Anda di halaman 1dari 42

Ekstrak Daun Salam (Syzgium polyanthum) sebagai

Pegobatan Demam Tifoid

Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Penyakit ini merupakan penyakit menular akibat infeksi Salmonella typhi. Salmonella
typhi termasuk famili Enterobacteriaceae (kuman enterik batang gram negatif) dan
bersifat anaerob fakultatif atau aerob, tidak berspora, intraseluler fakultatif. Respon imun
yang paling penting terhadap infeksi bakteri intraseluler adalah respon imun seluler yang
tergantung pada limfosit T dan makrofag yang diaktifkan. Sel-sel yang sangat berperan
dalam respon imun seluler adalah sel polimorfonuklear, sel makrofag, sel natural killer
(sel NK), sel killer (sel K), dan sel T.

Pada respon imun seluler terdapat dua tipe reaksi yang saling melengkapi, yaitu:

 Reaksi fagosit oleh makrofag yang diproduksi sel limfosit T


Bakteri intrasel akan difagosit oleh makrofag.
 Pelisisan sel yang terinfeksi
Jika bakteri dapat bertahan pada sel dan melepaskan Ag ke sitoplasma, Ag
tersebut akan menstimulasi sel TCD8+. Sel TCD8+ menghasilkan IFNγ dalam
mengaktivasi makrofag dan memproduksi oksigen reaktif serta enzim. Dalam hal
ini bekerjasama dengan sel NK untuk membunuh bakteri melalui pelisisan sel
yang terinfeksi.

Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan dalam proses
fagositosis terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya. Makrofag
sebagai sel fagosit mampu membunuh kuman melalui dua mekanisme:

(1) Proses oksidatif (oxygen dependent mechanisms)


Proses oksidatif yang terjadi berupa peningkatan penggunaan oksigen, peningkatan
proses Hexose Monophosphate Shunt (HMPS), peningkatan produksi hydrogen peroxide
(H2O2), dan produksi beberapa senyawa seperti superoxide anion, hydroxyl radicals,
single oxygen, myeloperoxidase yang dapat saling bereaksi diantaranya: Enzymatic
generation of superoxide anion, Spontaneous generation of single oxygen and hydroxyl
radicals dan Enzymatic generation of halogening compound; reaksi-reaksi ini
menghasilkan metabolit oksigen yang toksik sehingga dapat digunakan untuk membunuh
kuman.

(2) Proses non oksidatif (oxygen independent mechanism)


Proses non oksidatif berlangsung dengan bantuan berbagai protein seperti hydrolytic
enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric oxide synthase
(NOS). Pada aktivitas nitric oxide synthase (NOS) diperlukan bantuan IFNγ dan TNFα
tipe I yang dapat meningkatkan produksi NO dari makrofag di organ limfe.
Proses fagositosis oleh makrofag berlangsung dalam 5 fase yaitu:
1. Kemotaksis (leukosit pmn dan monosit)
2. Adhesi (partikel diselimuti opsonin)
3. Ingesti (penelanan)
4. Degranulasi (fusi fagosom dan lisosom)
5. Pembunuhan

Hasil akhir proses fagositosis dapat berbentuk:


(1) Degradasi sebagian besar atau seluruh partikel asing atau mikroorganisme.
(2) Partikel atau mikroorganisme yang resisten terhadap degradasi akan ikut beredar
”berkendaraan” fagosit yang melahapnya.
(3) Tetap tinggal dalam sitoplasma tanpa merugikan atau membunuh fagosit.

Pada penggunaan senyawa oxygen independent oleh makrofag akan dihasilkan nitrit
oksida (NO) yang berperan pada pembunuhan bakteri intraseluser. NO juga mempunyai
fungsi lain dalam imunitas alamiah dan adaptif yaitu memodulasi respon sitokin limfosit
dan mengatur apoptosis sel imun yang terinfeksi.

Salah satu tanaman yang mempunyai efek anti mikroba terhadap Salmonella typhi adalah
Syzygium polyanthum (daun salam), yang mengandung senyawa minyak atsiri (sitral dan
eugenol), tannin, dan flavonoid. Mekanisme yang ditimbulkan Syzygium polyanthum
terhadap infeksi Salmonella typhi adalah sebagai anti bakteri dan meningkatkan
fagositosis.

Minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein dinding sel kuman. Sekuisterpenoid dalam
minyak atsiri juga menyebabkan kerusakan membran sel kuman olah senyawa lipofilik.
Tannin menyebabkan denaturasi protein, menginaktifkan adhesin kuman, menstimulasi
sel-sel fagosit yang berperan dalam respon imun selular.

Eugenol adalah sebuah senyawa kimia aromatik, berbau, banyak didapat dari butir
cengkeh, sedikit larut dalam air dan larut pada pelarut organik. Flavonoid berfungsi
sebagai anti inflamasi, anti alergi dan aktifitas anti kankernya serta antioksidan.
Flavonoid yang bersifat lipofillik membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler, dan
dengan dinding sel kuman, serta merusak membran sel kuman.

Mekanisme yang ditimbulkan Syzygium polyanthum terhadap infeksi Salmonella typhi


adalah sebagai anti bakteri dan meningkatkan fagosit. Dengan efek imunomodulasi yang
terdapat pada Syzygium polyanthum, maka tanaman ini dapat meningkatkan produksi
makrofag, yang kemudian juga meningkatkan produksi NO, sehingga daya fagositosis
terhadap bakteri intra seluler bertambah. Oleh sebab itu Syzygium polyanthum dapat
digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap infeksi bakteri patogen fakultatif
intraseluler, salah satunya adalah Salmonella typhi.

http://www.djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/24/Ekstrak-Daun-Salam-
%28Syzgium-polyanthum%29-sebagai-Pegobatan-Demam-Tifoid/
Pengaruh pH terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi In Vitro
Hanna ., Endah Tyasrini, Hana Ratnawati

Abstract

Salmonella typhi merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi tersering di daerah
tropis. Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fecal-oral, biasanya melalui makanan
yang kurang higienis dan atau kurang masak. Salmonella typhi pertama-tama
menginfeksi Peyer’s patches pada ileum dan untuk mencapai ileum Salmonella typhi
harus melalui gaster yang mempunyai pH antara 1,4 – 1,6. Pada umumnya, Salmonella
typhi akan mati pada pH gaster yang rendah tersebut.

Penelitian ini bersifat eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui pH minimum di


mana Salmonella typhi dapat hidup dan mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan
Salmonella typhi. Suspensi Salmonella typhi berumur 18 – 24 jam dengan pengenceran
1/1.000.000 ditanamkan pada medium SS agar dengan pH 2,5 – 8 menggunakan metoda
streak plate, kemudian diinkubasi selama 24 jam. pH medium diatur dengan
menambahkan HCl pekat atau NaOH 2N ke dalam SS agar cair. Jumlah kuman yang
tumbuh dihitung dalam colony forming unit (cfu) dikalikan faktor pengenceran, diambil
rata-ratanya, kemudian dibandingkan dengan rata-rata jumlah kuman pada kontrol positif.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada Salmonella typhi yang tumbuh pada medium
dengan pH 2,5 dan 3. Rata-rata jumlah kuman pada medium dengan pH 3,5 adalah
30.333.333, pH 4 = 35.000.000, pH 5 = 44.666.667, pH 6 = 75.666.667, pH 7 =
71.000.000 dan pH 8 = 66.000.000. Rata-rata jumlah kuman pada medium kontrol positif
adalah 50.666.667.

Disimpulkan bahwa Salmonella typhi mulai dapat tumbuh pada pH 3,5 dan
pertumbuhannya menunjukkan peningkatan dari pH 3,5–6 serta tumbuh optimal pada pH
6–8.

http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/64

Bakteri Salmonella
Hati-hati, bila bakteri Salmonella jumlahnya berlebihan di dalam tubuh Anda. Pasalnya,
bakteri jenis ini dapat mengancam jiwa penderitanya dan menyebabkan infeksi bila
bakteri berkembang hingga 100.000. Penderita infeksi Salmonella yang sudah terlalu
banyak mengeluarkan cairan dapat terancam jiwanya akibat kekurangan cairan
(dehidrasi) yang berlebihan.
Hal ini akan lebih berbahaya lagi bila anak-anak atau orang tua yang daya tahan tubuhnya
lemah. Bila sudah nampak tanda-tanda keracunan Salmonella penderita harus segera
dibawa ke dokter.

Untuk dapat menghindari penularan infeksi bakteri ini, sisa kotoran, urin atau muntahan
penderita harus dibuang dengan hati-hati. Sebab dari sinilah penularan dapat terjadi.
Sedangkan sisa makanan yang diduga menyebabkan infeksi harus segera dibuang dan
jangan sampai bercampur dengan makanan lain. Piring, pisau maupun alat dapur lain
yang tersentuh makanan yang diduga mengandung Salmonella harus segera dicuci
dengan air panas atau direbus agar bakteri mati.

Salmonella adalah bakteri yang termasuk mikroorganisme yang amat kecil dan tidak
terlihat mata. Selain itu, bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada
makanan. Kecuali jika bahan makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam
jumlah besar, barulah terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai
kehijauan, berbau busuk).
Biasanya bakteri dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Salmonella bisa
terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan hewan.

Sumber bakteri Salmonella biasanya terdapat pada unggas (ayam, bebek, kalkun), daging
babi, binatang laut, telur dan susu. Bahan makanan hewani yang paling sering berperan
sebagai sumber penularan Salmonella adalah unggas. Unggas yang terinfeksi Salmonella
bisa menyebarkan bibit bakteri melalui daging, telur baik pada kulit maupun isi telur.

Sementara itu, di Jerman, daging atau susu boleh dikatakan sudah bebas Salmonella.
Tetapi hal ini tidak berlaku bagi unggas atau telur. Sering sekali terjadi adalah keracunan
Salmonella dari makanan yang mengandung telur mentah (tidak diolah), seperti
mayonaise, es krim dan puding.
Bila makanan yang mengandung telur mentah tidak disimpan secara baik (tidak
didinginkan, sudah disimpan terlalu lama atau tidak dipanaskan sama sekali) besar
kemungkinan Salmonella akan berkembang biak dengan pesat. Mayonaise biasanya
sudah bersifat asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise
ditambahkan asam asetat sebagai cuka. Asam asetat pada mayonaise akan membunuh
Salmonella.

Maka itu, jagalah higienis dapur saat Anda memasak. Bila mencairkan ayam atau daging
beku, segera buang air dan pembungkusnya. Untuk menghindari kontaminasi silang, cuci
bersih benda-benda yang terkena air tersebut, seperti pisau, tangan dan alas memotong.
Untuk tindak anitipasi, simpan ayam dan daging yang belum beku secara terpisah dari
bahan makanan lain.

Sumber: http://cakrawalapustaka.blogspot.com/2009/08/awas-bakteri-salmonella.html

http://wong168.wordpress.com/2011/11/07/bakteri-salmonella/
Daya Antibakteri Sari Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) Terhadap Infeksi
Salmonella typhi Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Setyo Sri Rahardjo, Maryani

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia di mana
penanggulangannya sering memakai antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sembarangan
banyak menimbulkan resistensi yang selanjutnya dituntut penemuan antibiotik baru.
Buah merah (Pandanus conoideus Lam) adalah tanaman endemik Papua, Indonesia, di
mana memiliki prospek untuk dikembangkan karena mengandung alkaloid, minyak atsiri
dan asam lemak yang kemungkinan mempunyai efek antibakteri. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah sari buah merah (Pandanus conoideus Lam) dapat
membunuh kuman Salmonella typhi.
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) berat badan 150-200 g
sebanyak 15 ekor. Hewan coba dibagi menjadi 3 kelompok secara acak dan diperlakukan
sebagai berikut: ketiga kelompok tikus diinkubasi bakteri Salmonella typhi, pada hari ke-
7 dilakukan pemeriksaan widal titer O I (pertama). Kemudian ketiga kelompok tikus
diberikan perlakuan. Kelompok I (kontol negatif) diberikan air minum ad libitum,
Kelompok II (kontrol positif) diberi kloramfenikol 3 x 9 mg/200 g/hari dan Kelompok III
(kelompok uji) diberikan sari buah merah 3 x 0,54 ml/200 g BB/hari. Pada hari ke-14
dilakukan pemeriksaan widal titer O II. Data yang dihasilkan dianalisis dengan uji anava
satu jalan.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan titer O pada pemeriksaan widal I dan II yang
berbeda-beda pada ketiga kelompok yaitu pada Kelompok I penurunan sebesar 20 ? 14,1,
Kelompok II penurunan sebesar 52 ? 10,9 dan Kelompok III penurunan sebesar 36 ?
26,1. Dari uji anava satu jalan didapat p = 0,081 (p>0,05).
Kesimpulan adalah pemberian perlakuan dengan sari buah merah tidak dapat membunuh
bakteri Salmonella typhi secara bermakna. Walaupun demikian hasil di atas menunjukkan
ada kecenderungan terjadi efek terbunuhnya bakteri Salmonella typhi lebih banyak pada
pemberian perlakuan sari buah merah dibanding tanpa perlakuan.

Kata kunci : buah merah (Pandanus conoideus Lam), widal titer O, Salmonella typhi

http://farmako.uns.ac.id/index.php?p=frepo&abstract=11

Bakteri

3/1/2011

Oleh: Harmastini I. Sukiman

Keanekaragaman mikroba endofitik asal Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara
sudah berhasil dikumpulkan dan menghasilkan sejumlah besar koleksi mikroba
diantaranya berkhasiat sebagai anti bakteri.

Koleksi mikroba yang dikumpulkan dari TN Batang Gadis tersebut adalah terdiri dari
kapang dan bakteri endofitik . Mikroba endofitik adalah mikroba yang hidupnya didalam
jaringan tanaman, khususnya xylem dan phloem, dan mempunyai hubungan khusus yang
dapat bersifat saling menguntungkan dan pathogenesis dengan tanaman induknya.
Biodiversitas mikroba tersebut dikumpulkan dari sejumlah tanaman hutan yang dinilai
mempunyai peran dalam keseimbangan ekosistem hutan.

Koleksi mikroba endofitik dengan kode MSCI ( Micro Save Conservation Indonesia) ini
disimpan dengan baik di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan secara bertahap
dilakukan skrining terhadap berbagai potensi yang dimilikinya. Salah satu yang menarik
adalah kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antibakteri. Mengantisipasi
perkembangan kualitas obat di Indonesia sejalan dengan berkembangnya resistensi
bakteri pathogen terhadap sejumlah obat antibiotika mendorong kita untuk menggali
berbagai macam sumber penghasil senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri.

Bakteri patogen Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri


penyebab penyakit yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Salmonella thypi
menyebabkan penyakit thypus yakni demam tifoid yang dapat menyerang semua organ
tubuh manusia secara sistemik. Deman tifoid dapat menyebabkan perdarahan intestinal,
komplikasi jantung, paru, dll. Penanganan penyakit thypus dilakukan dengan cara
memberikan antibiotika yang dapat membunuh bakteri tersebut secara khusus maupun
antibiotika dengan spektrum luas. Demikian pula halnya dengan Staphylococcus aures
yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia seperti pneumonia, meningitis,
osteomyelitis, endocarditis ,infeksi saluran kemih, dll.
Pencarian sumber obat baru dapat dilakukan dengan menskiring secara umum mikroba
endofitik asal TN Batang Gadis terhadap kemampuannya menghasilkan senyawa
antibakteri yang diperuntukkan melawan serangan infeksi bakteri Salmonella thypi dan
Staphylococcus aureus. Skrining dilakukan terhadap sepuluh jenis bakteri endofitik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil skrining menunjukkan bahwa beberapa isolat
yang diuji menunjukkan adanya produksi senyawa bioaktif yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen. Dari 10 isolat yang diuji, 5 di antaranya menunjukkan
hasil positif yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif terhadap Staphylococcus aureus.
Satu diantaranya yakni MSCI 87.4 menunjukkan hasil yang superior dibandingkan
dengan keempat isolate lainnya MSCI 53.1, MSCI 16.1, MSCI, 37.3, MSCI 46.5.

Sementara itu tidak satupun dari kesepuluh isolate yang diuji menunjukkan kemampuan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thypii. MSCI 87.4 adalah bakteri
yang diambil dari tanaman Beilschemeidia sp Ness , famili Lauraceae yang tumbuh di
Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan
nama ‘huru” sedangkan di Filipina dikenal dengan nama “bagaoring”. Beilschemedia
terdiri dari 200 species yang tersebar di Negara subtropical seperti China Taiwan Afrika
dan Amerika. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat yang kayunya apabila direbus
dapat digunakan sebagai obat antimalaria selain obat sakit perut. Beranjak dari
kegunaannya sebagai obat tradisional maka sangat memungkinkan bahwa senyawa
antibakteri yang berperan menangkal bakteri pathogen itu dihasilkan oleh bakteri
endofitik yang berasosiasi dengan tanaman di dalam jaringan batang. Tanaman ini
dikenal dengan nama Medang karena kayunya ringan dan atau kayu keras
medium.Kayunya cukup baik untuk digunakan sebagai furniture, ukiran, atau bahan kayu
kontruksi ringan.

MSCI 87.4 adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang .mempunyai bentuk koloni
putih bening dan apabila ditumbuhkan di media Nutrient Agar, warna media akan
berubah dari kuning menjadi ungu muda.Perubahan warna media tersebut diduga
disebabkan karena adanya sekresi senyawa bioaktif.
Hasil pengujian kualitatif terhadap kemampuannya menghasilkan senyawa bioaktif pada
media agar menunjukkan bahwa bakteri MSCI 87.4 mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat
disekitar koloni bakteri MSCI 87.4 yang cukup besar ( 24 -32 mm ).Senyawa bioaktif
tersebut mulai diproduksi pada jam ke 23 yakni pada awal fase pertumbuhan stasionari
dimana sel bakteri tidak lagi membelah dan tetap stabil hingga masa kematian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi senyawa bioaktif sebaiknya dilakukan pada
saat bakteri sudah berumur 23 jam.

Ekstraksi senyawa bioaktif dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut organik


chloroform karena chloroform dapat menyerap senyawa bioaktif secara optimal. Hasil
pengujian Khromatografi Lapis Tipis ( KLT ) menunjukkan bahwa ekstrak senyawa
bioaktif yang dihasilkan dengan pelarut chloroform dapat melakukan penghambatan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan
terbentuknya luas zona hambat 13.66 cm2 sementara ekstrak yang dilarutkan dengan air
menunjukkan luas zona hambat 4.83 cm2.

Kegiatan skrining ini menghasilkan informasi adalah bahwa bakteri MSCI 87.4 mampu
menghasilkan senyawa bioaktif yang berpotensi membunuh bakteri pathogen
Staphylococcus aureus. Senyawa tersebut dapat diekstrak dengan cara memperbanyak
biomasa bakteri MSCI 87.4 dan selanjutnya mengekstraknya dengan pelarut organik,
chloroform. Data ini ditunjang dengan batasan daya hambat bakteri terhadap senyawa
bioaktif yang dilarutkan dalam air adalah 6.25 % sementara senyawa bioaktif yang
dilarutkan dengan chloroform adalah 1.56 %. Skrining terhadap kemampuan mikroba
endofitik dapat pula dilakukan dengan tujuan yang berbeda untuk menghasilkan suatu
target tertentu. Dalam hal ini keberadaan koleksi mikroba endofitik menjadi sangat
penting.

Koleksi mikroba endofitik asal Taman Nasional Batang Gadis hasil program Rapid
Assesment Program yang dilaksanakan oleh Conservation International Indonesia
beberapa waktu silam membuka tabir kekayaan alam Indonesia akan penemuan sumber
obat baru yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Harapannya adalah
bahwa kelestarian hutan TN Batang Gadis akan terus terjaga sehingga sumber obat dari
mikroba alam juga akan tetap lestari

http://www.conservation.org/sites/indonesia/inisiatif/kesehatan/Pages/bakteri_1.aspx

Mencegah Tipes,Menghindari Faktor Pencetus


Files under Penyakit,Gejala dan Pencegahan | Posted by hananiskm

Thypus atau tipes adalah penyakit infeksi baktei pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan kuman Salmonella typhi atau salmonella paratyphi
A,B dan C. Kuman tersebut juga dapat menyebabkan gastroenteritis atau keracunan
makanan.
Untuk mencegah dini dari serangan penyakit tipes,jalan terbaik adalah dengan
menghindari faktor pencetus munculnya penyakit tersebut. Penyakit tipes biasanya dapat
ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman tipes,salmonella
typhosa,kotoran atau air kencing penderita.

Kuman tipes masuk melalui saluran pencernaan,setelah kuman berkembang biak


kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa,dan masuk ke dalam pembuluh
darah. Selanjutnya,kuman mengalami pembiakan di sistem retikuloendothelial dan
menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian bisa menimbulkan berbagai gejala
klinis.

Untuk mengetahui penyakit tersebut perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti


pemeriksaan sel darah putih apakah mengalami penurunan,anemia rendah karena
pendarahan pada usus,atau trombosit menurun,menemukan bakteri salmonella thyposa
pada kotoran,darah,urin dan peningkatan titer widal.

Khusus reaksi widal merupakan tes imunitas yang ditimbulkan oleh kuman salmonella
typhi/paratyphi,yaitu kuman yang terdapat di minuman dan makanan yang terkontaminasi
tinja orang yang sakit. Sedang pada pemeriksaan fisik dapat ditemui denyut
melemah,pembesaran limfa,tegangnya otot perut dan kembung.

Gejala-gejala yang dialami penderita tipes biasanya panas badan yang semakin hari
bertambah tinggi,terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7-10 hari,kemudian
panasnya menjadi konstan dan kontinyu.Umumnya paginya sudah merasa baikan,namun
ketika menjelang malam kondisi menurun lagi.

Pada fase awal,timbul gejala panasa tinggi,sakit nyeri kepala hebat,lemah,infeksi


tenggorokan,rasa tidak enak di perut dan lidah putih yang kotor. Karena tipes merupakan
penyakit peradangan pada usus,bisa terjadi perforasi usus berlobang,kemudian
menyebarkan kuman ke seluruh rongga perut (peritonitis). Pada keadaan yang
berat,penderita harus dirawat di rumah sakit,istirahat baring total,diet lunak,dan diberi
antibiotika pembunuh kuman typus.

Untuk mencegah serangan types,sebaiknya menghindari jajanan di pinggir jalan,hindari


telur ayamyang dimasak setengah matang apalagi yang pada kulitnya tercemar tinja ayam
karena mengandung bakteri tipes. Bisa pula dilakukan vaksinasi tipes atau tifoid.

Yang tak kalah penting,tingkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi,tidur 7-8
jam per hari,olahraga teratur 3-4 kali seminggu selama 1 jam. Bagi orang yang pernah
mengalami penyakit tipes sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang sangat melelahkan.
Karena akan lebih mudah kambuh kembali daripada orang yang sama sekali belum
pernah menderita tipes.

Perlu diperhatikan bagi orang pasca terkena tipes,yakni pola makan yang benar. Misalnya
harus makan makanan yang lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter,kemudian
hindari makanan berminyak,pedas dan asam. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras
tenaga.

http://klinik-sehat.com/2009/01/27/mencegah-tipesmenghindari-faktor-pencetus/

Ketumbar, Bumbu Penyedap Pembunuh Bakteri

Quote:

Meski bentuknya imut-imut, ketumbar bukanlah bumbu dapur biasa. Bumbu


yang biji dan daunnya kerap melezatkan masakan ini ternya bisa dipakai
sebagai pembunuh bakteri dan mencegah keracunan makanan.

Menurut tim peneliti dari Portugal, ketumbar atau dalam kuliner Barat
disebut coriander ini ampuh untuk membunuh 12 strain bakteri. Dalam
penelitian mereka digunakan minyak ketumbar yang dihasilkan dari tanaman
ketumbar.

Cairan yang mengandung kurang dari 1,6 persen dari minyak ketumbar cukup
efektif untuk membunuh sel bakteri termasuk salmonela, E.colil, serta
bakteri yang kebal terhadap antiobiotik. Hasil penelitian tersebut
dipublikasikan dalam Journal of Medical Microbiology.

"Minyak ketumbar bisa dipakai sebagai alternatif alami untuk antibiotik


konvensional. Kami melihat masa depan ketumbar dalam obat klinis dalam
bentuk losion, obat kumur, bahkan pil yang mampu mengatasi bakteri yang
sudah resisten pada antibiotik," kata Fernanda Domingues, yang memimpin
riset ini.

Ia menjelaskan, minyak ketumbar bekerja dengan cara merusak selaput yang


mengelilingi sel bakteri serta menghambat proses penting seperti pernapasan
sehingga bakteri itu mati.

Dalam kuliner Asia Tenggara, termasuk Indonesia, biji ketumbar lebih sering
dipakai sebagai bumbu, sementara itu di negara lain daunnya juga kerap
dipakai baik sebagai pelengkap salad atau penyedap rasa.

http://forum.detikhealth.com/ketumbar-bumbu-penyedap-pembunuh-bakteri-
t287217.html

Daun serai (Cymbopogon nardus) mengadung senyawa sitronela yang bisa membunuh
serangga dan larvanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun
serai (Cymbopogon nardus) dalam membunuh larva Aedes aegypti Instar III. Jenis
penelitian ini adalah eksperimental murni (true experiment). Dengan rancangan penelitian
post test only with control group design. Jumlah sampel pada masing-masing perlakuan
adalah 25 larva, dengan ulangan sebanyak 5 kali, sehingga total sampel sebanyak 750
larva. Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata kematian larva pada konsentrasi
ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) 0,15% setelah 24 jam perlakuan sebesar 4,8%,
selanjutnya meningkat pada konsentrasi 0,30% dengan rata-rata kematian larva sebesar
84,0%, konsentrasi 0,45% rata-rata kematian larva sebesar 97,6%, konsentrasi 0,60%
rata-rata kematian larva sebesar 98,4%, dan pada konsentrasi 0,75% rata-rata kematian
larva sebesar 99,2%. Berdasarkan hasil uji anova dapat disimpulkan berarti ada pengaruh
yang sangat signifikan antara ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) terhadap
kematian larva Aedes aegypti instar III, sedangkan konsentrasi yang paling efektif adalah
0,75 % rata-rata kematian sebesar 99,2%.
Item Type: Karya Ilmiah (Skripsi)

ID Number: J410040016

Uncontrolled Ekstrak Daun serai (Cymbopogon nardus), larvasida, Aedes


Keywords: aegypti instar III

Subjects: R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public


health. Hygiene. Preventive Medicine

Divisions: Fakultas Ilmu Kesehatan > Kesehatan Masyarakat


ID Code: 2527

Deposited By: Ari Fatmawati

Deposited On: 16 Jun 2009 09:02

Last Modified: 28 Feb 2011 11:03

http://etd.eprints.ums.ac.id/2527/

Sereh
(Cymbopogon nardus (L.) Rendle.)

Sinonim :
Andropogon nardus L., Andropogon citriodorus Desf.

Familia :
Poaceae

Uraian :
Perawakan: rumput-rumputan tegak, menahun, perakarannya sangat dalam dan kuat.
Batang: tegak atau condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat (silindris), gundul
seringkali di bawah buku bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna merah.
Daun: tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian permukaan
dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula), helaian;. lebih dari separuh menggantung,
remasan berbau aromatik. Bunga: susunan malai atau bulir majemuk, bertangkai atau
duduk, berdaun: pelindung nyata, biasanya berwarna sama, umumnya putih. Daun
pelindung: bermetamorfosis menjadi gluma steril dan fertil (pendukung bunga). Kelopak:
bermetamorfosis menjadi bagian palea (2 unit) dan lemma atau sekam (1 unit). Mahkota:
bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodicula, berfungsi untuk membuka bunga di pagi
hari. Benang sari: berjumlah 3-6, membuka secara memanjang. Putik: kepala putik
sepasang berbentuk bulu, dengan percabangan berbentuk jambul. Buah: buah padi,
memanjang, pipih dorso ventral, embrio separo bagian biji. Asal-usul Ceylon. Waktu
berbunga Januari- Desember. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Tumbuh pada
daerah dengan ketinggian 50-2700 m dpl. Di Sri Lanka, tanaman ini tumbuh alami,
namun dapat ditanam pada berbagai kondisi tanah di daerah tropika yang lembab, cukup
sinar matahari dan dengan curah hujan yang relatif tinggi. Di Indonesia banyak terdapat
di Jawa, ditepi jalan atau dipersawahan dan dikenal dengan nama Sere (New Citronella
grass). Biasanya tumbuh di dataran rendah pada kethiggian 60-140 M dpl. Perbanyakan:
dapat diperbanyak dengan potongan rimpang. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 0,5-1
meter Pemanenan: dilakukan bila tinggi tanaman telah mencapai 1-1,5 meter.
Pemotongan pertama dilakukan pada umur 6-9 bulan. Pemanenan selanjutnya dilakukan
selang 3-4 bulan (umur panen sangat mempengaruhi rendemen minyak atsiri). Penurunan
intensitas cahaya matahari sampai 50% dan pemupukan urea sampai 100 kg/ha dapat
berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri sereh wangi. Berat segar daun dan berat
bahan kering daun hanya dipengaruhi oleh dosis pemupukan nitrogen. Kadar air daun
hanya dipengaruhi intensitas cahaya matahari. Tinggi tanaman dipengaruhi oleh
Intensitas cahaya matahari dan dosis pemupukan nitrogen dan keduanya terdapat
interaksi dalam mempengaruhi tinggi tanaman. Pada jarak tanam yang rapat dapat
berefek pada peningkatan jumlah daun atau anakan pada 5-7 MST, jumlah anakan /
rumpun pada 5-15 MST; begitu pula produksi bahan tanaman pada 24 MST serta tidak
berpengaruh pada kandungan geraniol dan sitronelol. Interaksi antara jarak tanam dan
pupuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 5 MST dan jumlah anakan /
rumpun pada 19 MST. Interaksi antara pupuk kandang den pupuk NPK berpengaruh pada
jumlah daun / anakan pada 5 MST. Interaksi antara pupuk kandang, jarak tanam dan
pupuk NPK berpengaruh pada jumlah anakan / rumpun pada 21 MST. Semakin rapat
jarak tanam dapat berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri; jarak tanam yang
semakin lebar berpengaruh pada tinggi tanaman yang semakin tinggi; dosis pemupukan
tidak berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri dan tinggi tanaman. Jarak tanam dan
dosis pemupukan yang berbeda tidak berefek pada perbedaan hasil berat daun segar dan
diameter kanopi pada saat panen. Jarak tanam 50 x 50 cm berefek pada lebih beratnya
daun kering dari pada jarak tanam yang lebih lebar;, sedangkan perbedaan dosis
pemupukan tidak berpengaruh. Dosis pemupukan urea 50 kg/ha sampai 100 kg/ha dapat
berefek pada kenaikan jumlah anakan pada saat panen, sedangkan jarak tanam 90x90 cm
akan mempercepat pembentukan anakan.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=252
Metode yang direkomendasikan untuk Deteksi Cemaran
Salmonella
Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan penyakit yang cukup
serius apabila mencemari makanan maupun minuman yang dikonsumsi manusia.
Salmonella memiliki kekerabatan yang dekat dengan bakteri genus Escherichia dan dapat
dijumpai hampir di seluruh dunia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk
hidup yang berdarah dingin maupun berdarah panas.

Salmonella adalah bakteri berbentuk batang dengan diameter 0,7 – 1,5 μm, memiliki
panjang 2 – 5 μm, termasuk dalam bakteri Gram-negatif, tidak menghasilkan spora,
utamanya bersifat motile serta memiliki flagella di seluruh permukaan selnya
(peritrichious). Hampir seluruh spesies Salmonella mampu menghasilkan hydrogen
sulfide yang dapat dengan mudah dideteksi dengan cara menumbuhkannya pada media
yang mengandung ferrous sulfate, misalnya media Triple Sugar Iron Agar
(TSIA) melalui metoda inokulasi stab center. Salmonella yang tumbuh akan ditandai
dengan adanya warna hitam pada area pertumbuhannya.

Untuk melakukan deteksi cemaran Salmonella pada produk makanan, ada beberapa
metoda yang direkomendasikan untuk digunakan oleh industri maupun laboratorium
analisa lainnya. Salah satunya adalah metoda yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi
Internasional, yaitu Standar ISO 6579 : 2002 Microbiology of food and animal
feeding stuffs -- Horizontal method for the detection of Salmonella spp.

Metoda ISO 6579:2002 untuk Deteksi Salmonella

Dalam metoda ISO 6579 : 2002 ini tahap pertama yang dilakukan adalah pre-enrichment
pada media kultur cair Buffered Peptone Water (BPW) [No. Kat. 1.07228.0500/5000]
untuk memulihkan kondisi bakteri yang injured, sehingga meminimalkan terjadinya false
negatif.
Tahapan kedua adalah melakukan selective enrichment pada 2 jenis media kultur cair,
yaitu Rappaport Vassiliadis Salmonella Enrichment Broth (RVS) [No. Kat.
1.07700.0500] dan Muller Kaufman Tetrathionate Novobiocin Broth (MKTTn) [No.
Kat. 1.05878.0500]. Pada tahapan selective enrichment ini terjadi optimalisasi
pertumbuhan bagi Salmonella dan dihambatnya pertumbuhan bakteri-bakteri penyerta
lainnya yang dapat menggangu pertumbuhan Salmonella, sehingga dapat semakin
meminimalkan hasil false negatif. Tahap ini menggunakan 2 jenis media selektif yang
bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dari berbagai spesies Salmonella yang
mungkin terdapat pada sampel. Sebab, terkadang beberapa jenis spesies Salmonella dapat
tumbuh baik pada media kultur RVS namun tidak dapat tumbuh pada MKTTn, maupun
sebaliknya.

Tahapan ketiga adalah melakukan isolasi / plating pada media agar selektif yaitu XLD
agar cat. no. 1.05287.0500 dan Rambach Agar cat. 1.07500.0001 menggunakan metoda
streak/gores menggunakan jarum tanam ose/loop. Pada media agar selektif ini
Salmonella yang tumbuh di media XLD Agar akan tampak sebagai koloni berwarna
hitam dan pada media Rambach Agar, Salmonella akan tampak sebagai koloni berwarna
merah. Pada tahapan ini menggunakan 2 jenis media agar selektif yang menggunakan
metoda berbeda. Pada XLD agar, Salmonella akan menggunakan kandungan xylose,
lactose dan sucrose menjadi zat asam yang menyebabkan phenol red berubah menjadi
berwarna kuning. Selain itu, Salmonella juga akan menghasilkan hydrogen sulfite sebagai
hasil dari pemanfaatan thiosulfate dan garam besi (III) yang menyebabkan koloni
Salmonella akan berwarna hitam.

Pada media Rambach Agar, Salmonella akan tumbuh dan tampak sebagai koloni
berwarna merah. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan propylene glycol dan reaksinya
dengan pH indikator yang menghasilakn warna merah. Metoda ini telah dipatentkan
sebagai metoda terkini untuk pendeteksian Salmonella. Untuk membedakan Salmonella
dari bakteri Coliform lainnya, media Rambach Agar mengandung substrat chromogenic
untuk mendeteksi aktifitas pemecahan β-galactosidase oleh Coliform. Pertumbuhan
coliform pada media Rambach Agar akan tampak sebagai koloni yang berwarna
kehijauan atau biru-violet. Sedangakan bakteri dari kelompok Gram-negatif lainnya akan
tampak sebagai koloni yang tak berwarna, misalnya Proteus dan Shigella.

Dengan menggunakan metoda ISO 6579 : 2002 ini diharapakan industri makan dan
minuman dapat melakukan analisa cemaran Salmonella dengan akurat. Sehingga dapat
membantu meminimalkan resiko terjadinya kesalahan analisa yang menyebabkan
penarikan kembali produk makanan yang telah terdistribusi.

Apabila Bapak/Ibu membutuhkan informasi yang lebih lengkap mengenai metoda analisa
Salmonella sesuai ISO 6579 : 2002, Bapak/Ibu dapat menghubungi kami melalui alamat
email kami di chemicals@merck.co.id. Dengan senang hati kami akan membantu
Bapak/Ibu untuk mendapatlan informasi yang dibutuhkan. (gs)

http://www.merck-chemicals.co.id/analisis-bakteri-salmonella-menggunakan-media-
kultur-bismuth-sulphite-agar/c_.hWb.s1O7pYAAAEkiloksZ5a
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan
sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan.

Minyak serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling bagian atas
tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan sebagai pengusir (repelen) nyamuk,
baik berupa tanaman ataupun berupa minyaknya

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Cymbopogon
Spesies: C. citratus

Nama binomial Cymbopogon citratus


(DC.) Stapf,[1] 1906

http://id.wikipedia.org/wiki/Serai

Tanaman Obat Indonesia


BerandaBlogFoto

Feb 6, '07 2:49 AM


Cymbopogon citratus
untuk semuanya
Cymbopogon citratus
Tanaman sereh
Cymbopogon citratus dikenal dengan nama tanaman sereh. Sereh merupakan sejenis
tanaman dari keluarga rumput yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai aroma
yang kuat dan wangi. Sereh juga merupakan tanaman tahunan yang hidup secara meliar.
Tanaman ini dapat mencapai ketinggian sampai 1,2 meter.

Tanaman Cymbopogon citratus ini kadang juga disebut sebagai lemon grass,
lemongrass, barbed wire grass, silky heads, citronella grass ataupun fever grass.

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon Spreng.
Species : Cymbopogon citrates (DC. ex Nees)Stapf

Lokasi
Ada kemungkinan Malaysia dan Sri Langka merupakan tempat asal jenis
tanaman ini. Karena kerabat yang tumbuh liar belum pernah dijumpai, maka tempat
asalnya belum dapat ditentukan secara tepat. Sekarang jenis ini telah tersebar di daerah-
daerah tropik lainnya dan ditanam untuk minyaknya, terutama di negara-negara
Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Indo Cina, Kongo, Republik Malagasy dan Tanzania.
Dalam setahun 1 hektar tanah dapat meng-hasilkan rata-rata 30 ton, daun sereh yang
dapat di-suling untuk diambil minyak serehnya sebanyak 45 - 80 kg. Tanaman sereh
dapat ditanam di pekarangan rumah atau di tegalan. Perawatan hampir tidak di-perlukan.
Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4 - 8 bulan. Panen dapat dilakukan dengan
cara memotong rumpun dekat tanah, setiap 3 - 4 bulan sampai tanaman berumur 4 tahun.

Kegunaan
Disebabkan bau lemonnya yang kuat, minyaknya digunakan secara meluas dalam
wangian sabun, pembersih detergen dan barang-barang lain, seta kosmetik. Minyak Serai
juga digunakan untuk mengubati kembung (flatulence), pergerakkan usus yang tidak
tetap dan rangsangan gastrik, serta baik untuk merawat reumatisme dan salah urat.
Serai juga digunakan dalam rawatan aromaterapi. Minyak pati yang diekstrak dari
serai juga digunakan sebagai pewangi untuk kosmetik, sampo dan sabun. Serai
mengandungi kandungan sitral sebanyak lebih kurang 65 % hingga 85 %.

Redakan sakit perut, sengal


UNTUK kegunaan tradisional, serai digunakan bagi membantu meredakan pelbagai jenis
penyakit seperti sakit kepala, sengal-sengal (rheumatism), sakit perut dan masalah
membuang air kecil. Untuk mengubati sakit kepala dan sengal-sengal, daun serai
haruslah ditumbuk lumat dan diletakkan di dahi (bagi sakit kepala) atau bahagian tubuh
yang terasa sengal. Sedangkan untuk sakit perut dan masalah membuang air kecil, daun
dan akar serai haruslah direbus dan diminum air rebusan tersebut. Selain itu, batang serai
juga digunakan untuk menambahkan keharuman di dalam makanan.

Aroma air mandian


AKAR serai juga boleh digunakan sebagai pewangi di dalam sampo dan minyak wangi,
dan juga digunakan di dalam air mandian bagi menyegarkan tubuh badan.
Berikut secara lengkap disebutkan kegunaan masing-masing bagian dari tanaman serai:
1. Daun
 Mencuci bau hanyir pada daging
 Daun serai yang dibalut dengan besi atau batu panas digunakan untuk tuaman dan
bertungku pada kawasan urat saraf yang lemah, penyakit bisa otot-otot, sendi,
mengecutkan rahim yang bengkak, memecahkan lendir, darah dan angin.
 Daun serai dan jintan hitam digiling untuk di jadikan ‘paste’ untuk ditempel di dahi
untuk melegakan sakit kepala. Campuran pada rempah ratus untuk di jadikan ‘paste’
bagi merawat bengkak-bengkak sendi dan otot.
 Air rebusan daun serai digunakan untuk air mandian
2. Akar dan batang
 Membantu mengobati masalah sakit perut dan memecahkan gumpalan angin serta
melepaskan angin melalui dubur (kentut) dan mulut (sendawa).
 Dapat membantu mengimbangkan kestabilan hormon.
 Menambah aroma hidangan serta membantu meringankan keadaan keracunan
pemakanan.
 Campuran dengan rempah ratus mempunyai khasiat untuk kesehatan dalam tubuh
 Membantu melawaskan dan melancarkan pembuangan air kecil
3. Minyak Serai
 Kosmetik.
 Minyak angin berobat.
 Pencegah nyamuk dan gigitan bisa.
 Minyak wangi, sampo.

Morfologi
1. Akar
Tanaman sereh memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang
berimpang pendek
2. Batang
Batang tanaman sereh bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya
merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Tanaman sereh
memiliki batang yang berwarna putih. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan
atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman sereh juga bersifat kaku dan mudah patah.
Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di atas tanah.
3. Daun
Daun tanaman sereh berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, dan
runcing, hampir menyerupai daun lalang. Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk
seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya
diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman sereh
tersusun sejajar. Letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm,
sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian
bawah daunnya berbulu halus.
4. Bunga
Tanaman sereh jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya
bunganya tidak memiliki mahkota dan mengandung bulir.
5. Buah
Tanaman sereh jenis Cymbopogon citratus jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah.
6. Biji
Tanaman sereh jenis Cymbopogon citratus juga jarang sekali memiliki biji.
ANATOMI

1. Akar
Susunan umum dari akar Cymbopogon
citratus dari bagian luar ke dalam adalah
epidermis, korteks, selapis sel endodermis,
dan stele akar, yang terdiri atas xilem dan
floem. Karena merupakan tumbuhan
monokotil maka xilemnya tidak berkembang
hingga ke tengah-tengah lingkaran pusat
akar sehingga pada lingkaran pusat dijumpai
adanya parenkim empulur. Selain itu, pada
akar juga terdapat jaringan meristem apikal
yang selalu membelah diri. Epidermis akar
terdiri dari selapis sel yang tersusun rapat
dan berdinding tipis serta memiliki rambut
akar yang berfungsi untuk memperluas
bidang penyerapan. Korteks akar tersusun
dari beragam sel yang membentuk beberapa
lapisan, berdinding tipis, dan mempunyai
banyak ruang antarsel untuk petukaran gas.
Pada korteks terdapat parenkim, kolenkim,
dan sklerenkim. Lapisan endodermis akar
berupa sebaris sel-sel yang tersusun rapat
tanpa ruang antarsel dan merupakan
pemisah yang jelas antara korteks dan stele
karena susunan dan bentuk selnya khas,
berbeda dengan lapisan lainnya. Pada stele
terdapat berkas pengangkut, yaitu xilem dan
floem yang berselang-seling membentuk
lingkaran.
2. Batang
Susunan umum dari batang Cymbopogon
citratus dari bagian luar ke dalam adalah
epidermis batang, jaringan korteks, berkas
pengangkut, dan empulur batang. Karena
batangnya adalah batang monokotil (tidak
berkayu), jaringan pengangkutnya tesusun
dalam berkas-berkas dan tersebar di seluruh
permukaan batang. Di antara berkas-berkas
perngangkut tersebut dikelilingi oleh
jaringan parenkim. Pada daerah parenkim
korteks terdapat sel dan kelenjar minyak
yang bisa digunakan untuk produksi minyak,
yaitu minyak atsiri. Sebagian besar sel
epidermis berasal dari sel-sel utama yang
mengandung serat/fiber seperti sel
epidermis. Sel-sel epidermis ini tersusun
teratur secara paralel. Jaringan epidermis
batang tersusun oleh selapis sel yang
tersusun rapat, tanpa ruang antar sel.
Korteks batang tersusun oleh sel-sel
parenkim yang berdinding tipis dan letaknya
tidak teratur. Selain parenkim, juga terdapat
kolenkim dan sklerenkim. Di dalam stele
terdapat sel parenkim dan berkas
pengangkut berupa xilem dan floem. Berkas
pengangkut letaknya tersebar tidak teratur,
di mana masing-masing berkas pengangkut
ini terbungkus oleh sarung berkas
pengangkut.
3. Daun
Susunan umum dari daun Cymbopogon
citratus dari atas ke bawah adalah epidermis
atas, mesofil, berkas pengangkut, dan
epidermis bawah. Pada sayatan melintang
melalui tulang daun tampak epidermis atas
terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk
agak bulat dengan ukuran yang tidak selalu
sama dan mempunyai rambut penutup.
Epidermis bawah terdiri dari sel serupa
epidermis atas hanya lebih kecil. Stomata
terdapat di kedua permukaan. Mesofil terdiri
dari sel-sel parenkim yang tersusun
renggang dan berisi tetes-tetes minyak. Sel-
sel mesofil pada berkas pengangkut lebih
besar, kloroplasnya lebih sedikit, dan
dindingnya lebih tebal. Berkas pengangkut
terdapat pada tulang daun. Tipe berkas
pengangkut ini sama dengan tipe berkas
pengangkut pada batang. Jaringan kolenkim
tersebar di antara parenkim, selanjutnya
terdapat xilem dan floem dari berkas
pembuluh tipe kolateral.
4. Bunga, buah, dan buah
Cymbopogon citratus sangat jarang
berbunga sehingga juga sangat jarang
menghasilkan buah, bahkan biji. Karena itu,
struktur anatomi dari bunga, buah, dan
bijinya ini juga tidak diketahui. Karena
sangat jarang berbunga dan menghasilkan
biji maka tanaman ini pada umumnya
direproduksi dengan akar, tidak dengan biji.

FISIOLOGI
1. Fotosintesis
Tanaman ini memiliki pigmen fotosintetik yaitu klorofil sehingga dapat
melakukan proses fotosintesis. Tanaman sereh termasuk tanaman C4 jika dilihat dari
proses fotosintesis yang dilakukannya, di mana tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang
dalam proses fotosintesisnya mendahului siklus Calvin dengan fiksasi karbon cara lain
yang membentuk senyawa berkarbon empat sebagai produk pertamanya.
Tumbuhan C4 memiliki dua jenis sel fotosintetik yang jelas berbeda, yaitu sel
seludang berkas pembuluh dan sel mesofil. Sel seludang berkas pembuluh disusun
menjadi kemasan yang sangat padat di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang
berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yang disusun lebih longgar.
Siklus Calvin terbatas pada kloroplas seludang berkas pembuluh. Akan tetapi, siklus ini
didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organik dalam mesofil. Langkah
pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpiruvat (PEP) untuk membentuk produk
berkarbon empat, yaitu oksaloasetat. Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada
PEP. Dibandingkan dengan rubisko, PEP karboksilase memiliki afinitas yang jauh lebih
tinggi terhadap CO2. Oleh sebab itu, PEP karboksilase dapat memfiksasi CO2 secara
efisien ketika rubisko tidak dapat melakukannya, yakni ketika hari panas dan kering dan
stomata tertutup sebagian, menyebakan konsentrasi CO2 dalam daun berkurang dan
konsentrasi O2 meningkat. Setelah CO2 difiksasi, sel mesofil mengirim keluar produk
berkarbon empatnya ke sel seludang berkas pembuluh melalui plasmodesmata. Dalam sel
seludang berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang diasimilasi
ulang ke dalam materi organik oleh rubisko dan siklus Calvin. Akibatnya, sel mesofil
akan memompa CO2 ke dalam seludang berkas pembuluh, mempertahankan konsentrasi
CO2 dalam sel seludang berkas pembuluh cukup tinggi agar rubisko dapat menerima
karbon dioksida, bukan oksigen. Dengan cara ini, fotosintesis akan meminimumkan
fotorespirasi dan meningkatkan produksi gula .
Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang
banyak, dan di lingkungan seperti inilah sekarang tanaman ini tumbuh subur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah suhu, intensitas
cahaya dan konsentrasi CO2. Semakin besar faktor-faktor tersebut membawa akibat
semakin besarnya laju fotosintesis.
2. Respirasi
Seperti pada tanaman lain, tanaman sereh juga melakukan proses respirasi dengan tujuan
untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organik melalui proses pemecahan gula
yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa gula pada tanaman ini didapatkan melalui
proses fotosintesis. Gula dari hasil fotosintesis ini akan mengalami glikolisis di sitosol,
siklus Krebs di matriks mitokondria, dan transpor elektron di mitokondria. Pada tahap
glikolisis, gula (glukosa) akan dioksidasi menjadi piruvat, yang kemudian masuk ke
dalam mitokondria dan diubah menjadi asetil coA, dan dikeluarkan serta dilepas sebagai
CO2. Sedangkan membran dalam mitokondria mengkopel transpor elektron dengan
sintesis ATP.
Reaksi respirasi termasuk dalam reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekkul
gula menjadi molekul-molekul anorganik berupa CO2 dan H2O.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi meliputi ketersediaan jumlah dan jenis
substrat, ketersediaan O2 sebagai sumber energi yang akan digunakan oleh mitokondria
dalam lintasan elektron untuk membentuk ATP, seta suhu.
http://toiusd.multiply.com/journal/item/72

TINJAUAN PUSTAKA
Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan
serta
tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno
1998). Data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2006) menunjukkan
bahwa
produksi daging sapi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan dari tahun-
ketahun.
Produksi daging sapi di Propinsi NAD pada tahun 2006 masuk posisi empat
besar di pulau Sumatera (Tabel 1). Data Dinas Peternakan Kabupaten Aceh
Besar tahun 2001 menunjukkan produksi daging sapi hampir 1.000 ton dan
pada
tahun 2005 produksi daging sapi mengalami peningkatan menjadi 1.700
ton
dengan urutan produksi tiga besar di Propinsi NAD.
Lawrie (1991) mendefinisikan daging sebagai sesuatu yang berasal dari
hewan termasuk limpa, ginjal, otak serta jaringan lain yang dapat dimakan.
Soeparno (1998) menjelaskan lebih lanjut keadaan fisik daging dapat
dikelompokkan menjadi (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa
pelayuan,
(2) daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging
yang
dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging
masak, (5)
daging asap, dan (6) daging olahan.
Tabel 1 Rekap data produksi daging sapi di Pulau Sumatera tahun 2001-
2006
Tahun
No. Propinsi
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Pertumbuhan
(2005-2006) %
1 NAD 6,065 6,335 6,488 6,635 7,172 7,338 2.31
2 Sumatera Utara 6,827 6,836 6,894 6,982 9,884 11,009 11.38
3 Sumatera Barat 10,621 10,086 12,142 13,544 14,716 14,946 1.56
4 Riau 2,880 4,495 4,648 3,754 4,593 4,599 0.13
5 Jambi 3,892 2,332 3,729 2,884 2,855 2,940 2.98
6
Sumatera
Selatan
9,750 9,970 9,623 8,704 8,705 11,065 27.11
Sumber: Departemen Pertanian (2006)
Soeparno (1998) menyatakan bahwa karkas tersusun atas kurang lebih
enam ratus jenis otot yang berbeda ukuran dan bentuknya, susunan syaraf
dan
persediaan darahnya serta perlekatannya pada bagian tulang dan tujuan
serta
jenis geraknya. Karkas sapi dapat dilihat pada Gambar 1. Kesehatan
daging
merupakan bagian yang penting bagi kesehatan makanan dan selalu
menjadi
6
pokok permasalahan yang mendapatkan perhatian khusus dalam
penyediaan
daging bagi konsumen.
Gambar 1 Bagian-bagian karkas sapi (Wikipedia 2007)
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari hewan
yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran berada dalam
pengawasan
petugas rumah potong hewan serta terbebas dari pencemaran
mikroorganisme.
Secara fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang baik adalah berwarna merah
segar,
berbau aromatis, memiliki konsistensi yang kenyal dan bila ditekan tidak
terlalu
banyak mengeluarkan cairan.
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological
value) yang tinggi, mengandung 19% protein, 5% lemak, 70% air, 3,5% zat-
zat
non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan lainnya (Forrest et al. 1992).
Komposisi daging menurut Lawrie (1991) terdiri atas 75% air, 18% protein,
3,5%
lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat larut. Secara umum,
komposisi
kimia daging terdiri atas 70% air, 20% protein, 9% lemak dan 1% abu.
Jumlah ini
akan berubah bila hewan digemukkan yang akan menurunkan persentase
air
dan protein serta meningkatkan persentase lemak (Romans et al. 1994).
Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam amino
esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah
alanin,
glisin, asam glutamat, dan histidin. Daging sapi mengandung asam amino
leusin,
lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba.
Pemanasan
dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang
dipanaskan
pada suhu 70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90
persen,
sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin
hingga
7
50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga sedikit mengurangi kadar
asam
amino (Lawrie 1991).
Kandungan lemak pada daging menentukan kualitas daging karena
lemak menentukan cita rasa dan aroma daging. Keragaman yang nyata
pada
komposisi lemak terdapat antara jenis ternak memamah biak dan ternak
tidak
memamah biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme
rumen
(Soeparno 1998). Lawrie (1991) menyatakan lemak sapi kaya akan asam
stearat, asam palmitat dan asam oleat.
Protein daging terdiri dari protein sederhana dan protein terkonjugasi.
Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu
protein
sarkoplasma, protein miofibril, dan protein jaringan ikat. Protein
sarkoplasma
adalah protein larut air karena umumnya dapat diekstrak oleh air dan
larutan
garam encer. Protein miofibril terdiri atas aktin dan miosin, serta sejumlah
kecil
troponin dan aktinin. Protein jaringan ikat ini memiliki sifat larut dalam
larutan
garam. Protein jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut,
terdiri atas
protein kolagen, elastin, dan retikulin (Muchtadi & Sugiono 1992).
Perubahan Sifat Kimia Bahan Pangan Selama Pengolahan
Banyak reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama pengolahan pangan yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap nilai gizi, keamanan dan
penerimaannya.
Beberapa reaksi penting dan contoh dimana terjadinya reaksi tersebut
disajikan
pada Tabel 2. Masing-masing jenis reaksi dapat melibatkan reaktan atau
substrat
yang berbeda, tergantung pada jenis bahan pangan dan kondisi
penanganan,
pengolahan dan penyimpanan.
Komposisi bahan pangan secara umum sama, terutama terdiri dari lipid,
karbohidrat dan protein, dengan demikian banyak reaksi-reaksi umum yang
sama. Disamping itu, banyak reaktan untuk suatu reaksi terdapat pada
sebagian
besar bahan pangan. Sebagai contoh, reaksi pencoklatan nonenzimatis
(reaksi
Maillard) melibatkan senyawa karbonil yang dapat berasal baik dari gula
pereduksi atau hasil oksidasi asam askorbat, hidrolisis pati dan oksidasi
lipid.
Oksidasi dapat melibatkan lipid, protein, vitamin, pigmen, dan lebih
spesifik lagi
oksidasi melibatkan triasilgliserida yang umum terdapat pada bahan
pangan atau
fosfolipid yang ada di sebagian bahan pangan.
8
Tabel 2 Beberapa reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan nilai
gizi
dan keamanan pangan
Jenis reaksi Contoh (terjadi pada)
Pencoklatan nonenzimatis Pada bahan-bahan pangan yang dipanggang
Oksidasi Lipid
(menghasilkan off-flavour, bau dan rasa yang
menyimpang), degradasi vitamin dan protein
Hidrolisis Lipid, protein, vitamin, karbohidrat, pigmen
Interaksi logam Kompleksasi (antosianin), kehilangan Mg dari klorofil
Isomerisasi lipid Cis berubah menjadi trans
Polimerisasi lipid Pada penggorengan
Denaturasi protein Koagulasi putih telur, inaktivasi enzim
Cross-linking protein
Pada pengolahan bahan berprotein pada suasana
alkali
Perubahan glikolitik
Pada pasca mortem jaringan hewan atau pasca
panen jaringan tanaman
Sumber : Apriyantono (2001)
Perubahan Sifat Kimiawi Protein
Pengolahan komersial melibatkan proses pemanasan, pendinginan,
pengeringan, penambahan bahan kimia, fermentasi, radiasi dan
perlakuanperlakuan
lainnya. Dari semua ini, proses pemanasan merupakan proses yang
paling banyak diterapkan dan dipelajari.
Purnomo (1997) menyatakan bahwa pengolahan daging dengan
menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein sehingga
terjadi koagulasi dan menurunkan solubilitas atau daya kemampuan
larutnya.
Davidek et al. (1990) menyatakan bahwa denaturasi pertama terjadi pada
suhu
45C yaitu denaturasi miosin dengan adanya pemendekan otot. Aktomiosin
terjadi denaturasi maksimal pada suhu 50-55C dan protein sarkoplasma
pada
55-65C.
Denaturasi akan menyebabkan perubahan struktur protein dimana pada
keadaan terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja yang
tersisa,
protein tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan kuartener. Akan
tetapi
belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi penuh.
Denaturasi protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilitasi yang
dapat
mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang tergantung pada
kelarutannya
(Fennema 1996).
Dari sisi gizi, denaturasi parsial protein sering meningkatkan daya cerna
dan ketersediaan biologisnya. Pemanasan yang moderat dapat
meningkatkan
daya cerna protein tanpa menghasilkan senyawa toksik. Disamping itu,
dengan
pemanasan yang moderat dapat menginaktivasi beberapa enzim seperti
9
protease, lipase, lipoksigenase, amilase, polifenoloksidase, enzim oksidatif
dan
hidrolitik lainnya. Jika gagal menginaktivasi enzim-enzim ini maka akan
mengakibatkan off flavour, ketengikan, perubahan tekstur, dan perubahan
warna
bahan pangan selama penyimpanan. Oleh karena itu, sering dilakukan
inaktivasi
enzim dengan menggunakan pemanasan sebelum penghancuran.
Perlakuan
panas yang moderat juga berguna untuk menginaktivasi beberapa faktor
antinutrisi seperti enzim antitripsin dan pektin (Fennema, 1996).
Keberadaan senyawa pengoksidasi dalam bahan pangan dapat berasal
dari aditif seperti hidrogen peroksida dan benzoil peroksida yang
ditambahkan
sebagai bakterisidal pada susu atau pemutih pada tepung, dapat pula
berasal
dari radikal bebas yang terbentuk selama pengolahan (peroksidasi lipid,
fotooksidasi riboflavin, reaksi Maillard). Selain itu, polifenol yang banyak
terdapat
pada bahan yang berasal dari tanaman dapat dioksidasi oleh oksigen pada
pH
netral atau alkali membentuk quinon sehingga terbentuk peroksida.
Senyawasenyawa
pengoksidasi ini dapat menyebabkan oksidasi beberapa residu asam
amino dan menyebabkan polimerisasi protein. Residu asam amino yang
rentan
terhadap reaksi oksidasi adalah metionin, cystein/cystine, tryptofan dan
histidin
(Fennema, 1996).
Perubahan Sifat Kimia Lipid
Lipid merupakan salah satu komponen utama bahan pangan selain
karbohidrat dan protein. Oleh karena itu peranan lipid dalam menentukan
karakteristik bahan pangan cukup besar. Reaksi yang umum terjadi pada
lipid
selama pengolahan meliputi hidrolisis, oksidasi dan pirolisis. Oksidasi lipid
biasanya melalui proses pembentukan radikal bebas yang terdiri dari tiga
proses
dasar yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi (Apriyantono 2001).
Pada tahap awal reaksi terjadi pelepasan hidrogen dari asam lemak tidak
jenuh secara homolitik sehingga terbentuk radikal alkil yang terjadi karena
adanya inisiator (panas, oksigen aktif, logam atau cahaya). Pada keadaan
normal radikal alkil cepat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi
dimana radikal peroksi ini bereaksi lebih lanjut dengan asam lemak tidak
jenuh
membentuk hidroproksida dengan radikal alkil, kemudian radikal alkil yang
terbentuk ini bereaksi dengan oksigen. Dengan demikian reaksi otoksidasi
adalah reaksi berantai radikal bebas.
10
Karena laju reaksi antara radikal alkil dengan oksigen cepat, maka
kebanyakan radikal bebas berbentuk radikal peroksi. Akibatnya, reaksi
terminasi
utama biasanya melibatkan 2 radikal peroksi. Laju oksidasi meningkat
dengan
meningkatnya jumlah ikatan rangkap pada asam lemak, sebagai contoh,
asam
linoleat (18:2) dioksidasi 10 kali lebih cepat daripada asam oleat (18:1) dan
asam
linoleat (18:3) dioksidasi 20-30 kali lebih cepat daripada asam oleat.
Hidroperoksida dapat terbentuk pada berbagai posisi dimana ikatan
rangkap berada, sebagai contoh pada asam oleat terdapat 4
hidroperoksida
yang dibedakan atas posisi peroksida yaitu dapat pada posisi 8, 9, 10 atau
11.
Semakin banyak ikatan rangkap asam lemak, maka semakin banyak pula
kemungkinan posisi hidroperoksida yang terbentuk. Hal ini berarti akan
semakin
banyak jenis produk degradasi asam lemak yang bersangkutan seperti
akan
dijelaskan di bawah ini.
Hidroperoksida asam lemak tak jenuh yang terbentuk karena oksidasi
sangat tidak stabil dan mudah mengalami pemecahan dan membentuk
berbagai
senyawa flavor dan juga produk nonvolatil. Dekomposisi hidroperoksida
melibatkan pemutusan gugus-OOH sehingga terbentuk radikal alkoksi dan
radikal hidroksi.
Radikal alkoksi kemudian mengalami pemutusan beta pada rantai C-C
sehingga terbentuk aldehid dan radikal alkil. Berbagai kelas komponen
dihasilkan
dari degradasi lipid diantaranya hidrokarbon, aldehid, keton, asam
karboksilat,
alkohol dan heterosiklik. Oksidasi lipid disamping dapat menurunkan
jumlah lipid
yang dapat dicerna dan tersedia sebagai sumber energi juga dapat
menghasilkan senyawa-senyawa radikal.
Senyawa-senyawa radikal dalam bahan pangan dapat terserap ke dalam
tubuh kemudian dapat memicu terbentuknya senyawa radikal dalam tubuh.
Senyawa radikal dalam tubuh dipercaya berperan dalam menentukan
proses
penuaan (aging), terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner
(CHD,
coronary heart disease) (Ho & Hartman 1994).
11
Bahan Pelengkap untuk Pembuatan Sie Reuboh
Cabai Merah dan Cabai Rawit
Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman yang termasuk
dalam keluarga solanaceae dan merupakan tanaman asli Amerika Tropik.
Cabai
merah menyebar dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan. Kini
tanaman ini dikenal hampir di seluruh negara beriklim tropis (Prajnanta
2002).
Cabe merah bersifat panas dan merupakan stimulan untuk meningkatkan
nafsu makan. Di samping itu juga berkhasiat sebagai diaforetik atau
perangsang
keringat, peluruh kulit dan sebagai obat gosok. Cabe merah berkhasiat
tonik,
stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah. Juga antirematik,
menghancurkan
bekuan darah atau antikoagulan, stomakik, perangsang kulit, peluruh liur
dan
peluruh kencing.
Cabai merah mengandung kapcaisin, hidrokapsaisin, vitamin A, vitamin
C, zat warna kapsantin serta karoten. Cabai merah juga mengandung
beberapa
jenis mineral seperti fosfor, zat besi, kalium, kalsium dan niasin (Prajnanta
2002).
Cabai merah tersusun atas beberapa senyawa kimia dimana air adalah
komponen dengan jumlah terbesar. Komposisi kimia cabai merah
selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3. Konsentrasi cabai merah sebesar 20% (b/v, bk)
dalam bumbu rendang efektif menghambat pertumbuhan flora mikroba
maupun
B. Cereus dalam sistem pangan selama 6 jam (Edy 1998 diacu dalam
Suyasa
2002).
Tabel 3 Komponen kimia cabai merah (100 g bahan)
Komponen Jumlah Komponen Jumlah
Air 90% Abu 0,5 g
Energi 32 Kal Kalsium 29,0 mg
Protein 0,5 g Fosfor 45 mg
Lemak 0,3 g Besi 0,5 mg
Karbohidrat 7,8 g Vitamin A 470 UI
Serat 1,6 g Vitamin C 18,0 mg
Sumber : Ashari (1995)
Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, masuk meridian jantung dan
pankreas. Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat untuk jantung dan
aliran
darah, antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan),
meningkatkan
nafsu makan (stomakik), perangsang kulit (kalau digosokkan ke kulit akan
12
menimbulkan rasa panas, sehingga banyak digunakan sebagai campuran
obat
gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh
liur, dan
peluruh kencing atau diuretik (Prajnanta 2002).
Bawang Putih
Komponen bioaktif dari suatu bahan pangan memegang peranan penting
dalam memberikan efek kesehatan. Komponen aktif yang terdapat pada
bahan
tanaman dikenal dengan istilah fitokimia. Pengertian fitokimia adalah
suatu
bahan dari tanaman (phytos = tanaman), yang dapat memberikan fungsi-
fungsi
fisiologis untuk pencegahan penyakit. Bahan yang dimaksud adalah
senyawa
kimia berupa komponen bioaktif yang dapat digunakan untuk pencegahan
atau
pengobatan penyakit. Karena banyaknya komponen-komponen yang
terkandung
di dalam bawang putih menyebabkan metode persiapan dan ekstraksi
(lama dan
metode ekstraksi serta jenis pelarut) memegang peranan penting untuk
mendapatkan komponen bioaktif dari bawang putih. Pelarut (solvent) yang
sering
digunakan adalah ethanol, methanol, aseton, dan air atau kombinasinya.
Komponen-komponen bioaktif yang terdapat di bawang putih bekerja
secara
sinergis satu sama lain untuk menimbulkan efek kesehatan (Ardiansyah
2006).
Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih,
senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-
senyawa
tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi
disebut
dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin mempunyai
fungsi
fisiologis yang sangat luas, termasuk diantaranya adalah antioksidan,
antikanker,
antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat
menurunkan
kolesterol darah. Data epidemiologis juga menunjukkan bahwa terdapat
korelasi
antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit kardiovaskuler,
seperti aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan
hipertensi
(Ardiansyah 2006).
Bawang putih juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan
respirasi fungi patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang
putih dan
bawang Bombay dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfide lain
yang
terkandung dalam minyak astiri bawang putih dan Bombay (Whitmore &
Naidu
2000). Pengujian aktivitas antimikroba bawang putih pertama kali
dilakukan oleh
Cavalito dan Bailey pada tahun 1944. Dialil sulfide dan dialil polisulfida
(komponen flavor utama bawang putih) tidak menunjukkan aktivitas
antimikroba.
13
Namun alisin menunjukkan aktivitas penghambatan bagi pertumbuhan
bakteri
gram positif dan gram negative (Hirasa & Takemasa 1998).
Suharti (2004) meneliti tentang sifat antibakteri bawang putih terhadap
bakteri Salmonella typhimurium. Hasilnya adalah serbuk bawang putih
dengan
konsentrasi 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang setara
dengan
tetrasiklin 100 g/ml. Penelitian Safithri (2004) menunjukkan bahwa
ekstrak air
dan etanol bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
agalactie,
S. aureus, dan e. coli. Ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 20%
mempunyai aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicillin 5 g terhadap
S.
agalactie, S. aureus, dan e. coli. Ekstrak etanol bawang putih pekat
mempunyai
aktivitas anti bakteri lebih lemah dari ampicillin 5 g terhadap S. agalactie,
S.
aureus, dan e. coli.
Kunyit
Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen antara
lain minyak volatil, campuran minyak (lemak), zat pahit, resin, protein,
selulosa,
pati, dan beberapa minyak. Komponen utamanya adalah pati dengan
jumlah
berkisar antara 40-50% dari berat kering. Kunyit mempunyai rasa dan bau
yang
khas, yaitu pahit dan getir serta barbau langu. Kunyit berwarna kuning
atau
jingga pada bagian dalamnya dan berwarna kecoklatan serta bersisik pada
bagian luarnya serta mempunyai tekstur yang keras tetapi rapuh (Anonim
2001).
Diantara semua genus curcuma, kunyit merupakan jenis yang paling
banyak kegunaannya. Menurut Rukmana (1995), manfaat kunyit antara lain
sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuat ramuan
untuk
mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri
jamu dan
kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan, dan desinfektan
untuk
mengawetkan benih yang disimpan.
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Kunyit sebagai
obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak, rematik, dan
memperlancar
air susu ibu. Sedangkan sebagai obat dalam, kunyit digunakan untuk
mengobati
panas, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis, hepatitis, dan untuk
membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan maupun
setelah
mendapat haid (Sinaga 2006).
Kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif, yaitu
Lactobacillus fermentum, L. bulgaricus, Bacillus cereus, B. subtilis, dan B.
14
megaterium Kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat
bakterisidal. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang
merupakan senyawa golongan fenol yang terdiri dari dua cincin fenol
simetris
dan dihubungkan dengan satu rantai hiptadiena (Suwanto 1983 diacu
dalam
Sihombing 2007). Senyawa fenol menghambat pertumbuhan mikroba
dengan
cara merusak membrane sel yang akan menyebabkan denaturasi protein
sel dan
mengurangi tekanan permukaan sel.
Lengkuas
Di banyak Negara Asia, rimpang lengkuas digunakan sebagai bumbu
masak. Lengkuas juga banyak dimanfaatkan sebagai obat karena lengkuas
memiliki sifat anti fungi, anti tumor, analgenikum, dan anti kembung.
Lengkuas
biasanya digunakan sebagai obat penyakit kulit, sakit perut, radang
tenggorokan,
diare, sariawan, dan herpes (Sinaga 2000).
Aree et al. (2005) menyatakan bahwa ekstrak lengkuas yang larut etanol
mengandung komponen asetokavikol asetat, p-coumaril siasetat, asam
palmitat,
eugenol, asetosiugenol asetat, bisabolene, farnesen, dan eskuifelandren
yang
merupakan komponen terpenoid. Lengkuas juga mengandung komponen
fenolik,
ester asam lemah, asam lemak, terpen, dan lain-lain.
Lengkuas muda berumur 3-4 bulan memiliki aktivitas antimikroba yang
lebih tinggi dibandingkan lengkuas tua yang berumur 12 bulan. Aktivitas
yang
tinggi ini disebabkan komponen larut air pada lengkuas jenis merah yang
muda
lebih besar dibandingkan pada lengkuas tua. Komponen bioaktif lengkuas
yang
bersifat larut air adalah golongan senyawa fenolik (Robinson 1995 di acu
dalam
Rahayu 1999). Pratiwi (1992) diacu dalam Sukmawati (2007) rimpang
lengkuas
merah dan putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri maupun jamur,
pada
Staphylococcus aureus dan Candida albicans dengan 0,871 mg/ml dan pada
Bacillus subtilis dan Mucor gypseum dengan 1,741 mg/ml.
Jahe
Jahe (Zingiber officinalis) adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari
yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan
senyawa
keton bernama zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri
sedangkan
15
kandungan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995).
Komposisi
kimia jahe dapat dilihat pada Tabel 4.
Ekstrak jahe mempunyai daya antioksidan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengawetkan minyak dan lemak. Enzim protease pada rimpang jahe
menyebabkan jahe ini dapat dimanfaatkan untuk melunakkan daging
sebelum
dimasak (Muchtadi & Sugiyono 1992). Rimpang jahe banyak digunakan
untuk
radang lambung, masuk angin, menambah nafsu makan, muntah-muntah,
kolera, sakit perut, rematik, bengkak-bengkak, terkilir, difteri,
memperlancar
peredaran darah, gangguan syaraf, dan penghangat badan (Koswara 1995).
Tabel 4 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)
Jumlah
Komponen
Jahe segar Jahe kering
Energi (KJ) 184,0 1424,0
Protein (g) 1,5 9,1
Karbohidrat (g) 1,0 6,0
Lemak (g) 10,1 70,8
Kalsium (mg) 21 116
Fosfor (mg) 39 148
Besi (mg) 4,3 12
Vitamin A (SI) 30 147
Vitamin C (mg) 4 -
Serat kasar (g) 7,53 5,9
Total abu (g) 3,70 4,7
Sumber : Koswara (1995)
Proses Pembuatan Sie Reuboh
Sie reuboh merupakan produk pengolahan bahan pangan daging khas
Aceh. Dalam proses pembuatannya sie reuboh menggunakan daging sapi
atau
kerbau dengan penambahan cuka aren, garam, lemak, dan rempah-rempah.
Pada sie reuboh dilakukan proses pemanasan berulang secara berkala
sampai
lemaknya mencair dengan bertujuan untuk keawetan dan menjaga
higienitas dari
sie reuboh itu sendiri.
Perebusan daging dalam pembuatan sie reuboh dilakukan pada suhu
didih air (+ 100oC) hingga daging masak. Pemberian cuka aren dilakukan
ketika
daging sudah mendidih (15 menit setelah mendidih). Bahan-bahan yang
digunakan pada pembuatan sie reuboh selain daging sebagai bahan baku
utama
adalah cuka aren, garam, lemak dan rempah atau bumbu.
Asam asetat untuk produksinya dapat dilakukan secara fermentasi dan
kimia. Di Indonesia fermentasi asam asetat merupakan kegiatan industri
rumah
16
tangga terutama di daerah yang banyak ditumbuhi pohon aren. Dari bagian
tandan bunga pohon aren diperoleh cairan bening yang rasanya manis dan
dikenal sebagai nira aren. Nira aren dapat dimanfaatkan menjadi gula
merah,
tuak dan cuka aren. Cuka aren diperoleh dengan membiarkan nira
mengalami
fermentasi secara alamiah.
Garam (NaCl) sering disebut garam dapur, banyak digunakan sebagai
penyedap pada makanan maupun bahan pengawet ikan, daging dan telur
(Buckle, 1985). Tujuan pemberian garam pada makanan adalah untuk
memberikan cita rasa, melunakkan daging, menghambat pertumbuhan
atau
membunuh mikroorganisme pembusuk yang bersifat proteolitik dan
mengaktifkan
kerja enzim (Landsdell et al., 1995).
Awetnya suatu bahan pangan akibat penambahan garam adalah karena
menurunnya aktivitas air hingga titik tertentu (Huffman et al. 1996). Secara
teoritis penurunan aktivitas air tersebut diakibatkan oleh garam
terionisasi dalam
larutan dan setiap ion menarik molekul air dari dalam daging sehingga air
didalam daging tertarik keluar dan kedudukan air digantikan oleh garam
hingga
tercapai keadaan tekanan osmosis yang seimbang. Akibatnya sisa cairan
didalam daging semakin mengental dan protein mengalami penggumpalan
yang
mengakibatkan daging mengalami pengerutan.
Keberadaan lemak pada permukaan daging dapat berfungsi sebagai
emulsi dan anti mikroba. Lebih lanjut dikatakan bahwa asam lemak bebas,
ester
monogliserol, ester poligliserol dan trigliserida memperlihatkan aktivitas
melawan
beberapa bakteri gram negatif dan ragi. Pencegahan pertumbuhan mikroba
yang
diperlihatkan oleh lemak adalah dengan mempengaruhi dinding sel
bakteri.
Asam lemak juga membentuk suatu selaput selapis disekeliling bakteri
yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri tersebut karena terjadi
penghambatan pengangkutan hara ke dalam sel dan peningkatan hasil
metabolisme di dalam sel. Penambahan lemak tidak hanya berfungsi
sebagai
anti mikrobial tetapi juga mampu meningkatkan cita rasa. Fardiaz (1992)
menyatakan bahwa komposisi lemak yang terdapat pada bahan pangan
mempunyai efek melindungi mikroba terhadap pemanasan, sehingga
bahan
pangan berlemak membutuhkan suhu dan waktu pemanasan yang lebih
tinggi
dan lebih lama.

Serai, Herbal yang Menghangatkan


Diposkan oleh klik-nelti News & Tips

Mungkin kebanyakan dari kita lebih mengenal serai sebagai tumbuhan biasa yang akar
dan batangnya sering dipakai sebagai rempah penyedap masakan. Padahal, minyak asiri
dalam tanaman ini banyak dipakai dalam industri kosmetik untuk pembuatan parfum dan
sabun.
Serai (Cymbopogon ciatrus) adalah genus yang berisi sekitar 55 spesies rumput.
Tumbuhan ini bisa tumbuh subur di cuaca hangat dan mencapai ketinggian sekitar 2
sampai 4 meter.
Tanaman serai dipergunakan dalam berbagai kebudayaan. Bagian dari tanaman ini yang
bisa dipakai untuk herbal meliputi akar, batang, dan daunnya. Apa saja khasiat serai yang
belum banyak diketahui?
- Mencegah kanker Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa setiap 100 gram serai
mengandung antioksidan yang dapat mencegah kanker. Pada tahun 2006, sebuah tim
peneliti dari University Gurion di Israel menemukan senyawa dalam tubuh serai yang
bisa mematikan sel kanker tanpa merusak sel sehat.
- Obat gangguan pencernaan
Teh yang mengandung serai membantu mengatasi gangguan pencernaan, sakit perut,
masuk angin, kram usus dan diare. Serai juga membantu mengurangi gas dari usus
sekaligus mencegah pembentukan gas lebih lanjut.
- Detoksifikasi
Serai juga memiliki sifat detoksifikasi tubuh dengan meningkatkan jumlah dan frekuensi
buang air kecil. Hal ini bisa membuat organ pencernaan, hati, pankreas, ginjal, dan
kandung kemih bersih dan sehat karena zat beracun dan asam urat sudah disingkirkan.
- Manfaat pada sistem saraf
Minyak esensial yang dibuat menggunakan serai dapat digunakan untuk memperkuat dan
meningkatkan fungsi sistem saraf. Karenanya minyak serai yang dioleskan ke permukaan
tubuh memberikan efek menghangatkan, melemaskan otot dan meredakan kejang.
- Menurunkan tekanan darah
Serai efektif dalam ngurangi tekanan darah, merangsang sirkulasi darah dan
menghilangkan masalah tekanan darah. Konsumsi segelas jus serai untuk menurunkan
hipertensi.
- Sebagai analgesik Serai meringankan semua jenis peradangan dan iritabilitas yang
berhubungan dengan sakit dan nyeri. Jadi jika Anda memiliki sakit gigi, nyeri otot, nyeri
sendi, atau nyeri, teh lemon pasti bisa membantu.
- Kulit indah Serai merupakan pilar dalam industri kosmetik. Manfaatnya antara lain
mengurangi jerawat dan berfungsi sebagai penyegar. Minyak serai juga bisa dibalurkan
ke seluruh tubuh untuk memberi efek menghangatkan.
- Kesehatan wanita
Konsumsi teh yang diberi serai mungkin akan membantu mengurangi nyeri haid dan rasa
mual.

http://kliknelti.blogspot.com/2011/08/serai-herbal-yang-menghangatkan.html

Anda mungkin juga menyukai