Anda di halaman 1dari 9

1.

Sebutkan karakteristik virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-


CoV 2)!
a. Receptor : ACE2 manusia (ditemukan di paru-paru, hati, ginjal dan usus)
b. Famili : coronaviruses, positif sense single stranded RNA (+ssRNA) virus
dengan single linear RNA segment
c. Protein strukutral : S (spike), E (envelope), M (membrane), and N (nucleocapsid)
proteins; the N protein holds the RNA genome, and the S, E, and M proteins together
create the viral envelope. Protein spike ini yang cepat bermutasi
Spike protein yang akan berikatan dengan receptor ACE2
d. Crown like shaped

2. Jelaskan proses SARS-CoV 2 menyerang sel host dan memperbanyak diri


dalam tubuh manusia!
a. Transmisi manusia-manusia melalui droplet pernafasan/ airborne atau kontak secara
tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi
b. Attachment : Protein S virus berikatan dengan reseptor seluler (ACE2), SARS-COV2
juga berikatan dengan enzim transmembran serine protease tipe 2/TMPRSS2 untuk
mengaktivasi ACE2.
c. Sel TMPRSS2 memotong protein spike virus menyebabkan spike tipe 2 / S2 berikatan
dengan reseptor ACE2 sehingga virus masuk sel/fusi/ uncoated ke dalam sel secara
endositosis sehingga melepaskan(+)SSRNA ke sel host. Beberapa pustaka hemaglutin
nya bisa nempel di reseptor ACE2 tepatnya di sel pneumosit cell type II(suatu sel di
alveoli), ada juga yang bilang nempel di TMPRSS2 (koreseptornya)
d. Virus menggunakan ribosom manusia untuk melakukan transkripsi dari +SSRNA jadi -
SSRNA menjadi +SSRNA lagi dan translasi struktural dari & NSP. ORF1ab
ditranslasikan untuk memproduksi poliprotein pp1a & pp1ab, yang dipotong dengan
protease (hasil pengkodean ORF1a untuk menghasilkan 16 protein non struktural /
NSP1-NSP16) menjadi protein protein struktural dan juga memproduksi enzim RdRP
(RNA Dependent RNA Polimerase) yang kerjanya akan mentranskrip RNA menghasilkan
RNA” baru
e. Perakitan dan budding ke dalam lumen dari ERGIC (Endoplasmic Reticulum Golgi
Intermediate Compartment) dan badan golgi
f. Virion dirilis dari sel terinfeksi melalui eksositosis.

Sel pneumosit yang terinfeksi rusak sehingga akan memicu respon inflamasi salah
satunya muncul interferon alfa dan beta, interleukin.
Interferon alfa dan beta akan memberi sinyal ke sel lain, dan juga memicu rilisnya sitokin.
Proses rilisnya interleukin, saat sels rusak akan muncul DAMP(Damage Associated
Molecular Pattern) sitokin” yg menjadi tanda adanya rusak) sitokin menstimulasi makrofag
sehingga rilis TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8, interferon gamma yang dikenal badai sitokin.

Badai sitokin merupakan masalah pertama :


1. Menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat sehingga gampang
sekali ditembus oleh air, air bisa pindah ke alveoli dan juga ke perifer sehingga
pertukaran gas terganggu dan akibatnya sesak
2. Rilis VCAM (Vascular Cell Adhesion Molecul) yang ada di pembuluh darah
sehingga neutrofil dan makrofag nempel dan bisa masuk ke alveoli →
kortikosteroid. Pasien butuh kortikosteroid kalo badai sitokin sngat parah, jadi
hanya kasus sedang dan berat. Kortikosteroid juga memblok enzim fosfolipase yg
mengubah arakhidonat menjadi blablabla menjadi sitokin” lalu prostagladin.
3. Prokoagulation meningkat karena pembentukan fibrin meningkat → Obat
antikoagulan

- Attachment (menempel) → Spike S dan HE akan menempel di reseptor ACE-2 dan


reseptor TMPRSS2 (ko-reseptor dari ACE-2) berfungsi memperkuat ikatan agar bisa
diendositosis.
- Endositosis → virus masuk ke sel pneumocyte tipe II. virus melakukan uncoated dan
melepaskan (+)SSRNA . pada virus covid ga ada enzim untuk mengubah RNA ke DNA.
setelah melepaskan (+)SSRNA maka akan dibawa dan translasi ke ribosom akan
diubah menjadi poliprotein. Poliprotein akan dipecah” menjadi protein structural
menggunakan enzim protease (protein M, spike S, protein E). di ribosom juga terjadi
sintesis enzim RdRp (RNA Dependent RNA Polimerase). Kemudian dibawa ke RE dan
Bdan golgi untuk dirakit menjadi virus baru. Enzim RdRp digunakan untuk sintesis RNA
baru.

Obat-obat :
Antivirus
1. Protease inhibitor
(Lopinavir, Rotinavir) → udah ga dipake di COVID dan HIV sampai sekarang karena
struktur proteasenya berbeda dengan COVID jadi ga bisa berikatan, klo HIV masih bisa
berikatan
Nirmatrelvir/Ritonavir (Paxlovid) dikombinasi karena ritonavir merupakan inhibitor
enzim CYP P450, sedangkan nirmatrlvir dan lopinavir dimetabolisme dengan CYP P450
(sub tipe CYP 3A4) akibatnya nirmatrelvir lebih lama kerjanya. Sampai sekarang dipakai
2. Analog Nucleoside, Enzim Rdrp inhibitor kerjanya (sbenarnya bukan inhibitor enzim
rdrp tapi prosesnya diganggu) mirip NRTI
Favipiravir(Avigan), pura” jadi guanin /G
Remdesivir, akan pura pura jadi basa A
Molnupiravir akan pura” jadi C dan U
Ketika sudah salah ambil maka akibatnya proses translasi tidak berlanjut, ga
sebenarnya masih bisa lanjut sampai 3 basa berikutnya → oleh karena itu disebut
terminasi prematur
3. Blocking entry dan Fusion inhibitor
Dulu ada obat yg ktnya bisa, hidroksiklorokuin yang fusi inhibitor dengan main” di pH
supaya virus tidak bisa uncoating. Kalo klorokuin kerjanya di blocking entry.
4. Blocking Neurimidasse untuk eksositosis
Oseltamivir sudah ga dipake lagi, karena ga efektif

Interferon ga bisa dipake gatau kenapa, klo liat cara kerjanya harusnya bisa” ae,
mungkin karena risknya lebih besar drpd benefit

5. Kortikosteroids, menghambat fosfolipase A dan VCAM


6. Anti Interleukin 6 : menghambat reseptor IL 6. INI MASUK ADA SYARATNYA, HANYA
PADA PASIEN BERAT
Tocullizumab (Actemra)
7. Antikoagulan menghambat prokoagulasi
Antibiotik aklo ada infeksi dengan bakteri
Penurun demam
Vitamin”

3. Jelaskan dampak infeksi SARS-CoV 2 pada paru-paru, secara khusus proses


inflamasi yang terjadi!
4. Sebutkan gejala dan tanda infeksi SARS-CoV 2 berdasarkan pada tingkat
Keparahan! Pedoman tatalaksana COVID-19 hal 9-10
5. Jelaskan mekanisme kerja obat untuk tatalaksana infeksi SARS-CoV 2 dan
kaitkan dengan proses virus tersebut menyerang dan memperbanyak diri
dalam tubuh manusia, serta proses inflamasi yang terjadi! Hal 52

Obat Mekanisme Kontraindikasi dan Indikasi dan dosis


EFEK Samping

Molnupiravir Gugus trifosfat Kontraindikasi : -Dewasa,


(PRODRUG analog pada senyawa ini -Ibu hamil dan ibu terkonfirmasi Covid-
ribonukleusida akan berkompetisi menyusui 19 ringan sedang
secara cepat dengan RNA -Anak dibawah 18 - Memiliki 1 faktor
dikonversi menjadi polimerase dari tahun. resiko untuk
senyawa virus. Kompetisi ini menjadi gejala
hydroxycytidine di akan menyebabkan keamanan dan berat (misalnya
dalam plasma) mutasi pada virus tolerabilitas yang hipertensi, DM,
yang akan baik. penyakit paru
MOVFOR → oral terakumulasi nyeri kepala, kronik, penyakit
dengan setiap insomnia dan jantung koroner,
siklus replikasi yang peningkatan enzim obesitas dll)
menyebabkan transaminase.
inaktifnya virus. Namun efek Dosis Molnuvirapir
samping lebih adalah 800 mg per
banyak dilaporkan 12 jam, selama 5
pada kelompok hari.
plasebo
dibandingkan
kelompok
Molnupiravir.

Nirmatrelvir/Riton Bekerja di protease Kontraindikasi -Pasien anak (> 12


avir (Paxlovid) → - Kehamilan, tahun, BB > 40 kg)
oral merencanakan atau dewasa
Nirmatrelvir/Ritonav kehamilan dan ibu dengan gejala
ir (Paxlovid) dalam meyusui ringan – sedang,
bentuk sediaan - Pemakaian terkonfirmasi
kombo 150 mg/100 bersamaan dengan - Memiliki risiko
mg. obat” CPY3A tinggi faktor risiko
clearance menjadi progresif
meningkatkan berat, rawat inap
kadar konsentrasi RS dan kematian
obat sehingga akan - Diberikan
menimbulkan reaksi secepatnya setelah
serius atau diagnosis Covid-19
mengancam jiwa dan dalam 5 hari
onset gejala

Nirmatrelvir 2 tablet
per 12 jam,
Ritonavir 1 tablet
per 12 jam,
diberikan selama 5
hari.

Pemberian
Molnupiravir dan
Nirmatrelvir/Riton
avir hanya untuk
pasien yang
berisiko tinggi
menjadi
perburukan atau
berat (DM,
keganasan,
penyakit
serebrovaskular,
gagal ginjal kronik,
hati kronik spt
sirosis,
hepatitis,autoimun,
paru kronik,
jantung, obese

Deksametason Dosis 6 mg/24 jam


selama 10 hari atau
kortikosteroid lain
yang setara seperti
metilprednisolon 32
mg, atau
hidrokortison 160
mg pada kasus
berat yang
mendapat terapi
oksigen atau kasus
berat dengan
ventilator.

Tocilizumab dapat diberikan di Tocilizumab


/Sarilumab awal pasien diberikan dengan
memasuki keadaan dosis 8 mg/kgBB
Tocilizumab Injeksi Covid-19 berat, single dose atau
(Actemra) yang umumnya dapat diberikan 1
Golongan Anti terjadi setelah sakit kali lagi dosis
interleukin-6(IL-6) ≥ 1 minggu, dan tambahan apabila
jumlah virus gejala memburuk
mencapai atau tidak ada
puncaknya, atau perbaikan dengan
dengan kata lain dosis yang sama.
jumlah virus Jarak pemberian
berpotensi tidak dosis pertama dan
akan bertambah kedua minimal 12
lagi. jam. Maksimal
pemberian 800 mg
per dosis.

Antikoagulan
- Pada fase akut, direkomendasikan untuk menggunakan antikoagulan parenteral
yang bekerja cepat, seperti UFH, LMWH atau fondaparinuks. Penggunaan
LMWH dan fondaparinuks lebih diutamakan karena memiliki risiko
perdarahan yang lebih rendah dibandingkan UFH.
-
Direct acting oral anticoagulant (DOAC), seperti rivaroksaban, juga
direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang di atas 10 hari.
- Pemberian antikoagulan profilaksis berupa LMWH, atau UFH bisa
dipertimbangkan bila : Jika tidak terdapat kontraindikasi absolut atau relatif pada
pasien COVID-19 derajat sedang hingga berat yang dirawat inap (misalnya
perdarahan aktif, riwayat alergi heparin atau heparin-induced thrombocytopenia,
riwayat perdarahan sebelumnya dan gangguan hati berat) serta jumlah trombosit
>25.000/mm3
ANTIKOAGULAN DIBERIKAN BRSASARKAN PETIMBANGAN DPJP, D-dimernya
6. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi untuk infeksi SARS-CoV 2 yang
diberikan oleh panduan terapi tatalaksana COVID-19 di Indonesia edisi 4! (hal 12-26)

Pada pasien ringan diberikan n asetil sistein sebagai antioksidan, artinya ada oksidan,
oksidannya ROS
7. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat
yang digunakan untuk infeksi SARS-CoV 2!
- Frekuensi napas normal (18-20 )
- Sp02 meningkat
- RT-PCR negatif PADA HARI ke 11 setelah terinfeksi atau 10 hari setelah infeksi
- Viral load menurun
- CRP, LED, feritin, TSH,
- Vit D, Vit B12
- Trombosit, Fibrin, fibrinogen, D-dimer (kalo pake antikoagulan brrti klo berat)
karena infeksi COVID-19 berakitan dengan inflamsi dan keadaan protombotik
shhga tjd peningkatan fibrin, fibrinogen dan D-dimer
- Kalo pasien ada infeksi bakteri → leukosit dan neutrofil

MONITORING :
-

Anda mungkin juga menyukai