir. Sejak 2017 – 2021, impor tepung ikan-pellet-makanan ikan naik rata-rata 2,66
persen. Namun terjadi penurunan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yakni 19,50 persen. Pada tahun 2017, Indonesia mengimpor tepung ikan-
pellet-makanan ikan sebanyak 104,10 ribu ton, naik menjadi 115,17 ribu ton pada tahun
2021. Sedangkan pada tahun 2020, volume impor masih berada pada angka 143,07 ribu
ton.
Sebaliknya, komoditas makarel cenderung menurun volume impornya dalam sejak
2017 – 2021 sebesar -12,71 persen, namun dalam setahun terakhir volume impornya naik
drastis sebesar 90,22 persen. Pada tahun 2017, volume impor makarel berada pada angka
106,72 ribu ton, turun menjadi 27,89 ribu ton pada tahun 2020. Selanjutnya pada tahun 2021
volume impor naik menjadi 52,48 ribu ton.
Selanjutnya, komoditas tuna-tongkol-cakalang juga membukukan volume impor yang
cukup tinggi. Sejak tahun 2017 – 2021, volume impor naik drastis dengan rata-rata kenaikan
76,80 persen. Namun dalam setahun terakhir kinerja volume impornya justru turun tajam
sebesar -33,46 persen. Pada tahun 2017, volume impor tuna-tongkol-cakalang mencapai
6,22 ribu ton. Angka ini naik menjadi 25,32 ribu ton pada tahun 2021. Sementara pada tahun
2020 volume impornya tercatat sebesar 38,06 ton.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
93
Tabel 8.11 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama, 2017 - 2021

Satuan: 000 US$


Pertumbuhan rata-
rata2)
No Komoditas Utama 2017 2018 2019 2020 20211)
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Tepung Ikan -Pellet-Makanan
1 88,914 97,777 98,298 105,769 85,945 -18.74 -0.83
Ikan
2 Rajungan-Kepiting 57,073 68,951 71,928 56,047 77,000 37.39 8.73
3 Makarel 93,960 75,382 56,963 35,870 66,350 84.97 -7.35
4 Udang 17,875 11,086 23,262 26,191 41,939 60.13 33.66
5 Tuna-Tongkol -Cakalang 11,322 31,274 48,718 57,203 40,071 -29.95 63.48
6 Salmon 32,481 29,303 31,799 15,732 37,883 140.80 4.16
7 Cod 693 1,225 5,885 10,843 20,005 84.50 696.74
8 Cumi-Sotong-Gurita 5,913 6,091 9,383 6,509 15,843 143.39 41.98
9 Lemak-Minyak Ikan 20,564 22,950 20,586 16,125 15,624 -3.10 -6.01
10 Rumput Laut 7,956 16,769 16,210 13,384 14,611 9.17 20.91
11 Komoditas Lainnya 96,789 99,181 93,622 84,505 84,701 0.23 -3.12
Total 433,540 459,988 476,653 428,177 499,973 16.77 3.83
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Penurunan volume impor komoditas perikanan nyatanya tidak berbanding lurus pad
nilai impor. Justru nilai impor komoditas perikanan naik sejak tahun 2017 – 2021 sebesar
3,83 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai impor komoditas
perikanan naik cukup tajam sebesar 16,77 persen. Beberapa komoditas yangnaik tajam
dalam kurun waktu 2017 – 2021 diantaranya udang, tuna-tongkol-cakalang, cod, dan cumi-
sotong-gurita. Dalam kurun waktu tersebut, nilai impor udang dan tuna-tongkol-cakalang
naik masing-masing sebesar 33,66 persen dan 63,48 persen. Sedangkan cod dan cumi-
sotong-gurita nilai impor naik masing-masing 696,74 persen dan41,98 persen.
Namun, kontibusi nilai impor yang terbesar disumbang oleh tepung ikan-pellet-
makanan ikan, rajungan-kepiting, dan makarel. Ketiga komoditas tersebut menyumbang
porsi impor komoditas perikanan sebesar 45,86 persen. Dalam setahun terakhir, nilai impor
tepung ikan-pellet-makanan ikan turun -18,74 persen dengan nilai impor 85,94 ribu ton pada
tahun 2021. Sementara rajungan-kepiting nilai impornya pada tahun 2021 mencapai 77,00
ribu ton, naik 37,39 persen dibanding tahun sebelumnya. Dan makarel dengan nilai impor
66,35 ribu ton pada tahun 2021. Naik 84,97 persen dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
8.3.5 Impor Hasil Perikanan Menurut Provinsi
Kegiatan impor hasil perikanan pada tahun 2017 sampai 2021 umumnya masuk
melalui Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Tengah. Hal
ini terlihat dari kesiapan infrastruktur dan besarnya kapasitas pelabuhan yang dimiliki oleh
provinsi-provinsi tersebut untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Seperti halnya DKI

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
94
Jakarta yang mempunyai Pelabuhan Tanjung Priok, Jawa Timur dengan pelabuhan Tanjung
Perak, Sumatera Utara yang terkenal dengan Pelabuhan Belawan, Lampung yang
mempunyai Pelabuhan Panjang, dan Jawa Tengah yang mempunyai Pelabuhan Tanjung
Emas. Pelabuhan-pelabuhan tersebut menjadi pintu masuk kegiatan impor hasil perikanan
di Indonesia.
Tabel 8.12 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 - 2021
Satuan: Ton
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Provinsi Masuk 2017 2018 2019 2020 20211)
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 DKI Jakarta 101,994 104,655 132,666 137,043 140,078 2.21 9.33
2 Jawa Timur 117,311 104,325 85,832 72,774 62,065 -14.72 -11.77
3 Sumatera Utara 58,506 60,427 55,571 49,836 37,686 -24.38 -8.90
4 Lampung 9,577 12,814 8,544 8,352 13,620 63.09 10.56
5 Jawa Tengah 17,532 17,234 10,778 7,352 10,941 48.81 -9.40
6 Kepulauan Riau 4,540 1,884 1,309 1,586 3,199 101.67 -7.38
Sulawesi
7 192 147 459 201 554 175.39 47.17
Selatan
8 Riau 0 21 0 18 90 397.40 22484.75
9 Sulawesi Utara 184 11 54 115 25 -78.54 -21.65
10 Bali 84 62 74 6 5 -4.44 -23.40
11 Lainnya 2,496 2,536 781 231 0 -99.84 -25.00
Total 312,415 304,117 296,068 277,514 268,264 -3.33 -3.53
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Tahun 2021, volume impor hasil perikanan melalui DKI Jakarta meningkat sebesar
2,21 persen. Demikian juga apabila dilihat pada kurun waktu 2017 – 2021, cenderung naik
lebih tinggi dengan rata-rata sebesar 9,33 persen. Volume impor hasil perikanan yang
melalui DKI Jakarta pada tahun 2017 sebesar 101,99 ribu ton, meningkat menjadi 140,08
ribu ton pada tahun 2021. Pada tahun 2020, volume impor yang masuk mencapai 137,04
ribu ton.
Sebaliknya, Jawa Timur merupakan Provinsi kedua terbesar setelah DKI Jakarta
sebagai pintu masuk kegiatan importasi hasil perikanan. Namun, volume impor hasil
perikanan yang masuk pada tahun 2021 turun sebesar -14,72 persen. Bahkan, dalam kurun
waktu 2017 – 2021 volume impor melalui Jawa Timur cenderung menurun rata-rata -11,77
persen per tahun. Volume impor hasil perikanan yang masuk melalui jawa Timur pada tahun
2017 sebesar 117,31 ribu ton, turun menjadi 72,77 ribu ton pada tahun 2020. Selanjutnya
turun lagi menjadi 62,06 ribu ton pada tahun 2021.
Demikian juga dengan Provinsi Sumatera Utara. Volume ekspor yang melalui provinsi
ini berada pada urutan ketiga terbesar sebagai pintu masuk komoditas impor hasil

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
95
perikanan. Namun volume ekspornya terus merosot sejak tahun 2017 dengan penurunan
rata-rata -8,9 persen. Bahkan dibandingkan dengan tahun sebelumny, penurunannya lebih
tajam sebesar -24,38 persen. Pada tahun 2017, volume impor hasil perikanan yang masuk
melalui Sumatera Utara sebesar 58,51 ribu ton merosot menjadi 49,86 ribu ton pada tahun
2020. Penurunan berlanjut pada tahun 2021 menjadi 37,69 ribu ton.
Tabel 8.13 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Provinsi, 2017 - 2021
Satuan: 000 US$

Pertumbuhan rata-rata2)
No Provinsi Masuk 2017 2018 2019 2020 20211)
2020-20211) 2017-20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 DKI Jakarta 177,097 199,400 237,132 206,650 240,539 16.40 8.96
2 Jawa Timur 167,201 180,135 170,090 153,263 161,664 5.48 -0.83
3 Lampung 12,783 17,358 14,270 18,936 35,395 86.91 44.22
4 Sumatera Utara 43,048 36,516 30,706 29,897 31,962 6.91 -6.44
5 Jawa Tengah 18,439 18,641 15,601 11,266 18,498 64.19 0.08
6 Kepulauan Riau 10,085 4,567 4,510 4,738 7,953 67.86 -5.28
7 Sulawesi Selatan 1,139 262 1,349 1,980 3,407 72.05 49.76
8 Bali 1,332 1,635 1,693 453 358 -20.99 -18.29
Nusa Tenggara
9 40 58 16 108 95 -12.02 34.92
Barat
10 Riau 5 19 0 19 94 401.92 432.77
11 Lainnya 2,371 1,397 1,287 866 8 -99.07 -24.92
Total 433,540 459,988 476,653 428,177 499,973 16.77 3.83
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Dilihat dari sisi nilai impor hasil perikanan, maka kondisinya akan berbanding terbalik
dengan volume impor hasil perikanan. Nilai impor hasil perikanan cenderung meningkat
sejak tahun 2017. Dalam periode 2017-2021 nilai impor meningkat rata-rata sebesar 3,83
persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka meningkat cukup tajam
16,77 persen. Pada tahun 2017, nilai impor mencapai 433,54 juta US$, naik menjadi 428,18
juta US$. Selanjutnya, pada tahun 2021 nilai impor meningkat lagi menjadi 499,97 juta US$.
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur masih dominan dalam hal nilai impor komoditas
perikanan yang masuk. Kedua provinsi ini bahkan memiliki andil sebesar 80,44 persen dari
seluruh nilai impor komoditas perikanan yang masuk di Indonesia. Nilai impor hasil
perikanan yang melalui DKI Jakarta pada tahun 2017 sebesar 177,10 juta US$, meningkat
menjadi 240,54 juta US$ pada tahun 2021, dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar
8,96 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang pada saat itu nilai impor
sebesar 206,65 juta US$, maka terjadi peningkatan cukup tajam sebesar 16,40 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
96
Sementara itu, nilai impor hasil perikanan yang melalui Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2017 sebesar 167,20 juta US$ menurun menjadi 161,66 juta US$ pada tahun 2021
dengan penurunan rata-rata sebesar -0,83 persen. Namun apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, dimana nilai impor pada saat itu sebesar 153,26 juta US$, maka terjadi
pertumbuhan ekspor sebesar 5,48 persen.
Tabel 8.14 Volume Impor Hasil Perikanan Menurut Negara Asal, 2017 - 2021
Satuan: Ton
Pertumbuhan rata-
rata2)
No Negara Asal 2017 2018 2019 2020 20211)
2017-
2020-20211)
20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 China 106,759 86,834 76,914 36,056 48,163 33.58 -13.72
2 Netherlands 865 665 19,878 62,494 37,361 -40.22 1054.99
Korea, Republic
3 31,316 30,706 28,689 32,736 35,370 8.05 3.24
Of
4 Thailand 13,959 26,362 16,555 15,977 13,043 -18.37 -1.64
5 Japan 11,450 8,182 6,016 9,544 10,899 14.19 -1.20
6 Norway 9,177 9,720 9,690 8,159 9,831 20.50 1.78
7 Chile 10,084 10,897 9,836 9,221 9,414 2.10 -1.66
8 United Kingdom 27 24 5,349 1,523 9,106 497.84 8278.77
9 Pakistan 16,802 16,657 7,070 18,685 8,077 -56.77 -12.98
10 Denmark 179 132 254 1,344 7,939 490.59 1083.49
11 Lainnya 111,797 113,936 115,817 81,774 79,061 -3.32 -7.32
Total 312,415 304,117 296,068 277,514 268,264 -3.33 -3.53
Ket: 1) Angka Sementara 2)
dalam persen
Sumber: BPS, diolah

8.3.6 Impor Hasil Perikanan Menurut Negara Asal


Volume impor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2017 – 2021 banyak didominasi
oleh komoditas hasil perikanan yang berasal dari negara China, Belanda, dan korea
Selatan. Tahun 2021, volume impor hasil perikanan dari China tumbuh 33,58 persen
dibandingkan dengan tahun 2020 yang volume impornya waktu itu sebesar 36,06 ribu ton.
Namun apabila diamati sejak tahun 2017, maka terjadi penyusutan volume impor rata-rata
sebesar -13,72 persen. Volume impor pada tahun 2017 mencapai 106,76 ribu ton,
sedangkan pada tahun 2021 volume impor hasil perikanan dari China menyusut menjadi
48,16 ribu ton.
Sejalan dengan pertumbuhan volume impor, nilai impor hasil perikanan dari China
juga tumbuh sebesar 23,37 persen pada tahun 2021 dengan nilai impor mencapai 70,61 juta
US$. Dibandingkan dengan nilai impor tahun 2020 sebesar 57,24 ribu US$. Namun apabila
diamati sejak tahun 2017 dimana pada saat itu nilai impor mencapai 96,19 ribu US$,
pertumbuhan nilai impor hasil perikanan dari China menyusut rata-rata -6,65 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
97
Tabel 8.15 Nilai Impor Hasil Perikanan Menurut Negara Asal, 2017 - 2021
Satuan: 000 US$
Pertumbuhan rata-
1) rata2)
No Negara Asal 2017 2018 2019 2020 2021
2020- 2017-
20211) 20211)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 China 96,186 95,398 94,496 57,238 70,614 23.37 -6.65
Korea, Republic
2 28,265 31,008 27,846 36,624 40,803 11.41 11.09
Of
3 Australia 13,999 10,432 10,222 7,786 32,587 318.50 33.20
4 United States 37,304 43,843 39,912 41,899 32,461 -22.52 -3.25
5 Norway 39,055 43,352 49,078 36,753 27,917 -24.04 -7.13
6 Argentina 6,034 4,287 14,300 13,753 25,810 87.67 81.94
Russia
7 5,160 10,453 9,919 9,796 22,441 129.08 83.72
Federation
8 Japan 19,067 23,251 15,324 18,247 20,951 14.82 2.47
9 Thailand 15,406 22,142 14,216 14,490 19,419 34.02 6.51
10 Canada 31,345 25,952 31,329 9,751 19,039 95.26 -9.81
11 Lainnya 141,719 149,872 170,012 181,841 187,930 3.35 8.15
Total 433,540 459,988 476,653 428,177 499,973 16.77 3.83

Ket: 1) Angka Sementara 2)


dalam persen
Sumber: BPS, diolah

Sementara itu, komoditas hasil perikanan yang diimpor dari Belanda pada tahun 2021
jumlahnya cukup besar, bahkan menduduki peringkat kedua sebagai negara asal volume
impor komoditas perikanan terbanyak. Namun, banyaknya volume impor ini ternyata tidak
sebanding dengan nilai impornya, yang bahkan tidak menempati peringkat sepuluh besar
nilai impor komoditas perikanan. Tercatat, pada tahun 2017 volume impor sebesar 865 ton,
tumbuh menjadi 37,36 ribu ton pada tahun 2021. Dengan demikian, terjadi pertumbuhan
rata-rata impor dalam kurun waktu tersebut sebesar 1054,99 persen. Volume impor tertinggi
terjadi pada tahun 2020 dengan volume impor sebanyak 62,49 ribu ton. Sehingga dalam
setahun terakhir, terjadi penurunan volume impor hasil perikanan sebesar -40,22 persen.
Selanjutnya, volume impor hasil perikanan dari Korea Selatan cenderung meningkat.
Sejak tahun 2017, volume impor tumbuh dari 31,32 ribu ton menjadi 35,37 ribu ton pada
tahun 2021. Artinya dalam sejak tahun 2017-2021 terjadi pertumbuhan rata-rata volume
impor hasil perikanan sebesar 3,24 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
volume ekspor juga naik sebesar 8,05 persen dengan volume impor pada waktu itu
mencapai 32,74 ribu ton.
Nilai impor hasil perikanan dari Korea Selatan pun, kinerjanya cukup mengesankan.
Pada tahun 2021, nilai impor merupakan terbanyak kedua, dengan nilai impor mencapai
40,80 juta US$. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai impor tumbuh sebesar 11,41

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
98
persen dengan nilai impor pada waktu itu sebesar 36,62 juta US$. Apabila diamati sejak
tahun 2017, maka pertumbuhan rata-rata nilai impor sebesar 11,09 persen. Pada tahun
2017, nilai impor komoditas perikanan tercatat sebesar 28,26 juta US$.
Australia dan Amerika Serikat merupakan dua negara asal impor komoditas
perikanan yang nilainya cukup besar pada tahun 2021. Namun berkebalikan dengan
Belanda, volume impor kedua negara tersebut tidak cukup besar untuk menduduki sepuluh
besar negara dengan volume impor terbanyak. Tercatat, sebanyak 32,59 juta US$ impor
komoditas perikanan berasal dari Australia. Dalam setahun terakhir, nilai impor tumbuh
318,50 persen dibanding tahun sebelumnya dengan nilai impor 7,79 juta US$. Apabila
dirunut sejak tahun 2017 dimana nilai impor sebesar 14,00 juta US$, maka rata-rata nilai
impor tumbuh 33,20 persen.
Sementara itu, Amerika Serikat mencatatkan pemasukan dari komoditas Perikanan
sebesar 32,46 juta US$. Namun, nilai impor dari tahun ke tahun cenderung merosot. Dalam
setahun terakhir, penyusutan nilai impor yang diterima Amerika Serikat sebesar -22,52
persen, dimana pada waktu itu jumlah impor yang dibukukan mencapai 41,90 juta US$.
Demikian juga ketika diamati sejak tahun 2017. Pertumbuhan impor komoditas perikanan
cenderung negatif. Tercatat dalam kurun waktu 2017 – 2021 rata-rata penyusutan nilai impor
sebesar -3,25 persen, dengan nilai impor pada waktu itu sejumlah 37,30 juta US$.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
99
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
70
LUAS KAWASAN KONSERVASI 9
PERAIRAN YANG DIKELOLA
Indikator pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan berupa luas
kawasan konservasi perairan yang dikelola. Salah satu capaian kinerja indikator kinerja
utama (IKU) Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu luas kawasan konservasi perairan
yang dikelola secara berkelanjutan.
Catatan hingga akhir tahun 2021 ini menunjukkan bahwa telah teralokasi Kawasan
Konservasi seluas 28,4 juta hektar yang terdiri dari:
1. Kawasan Konservasi yang dikelola oleh KKP seluas 5,3 juta hektar (5.342.023 Ha) yang
tersebar di 10 kawasan.
2. Kawasan Konservasi yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanaan (KLHK) seluas 4,55 juta hektar (4.557.443 Ha) di 30 kawasan.
3. Kawasan Konservasi dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) seluas 18,5 juta hektar
(18.511.842 Ha) di 371 kawasan.
Sehingga jumlah total kawasan konservasi yang dikelola secara berkelanjutan pada
tahun 2021 sebesar 28,41 juta hektar, hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.1 sebagai berikut
Tabel 9.1 Jumlah dan Luas Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Tahun 2021

No Kawasan Konservasi Jumlah Luas (Ha)


Kawasan
1. Dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan 10 5.342.023,02
Taman Nasional Perairan 1 3.355.352,82
Suaka Alam Perairan 3 445.630,00
Taman Wisata Perairan 6 1.541.040,20
2. Dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan 30 4.557.443,30
Kehutanan
Taman Nasional Laut 7 3.968.975,30
Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00
Suaka Margasatwa Laut 4 5.400,00
Cagar Alam Laut 5 91.820,00
3. Dikelola oleh Pemerintah Daerah 371 18.511.842,49
Kawasan Konservasi Perairan Daerah 371 18.511.842,49
TOTAL 411 28.411.308,83
Sumber: Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, DJPRL 2021

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
101
9.1 KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL LAUT (TNL)
Tabel 9.2 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Nasional Laut Tahun 2021
No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)
1 DKI Jakarta 1 107.489
2 Jawa Tengah 1 110.117
3 Sulawesi Utara 1 89.065
4 Sulawesi Tengah 1 362.605
5 Sulawesi Selatan 1 530.765
6 Sulawesi Tenggara 1 1.315.434
7 Papua Barat 1 1.453.500
Total 7 3.968.975
Sumber: Ditjen PRL

Taman nasional laut yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan berjumlah 7 (tujuh) lokasi kawasan yang berada di 7 (tujuh) provinsi yaitu 1 (satu)
kawasan di Provinsi DKI Jakarta dengan luas 107.489 hektar, 1 (satu) kawasan di Provinsi
Jawa Tengah dengan luas 110.117 hektar, 1 (satu) kawasan di Provinsi Sulawesi Utara
dengan luas 89.065 hektar, 1 (satu) kawasan di Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas
362.605 hektar, 1 (satu) kawasan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas 530.765 hektar,
1 (satu) kawasan di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas 1,32 juta hektar dan 1 (satu)
kawasan di Provinsi Papua Barat dengan luas 1,45 juta hektar. Pada Gambar 9.1
menunjukkan presentase luas kawasan konservasi terbesar pada kawasan TNL yaitu
Provinsi Papua Barat sebesar 37 persen terhadap total luas kawasan konservasi taman
nasional laut, sedangkan presentase terendah pada kawasan TNL yaitu Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 2 persen terhadap total luas kawasan konservasi taman nasional laut.

Gambar 9.1 Presentase Luas Kawasan Taman Nasional Laut Terhadap Total Luas
Kawasan TNL Tahun 2021

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
102
9.2 KAWASAN KONSERVASI TAMAN WISATA ALAM LAUT (TWAL)
Tabel 9.3 menunjukkan jumlah kawasan konservasi taman wisata alam laut berjumlah
14 (empat belas) kawasan yang berlokasi di 7 (tujuh) provinsi. Pada Provinsi Aceh terdapat
2 (dua) kawasan dengan luas 231 ribu hektar, Provinsi Banten terdapat 1 (satu) kawasan
dengan luas 720 hektar, Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 2 kawasan dengan luas
8.600 hektar, Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 3 kawasan dengan luas 119 ribu
hektar, Provinsi Kalimantan Timur terdapat 1 kawasan dengan luas 280 hektar, Provinsi
Sulawesi Tenggara terdapat 2 kawasan dengan luas 118 ribu hektar, dan Provinsi Maluku
terdapat 3 kawasan dengan luas 13 ribu hektar.
Tabel 9.1 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Laut Tahun 2021
No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)
1 Aceh 2 231.400
2 Banten 1 720
3 Nusa Tenggara Barat 2 8.600
4 Nusa Tenggara Timur 3 119.350
5 Kalimantan Timur 1 280
6 Sulawesi Tenggara 2 117.800
7 Maluku 3 13.098
Total 14 491.248
Sumber: Ditjen PRL

Pada Gambar 9.2 menunjukkan Provinsi Aceh merupakan lokasi kawasan taman
wisata alam laut yang presentase luas kawasannya terbesar terhadap total luas taman
wisata alam laut yaitu sebesar 47,10 persen dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi
Tenggara, Nusa tenggara Timur, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur dan
Banten, dimana presentase terendah berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 0,06
persen.

Gambar 9.2 Presentase Luas Kawasan Taman Nasional Laut Terhadap Total Luas
Kawasan TNL Tahun 2021

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
103
9.3 KAWASAN KONSERVASI SUAKA MARGASATWA LAUT (SML)
Pada Tabel 9.4 menunjukkan ada 4 (empat) jumlah lokasi kawasan konservasi suaka
margasatwa alam laut yang berada di 4 (empat) Provinsi yaitu 1 (satu) lokasi kawasan di
Provinsi DKI Jakarta dengan luas 90 hektar, 1 (satu) lokasi di Provinsi Jawa Barat dengan
luas 90 hektar, 1 (satu) lokasi di Provinsi Kalimatan Timur dengan luas 220 hektar, dan 1
(satu) lokasi di Papua Barat dengan luas 5 ribu hektar.
Tabel 9.2 Jumlah Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Laut Tahun 2021
No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)
1 DKI Jakarta 1 90
2 Jawa Barat 1 90
3 Kalimantan Timur 1 220
4 Papua Barat 1 5.000
Total 4 5.400
Sumber: Ditjen PRL

Presentase luas kawasan konservasi suaka margasatwa laut di Provinsi Papua Barat
terhadap total luas kawasan konservasi sebesar 93 persen. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 9.3.

Gambar 9.3 Presentase Luas Kawasan Suaka Margasatwa Laut Terhadap Total Luas
Kawasan SML Tahun 2021

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
104
9.4 KAWASAN KONSERVASI CAGAR ALAM LAUT (CAL)
Tabel 9.5 Jumlah Kawasan Konservasi Cagar Alam Laut Tahun 2021

No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)


1 Lampung 1 11.200
2 Jawa Barat 2 1.620
3 Nusa Tenggara Timur 1 2.000
4 Kalimantan Barat 1 77.000
Total 5 91.820
Sumber: Ditjen PRL

Jumlah kawasan konservasi cagar alam laut berjumlah 5 (lima) lokasi yang berada di
4 (empat) Provinsi. Pada Provinsi Lampung dengan luas 11.200 hektar berjumlah 1 (satu)
lokasi, di Provinsi Jawa Barat berjumlah 2 (dua) lokasi dengan luas 1.620 hektar, 1 (satu)
lokasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 2.000 hektar, dan 1 (satu) lokasi di
Provinsi Kalimantan Barat dengan luas sebesar 77.000 hektar.

Gambar 9.4 Presentase Luas Kawasan Konservasi Cagar Alam Laut Terhadap Total
Luas Kawasan CAL Tahun 2021
Pada Gambar 9.4, presentase luas kawasan konservasi pada masing-masing
provinsi terhadap total luas kawasan konservasi tahun 2021 sebesar 83,9 persen berlokasi
di Provinsi Kalimantan Barat, 12,2 persen berlokasi di Provinsi Lampung, 2,2 persen
berlokasi di Nusa Tenggara Timur dan 1,8 persen berlokasi di Jawa Barat.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
105
9.5 KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL PERAIRAN (TNP)
Tabel 9.6 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Nasional Perairan Tahun 2021

Provinsi Jumlah Luas (Ha)


Nusa Tenggara Timur 1 3.355.353
Total 1 3.355.353
Sumber: Ditjen PRL

Luas kawasan konservasi taman nasional perairan sebesar 3,35 juta hektar yang
berlokasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur berjumlah 1 (satu) kawasan konservasi.

9.6 KAWASAN KONSERVASI SUAKA ALAM PERAIRAN (SAP)


Tabel 9.7 Jumlah Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Tahun 2021

No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)


1 Maluku 1 114.000
2 Papua Barat 2 331.630
Total 3 445.630
Sumber: Ditjen PRL

Luas kawasan konservasi suaka alam perairan sebesar 446 ribu hektar terbagi di 2
(dua) provinsi yaitu 1 (satu) lokasi kawasan konservasi berada di Provinsi Maluku dengan
luas 114 ribu hektar dengan presentase sebesar 26 persen terhadap total luas kawasan
konservasi suaka alam perairan dan 2 (dua) lokasi kawasan konservasi berada di Provinsi
Papua Barat dengan luas 332 ribu hektar atau sebesar 74 persen terhadap total luas.

9.7 KAWASAN KONSERVASI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP)


Tabel 9.8 Jumlah Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Tahun 2021

No. Provinsi Jumlah Luas (Ha)


1 Sumatera Barat 1 39.900
2 Kep. Riau 1 1.262.686
3 Nusa Tenggara Barat 1 2.954
4 Sulawesi Selatan 1 50.000
5 Maluku 1 2.500
6 Papua 1 183.000
Total 6 1.541.040
Sumber: Ditjen PRL

Tabel 9.8 menunjukkan jumlah kawasan konservasi taman wisata perairan berjumlah
6 (enam) lokasi yang berada di 6 (enam) provinsi. Pada Provinsi Sumatera Barat dengan
luas 39.900 hektar berjumlah 1 (satu) lokasi, 1 (satu) lokasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan luas 2.954 hektar, 1 (satu) lokasi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas sebesar
50.000 hektar, 1 (satu) lokasi di Provinsi Maluku dengan luas 2.500 hektar, di Provinsi Papua
berjumlah 1 (satu) lokasi kawasan konservasi dengan luas 183.000 hektar dan Provinsi
Kepulauan Riau berjumlah 1 (satu) lokasi dengan luas 1,26 juta hektar dengan presentase

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
106
luas kawasan sebesar 81,94 persen terhadap total luas kawasan konservasi taman wisata
perairan merupakan presentase terbesar dibandingkan dengan kelima provinsi lainnya.
Presentase luas kawasan konservasi taman wisata perairan selengkapanya dapat dilihat
pada Gambar 9.5.

Gambar 9.5 Gambar Presentase Luas Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan
Terhadap Total Luas Kawasan TWP Tahun 2021

9.8 KAWASAN KONSERVASI DAERAH (KKD)


Tabel 9.9 Jumlah Kawasan Konservasi Daerah Tahun 2021

Provinsi Jumlah Luas (Ha)


Aceh 10 175.948,30
Bali 5 44.730,37
Banten 2 7.490,94
Bengkulu 4 85.087,05
DI Yogyakarta 19 5.640,67
Gorontalo 13 40.558,92
Jambi 7 39.143,44
Jawa Barat 14 102.213,04
Jawa Tengah 19 13.016,32
Jawa Timur 22 167.139,16
Kalimantan Barat 5 644.674,16
Kalimantan Selatan 18 237.678,59
Kalimantan Tengah 11 110.726,88
Kalimantan Timur 37 732.388,16
Kalimantan Utara 4 30.187,89
Kepulauan Bangka Belitung 5 627.383,23
Kepulauan Riau 5 1.945.730,92
Lampung 9 253.887,21
Maluku 16 2.780.046,52

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
107
Provinsi Jumlah Luas (Ha)
Nusa Tenggara Barat 14 328.558,28
Nusa Tenggara Timur 13 1.576.190,64
Papua 2 400.270,62
Papua Barat 11 3.108.237,75
Riau 4 280.420,54
Sulawesi Barat 16 207.056,74
Sulawesi Selatan 13 886.005,79
Sulawesi Tengah 4 1.338.291,83
Sulawesi Tenggara 13 455.861,53
Sulawesi Utara 16 222.213,37
Sumatera Barat 7 332.499,53
Sumatera Selatan 1 976,00
Sumatera Utara 16 298.609,89
Total 371 18.511.842,49
Sumber : Ditjen PRL

Luas kawasan konservasi perairan daerah terluas ada di Provinsi Papua Barat yaitu
sebesar 3,1 juta hektar dengan jumlah kawasan sebanyak 11 (sebelas) kawasan dan
presentase luas kawasan terhadap total KKD sebesar 16,79 persen. Diurutan kedua luas
kawasan yg terluas berada di Provinsi Maluku yaitu 2,78 juta hektar dengan jumlah kawasan
sebanyak 16 (enam belas) kawasan dan presentase luas kawasan sebesar 15,02 persen
terhadap total luas kawasan, kemudian diikuti oleh luas kawasan yang berada di Provinsi
Kepulauan Riau yaitu sebesar 1,95 juta hektar terdiri dari 5 (lima) kawasan dengan
presentase luas terhadap total KKD sebesar 10,51 persen.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
108
PENUTUP 10

Buku Analisis Indikator Kinerja Utama Sektor Kelautan dan


Perikanan Kurun Waktu 2017-2021 ini diharapkan dapat memberikan
informasi terkait dengan aktifitas ekonomi di sektor kelautan dan perikanan
baik secara nasional maupun kewilayahan, mulai dari hulu sampai dengan
hilir. Apabila pembaca ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam
dan bersifat inferensia maka perlu dilakukan analisis secara lebih lebih
lanjut dengan mempertimbangkan variabel lain diluar publikasi ini.

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
109
INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
84
DAFTAR PUSTAKA 11

Blanchard & Johnson, Makroekonomi, Edisi 6, Erlangga, Jakarta, 2014


Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2015,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Jakarta, 2016
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Statistik Perikanan Tangkap di Laut menurut
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) Tahun 2015,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Jakarta, 2016
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Statistik Perikanan Budidaya Indonesia Tahun
2015, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Jakarta, 2016
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Peta Sentra Produksi Perikanan Budidaya Tahun
2015, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Jakarta, 2016
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Modul Penghitungan
Angka Konsumsi Ikan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan, Jakarta, 2010
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, 2016, Laporan Akhir Pendataan Garam Tahun
2016 Kerjasama KKP dan BPS, Jakarta
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, 2016, Laporan Akhir Program Usaha Garam
Rakyat (PUGAR) Tahun 2016, Jakarta
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, 2016, Laporan Kegiatan Nilai Tukar Petambak
Garam 2016, Jakarta
Directorate General of Surveillance for Marine and Fisheries Resources, Report to the
Committee on Fisheries (COFI) of The UN Food and Agriculture Organisation, Jakarta
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Statistik Ekspor Impor
Hasil Perikanan Tahun 2014, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan, Jakarta, 2015
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Statistik
Ekspor Impor Hasil Perikanan Tahun 2016, Direktorat Jenderal Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 2016

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
111
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Keputusan Dirjen KP3K
Tentang Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K), Jakarta, 2012
Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik, Data PDB Triwulanan 2016, Jakarta,
2017
Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Publikasi Analisis
Data Pokok Kelautan dan Perikanan 2015, Jakarta, 2015
Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Produk Domestik
Bruto Satelit Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2015, Kerja sama BPS dan KKP,
Jakarta, 2016

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KURUN WAKTU 2017-2021
112

Anda mungkin juga menyukai