Anda di halaman 1dari 32

Parasitologi dan Virologi

Dosen: Maria Imaculata Iwo


Cindra Tri Yuniar
Virus Rubella
Disusun Oleh:
Monica Rosalinda (10716026)
Meylinda (11616021)
Konten Pembahasan
● Morfologi Umum
● Siklus Hidup
● Respon Imun
● Manifestasi Klinik
● Faktor Virulensi
● Epidemiologi
● Cara Diagnosis
● Pencegahan dan Pengobatan
Morfologi Umum
Family : Rubrivirus
Genus : Togaviridae
Virus : Rubella

Virus Rubella di bawah mikroskop


elektron
Sumber: fac.ksu.edu.sa
Morfologi Umum

Struktur virus Rubella


Sumber: viralzone.expasy.org, fac.ksu.edu.sa

Bentuk bulat atau oval, ukuran 40-80 nm, inti 30-35 nm, memiliki enveloped icosahedral, RNA Single
Stranded
Masuk ke dalam paru-paru lewat droplet atau
kontak langsung dengan sekresi organ pernafasan

Siklus Hidup
Menyebar ke nodus limfe, membentuk syncytia

Proses Penetrasi dan


Multiplikasi Virus Menyebar ke berbagai jaringan: kulit, ginjal, dan
Rubella saluran kencing
sumber: fac.ksu.edu.sa
1 Attachment
Penempelan E-glycoprotein virus ke
reseptor host yang menginisiasi

Siklus Hidup
edositosis termediasi klatrin

Fusion
2 Membran virus terfusi dengan membran
endosomal host, RNA dilepaskan ke
dalam sitoplasma
Translation
ssRNA virus ditranslasi menjadi poliprotein
3 yang akan dipecah menjadi protein
nonstruktural untuk sintesis RNA (replikasi
dan transkripso)

4 Replikasi
Terjadi di permukaan endosom,
terbentuk dsRNA yang akan tersintesis
dari ssRNA

5 Replikasi dsRNA
Pembentukan ssRNA

Sintesis Protein Struktural


6 Subgenomik RNA mensitesis protein
struktural, termasuk capsid virus
Proses Replikasi Virus Rubella
sumber: fac.ksu.edu.sa
Siklus Hidup
Proses Replikasi Virus Rubella
sumber: cmr.asm.org
Siklus Hidup
Proses Translasi RNA Virus Rubella
sumber: viralzone.expasy.org

Protein Struktural Protein Non-Struktural

Capsid Protein, Ei Glycoprotein, E2 Glycoprotein protein P150, p90


Respon Imun

● Protein Sttuktural E1 lebih bersifat


imunogen
● E2 lebih rendah karena terglikosilasi

● Respon imun pararel: humoral dan


selular

● Faktor virulensi tidak diketahui, riwayat


infeksi virus rubella memperkuat infeksi
selanjutnya
Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinik Infeksi Virus Rubella


Sumber: www.sabin.org
Manifestasi Klinik

Rash dan Lymphadenopathy pada Infeksi Virus Rubella


Sumber: www.merckmanuals.com

Mekanisme Rash tidak diketahui secara pasti, namun diduga karena respon imun
tubuh, tetap menjadi faktor diagnosa diferensial utama

Lymphadenopathy disebabkan karena invase virus di nodus limpa


Patofisiologi CRS
● Tingkat kerusakan CRS ditentujkan sensitivitas embrio ke faktor teratogenik,
transfer antibodi ibu ke fetus selama kehamilan, dan peningkatan respon
imunologis fetus seiring pertumbuhan.
● Kerusakan akibat virus diuji pada sel monyet rhesus, kelinci, dan tikus. Virus
memperpendek siklus hidup sel dan meningkatkan apoptosis dibandingkan sel
sehat. Kecacatan janin disebabkan pengaruh virus pada populasi tertentu
selama perkembangan, apoptosis juga menyebabkan bobot badan rendah
● Abnormalitas lain: Kerusakan SSP dan organ (tiroid, limpa, hati, sumsum tulang)
Mikrosefalus, kelumpuhan, masalah koordinasi motorik, dan kesulitan bicara
terjadi karena penurunan jumlah grey matter.
● Pembesaran limpa dan hati menyebabkan lesi tulang yang diperparah
trombositopenia pada bayi
Epidemiologi
● KLB Rubella
terjadi ketika
terdapat KLB
suspect
Campak
dengan hasil
laboratorium >
IgM Rubella

Sumber: Kemenkes RI, 2017


Epidemiologi
● Data 5 tahun terakhir: 70% kasus
pada kelompok usia <15 tahun
● Beban penyakit CRS
2013: 2767 kasus, 82/100.000 pada ibu
berusia 15-19 tahun dan menurun
menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44
tahun
Status Kejadian Luar Biasa (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.)  timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam
Sumber: Kemenkes RI,
kurun waktu tertentu
2017
Epidemiologi
● Dalam kurun waktu 2010-
2015, diperkirakan terdapat
30.463 kasus Rubella 
diperkirakan masih rendah
dibanding angka
sebenarnya di lapangan,
banyak kasus yang tidak
terlaporkan, terutama dari
pelayanan swasta serta
kelengkapan laporan
pengawasan yang masih
rendah.
Epidemiologi

Sumber: Kemenkes RI,


2017
Faktor Risiko
● Anak dan dewasa muda yang rentan (immunocompromised).
Komplikasi: Pneumonia, diare, meningitis, kematian
● Wanita hamil terutama pada trimester pertama: virus menembus sawar plasenta 
keguguran atau bayi lahir dengan cacat bawaan congenital rubella syndrome (CRS).
● Janin memiliki risiko penularan 90% dari ibu yang terinfeksi
● Populasi dengan tempat tinggal berdesakan, sering berpergian ke atau menerima
pengunjung dari daerah endemik (imigran di negara tertentu)
Cara Diagnosis
Gejala klinis
● Anak: demam ringan, sering pula
asimptomatik
● Wanita dewasa: sakit sendi (arthritis
atau arthralgia)
● CRS: Penyakit jantung bawaan, atarak
mata, bintik-bintik kemerahan (Purpura),
microcephaly (kepala kecil) dan tuli.
● Umum: Demam (37,2°C) dan bercak
merah/rash makulopapuler disertai
pembesaran kelenjar limfe di belakang
telinga, leher belakang, dan sub
occipital.

Sumber: https://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/three-day+measles
Cara Diagnosis

Sumber: Kemenkes RI,


2017
Cara Diagnosis
Sumber: BYJU’S,
2017
Cara Diagnosis
Sumber: Aarogya,
2017
Cara Diagnosis
• Konfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan serologis (pengambilan darah pasien/serum
darah) atau virologis (pengambilan urin pasien)
IgM muncul 4 hari setelah rash, menurun setelah 8 minggu
IgG: 14-18 hari sesudah infeksi, memuncak di 4 minggu kemudian, umumnya menetap seumur
hidup
Isolasi virus: Sampel darah, mukosa hidung, swab tenggorokan, urin, CSF, faring (1 minggu
sebelum – 2 minggu setelah rash)

• Surveilans Campak Rubella berbasis individu / CBMS (case based measles surveillance),
dilakukan tiap ditemukan 1 kasus dengan gejala demam, rash/bintik merah pada tubuh,
disertai salah satu gejala atau lebih batuk/pilek/mata merah  diambil spesimen
darah/serum diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu Badan Litbangkes Kemenkes,
Bio Farma, BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis
Cara Diagnosis
Uji di Lab  deteksi antibodi IgG dan IgM
• Ultrasound  Paling tidak invasif tapi informasi minim (restriksi pertumbuhan intrauterus
dan kecacatan morfologi)
• Amniocentesis
• Cordocentesis
Pencegahan
● Virus mudah mati oleh sinar UV, bahan kimia, bahan asam, dan pemanasan
● Vaksinasi: Imunisasi massal nasional di Indonesia, vaksin kombinasi Measles-
Rubella (MR)  Cakupan yang tinggi dan merata minimal 95% membentuk herd
immunity, memutus rantai penularan penyakit campak dan rubella
● Imunisasi: anak berusia 9 bulan sampai <15 tahun
● Penderita mengenakan masker, menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin
● Menghindari kontak langsung dengan penderita
Imunisasi VaksinMR
Vaksinhidupdilemahkan
● Lokasi utama di sekolah Serbukkering+pelarut
● Wajib 10dosisper vial

Kontraindikasi:
● Leukemia, anemia berat, kelainan darah
lainnya
● Kelainan fungsi ginjal berat Tiapdosismengandung
● Decompensatio cordis
● Setelah pemberian gamma globulin atau
1000 CCID50 viruscampak
transfusi dengan
1000 CCID50 virus rubella
● Alergi terhadap komponen vaksin
(neomisin)
● Wanita hamil
● Individu yang menjalani terapi
kortikosteroid, imunosupresan,
imunoterapi
Imunisasi
Imunisasi

Sumber: Kemenkes RI,


2017

Imunisasi ditunda
dalam keadaan
● Demam
● Batuk pilek
● Diare
Imunisasi
Sumber: Kemenkes RI,
2017
Pengobatan
● Obat belum ditemukan, pengobatan
hanya memelihara kondisi pasien
● Pengobatan simptomatik: Pemberian
cairan, analgesik bila diperlukan
● Parasetamol: Demam dan rasa sakit
● Aspirin tidak boleh diberikan pada anak
<12 tahun kecuali atas saran dokter
• Rubella merupakan virus RNA yang menyebar melalui droplet di
udara dan hidup dalam paru-paru, sistem limfa, dan jaringan manusia
• Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan CRS pada janin,
menimbulkan kerusakan saraf dan masalah lainnya
• Gejala umum rubella pada anak dan dewasa yaitu ruam, demam,
limfadenopati, dan arthralgia
• Belum ada obat spesifik untuk rubella, pencegahan dengan vaksinasi
adalah solusi paling efektif

Kesimpulan
Aseeri, Bashayer, et. al. 2016. Rubella Virus (German Measles). Saudi Arabia: King Saud University
Best, Jenny. 2012. Pathogenesis of Rubella and Congentinal Rubella.
https://www.sabin.org/sites/sabin.org/files/JennyBest.pdf, diakses pada 7 April 2019
Bowden, D. Scott, et. al. 2000. Rubella Virus Replication and Links to Teratogenicity.
https://cmr.asm.org/content/13/4/571#sec-10, diakses pada 7 April 2019
Chaye, Helena H., et.al. 1992. Cellular and Humoral Responses to Rubella Virus Structural Protein
E1, E2, and C. https://jcm.asm.org/content/jcm/30/9/2323.full.pdf, diakses pada 7 April 2019
O’Neil, Erica. 2014. “Congenital Rubella Syndrome (CRS)”. Embryo Project Encyclopedia. Tempe:
ASU
PusDATIN RI. 2018. Situasi Campak dan Rubella di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Parkman, Paul D.. 1996. Togavirus: Rubella Virus. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8200/,
diakses pada 7 April 2019
Tesini, Brenda L.. 2018. Rubella. https://www.merckmanuals.com/en-
ca/professional/pediatrics/miscellaneous-viral-infections-in-infants-and-children/rubella, diakses
pada 7 April 2019
SA Health. 2012. Rubella (German measles) - Including Symptoms, Treatment and Prevention.
Adelaide: SA Health.
WHO. 2015. Status Campak dan Rubella Saat Ini di Indonesia.
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_status.pdf?ua=1 diakses
pada 11 April 2019

Daftar Pustaka
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai