Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
kemungkinan pelayanan pembuatan gigi tiruan menjadi lebih baik.
Dan berbagai macam penemuan lainnya yang juga sangat bermanfaat bagi
manusia. Salah satu ilmu yang berkembang adalah prosthodonti, yaitu ilmu
Kedokteran Gigi yang mempelajar i tentang penggantian buatan atau tiruan
yang dibuat untuk mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan
estetika, kesehatan pasien dengan cara menggantik a n gigi dan jaringan lain
1
disekitar rongga mulut yang hilang.

Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan


untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
Menurut Swenson (1960) menyatakan bahwa pada orang yang telah
kehilangan gigi-geliginya, dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi
akan turun karena tidak adanya penyangga.
Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepas (complete denture) bisa
penuh rahang atas dan rahang bawah, tetapi juga bisa hanya rahang atas saja
atau rahang bawah saja yang disebut single complete denture yang
berantagoniskan gigi asli, gigi tiruan cekat, atau gigi tiruan sebagian lepasan
(Arnefi, 2003).2
Pembuatan gigi tiruan lengkap pada processus alveolaris yang masih
tinggi umumnya tidak mengalami banyak kesulitan. Gigi tiruannya akan
cekat karena jaringan pendukungnya masih cukup luas. Kesulitan akan
timbul bila rahangnya telah mengalami resorpsi dan menjadi datar sehingga
kecekatan sukar didapat.3 Gigi tiruan lengkap rahang atas yang dibuat
dengan permukaan yang dilapisi Suction cups untuk mencoba
meningkatkan retensi tanpa operasi akan menghasilkan hasil yang
menyenangkan bagi pasien.4
5
Sebuah gigi tiruan dengan suction cups itu seperti gigi tiruan
lengkap konvensional, kecuali bahwa pada permukaannya yang menyentuh
jaringan, ada banyak suction cups berukuran miniatur tertanam, yang
dibentuk dari karet silikon lembut (permanen soft liner).5
Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas dan
melakukan prosedur pembuatan single complete denture rahang atas dengan
bahan akrilik modifikasi suction cups. Karena pembuatan gigi tiruan single
complete denture dengan modifikasi suction cups belum pernah dipraktikan
di Lab. Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta II.

1.2. Batasan Masalah


Pada karya tulis ilmiah ini, penulis membahas dan membatasi masalah
hanya mengenai hal bagaimana prosedur pembuatan protesa single
complete denture rahang atas dengan bahan akrilik modifikasi suction cups

Pakai tanda titik


1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: “Prosedur pembuatan single complete denture rahang
Rata tengah atas dengan bahan akrilik modifikasi suction cups ”
(justify)
Rumusan masalah
sebaiknya
menggunakan tanda
1.4. Tujuan Penulisan tanya di akhir kalimat.
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
mengetahui pembuatan single complete denture rahang atas dengan
bahan akrilik modifikasi suction cups sehingga dapat
mengembalikan fungsi estetika, fonetik, mastikasi, dan rasa
percaya diri.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini, sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam prosedur

6
pembuatan single complete denture rahang atas dengan
bahan akrilik modifikasi suction cups
b. Untuk mengetahui kelebihan dari prosedur pembuatan
single complete denture rahang atas dengan bahan akrilik
modifikasi suction cups
c. Untuk mengetahui solusi apabila terdapat kendala saat
prosedur pembuatan single complete denture rahang atas
dengan bahan akrilik modifikasi suction cups.
d. Dan untuk mengetahui bagaimana cara perawatan protesa
single complete denture rahang atas dengan bahan akrilik
modifikasi suction cups
Istilah asing wajib huruf miring

1.5. Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Bagi Penulis


Penulis berharap dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini akan
bermanfaat dan mendapat pengetahuan yang baru, pengetahuan
tahapan pada prosedur prosedur pembuatan single complete
denture rahang atas dengan bahan akrilik modifikasi suction cups
1.5.2 Manfaat bagi Umum
Manfaat umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan prosedur pembuatan
single complete denture rahang atas dengan bahan akrilik
modifikasi suction cups
1.5.3 Manfaat Bagi Institusi
Manfaat untuk institusi untuk menambah referensi di Perpustakaan
Poltekkes Kemenkes RI Jakarta II.

7
1.6. Metode Penulisan

Karya tulis ilmiah ini menggunakan studi model yang diambil dari
model pasien di Ivodent dental lab yang didukung oleh beberapa referensi
baik dari media internet maupun buku acuan yang diperoleh dari
perpustakaan, yaitu perpustakaan Politeknik Kesehatan Kementrian ,
Perpustakaan Universitas Indonesia.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini khususnya pada bab tinjauan pustaka penulis
akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan prosedur pembuatan
single complete denture rahang atas dengan bahan akrilik modifikasi suction cups

2.1. Prosthodonti

prosthodonti adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian


yang sesuai bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang
hilang serta jaringan disekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan, rasa
Tidak boleh double kata sambung 1
nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan.

2.2. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan


Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan
untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.2

Gambar 2.1
Gigi tiruan lengkap lepasan

Penulisan keterangan gambar : Spasi 1


dan huruf kapital disetiap depan kata

9
Text

2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Pembuatan GTLL


2.3.1. Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan yaitu:
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut
karena kesehatan/kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin
diperbaiki.
3. Bila dibuat GTS, sisa gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya
4. Keadaan umum dan kondisi mulut sehat.6
2.3.2. Kontraindikasi pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan :
1. Tidak ada perawatan alternative.
2. Pasien belum siap secara fisik dan mental.
3. Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh.
4. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang.6

2.4. Single Complete Denture


Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepas (complete denture) bisa
penuh rahang atas dan rahang bawah, tetapi juga bisa hanya rahang atas saja
atau rahang bawah saja yang disebut single complete denture yang
berantagoniskan gigi asli, gigi tiruan cekat, atau gigi tiruan sebagian lepasan
(Arnefi, 2003). Berbeda dengan complete denture yang merupakan gigi
tiruan lengkap lepas dimana rahang atas dan rahang bawah sudah tidak
bergigi. Pada proses pembuatan single complete denture berbeda dengan
complete denture karena pada single complete denture gigi antagonisnya
masih merupakan gigi asli dimana pada proses pembuatannya harus
memperhatikan kesejajaran oklusi (Bose, 2007).2

2.5. Indikasi dan Kontraindikasi single complete denture


2.5.1. Indikasi single complete denture
1. Rahang atas sudah kehilangan semua giginya, dengan lengkung
rahang bawah masih memiliki gigi asli yang lengkap

10
2. Rahang atas sudah kehilangan semua giginya, dengan lengkung
rahang bawah telah kehilangan sebagian gigi yang akan diganti
dengan gigi tiruan cekat
Penomoran tidak 3. Rahang atas sudah kehilangan semua giginya , dengan lengkung
mggunakan huruf miring
rahang bawah telah kehilangan sebagian giginya yang akan diganti
dengan gigi tiruan sebagian lepas.
4. Rahang atas sudah kehilangan semua giginya, dengan lengkung
rahang bawah tidak bergigi, namun sudah dibuatkan gigi tiruan
penuh yang keadaannya masih baik
5. Rahang bawah yang sudah kehilangan semua giginya, ukuran
rahang bawah normal sedangkan rahang atas kecil, dan gigi sisa
rahang atas masih bisa dipertahankan.
6. Pada kasus relasi rahang kelas III dan ukuran rahang bawah cukup
besar.6
2.5.2. Kontraindikasi Single complete denture
1. Rahang yang sudah kehilangan semua giginya, dengan lengkung
oklusal gigi asli rahang antagonis yang tidak beraturan.
2. Daya kunyah besar
3. Memiliki kebiasaan buruk
4. Rahang bawah yang sudah kehilangan semua giginya, rahang atas
cukup besar, dan gigi sisa di rahang atas cukup banyak.
5. Rahang bawah yang sudah kehilangan semua giginya dan gigi sisa
di rahang atas hanya ada beberapa gigi dengan prognosis yang juga
tidak baik.6

2.6. Faktor Retensi dan Stabilisasi yang Diperlukan Dalam Pembuatan


Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
2.6.1. Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan gaya-
gaya yang melepaskan suatu protesa dari dalam mulut.

11
2.6.1.1. Macam-macam retensi gigi tiruan lepasan yaitu7
1. Perluasan Basis

Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas


daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan. Basis dibuat
seluas mungkin tetapi tidak boleh mengga nggu mukosa
bergerak dan tidak bergerak. Perluasan pada daerah sayap
bukal adalah yang paling benar untuk memberikan retensi
yang baik.

2. Peripheral Seal

Faktor terpenting yang mempengaruhi retensi suatu


gigi tiruan adalah peripheral seal yang mengontrol
masuknya udara diantara basis dan mukosa. Efektifita s
peripheral seal sangat mempengaruhi tekanan pada palatum,
pentingnya penutupan tepi yang kedap udara disekeliling tepi
gigi tiruan tidak dapat diabaikan.

3. Pembuatan Postdam

Postdam diletakan tepat disebelah anterior garis getar


dari palatum lunak dekat dengan fovea palatina atau yang
disebut garis dan tepi posterior dari gigi tiruan bawah
diletakkan pada retromolar pad.

2.6.1.2. Faktor-faktor untuk meningkatkan retensi7

Ada beberapa faktor yang dapat berperan


meningkatkan retensi pada kasus GTLL yaitu :

1. Tekanan Otot

Tekanan otot ini diberikan oleh otot bibir, pipi dan


lidah. Pengandalian gigi tiruan oleh otot dapat cukup
memuaskan untuk memberikan fungsi gigi tiruan yang baik

12
tanpa adanya bantuan kekuatan retensi fisik. Keberhasilan
pengendalian otot pada gigi tiruan tergantung pada
Isi paragraf tidak mudah kemampuan pasien untuk memperole h keterampilan
dimnegerti. Coba dilihat lagi
referensinya yang diperlukan sampai batas tertentu akan tergantung
pada umur biologis pasien dan permukaan poles gigi
tiruan yang dibentuk tepat dengan permukaan bukal dan
lingual menuju kesatu titik arak oklusal, tekanan ini
membantu retensi pada gigi tiruan.

2. Tekanan Fisik

Tekanan fisik berhubungan dengan sifat cairan saliva


yang ada diantara mukosa dan gigi tiruan. Tekanan fisik

ada dua macam yaitu:8 Adhesi kekuatan tarik - menarik


atara molekul – molekul yang berbeda seperti saliva dan
resin akrilik atau saliva dan mukosa. Kekuatan adhesi
mempengaruhi pembasahan gigi tiruan dan permukaan
mukosa.dan kohesi kekuatan tarik - menarik antara molekul
– molekul yang sama. Kekuatan kohesi mempertahankan
keutuhan lapisan saliva.

2.6.2. Stabilisasi

Gigi tiruan yang stabil adalah gigi yang selama berfungsi hanya
sedikit bergerak terhadap fungsi tulang di bawahnya. Gigi tiruan
tetap ditempatnya bila kekuatan retentif yang bekerja pada suatu
gigi tiruan melebihi kekuatan yang menggerakk a n dan gigi tiruan
mempunyai dukungan yang cukup. Dukungan ini ditentukan oleh
bentuk dan konsistensi jaringan pendukung gigi tiruan serta
kecermatan kontak gigi tiruan. Kekuatan retentif memberikan
ketahanan terhadap pengungkitan gigi tiruan dari dalam mulut
(jaringan mukosa pendukung) yang bekerja melalui 3 permukaan
gigi tiruan8:

13
1. Permukaan oklusal adalah bagian permukaan gigi tiruan yang
berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang
sesuai dari gigi tiruan antagonis atau gigi asli.
2. Permukaan poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk
permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi dan
permukaan ini berkontak dengan pipi, bibir dan lidah.
3. Permukaan cetakan adalah bagian dari gigi tiruan yang
konturnya ditentukan oleh cetakan.

2.7. Oklusi dan Artikulasi


2.7.1. Oklusi

Oklusi adalah hubungan kontak statik antara tonjol-tonjol


atau permukaan kunyah gigi-gigi atas dan bawah. Ada 2 oklusi
yaitu9

1. Oklusi ideal adalah oklusi yang secara morfologik normal


dengan posisi otot bertepatan dengan posisi gigi.
2. Oklusi normal adalah kontak antara tonjolan secara maksimal
antara gigi- gigi tanpa menimbulkan rasa nyeri pada otot-
otot, dan trauma pada jaringa n periodonsium atau sendi.
3. Oklusi seimbang adalah kontak antara gigi-gigi atas dan
bawah di seluruh lengkung geligi dalam kedudukan-
kedudukan berikut: posisi kontak mundur, oklusi protrusif,
serta oklusi lateral kiri dan kanan.
2.7.2. Artikulasi
Kontak geser dinamik antara tonjol-tonjol gigi atas dan bawah
yang terjadi selama gerakan menggiling dengan mulut tertutup.

14
Artikulasi adalah perubahan terus-menerus dari satu posisi oklusi
ke posisi kontak yang lain.
Sedangkan artikulasi seimbang adalah kontak geser yang
terus-menerus antara tonjol-tonjol gigi atas dan bawah selama
semua gerak menggiling sambil menutup mulut. Ini berarti
menandakan bahwa ada keseimbangan pada tiap posisi oklusi
dalam jangkauan fungsi normal, dan bahwa selama gerakan
menutup terdapat perubahan terus-menerus dari satu oklusi seimbang
ke keadaan yang lain9.
2.8. Keuntungan dan Kerugian Gigi Tiruan Akrilik

Keuntungan dan kerugian gigi tiruan akrilik yaitu10:

2.8.1. Keuntungan
1. Harga relative Murah
2. Proses pembuatan mudah
3. Menggunakan peralatan sederhana
4. Warna stabil
5. Mudah dipoles
6. Daya penghantar panas rendah
2.8.2. Kerugian
1. Mudah patah
2. Mudah berubah warna
3. Mudah aus/abrasi

2.9. Suction Cups


Sebuah gigi tiruan dengan suction cups itu seperti gigi tiruan
lengkap konvensional, kecuali bahwa pada permukaannya yang menyentuh
jaringan, ada banyak suction cups berukuran miniatur tertanam, yang
dibentuk dari karet silikon lembut (permanen soft liner).Pembuatan gigi
palsu lengkap dengan liner lunak permanen pada jaringan permukaan,
dikombinasikan dengan beberapa ruang isap dalam upaya untuk

15
meningkatkan retensi. Untuk mendapatkan hasil yang paling diinginkan,
disarankan untuk memiliki cup dengan sisi lurus dan sudut bagian dalam
meruncing 12,50.5

Gambar 2.2
Gigi tiruan lengkap lepasan modifikasi suction cups
2.10. Indikasi dan Kontraindikasi Suction cups
2.10.1. Indikasi penggunaan Suction cups11
1. Alveolar ridge yang rendah
2. Undercuts
3. Rotational paths of insertion
4. Disfungsi saliva
5. Kelainan saraf
6. Operasi resektif
7. Perubahan traumatis rongga mulut
8. Obat menginduksi xerostomia
9. Riwayat iradiasi kepala dan leher
10. Penyakit sistemik
11. Penyakit kelenjar liur
12. Penyakit neurologis
13. Kecelakaan serebrovaskular (stroke)
14. Sensasi sentuhan yang berkurang
15. Otot-otot oral yang sebagian atau seluruhnya lumpuh
16. Diskinesia orofasial (efek samping yang menonjol dari golongan
fenotiazin.

16
2.10.2. Kontraindikasi Penggunaan Suction cups

Dapat menyebabkan iritasi pada jaringan fisik yang dialami


oleh pasien karena ketinggian alat vakum.12

2.11. Kelebihan dan kekurangan Suction cups


2.11.1. Kelebihan13
1. Dapat meningkatkan retensi pada gigi tiruan.
2. relatif ekonomis
2.11.2. Kekurangan13

kemungkinan timbulnya denture stomatitis, pertumbuhan jamur


candida, dan hyperplasia sebagai bentuk adaptasi jaringan apabila
gigi tiruan digunakan secara berlebihan.

2.12. Tahap-Tahap Pembuatan Single Complete Denture Rahang


Atas dengan bahan Akrilik Modifikasi Suction Cups.
Pembuatan single complete dentune rahang atas dapat dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu:
2.12.1. Penerimaan Model Kerja
Pertama-tama yaitu merapihkan dan membersihkan sisa-
sisa nodul pada model kerja menggunakan lecron atau pisau
malam, setelah itu dibuatkan basis model dengan menggunakan
14
plaster of paris.
2.12.2. Pembuatan Galangan Gigit
Pembuatan galangan gigit adalah pembuatan gigitan malam
yang berfungsi untuk menentukan dimensi vertikal dan
mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien.

17
2.12.3. Penanaman Model pada Artikulator
Artikulator adalah alat yang dapat menirukan pergerakan
sendi rahang manusia, seperti gerakan membuka dan menutup
sampai pada gerakan kompleks berupa simulasi berbagai pergerakan
mandibula dan juga dapat memegang model RA dan RB dalam
hubungan seperti aslinya. Adapun jenis artikulator yang
digunakan disini adalah artikulator free plane artikulator adalah
artikulator yang dapat menirukan gerakan membuka dan menutup
rahang serta condilus yang dapat menirukan gerakan rahang ke
14
lateral dan protrusif.
2.12.4. Penyusunan Elemen Gigi
Penyusunan elemen gigi adalah proses penanaman gigi tiruan
sesuai dengan warna elemen gigi, jenis kelamin, bentuk gigi pasien
14
dan sesuai dengan oklusi pada basis pola malam.
2.12.5. Wax Counturing
Wax Counturing adalah pembentukan lekukan otot-otot gusi pada
gigi tiruan pola malam sedemikian rupa sehingga mirip dengan
otot-otot gusi dan semirip mungkin dengan anatomis gigi dan
jaringan lunak mulut.
2.12.6. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model dan trial denture
malam dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold.
15
Flasking dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu:
2.12.6.1. Pulling the casting
Adalah cara dimana setelah boiling out, gigi-gigi akan
ikut pada flask bagian atas. Keuntungan dari cara ini adalah
sangat mudah pada saat mengulas separating medium dan
packingnya mudah, karena seluruh mold dapat terlihat.
Kerugiannya adalah ketinggian gigit sering terjadi dan sulit
dihindari.

18
2.12.6.2. Holding the casting
Adalah cara dimana permukaan labial gigi-gigi ditutup
stone/gips sehingga setelah proses boiling out akan terlihat
seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan resin akrilik
harus melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah
sayap, disebut sebagai packing through. Keuntungan dari
cara ini adalah ketinggia n gigitan dapat dicegah.
Kerugiannya adalah sulit pada saat pengulasa n
CMS/separating medium, tidak dapat mengontrol daerah
apakah sudah bersih dari sisa malam dan pada waktu
packing pengisian resin akrilik ke bagian sayap tidak dapat
dipastikan terisi penuh.
2.12.7. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin
akrilik, ada dua metode cara packing yaitu
2.12.7.1. Dry method adalah cara mencampur powder dan liquid
langsung di dalam mold.
2.12.7.2. Wet method adalah cara mencampur powder dan liquid di
luar mold dan jika telah mencapai dough stage baru dimasukkan
ke dalam mold.
2.12.8. Curing
Curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
15
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
2.12.9. Deflasking
Deflasking adalah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari flask
dan bahan tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya
supaya geligi tiruan dapat diremounting di artikulator kembali
15
seperti semula sebelum proses flasking, packing, dan curing.

19
2.12.10. Remounting dan Selective Grinding
Remounting adalah pemasangan kembali gigi tiruan ke dalam
articulator bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak
15
harmonis dari gigi tiruan yang baru selesai diproses/ dimasak.
2.12.11. Finishing
Finishing adalah proses penyelesaian terdiri dari
menyempurnakan hasil/bentuk akhir gigi tiruan dengan membuang
sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan,sisa-sisa resin akrilik
atau stone yang tertinggal di sekitar gigi, tonjolan- tonjolan akrilik
15
pada permukaan dasar gigi tiruan akibat processing.
2.12.12. Polishing
Polishing adalah proses menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan
15
tanpa mengubah konturnya.
2.12.13. Pembuatan mini suction cups
Bur khusus telah dirancang dan digunakan untuk membuat
lubang bulat ukuran dan bentuk yang sama pada model kerja yang akan
dibuat suction cups. Lubang suction cups tidak di bur di atas
frenum,dan dijauhkan dari batas gigi tiruan minimal 2 mm.16
2.12.14. Pengaplikasian Bahan soft acrylic
Bahan itu dimuat di permukaan jaringan gigi palsu dan ditutup di
bawah tekanan. 16

2.12.15. Trimming dan finishing tepi


Jika ada kelebihan bahan dihilangkan dengan gunting tajam dan
haluskan menggunakan disc pemoles.16

20
BAB III

PROSEDUR PEMBUATAN SINGLE COMPLETE DENTURE


RAHANG ATAS DENGAN BAHAN AKRILIK MODIFIKASI
SUCTION CUPS

Penulisan karya tulis ilmiah ini diangkat berdasarkan studi model yang
dilakukan penulis tentang prosedur laboratorium pembuatan single
complete denture rahang atas dengan bahan akrilik modifikasi suction cups
di laboratorium Ivodent dental lab

3.1. Data Pasien


Nama Pasien : Ny Lidya
Nama Dokter Gigi : Drg. Joseph
Umur Pasien : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
3.2. Keterangan Model Kerja
Model Kerja : Kehilangan seluruh gigi pada rahang atas, kondisi
palatum pada bagian posterior datar, bentuk
lengkung rahang tapering, dan lawan antagonis
masih gigi asli.
SPK :Mohon dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan rahang
atas dengan bahan akrilik dan tambahan Suction
cups retensi
Warna Gigi : A3
3.3. Desain

Gambar 3.1

18
Keterangan

a. Elemen gigi tiruan acrylic


b. Basis gigi tiruan

3.4. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam prosedur pembuatan single
complete denture rahang atas dengan bahan akrilik modifikasi sucti on
cups , antara lain:

3.5.1. Persiapan Alat


1. Trimmer
2. Amplas
3. Lap putih
4. Mesin poles
5. Artikulator
6. Micromotor
7. Lecron
8. Scalpel
9. Pisau malam
10. Bowl
11. Spatula
12. Lampu Spirtus
13. Masker
14. Palu
15. Macam- macam mata bur
16. Kuas
17. Mixing Jar
18. Cutten wheel, Felt cone
19. Kuvet
20. Panci
21. Kompor

19
22. Pensil
23. Table Press
24. Hand Press

3.5.2. Persiapan Bahan


1. Alginate
2. Resilient rubber silicon
3. Dental stone
4. Plaster of Paris
5. Base plate wax
6. Elemen gigi tiruan
7. CMS(Could Mold Seal)
8. Vaseline
9. Powder dan liquid heat curing dan self curing akrilik
10. Pumice
11. CaCO3

3.3. Prosedur Pembuatan Single Complete Denture Rahang Atas dengan


bahan Akrilik modifikasi vakum retensi pada bagian palatal
3.5.1. Merapihkan Model Kerja
Prosedur yang pertama yaitu merapihkan dan membersihkan sisa-
sisa nodul pada model kerja menggunakan lecron atau pisau
malam, setelah itu dibuatkan basis model dengan menggunakan
Plaster Of Paris.
3.5.2. Pembuatan Garis Midline , Garis Proyeksi (puncak lingir), dan Kawat
Penguat
3.5.2.a. Pembuatan Garis Midline
1. Dibuat 3 buah titik pada frenulum labialis, titik pertemuan
ruggae kiri dan kanan, dan titik tengah antara ke 2 fovea
palatine
2. Kemudian 3 titik tersebut dihubungkan mengunakan pensil

20
3. Dari frenulum labialis ditarik garis lurus menuju ruggae dan
fovea palatine
4. Garis lurus tersebut ditarik sampai ke bagian bawah model.
3.5.2.b. Pembuatan Kawat Penguat
1. Desain kawat digambar dengan mengunakan pensil.
2. Kawat yang digunakan berdiameter 0,8mm.
3. Gunakan kawat yang berukuran kira-kira 10-12 mm,
kemudian kawat dipotong dengan mengunakan tang potong.
4. Lalu kawat tersebut diletakkan kira-kira 1-2 mm di depan
batas dari garis desain yang telah dibuat.
3.5.2.c. Pembuatan Garis Proyeksi
Pembuatan garis proyeksi ini berguna sebagai pedoman
dalam penyusuna n elemen gigi tiruan, elemen gigi harus
terletak diatas garis proyeksi, jika tidak maka pada saat
artikulasi gigi tiruan akan lepas penyebabnya karena beban
daya kunyah tidak jatuh pada puncak garis proyeksi atau
puncak tulang alveolar berikut tahapan pembuatan garis
proyeksi:
1. Panduan garis proyeksi dibuat terlebih dahulu dengan
membuat tanda titik pada puncak papilla incisiva,
puncak kaninus dan puncak hamular notch
menggunakan pensil.
2. Garis lurus pertama ditarik dari puncak papilla incisiva
ke kaninus atas sebelah kanan sampai ke permukaan luar
model.
3. Kemudian garis lurus ditarik ke papilla incisiva ke
kaninus sebelah kiri dan kanan atas ke hamular notch
kanan sampai keluar permukaan model.
4. Kemudian prosedur yang sama dilakukan ke bagian sisi
sebelahnya.

21
3.5.3. Langkah - langkah Pembuatan Galangan Gigit
1. Untuk membuat galangan gigit diperlukan base plate wax .
2. Model kerja terlebih dahulu direndam ke dalam air selama 1 menit, proses
ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses pelepasan
galangan gigit.
3. Kemudian gunakan selembar base plate wax lalu dipanaskan menggunaka
n lampu spirtus sehingga menjadi lunak seluruhnya. Dan base plate
wax tersebut, di letakkan di atas model kerja sambil dibentuk dengan
bantuan jari-jari tangan atau meggunakan karet penghapus pensil.
4. Setelah itu dipanaskan kembali selembar base plate wax diatas lampu
spirtus kemudian digulung dan gulungan malam dilekatkan pada bagian
dasar wax sampai membentuk silinder dan buat gulungan malam tersebut
seperti bentuk tapal kuda
5. Kemudian ruang antara gulungan base plate wax dan dasar tepi gigi tiruan
disambung dengan malam
6. Untuk galangan gigit rahang atas bagian anterior tingginya sekitar 12mm
sedangkan untuk lebar anteriornya adalah 4mm.
7. Kemudian pada bagian posterior tingginya sekitar 10-11mm dan lebarnya
sebesar 6mm.
8. Setelah itu permukaan oklusal galangan gigit diratakan dengan
menggunakan glass plate/table articulator dipanaskan diatas lampu spirtus.
9. Untuk bagian galangan gigit rahang atas berbanding 2:1 antara bagian bukal
dan bagian palatal (bagian bukal 4mm dan 2mm bagian palatal).

3.5.4. Penanaman Model Kerja di Artikulator


1. Menyiapkan peralatan dan bahan-bahan seperti bowl, spatula, vaseline,
plaster of paris, dan artikulator.
2. Pertama-tama bagian atas dan bawah artikulator diolesi dengan separating
medium atau vaseline.
3. Dibuat 3 takik pada bagian bawah model kerja rahang atas dan rahang bawah.
4. Kemudian bagian atas artikulator dibuka lalu model kerja di letakkan
pada rahang atas ke meja artikulator lalu tanam terlebih dahulu dengan gips
putih lalu tutup pada bagian atas kemudian rapihkan, setelah itu rahang
22
bawah dioklusikan dengan rahang bawah buat sedemikian rupa antara
rahang atas dan rahang bawah dengan tinggi galangan gigit sejajar pada
meja artikulato r , dan kedudukan dapat dipertahankan menggunakan
modelling clay.
5. Setelah itu adonan gips dibuat lagi menggunakan bowl dan spatula,
lalu adonan gips diletakkan pada model kerja rahang bawah lalu tutup pada
bagian arikulator bagian bawah kemudian dirapihkan.
6. Setelah itu artikulator dibalikkan seperti keadaan semula.

3.5.5. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan


3.5.5.a. Penyusunan gigi anterior pada rahang atas dengan cara yang benar
adalah sebagai berikut:
3.5.5.a.i. Incisivus Satu Atas
1. Potong wax bagian garis midline sebelah kiri secukup gigi I-1
atas.

2. Sumbu gigi membentuk 850 terhadap bidang oklusal.


3. Bagian incisal edge menyentuh bidang oklusal.
4. Pada permukaan labial gigi I-1 atas sesuai dengan lengkung
galangan gigit namun pada bagian sepertiga servikalnya sedikit
miring.
3.5.5.a.ii. Incisivus Dua Atas
1. Potong wax disebelah gigi I-1 atas seukuran gigi I-2 atas.

2. Sumbu gigi membentuk sudut 80 0 terhadap bidang oklusal.


3. Bagian incisal edge agak naik sedikit kira-kira 1-2mm diatas
bidang oklusal.
4. Titik kontak mesial kontak dengan titik kontak distal incisivus
satu.
5. Dilihat dari pandangan oklusal permukaan labial gigi I-2 sesuai
dengan lengkung galangan gigit.
6. Pada bagian servikalnya sedikit lebih dalam dari gigi incisivus
satu.
3.5.5.a.iii. Kaninus Atas

23
1. Potong wax disebelah gigi I-2 atas seukuran gigi kaninus atas.
2. Sumbu gigi hampir sama dengan gigi I-1 atas.
3. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal I-2 atas.
4. Tonjol cusp menyentuh pada bidang oklusal.
5. Pada bagian servikal sedikit lebih keluar dari gigi I-1 dan I-2
atas.
6. Permukaan

3.5.5.b. Penyusunan gigi posterior rahang atas disesuaikan dengan rahang


bawah, yaitu sebagai berikut:
3.5.5.b.i Premolar Satu Atas
1. potong wax disebelah gigi kaninus atas secukup gigi P-1 atas.
2. Inklinasi terior-posterior gigi P-1 atas pada bidang oklusi bagian
cusp palatal sedikit tinggi kira-kira 1mm di atas bidang oklusi.
3. Bagian mesial pada gigi P-1 atas berkontak dengan distal gigi P-
1 rahang bawah.
4. Apabila gigi P-1 terlalu tinggi dapat diasah pada bagian ridge
lap.
5. Pada pandangan oklusal sentral developmental groove terletak
diatas puncak ridge
3.5.5.b.ii. Gigi Premolar Dua Rahang Atas
1. Potong wax disebelah gigi P-1 atas secukup gigi P-2 atas.
2. Pada bagian titik kontak mesial gigi P-2 atas berkontak
dengan titik kontak mesial gigi P-2 rahang bawah.
3. Inklinasi anterior-posterior cusp bukal berada pada puncak cusp
disto bukal cups P-2 rahang bawah sedangkan cusp palatal
terletak pada sentral fossa gigi P-2 rahang bawah serta dari
pandangan oklusal jika dilihat bagian sentral developmental
groove terletak di puncak ridge.
3.5.5.b.iii. Gigi Molar Satu Rahang Atas
1. Potong wax disebelah gigi P-2 atas seukuran gigi M-1 atas.
2. Bagian mesial gigi molar satu rahang atas berkontak dengan
mesial cusp gigi M-1 atas.
24
3. Tonjol cusp bagian palatal bertemu dengan sentral fossa gigi
molar 1 rahang bawah.
3.5.5.b.iv. Gigi Molar Dua Rahang Atas
1. Potong sisa wax disebelah gigi molar 1 rahang atas dan letakkan
gigi M-2.
2. Pada bagian mesial gigi M-2 rahang atas berkontak dengan
mesial gigi M-2 atas.
3. Pada bagian cusp mesio-palatal gigi M-2 bertemu dengan
sental fossa gigi bawah.
3.5.6. Pelaksanaan Wax Contouring dan Pelekatan Vakum Retensi
3.5.6.a. Langkah-langkah yang harus di perhatikan:
1. Sebelum dilakukan wax countouring, wax dilubangi pada bagian
tengah palatum lalu dipasang logam besi yang digunakan untuk
memasang karet retensi.
2. Kemudian logam besi ditutup kembali dengan wax.
3. Selanjutnya bagian dasar tepi gigi tiruan difiksir dengan wax pada
model kerja sambil disesuaikan dengan bentuk gigi tiruan.
4. Lalu tonjolan akar dibentuk pada setiap gigi menggunakan lecron,
semakin kearah servikal berarti semakin sempit bentuk akarnya.
5. Daerah interproximal harus sedikit cembung, meniru daerah-
daerah interdental papilla sehingga terlihat lebih manis serta
mencegah pengendapan sisa-sisa makanan dan plak pada bagian
anterior-posterior.
6. Setelah itu pembentukan pada bagian posteriornya.
7. Semua permukaan luar gigi tiruan malam dihaluskan dengan
melewatkan diatas api dan digosok menggunakan kain sutra sampai
mengkilat.
8. Stippling dibuat seperti keadaan jaringan yang sehat dengan
menggunaka n sikat yang berbulu kaku.
9. Setelah itu dihaluskan menggunakan kain satin.

25
3.5.7. Flasking
Pada tahap ini penulis akan melakukan proses flasking menggunakan
metode pulling the casting, beberapa tahapan yang akan dilakukan sebagai
berikut:

1. Pertama-tama dipersiapkan alat dan bahan seperti: bowl, spatula,


plaster of paris, dan Vaseline.
2. Sebelum memulai prosedur flasking seluruh bagian flask di olesi
Vaseline selapis tipis, demikian juga pada model kerja bagian tepi
dan dasar model kerja.
3. Adonan gips diaduk menggunakan bowl dan spatula, lalu tuang
adonan gips kedalam flask bagian bawah kemudian model kerja
ditanam pada flask bawah dan dirapihkan
4. Setelah gips mengeras, barulah pada bagian gipsnya dilapisi
dengan air sabun untuk mempermudah proses pelepasan kedua
flask.
5. Adonan gips diaduk kembali, lalu tutup flask bagian atas sampai
metal to metal.
3.5.8. Boiling Out
Setelah gips mengeras, flask dan press direndam ke dalam air mendidih
untuk selanjutnya dilakukan Proses boiling out untuk mendapatkan mold
space dengan cara memindahkan kuvet/flask dari tabble press ke hand press
kemudian direndam dalam air mendidih selama 5-10 menit untuk mencairkan
wax, setelah mencapai waktu 5 menit kuvet diangkat, kuvet atas dan kuvet
bawah dibuka secara perlahan - lahan , lalu siram dengan air pada mold space
sampai bersih dan tidak ada sisa-sisa wax pada ruang mold space, kemudian
bagian tepi yang tajam pada mold space dirapihkan menggunakan lecron,
kemudian disiram kembali sampai bersih.

3.5.9. Packing
Pada tahap packing ini penulis akan menggunakan methode wet
method yaitu pencampuran monomer dan polimer ke dalam mixing jar, berikut
tahapan-tahapan packing:

1. Di persiapkan bahan-bahan untuk packing terlebih dahulu.


26
2. Kemudian pada saat sebelum packing mold space diberi ulasan CMS(Could
Mould Seal) terlebih dahulu.
3. Setelah itu masukkan monomer dan polimer kedalam mixing jar, kemudian
tutup mixing jar dan tunggu sampai adonan akrilik mencapai tahap dough
stage, setelah mencapai dough stage lalu adonan akrilik diambil terus
diaplikasikan pada kuvet atas dan kuvet bawah. Pada kuvet bawah adonan
akrilik diletakkan terlebih dahulu pada bagian logam besi sambil ditekan
agar adonan terisi dengan sempurna.
4. Setelah itu adonan akrilik diaplikasikan pada kuvet atas sampai terisi penuh.
5. Baru tahap selanjutnya dilakukan proses press pertama selama 3 menit.
6. Setelah press pertama kuvet dikeluarkan dari table press, lalu buka kuvet
atas dan kuvet bawah, kemudian buang kelebihan akrilik.
7. Kemudian lakukan press kedua dengan proses pertama masih menggunakan
plastic cellophane.
8. Setelah proses press kedua selesai, lanjut ke tahap berikutnya press yang
ketiga tidak menggunakan plastic cellophane, pada press ke 3 ini dilakukan
selama 10 menit press.
9. Setelah itu pindahkan kuvet dari table press ke hand press untuk dilakukan
proses selanjutnya yaitu proses curing.
3.5.10. Curing
Kuvet dipindahkan dari press meja ke press tangan untuk proses

selanjutnya akan dilakukan proses curing dari suhu kamar 700 selama 30 menit

dengan api yang disesuaikan, kemudian suhu dinaikkan 100 0 selama 1jam

kemudian air dibiarkan sampai mendidih selama 11/2 jam dan dibiarkan

hingga dingin sampai kembali ke suhu kamar.14

3.5.11. Deflasking
1. Mold dan gigi tiruan di lepaskan dari flask/kuvet.
2. Gips yang menempel pada model kerja dan gigi tiruan dipotong
menggunakan gergaji, bagian distal gigi kaninus kanan dan kiri dipotong
dan jangan sampai mengenai gigi tiruannya.
3. Lalu pisahkan gips yang masih menempel pada gigi tiruan menggunakan
pisau gips.
27
4. Gips yang masih menempel pada bagian plat dapat dibuang menggunak an
pisau malam atau lecron.
3.5.12. Proses Remounting dan Selective grinding
Setelah model dikeluarkan dari bahan tanam selanjutnya masuk
ke tahap remounting, pada tahap remounting incisal guide pin terangkat
kurang lebih 1-2mm maka penulis melakukan selective grinding. Selective
grinding:

1. Pertama mengembalikan dimensi vertikal seperti semula dengan


cara menggunakan articulating paper yang tipis yang diletakkan pada
seluruh permukaan oklusal sampai terlihat tanda-tanda spot pada
daerah-daerah tertentu.
2. Kemudian dilakukan pengasahan dengan menggunakan bur diamond
pada daerah yang terlihat tanda-tanda warna, kemudian dioklusikan
kembali untuk pengecekan artikulasi sampai incisal guide pin tidak
terangkat.
3. Setelah selesai pengasahan dan incisal guide pin sudah tidak terangkat
lagi kemudian permukaan-permukaan oklusal gigi yang tajam dan
menyudut diratakan dengan menggunakan bur stone kecil.
3.5.13. Finishing
Setelah diperoleh protesa kasar kemudian dilakukan penyempurnaan
bentuk akhir dari protesa dengan menggunakan mata bur fraser, kemudian
setelah selesai menggunakan amplas kasar dan amplas halus.

3.5.14. Polishing
Pada tahap ini gigi tiruan di haluskan dan dikilapkan dengan hati-hati
tanpa merusak kontur-kontur yang telah dibuat pada Wax Counturing.
Tahapan-tahapa n polishing sebagai berikut:

1. Untuk tahapan pertama menggunakan mesin poles sikat hitam gunanya


adalah untuk menghaluskan bagian protesa yang sudah diamplas
2. Kedua setelah selesai menggunakan sikat hitam barulah mengguna ka n
sikat putih menggunakan CaCo3 dan blue compound untuk proses
mengkilapkan gigi tiruan
3. Setelah selesai barulah gigi tiruan dicuci menggunakan air sabun
28
3.5.15. Pembuatan mini suction cups
1. Siapkan modelnya dan buat lubang menggunakan bur trephine sedalam 1
mm, berdiameter mm, terpisah sekitar 1,5 mm
2. Dibentuk dengan sisi lurus dan sudut 12,5o meruncing
3. Lubang suction cups tidak di bur di atas frenum,dan dijauhkan dari batas
gigi tiruan minimal 2 mm
4. gigi tiruan rahang atas memiliki hingga 200 lubang suction cups, dan
rahang bawah lebih dari 150 lubang suction cups.
3.5.16. Pengaplikasian Bahan soft acryllic
1. Bahan soft acrylic atau karet silikon diaplikasikan pada permukaan resin
akrilik
2. Tekan ke permukaan model kerja
3. Diamkan selama 5-8 menit
3.5.17. Curing
1. Panaskan didalam panci bertekanan (40-450) selama 15 menit
2. Dinginkan selama 20 menit
3.5.18. Finishing
1. Potong sisa bahan silikon yang berlebih menggunakan scalpel dengan hati
hati
2. Rapihkan batas tepi menggunakan disk pemoles

29
DAFTAR PUSTAKA

1. A.G. Haryanto dkk. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jilid 1. Hipokrates. Jakarta. 1991. Hal. 12-3
2. www.e-journal.unair.ac.id/index.php/JVHS
3. http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/download/899/800
4. https://www.nature.com/articles/sj.bdj.2012.369.pdf?proof=true
5. https://nebula.wsimg.com/7eb681388cbf590b7a052dcafd1700ba?Acce
ssKeyId=44189AF8BC7E3D5EEFEF&disposition=0&alloworigin=1
6. https://dokumen.tips/download/link/bahan-ody-indikasi-kontraindikasi-
gigi-tiruan-penuh-dan-gtp-tunggal
7. R.M. Basker, Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi. Edisi
III. Jakarta. EGC. 1996. Hal. 47
8. http://dokume n.tips/do c ume nts/faktor- ya ng- me mpe nga ruhi-rete nsi-da n-
stabilitas-pe mb uata n- gigi-tirua n. html (
9. Watt, David M. dan MacGregor AR. Membuat Desain Gigi Tiruan
Lengkap. Edisi 2, Alih Bahasa, Soelisijani P, Max BL. Jakarta. EGC.
2002. Hal. 221-2
10. http://etd.reposito ry. ugm.ac. id/inde x.p hp? mod=do wnlo ad&sub=
DownloadF il e&act=view&typ= html&id=62900&ftyp=poto nga n&poto
nga n=S2-2013-304625-chapter1.pdf
11. http://www.tandlakartidningen.se/media/1599/Mutluay9_2005.pdf
12. http://www.otdentallab.com/files/SuctionCup.pdf
13. http://media.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160815163856_67
11.pdf
14. W.H. Itjiningsih, Geligi Tiruan Lengkap Lepasan. Penerbit Buku
Kedokteran Gigi EGC. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
(KDT), 1996. Hal. 45-190.
15. . http://www.slideshare. net/91878881-pe mb uata ngigitirua npe nuh
16. https://www.researchgate.net/publication/314359076_An_Alternative_
Treatment_Approach_for_Enhancing_Retention_in_Resorbed_Ridges_
Octopus_Tentacle

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai