Anda di halaman 1dari 9

Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi

Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter pylori pada


Keganasan Lambung
Cesilia Pipit Utami ABSTRAK
Endah Zuraedah Gastritis merupakan salah satu penyakit yang sering disertai
dengan infeksi Helicobacter pylori (H. pylori). H. pylori adalah
Departemen Patologi Anatomik bakteri Gram negatif yang berbentuk spiral, berflagel, memiliki
Fakultas Kedokteran enzim urease, katalase, oksidase, dan berbagai macam gen. Gen
Universitas Indonesia yang menentukan virulensi H. pylori adalah gen cagA. Translokasi
protein cagA menyebabkan perubahan sinyal molekuler. Protein
cagA mengalami fosforilasi oleh enzim kinase Abl (abelson murine
leukemia viral oncogen) dan kinase Src (sarcoma) mendorong
terjadinya elongasi dan proliferasi seluler. Protein cagA yang tidak
terfosforilasi akan mengaktifkan jalur Raf (rapidly accelerated
fibrosarcoma), MEK (MAP kinase extracellular signal-regulated
kinase), Erk (extracellular signal-regulated kinase) yang selanjutnya
menyebabkan elongasi dan proliferasi seluler. Selain itu, protein
cagA yang tidak terfosforilasi berikatan dengan protein ZO-1 (zona
occludens-1) dan JAM-A (junction adhesion molecule A) sehingga
menyebabkan gangguan pada tight junction antar sel epitel. Protein
cagA yang tidak terfosforilasi berikatan dengan β-catenin sehingga
menyebabkan gangguan pada adherens junction. Diagnosis infeksi
H. pylori dapat dilakukan secaranon invasif dan invasif. Diagnosis
dengan cara non invasif berupa urea breath test, tes ekskresi
nitrogen, tes serologi IgG dan IgA dalam darah, dan stool antigen
test. Diagnosis dengan cara invasif berupa tes seperti biakan, CLO
test(Campylobacter Like Organism Test), histopatologi dan PCR
(Polymerase Chain Reaction) jaringan biopsi. Pemeriksaan histo-
patologi merupakan gold standard dalam mendiagnosis H. pylori.
Terdapat beberapa tata laksana infeksi H. pylori, yaitu triple
therapy, quadruple therapy, dan levofloxacine-based triple therapy.

Kata kunci : H. pylori, protein cagA, keganasan lambung.

PENDAHULUAN
Helicobacter pylori (H. pylori) ditemukan oleh ahli patologi
dari Australia, bernama Robin Warren dan Barry Marshall pada
tahun 1981. Mula-mula bakteri ini disebut Campylobacter pylori.
Adanya perubahan nama diawali pada tahun 1989, setelah
diadakan sekuensing DNA, menunjukkan bahwa bakteri ini tidak
termasuk dalam genus Campylobacter, sehingga dipindahkan ke
genus Helicobacter. Nama pylori berasal dari bahasa Yunani yang
berarti penjaga pintu, menandakan lokasi bakteri ini yang terdapat
di daerah pylori, sehingga kuman ini dinamakan Helicobacter pylori.
Bakteri ini pertama kali ditemukan dari hasil isolasi mukosa
lambung manusia yang menderita gastritis oleh Warren dan
Marshall. Mereka menyimpulkan bahwa kebanyakan penderita
gastritis disebabkan oleh bakteri ini. Penularan bakteri ini terjadi
1
secara fekal-oral.
H. pylori adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk
spiral, panjang ± 3 µm, diameter ± 0,5 µm, hidup dalam suasana
mikroaerofilik (5% O2, 10%C02, dan 85% N), dan berflagel. H. pylori
memiliki sifat patogen dengan menghasilkan enzim urease,

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 76


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

oksidase dan katalase. Melalui pemeriksaan tujuan mempelajari peran dan mekanisme
ketiga enzim tersebut, dapat digunakan sebagai protein cagA pada H.pylori.
skrining gastritis dengan H. pylori. Skrining
tersebut diperlukan karena H. pylori merupakan Jenis-Jenis Gen H. pylori
penyebab primer inflamasi gaster dan dapat H. pylori memiliki berbagai macam gen,
menginduksi keganasan lambung. H. pylori juga diantaranya gen cagA, vacA, cagE,cagL dan
memiliki kemampuan melekat pada sel gaster babA. Gen cagA (cytotoxin-associated gene A)
1
yang menghasilkan mukus. menghasilkan protein cagA dengan berat
H. pylori dibagi menjadi 2 tipe, yaitu molekul 120-140 kD yang terletak pada bagian
East Asian type dan Western type. H. pylori East dalam permukaan membran plasma. Protein ini
Asian type bersifat lebih virulen daripada difosforilasi oleh asam amino glutamat, prolin,
Western type, karena 100% mengandung gen isoleusin, tirosin, alanin yang disebut dengan
cagA, sedangkan pada Western type hanya EPIYA. Protein ini disandikan oleh gen cagA
mengandung gen cagA sebesar 60-70%. pada regio 3’ (Gambar 1). Berdasarkan urutan
Susunan asam amino pada gen cagAEast Asian asam aminonya, EPIYA dapat dibagi menjadi
type dan Western type berbeda. East Asian type empat kategori, yaitu EPIYA A, B, C, dan D. Gen
ditemukan di negara Jepang, Korea, dan Cina, cagA Western type memiliki EPIYA tipe ABC
sedangkan Western type ditemukan di Eropa, sedangkan gen cagA East Asian type memiliki
3,6-9
Amerika Utara, dan Australia. Selain memiliki EPIYA tipe ABD.
gen cagA, H. pylori juga memiliki gen vacA, Gen vacA memiliki struktur mosaik yang
2,3
cagE, cagL dan babA. terdiri dari variasi alel pada regio signal (s),
Tadahiro Sasaki dkk melakukan peneliti- regio middle (m), dan regio intermediate (i). Gen
an di Ekuador dan Panama terhadap pasien ini menghasilkan vacuolating cytotoxin yang
gastritis asimtomatis. Dari penelitiannya di berfungsi sebagai inhibitor aktivasi sel T
Ekuador, terdeteksi 61 gen H. pylori dari 90 sehingga melindungi H. pylori dari proses
kasus gastritis asimtomatis. Dari 61 gen H. pylori imunitas seluler. Sekitar 50% dari H.pylori
6
tersebut, ditemukan 28 kasus yang memiliki gen memiliki gen ini.
cagA. Dari 28 gen cagA tersebut, didapatkan Gen cagE menghasilkan protein cagE
25East-Asian type. Sedangkan penelitiannya di yang menyebabkan protein H.pylori dapat
Panama, terdeteksi 35 gen H. pylori dari 74 memasuki sel epitel gaster, khususnya pada
10
kasus gastritis asimtomatis, 7 kasus diantaranya epitel sel gaster yang menghasilkan mukus.
3
memiliki gen cagA dan East-Asian type. Gen cagL menghasilkan protein cagL berfungsi
Albertus dkk melaporkan prevalensi untuk menempel dan mengaktifkan reseptor
secara umum infeksi H. pylori di RS. Tugurejo integrin α5β1, sehingga molekul efektor bakteri
Semarang antara November 2004 sampai dapat masuk menuju sel epitel. Selanjutnya
Desember 2010 sebesar 24,3%. Berdasarkan protein cagL mengaktivasi enzim focal adhesion
pewarnaan hematoxylin-eosin dan giemsa dari kinase (FAK) yang menginduksi elongasi dan
spesimen biopsi, didapatkan hasil pasien proliferasi epitel gaster. Gen babA (blood-group
dengan gastritis superfisial 19,4% terinfeksi H. antigen-binding adhesin) mengkode protein
pylori, pasien dengan gastritis erosif 26,3% membran yang berikatan dengan sel epitel
terinfeksi H. pylori, dan pasien dengan ulkus gaster dan membentuk saluran untuk memasuk-
4 2,11,12
gaster 34,7% terinfeksi H. pylori. kan protein H.pylori menuju sel epitel.
Prevalensi infeksi H. pylori bervariasi di
seluruh dunia. Infeksi lebih banyak ditemukan di Mekanisme Infeksi H. Pylori
negara berkembang daripada negara maju. H. pylori masuk melalui makanan atau
Infeksi dapat menyerang semua umur, mulai minuman yang terkontaminasi, lalu menuju ke
dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Ber- gaster. H. pylori mampu melindungi diri dari
dasarkan penelitian kohort prospektif yang asam lambung karena memiliki selubung kapsul
dilakukan oleh Uemura dkk, didapatkan hasil yang bersifat tahan asam. H. pylori memiliki
pasien gastritis dengan H. pylori dapat ber- enzim katalase yang mampu melindungi bakteri
kembang menjadi adenokarsinoma sebesar 3- dari serangan neutrofil. Dalam keadaan normal,
5
6% dalam waktu 10 tahun. neutrofil akan menghasilkan peroksida (H2O2)
Berdasarkan beberapa fakta di atas, untuk membunuh bakteri. Adanya katalase akan
maka dibuatlah tinjauan pustaka ini dengan menyebabkan H2O2 dipecah menjadi H2O dan

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 77


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

O2 sehingga H. pylori tidak mati. H. pylori juga protein cagA yang terfosforilasi berikatan
memiliki enzim urease yang akan memecah dengan enzim SHP2 (protein-tyrosine phos-
urea menjadi amonia dan H2O. Amonia bersifat patase), yang mengaktifkan enzim Erk (extra-
toksik terhadap sel epitel gaster sehingga sel cellular signal-regulated kinase). Interaksi antara
epitel akan rusak. Amonia bereaksi menjadi cagA terfosforilasi dengan enzim SHP2 dan Erk
amonium yang bersifat basa sehingga me- menyebabkan perubahan morfologi sel menjadi
ngurangi suasana asam di lambung. Hal ini bentuk memanjang (elongasi). H. pylori yang
1
menyebabkan H. pylori mampu bertahan hidup. mengandung gen cagA East-Asian type
H. pylori akan menempel pada epitel gaster, menunjukkan afinitas ikatan yang lebih kuat
menghasilkan sitokin pro-inflamasi, mengaktif- dengan enzim SHP2, dibandingkan dengan H.
kan reseptor sel host dan membentuk saluran pylori yang mengandung gen cagA Western
untuk memasukkan protein-protein bakteri type, sehingga H. pylori East-Asiantype menye-
menuju sel epitel. Protein yang terpenting dalam babkan respon perubahan morfologi sel yang
2,3 2,14
menimbulkan keganasan adalah protein cagA. lebih kuat dibanding H.pyloriWestern type.
H. pylori dapat melepaskan proteoglikan Protein cagA dapat meregulasi aktivitas
(PGN) menuju sel host. Mekanisme masuknya enzim kinase Src pada awal proses infeksi,
proteoglikan dapat melalui reseptor T4SS (type kemudian protein cagA yang sudah terfosforilasi
IV secretion system) maupun melalui outer menghambat enzim kinase Src dengan cepat.
membrane vesicles (OMV). Proteoglikan yang Inhibisi terhadap enzim Src dapat melalui dua
masuk akan mengaktivasi reseptor intraseluler jalur, yaitu melaluiaktifasi enzim C-terminal Src
NOD-1 (Nucleotide Oligomerization Domain-1). kinase (Csk) yang merupakan inhibitor kinase
Aktivasi NOD-1 oleh peptidoglikan H. pylori Src dan inaktifasi enzim focal adhesin kinase
menginduksi nuclear factor-kB (NF-kB), p38 (FAK) yang berfungsi sebagai aktivator enzim
mitogen-activated protein kinasedan enzim Erk Src. Proses ini mengatur jumlah protein cagA
(extracellular signal-regulated kinase), yang intraseluler yang terfosforilasi. Sebaliknya,
akan menstimulasi produksi sitokin pro-inflamasi enzim kinase Abl secara kontinyu diaktivasi oleh
macrophage inflammatory protein 2-alpha H. pylori dengan aktivitas tertinggi pada akhir
(MIP2-alpha), β-defensin, IL-8. Di samping itu, proses infeksi. Sehingga, meskipun fosforilasi
aktifasi NOD-1 oleh peptidoglikan H. pylori juga oleh enzim Src dihambat, namun fosforilasi oleh
2
meregulasi produksi interferon (IFN) tipe I oleh enzim Abl tetap berjalan.
sel Th1. Masuknya komponen peptido-glikan Protein cagA yang tidak terfosforilasi
menuju sel host juga mengaktifasi enzim PI3K dapat berikatan dengan protein Grb (growth
(Phosphoinositide 3-kinase), yang berakibat factor receptor bound), protein Sos(son of
penurunan apoptosis dan peningkatan migrasi sevenless), yang selanjutnya mengaktifasigen
sel. Sintesis peptidoglikan diatur oleh protein Ras(rat sarcoma), lalu mengaktifkan enzim
HP0310 dari H. pylori, yang berperan dalam kinase Raf (rapidly accelerated fibrosarcoma).
deasetilasi residu N-asetil glukosamin peptido- Enzim kinase Raf akan memfosforilasi enzim
glikan. Hal di atas menyebabkan aktifasi jalur MEK (MAP kinase extracellular signal-regulated
sinyal multipel yang meregulasi respon sel kinase), yang mengaktivasi enzim Erk (extra-
onkogenik, sehingga memperberat transformasi cellular signal-regulated kinase). Enzim Erk dari
2,13
sel menuju keganasan. sitosol akan masuk ke dalam nukleus dan
2,5
meregulasi ekspresi gen untuk berproliferasi.
Mekanisme Protein cagA dalam Menimbul- Protein cagA yang tidak terfosforilasi
kan Keganasan juga berperan dalam keganasan lambung
Protein cagA yang masuk menuju sel dengan membentuk ikatan terhadap protein ZO-
host menyebabkan perubahan sinyal molekuler. 1 (zona occludens-1) dan JAM-A (junction
Translokasi protein cagA melalui reseptor type adhesion molecule A). Hal ini menyebabkan
IV secretion system (T4SS) mengaktivasi jalur terjadinya gangguan pada tight junction antar sel
sinyal yang menyebabkan respon karsino- epitel. Protein cagA yang tidak terfosforilasi juga
genesis. Protein cagA yang masuk dapat menyebabkan gangguan pada adherens
mengalami fosforilasi atau tanpa fosforilasi. junction dengan cara berikatan dengan β-
Sebagian protein cagA difosforilasi oleh enzim catenin, sehingga kehilangan fungsi barrier dan
kinase Abl (abelson murine leukemia viral polaritas seluler. Secara normal, hubungan antar
oncogen) dan kinase Src(sarcoma). Selanjutnya, sel epitel terikat erat membentuk membran

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 78


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

impermeabel. Akibat adanya gangguan polaritas menjadi amonia (NH3) dan CO2 oleh urease H.
sel, maka sel akan saling bergerak dan semakin pylori dalam lambung. NH3 akan diserap ke
2
menyusup (invasif) ke lapisan di bawahnya. dalam peredaran darah dan diekskresi dalam
+
Selain translokasi protein cagA melalui urin. Jumlah NH4 yang diekskresidalam urin
reseptor T4SS, terjadi juga translokasi melalui dalam waktu tertentu diukur dengan menggu-
reseptor integrin α5β1. Reseptor integrin α5β1 nakan spektrometer massa dan jumlah ini
1
menyalurkan enzim focal adhesin kinase (FAK) menggambarkan beratnya infeksi H. pylori.
yang berfungsi sebagai aktivator enzim Src
2
dalam proses fosforilasi protein cagA. 3. Pemeriksaan serologi IgG dan IgA spesifik
Mekanisme H. pylori dalam menimbul- Infeksi mukosa gaster oleh H.pylori akan
kan keganasan disertai adanya suasana menghasilkan respon imun sistemik dan lokal,
lambung yang mendukung. Hal ini disebabkan termasuk peningkatan kadar IgG dan IgA dalam
adanya stres oksidasi dan pembentukan radikal serum dan dan mukosa gaster. Hal ini
bebas sehingga terjadi kerusakan DNA.Secara memungkinan dilaksanakannya tes serologi. Tes
genetik, kelainan yang paling sering dijumpai serologi merupakan suatu skrining untuk
adalah mutasi gen TP53, mutasi gen APC, kepentingan epidemiologi karena sifatnya yang
mutasi gen Myc, dan supresi gen FHIT (fragile tidak invasif, relatif cepat, dan mudah dikerjakan.
histidine triad). Gen FHIT adalah tumor su- Selain itu keuntungan lain dari tes serologi
pressor gene pada kromosom 3p yang berfungsi adalah pemeriksaan ini kurang dipengaruhi oleh
1
sebagai penghambat siklus sel. Semua proses supresi infeksi H.pylori olehantibiotik. Monteiro
5
di atas mendorong terjadinya proliferasi sel. dkk dalam penelitiannya mendapatkan nilai
sensitivitas sebesar 94,6%, spesifisitas 96,4%,
Diagnosis Infeksi H. pylori Non invasif nilai prediksi positif (NPP) sebesar 95,8%, nilai
16
Diagnosis dengan cara non invasif prediksi negatif (NPN) 93,9%.
terdiri urea breath test, tes ekskresi nitrogen,
pemeriksaan serologi IgG dan IgA dalam darah, 4. Pemeriksaan antigen H.pylori dalam feses
1
tes antigen H. pylori dalam feses. (Stool Antigen Test)
Pemeriksaan antigen H.pylori dalam
1. Urea breath test feses, antara lain dengan pemeriksaan metode
Prinsip tes ini berdasarkan aktivitas sandwich solid phase immunochromato-
enzim urease yang kuat dari H. pylori. Setelah graphicassay. Metode sandwich solid phase
14 13
pasien diberi tablet urea C atau C per oral immunochromatographicassay digunakan par-
maka urea tersebut akan dipecah menjadi tikel koloid emas yang telah dilapisi dengan
14 13
amonia (NH3) dan CO2atau CO2 oleh enzim antibodi H. pylori. Bila sampel mengandung
14 13
urease. Selanjutnya CO2atau CO2 akan antigen H. pylori, maka antigen ini akan
diserap masuk peredaran darah dan dikeluarkan berikatan dengan partikel koloid emas yang
melalui paru. Setelah mengkonsumsi tablet telah dilapisi dengan antibodi H.pylori mem-
urea, 10 menit kemudian pasien diminta bentuk kompleks antigen-antibodi-koloid emas.
menampung udara ekspirasi dalam sebuah Kompleks ini akan bergerak sepanjang
botol. Udara ekspirasi yang mengandung membran nitroselulosa dan diimobilisasi di garis
14 13
CO2atau CO2 akan ditangkap dalam botol uji oleh antibodi yang ada. Selanjutnya akan
14
berisi trapping solution dan kadar CO2 diukur timbul warna merah pada garis uji karena koloid
dengan menggunakan scintillation counter, emas berwarna merah. Juga akan timbul garis
13
sedangkan kadar CO2 diukur dengan menggu- merah pada garis kontrol yang menyatakan
nakan spektrometri massa. Monteiro dkk dalam bahwa tes ini berlangsung dengan benar. Pada
16
penelitiannya mendapatkan nilai sensitivitas garis kontrol terdapat antigen H.pylori.
sebesar 93,8%, spesifisitas 100%, nilai prediksi
positif (NPP) 100%, dan nilai prediksi negatif Invasif
1
(NPN) 94,9%. Diagnosis dengan cara invasif dengan
menggunakan endoskopi dan biopsi. Hasil
2. Tes ekskresi nitrogen biopsi berupa jaringan gaster dapat dilanjutkan
Tes ini berdasarkan aktivitas urease dengan beberapa tes berikut, yaitu biakan, tes
yang kuat dari H.pylori. Setelah diberi nitrogen urease jaringan biopsi (Campylobacter Like
urea per oral, nitrogen urea akan dipecah Organism Test/CLO test), histopatologi, dan tes

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 79


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

PCR (Polymerase Chain Reaction) jaringan yang diambil kebetulan tidak mengandung
1,16 1
biopsi. H.pylori.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologi,
1. Biakan Chiao-Hsiong dkk tahun 2011 dalam penelitian
H.pylori termasuk kuman yang sulit case control terhadap 469 pasien gastritis
tumbuh. Selain itu kuman akan lebih sulit lagi menemukan bahwa pasien gastritis dengan H.
dibiak karena daya hidupnya berkurang setelah pylori memiliki resiko mengalami metaplasia
pasien mendapat antibiotik. Selain itu spesimen epitel gaster sebesar dua kali dibanding pasien
8
yang kering akan mempersulit pembiakan gastritis tanpa H. pylori. Monteiro dkk menda-
kuman. Media yang digunakan darah domba, patkan nilai sensitivitas 93,8%, spesifisitas
dibiakan selama 3-7 hari dalam suasana 98,2%, nilai prediksi positif (NPP) 97.8%, dan
1 16
mirkoaerofilik. Monteiro dkk dalam penelitian- nilai prediksi negatif (NPN) 94,8%.
nya mendapatkan nilai sensitivitas 93,8%, Berdasarkan gambaran histopatologi,
spesifitas 100%, nilai prediksi positif (NPP) kegasanasan lambung yang sering dijumpai
100%, dan nilai prediksi negatif (NPN) 94,9%. adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma dapat
Biakan H.pylori yang positif memastikan adanya dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe intestinal
infeksi tetapi biakan negatif tidak menyingkirkan dan tipe difusa. Adenokarsinoma tipe intestinal
16
kecurigaan adanya H. pylori. ditandai dengan gambaran struktur tubuler
menyerupai kelenjar intestinal. Adenokarsinoma
2. Pemeriksaan urease jaringan biopsi (Campy- tipe difusa berupa gambaran tumor invasif yang
lobacter Like Organism Test/CLO Test) mnegandung banyak musin dan sedikit struktur
19
Prinsip tes CLO adalah uji kualitatif kelenjar.
terhadap adanya enzim urease yang dihasilkan
oleh H. pylori pada jaringan biopsi gaster. Pada 4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reac-
tes ini, jaringan gaster dimasukkan dalam media tion) jaringan biopsi
gel yang mengandung urea dan indikator pH. Teknik PCR adalah teknik yang diharap-
Setelah diinkubasi, maka enzim urease dari kan dapat memberi hasil pemeriksaan dengan
H.pylori akan memecah urea menjadi amonia tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dan CO2. Amonia akan bereaksi dengan air untuk mendeteksi infeksi H. pylori. Namun
menjadi NH4OH dan menyebabkan suasana banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan
menjadi basa. Suasana basa akan mengubah tes ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi kete-
warna indikator pH dari kuning menjadi patan tes ini adalah pemilihan primer dan DNA
16
magenta. target, persiapan spesimen, kepadatan bakteri
Sumber kesalahan pada tes ini, (bacterial density) dan teknik PCR yang diguna-
1
diantaranya bila terdapat kontaminasi bahan kan.
biopsi, pasien menggunakan antibiotik, antasida Spesimen biopsi dapat dilakukan teknik
atau antagonis reseptor H2. Monteiro dkk dalam PCR untuk mendeteksi H. pylori dengan target
penelitiannya mendapatkan nilai sensitivitas berupa 16 S rRNA. Selain itu dapat juga
83%, spesifisitas 96,4%, nilai prediksi positif digunakan untuk menentukan genotip kuman
1
(NPP) 95,1%, dan nilai prediksi negatif (NPN) sebagai penentu adanya gen cagA. Lage dkk
16
87,1%. dalam penelitiannya mendapatkan nilai sensiti-
vitas 100%, spesifisitas 97%, nilai prediksi positif
3. Histopatologi (NPP) 95%, dan nilai prediksi negatif (NPN)
16
Jaringan biopsi diwarnai dengan pewar- 100%.
naan hematoxylin-eosin untuk melihat gambaran
histologi dan kelainan yang ada. Selain itu Tata laksana infeksi H pylori
jaringan juga diwarnai dengan Giemsa dan Berdasarkan beberapa pedoman internasional,
Warthin Starry Silver untuk melihat adanya H. terdapat 3 lini obat yang digunakan untuk
20
pylori dalam jaringan. Pemeriksaan histo- eradikasi H. pylori.
patologi merupakan gold standard dalam
mendiagnosis adanya H.pylori, namun memiliki 1. Tata laksana lini pertama
keterbatasan H. pylori tidak tersebar merata Obat yang paling sering digunakan yaitu
pada mukosa gaster, sehingga dapat memberi triple therapy yang terdiri dari Proton Pump
hasil yang bertentangan bila jaringan biopsi Inhibitor (PPI), amoksisilin dan klaritromisin yang

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 80


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

diberikan 2 kali sehari selama 7-14 hari. yang tak teratasi dengan regimen lini kedua,
Metronidazol dapat digunakan untuk mengganti- pedomantata laksana Eropa menganjurkan
kan amoksisilin pada pasien yang alergi dilakukannya kultur kuman sebelum pemilihan
terhadap penisilin. Variasi dalam lamanya terapi obat. Kemudian obat lini ketiga dipilih ber-
bergantung pada pola resistensi H. pylori yang dasarkan kepekaan kuman terhadap antibiotik.
berbeda di setiap daerah. Untuk wilayah Eropa Penggunaan kultur untuk mengetahui resistensi
dan Asia Pasifik dianjurkan lama eradikasi ini 7 dalam praktik sehari-hari masih kontroversial
hari, sementara American College of Gastro- karena selain prosedurnya rumit, mahal dan
enterology (ACG) menganjurkan lama eradikasi menyita waktu. Dosis yang digunakan untuk
14 hari. Dosis yang digunakan adalah amok- levofloksasin adalah 2x500 mg/hari, amoksisilin
sisilin 2x1g/hari, klaritromisin 2x500 mg/hari dan 2x1 g/hari, dan omeprazol 2x20 mg/hari.
omeprazol 2x20 mg/hari. Adapula yang menggu- Regimen lini ketiga sering disebut juga sebagai
nakan pantoprazol karena pantoprazol memiliki levofloxacine-based triple therapy (levofloksasin,
20
kemungkinan interaksi obat yang lebih kecil amoksisilin, dan PPI).
20
dibandingkan dengan PPI lainnya.
Khaira Utia dkk melakukan evaluasi Pemantauan Tatalaksana H. pylori
klinis keberhasilan triple therapy pada 21 pasien Konfirmasi keberhasilan eradikasi H.
dengan keluhan dispepsia dan positif H. pyloridi pylori sangatpenting untuk pasien dengan
Departemen Penyakit Dalam RSCM, sejak gastritis yang disebabkan oleh H. pylori, maupun
tahun 2002-2007. Setelah pasien mendapatkan pasien dengan gejala yang menetap setelah
regimen triple therapy, didapatkan hasil 17 upaya eradikasi H. pylori. Konfirmasi keber-
pasien (81%) gejala dispepsia menghilang dan hasilan eradikasi ini dilakukan melalui pemerik-
H. pylori negatif, sedangkan 4 pasien (19%) saan Urea Breath Test atauStool Antigen Test
gejala dispepsia menetap (nyeri ulu hati, setelah penghentian obat selama 4 minggu
kembung dan mual) dan H. pylori tetap positif. untuk menghindari hasil negatif palsu. Keber-
Kegagalan eradikasi H. pylori dapat disebabkan hasilan eradikasi juga dapat dikonfirmasi melalui
berbagai hal, yang tersering adalah resistensi pemeriksaan endoskopi ulang. Jika terjadi
antibiotik. Resistensi antibiotik disebabkan resistensi antibiotik, maka dianjurkan tata
20
karena riwayat penggunaan antibiotik yang laksana ulang dengan jenis antibiotik yang lain.
21
irasional.
RINGKASAN
2. Tata laksana lini kedua H. pylori merupakan bakteri Gram
Jika tata laksana dengan lini pertama negatif yang berbentuk spiral dan hidup dalam
gagal, maka digunakan lini kedua yang sering suasana mikroaerofilik. H. pylori menghasilkan
disebut dengan quadrupletherapy. Quadruple enzim urease, oksidae dan katalase. Dari
therapy terdiri dari kombinasi PPI, bismuth beberapa sifat patogen ini, dapat digunakan
subsalisilat, metronidazol, dan tetrasiklin. Efek- sebagai skrining gastritis melalui pemeriksaan
tivitas regimen quadruple therapy mencapai urease, oksidase dan katalase. Skrining
93%. Dosis regimen quadruple therapy ini diperlukan karena H. pylori merupakan penye-
adalah omeprazol 2x20 mg/hari, bismuth bab primer dari inflamasi gaster dan dapat
subsalisilat 4x525 mg/hari, metronidazol 4x250 menginduksi keganasan lambung. H. pylori
mg/hari, dan tetrasiklin 4x500 mg/hari selama memiliki gen cagA yang berperan dalam
10-14 hari. Permasalahan utama pada regimen mekanisme terjadinya keganasan.
quadruple therapy ini adalah jadwal konsumsi Secara umum H. pylori dibagi menjadi 2
obat yang rumit dan insiden efek samping yang tipe, yaitu East Asian type dan Western type.
lebih besar. Kegagalan eradikasi dengan lini Perbedaan antara kedua tipe tersebut ber-
20
kedua dapat mencapai 20%. dasarkan susunan gen cagA, ikatan terhadap
protein SHP2, dan lokasi geografis ditemukan-
3. Tata laksana lini ketiga nya H. pylori. Diagnosis H. pylori dapat bersifat
Bila masih terdapat kegagalan dalam non invasif dan invasif. Pemeriksaan histo-
eradikasi H. pylori dengan regimen quadruple patologi merupakan gold standard dalam
therapy, maka dianjurkan untuk menggunakan mendiagnosis H. pylori. Prinsip terapi eradikasi
regimen lini ketiga yaitu kombinasi levofloksasin, H. pylori dengan menggunakan triple therapy,
amoksisilin, dan PPI selama 10 hari. Pada kasus quadrupletherapy dan levofloxacine-based triple

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 81


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

therapy. Setelah pemberian terapi, diperlukan 10. Ramis IB, Vianna JS, Vieira L, Groll AV.
pemantauan tatalaksana untuk menilai keber- cagE as a biomarker of the pathogenicity of
hasilan eradikasi H. pylori. Helicobacter pylori. RSBMT. 2013; 46:
185-9.
DAFTAR PUSTAKA 11. Sedaghat H, Moniri R, Jamali R, Arj A,
1. Horneman AJ, Josko DA. Vibrio, aero- Zadeh MR. Prevalence of Helicobacter
monas, plesiomonas, and campylobacter pylori vacA, cagA, cagE, babA genotypes in
species. In: Allen A, Cutter EW, editors. patiens with upper gastrointestinal disease.
Textbook of diagnostic microbiology. 4th IJM. 2014; 6: 14-21.
ed. Saunders Elsevier; 2011. p. 477-85. 12. Fox JG, Wang TC. Inflamation, atrophy,
2. Noto JM, Peek RM. The Helicobacter and gastric cancer. BMC Microbiol. 2007;
pyloricag pathogenicity island. Methods Mol 117: 60-9.
Biol. 2013; 92:41-50. 13. Kara B, Akkiz H, Doran F, Sandikci M,
3. Sasaki T, Hirai I, Izurieta R, Kwa BH, Erken E. The significance of E266K
Estevez E, Saldana A, et al. Analysis of polymorphism in the NOD1 gene on
Helicobacter pylori genotype in stool Helicobacter pylori infection: an effective
specimens of asymptomatic people. Lab force on pathogenesis. Clin Microbiol. 2010;
Med. 2009; 40: 412-4. 10: 107-12.
4. Albertus J, Rani AA, Simadibrata M, 14. Kalaf E, Zahra A, Yassen NY, Sadwen SN.
Abdullah M, Syam AF. Helicobacter pylori Study of the cytoxin-associated gen A
infection in superficial gastritis, erosive (cagA gene) in Helicobacter pylori using
gastritis and gastric ulcer. Indonesian J gastric biopsies of Iraqi patients. Saudi J
Gastroenterol Hepatol Digestive Gastroenterol. 2013; 19: 69-74.
Endoscopy. 2012; 13: 74-9. 15. The helicobacter foundation.Urea breath
5. Herrera V, Parsonnet J. Helicobacter pylori test. New York; 2014 [cited 2014 March 22].
and gastric adenocarcinoma. Clin Microbiol. Available from:http:// www.helico.com
2009; 15: 971-6. 16. Monteiro L, Sarrasqueta AM, Bergey B,
6. Karlsson A, Ryberg A, Dehnoi MN, Borch Barberis C. Diagnosis of Helicobacter pylori
K. Association between cagA and vacA infection. Gastroenterol. 2001; 96: 353-8.
genotypes and pathogenesis in a 17. Ganfyd. CLO test. UK; 2008 [cited 2014
Helicobacter pylori infected population from march 23]. Available from:
South-eastern Sweden. BMC Microbiol. http://www.ganfyd.org.uk
2012; 12: 129-37. 18. Helicbacter pylori. Histopatologi H.pylori.
7. Batista SA, Rocha GA, Saraiva EB, Cabral Brazil; 2010 [cited 2014 march 23].
M, Oliveira RC. Higher number of Available from: http://www.
Helicobacter pylori cagA EPIYA C Anatpat.unicamp.html.
phosphorylation sites increases the risk of 19. Abrams JA, Wang TC. Adenokarsinoma
gastric cancer. BMC Microbiol. 2011; 11: and other tumors of the stomach. In:
61-7. Feldman M, Friedman LS. Sleisenger and
8. Chuang CH, Yang HB, Sheu SM, Hung KH, fordtran’s gastrointestinal and liver disease.
Wu JJ, Cheng HC, et al. Helicobacter pylori 9th ed. Saunders Elsevier; 2010. p. 889-93.
with stronger intensity of cagA phos- 20. Kho D. Diagnosis dan tata laksana terkini
phorylation lead to an increased risk of infeksi Helicobacter pylori. MKI. 2010; 60:
gastric intestinal metaplasia and cancer. 381-4.
BMC Microbiol. 2011; 11: 121-7. 21. Utia K, Syam AF, Simadibrata M, Setiati S,
9. Boukhris SA, Rhazi KE, Ibrahimi Manan C. Clinical evaluation of dyspepsia
SA,Mahmoud M. Prevalence and in patients with functional dyspepsia, with
distribution of Helicobacter pylori cagA and the history of Helicobacter pylori eradication
vacA genotypes in the moroccan population therapy in Cipto Mangunkusumo Hospital,
with gastric disease. Springer. 2011; 31: Jakarta. MKI. 2010; 42: 86-93.
1775-81.

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 82


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

3
Gambar 1. Skema gen cagA
15
Gambar 5. Skema urea breath test

6
Gambar 2. Skema gen vacA

Gambar 6. Pemeriksaan urease jaringan biopsi (CLO


17
test)

Gambar 3. Perubahan sinyal molekuler akibat masuk-


2
nya peptidoglikan

Gambar 7. H.pylori dengan pewarnaan Giemsa


18
(100x)

Gambar 4. Perubahan sinyal molekuler akibat protein


2
cagA

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 83


Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter Pylori pada Pratista Patologi
Cesilia Pipit Utami, Endah Zuraidah

Gambar 9. A. Adenokarsinoma tipe intestinal; B.


19
Adenokarsinoma tipe difusa

Gambar 8. H. pylori pewarnaan Warthin Starry Silver


18
(100x)

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 84

Anda mungkin juga menyukai