PENDAHULUAN
1.2 Skenario
Seorang teknisi dental menerima model kerja yang terdiri dari model rahang
rahang atas dan model rahang bawah dari mahasiswa untuk pembuatan suatu
gigi tiruan akrilik rahang bawah. Setelah melalui beberapa tahapan
pengolahan dalam pembuatan gigi tiruan, ternyata diperoleh basis gigi tiruan
rahang bawah yang mengalami porositas dan letak cengkeram yang
mengalami perubahan letak posisi.
1
4. Apa yang dimaksud dengan resin akrilik, komposisi, jenis, serta syarat
resin akrilik?
5. Apa alat dan bahan serta tahap pembuatan gigi tiruan akrilik?
6. Apa keuntungan dan kekurangan dari penggunaan resin akrilik pada gigi
tiruan?
7. Apa itu cengkeram, bagian-bagian, jenis, fungsi, dan syarat cengkeram
yang baik?
8. Bagaimana teknik pembuatan cengkeram?
9. Apa penyebab terjadinya perubahan posisi cengkeram pada gigi tiruan
serta pencegahan dan penanganannya?
10. Apa itu porositas, penyebab terjadinya porositas pada gigi tiruan, serta
pencegahan dan penanggulangannya?
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Model rahang yang dibuat dengan jalan duplikasi model kerja
untuk maksud pengecoran atau penyolderan dan dibuat dari
bahan tanam tahan panas dan tak hancur karena suhu tinggi
selama pengecoran.
e. Model Proses
Model ini dibuat oleh laboratorium sebagai duplikat model
kerja dan diatas tempat geligi tiruan akan dibuat. Setelah
selesai, geligi tiruan dikirimkan kepada Dokter gigi diatas
model kerja semula.
f. Model Duplikat
Model ini merupakan duplikat dari model rahang yang
sebelumnya sudah ada. Dengan demikian, model ini bisa
merupakan duplikat dari jenis model tersebut diatas.
2.2.3 Komposisi Model Kerja Dental
Komposisi utama model kerja dental adalah gypsum. Gypsum
terdiri dari beberapa tipe6, yaitu :
a. Plaster Cetak (Tipe I)
Plaster cetak sudah jarang digunakan untuk mencetak dalam
kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang
kurang kaku. Plaster terbatas digunakan untuk cetakan akhir
(wash), dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
b. Plaster Model (Tipe II)
Digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protheses
bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup,
sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya
berwarna putih alami.
c. Dental Stone (Tipe III)
Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi
tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak. Stone tipe 3
lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada
konstruksi protheses, karena stone tersebut memiliki kekuatan
yang cukup untuk tujuan itu serta lenih mudah dikeliarkan
setelah proses selesai.
d. Stone Gigi Kekuatan Tinggi (tipe IV)
Persyaran utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah
kekuatan, kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal.
e. Stone Gigi Kekuatan Tinggi Ekspansi Tinggi (tipe V)
Produk gypsum yang dibuat akhit-akhir ini dan memiliki
kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi
tipe 4. Dibutuhkan eskpansi lebih tinggi pada stone yang
digunakan untuk die untuk mengurangi pengerutan pemadatan
logam campur.
4
f. Gypsum Syntetic
Produk sintetik biasanya lebih mahal dibandungkan dengan
yang dibuat dari gypsum alami. Tetapi bila produk tersebut
dibuat dengan tepat, sifatnya sebanding atau melebihi stone
alami. Kendala dalam prosesnya cukup lama dan hanya sedikit
yang berhasil.
2.2.4 Cara Membuat Model Kerja Dental7
a. Menimbang Air
Diukur dalam volume pada silinder; 1 gram = 1Ml
b. Menimbang Bubuk
Pertama air ditambahkan ke mixing bowl dan ditempatkan
diatas timbangan. Kedua, timbangan di set kenol. Terakhir,
bubuk ditambahkan ke bowl dengan scoop sampai yang
diinginkan.
c. Penambahan Bubuk dan Air
Tambahkan air ke dalam mixing bowl kemudian ditambahkan
bubuk sedkit demi sedikit.
d. Pencampuran (mixing)
Hand mixing : Dilakukan pada rubber bowl dengan spatula
untuk mencampur bubuk dan air. Campuran harus halus,
homogen, dapat dikerjakan, dan bebas gelembung.
Vacuum mixing : Dilakukan dengan vacuum mixing dan
investing mecin.
e. Mengisi Cetakan
Campuran gypsum dialirkan perlahan ke atas untuk mencegah
terperangkapnya udara. Biasanya dilakukan di atas dental
vibrator.
5
c. Direct Retainer : bagian dari gigi tiruan yang menyediakan
retensi, yakni cengkeram yang terdiri atas : sandaran, lengan
retentif, lengan pengimbang, dan minor connector.
d. Indirect Retainer : unit Kelas I atau II gigi tiruan yang
mencegah atau menahan pergerakan atau rotasi basis dari
residual ridge.
e. Denture Base : bagian dari gigi tiruan sebagian yang menutupi
residual ridge dan mendukung gigi tiruan.
b. Strength (Kekuatan)
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin,
teknik prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin
akrilik mempunyai modulus elastisitas yang relatif rendah
yaitu 2400Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1
mm.
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam
massaakrilik yang telah mengalami polimarisasi. Timbulnya
porositasmenyabababkan efek negatif terhadap kekuatan dari
6
resin akrilik.Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan
pada basis gigitiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous
porosity. Shrinkageporosity kelihatan sebagai gelembung yang
tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan
sedangkan gaseous porosityterlihat berupa gelembung kecil
halus yang uniform, biasanyaterjadi terutama pada protesa
yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.
d. Stabilitas Dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses,
molding,cooling, polimerisasi, absorbsi air dan temperatur
tinggi.
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal
inidisebabkan karena adanya tensile stress, sehingga
terjadipemisahan barat molekul.
f. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik
dapatmenyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga
terjadifatigue dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur.g.
RadiologiAkrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena
sifatradiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang
terdapadalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal
ini akanmeyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian
akrilik yangtertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.
g. Reaksi Alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat
kontak dengan resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan.
Kebanyakankasus yang dilaporkan adalah akibat dari gigi
tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan yang tidak sesuai
kedudukanya dalamrongga mulut.
2.5 Alat dan Bahan serta Cara Membuat Gigi Tiruan Akrilik2
2.5.1 Mixing
Powder dan liquid dicampur untuk membentuk dough yang akan
memadati gypsum mould untuk curing.rasio p : l penting karena
mengontrol kemampuan kerja campuran dan perubahan deimensi
saat setting.
2.5.2 Rasio P : L
Rasio P : L yang biasa digunakan 2.5 : 1.
2.5.3 Campuran diaduk dan didiamkan hingga mencapai konsistensi
yang cocok untuk packing ke dalam gypsum mould.
7
2.5.4 Segera setelah pencampuran, campuran menjadi agak sandy
setelah beberapa waktu, campuran menjadi lengket atau sticky
membentuk tali yang lengket ke spatula.
2.5.5 Tahap selanjutnya : dough stage. Campuran dimasukkan kedalam
mould.
Dough diisi ke dalam dua bagian gypsum mould, yang
sebelumnya telah dilakukan mould-sealing compound
(penyegelan senyawa mould). Kelebihan campuran membentuk
sayap atau flash pada titik dimana seperdua bagian kuvet bertemu.
2.5.6 Kuvet dibuka dan sayap dihilangkan.
2.5.7 Kuvet ditutup kembali kemudian diberi penekanan dengan
threaded bench press selama curring dan ditahan dengan penjepit
springloaded.
2.5.8 Terkadang, adonan dimasukkan ke mould dengan injection
molding. Lubang sprue dan lubang ventilasi dibentuk pada
gypsum mould dan kuvet dibentuk menyesuaikan dengan
peralatan injection molding.
2.5.9 Curring : Untuk polimerisasi monomer menghasilkan prosuk
akhir gigi tiruan, dengan menempatkan kuvet dalam water bath
atau oven udara.
2.7 Cengkeram9
Cengkeram merupakan penahan langsung ekstra koronal dan berfungsi
menahan, mendukung dan menstabilkan geligi tiruan sebagian lepasan.
2.7.1 Bagian-bagian cengkeram
a. Badan cengkeram (body), terletak antara lengan dan sandaran
oklusal;
b. Lengan cengkeram (arm), terdiri dari bahu dan terminal;
c. Bahu cengkeram (shoulder), bagian lengan yang berada di atas
garis survai, biasanya tegar;
d. Ujung lengan (terminal), bagian ujung lengan cengkeram;
e. Sandaran (rest), bagian yang bersandar pada permukaan
oklusal/insisal gigi penahan;
f. Konektor minor, bagian yang menyatukan cengkeram dengan
kerangka logam geligi tiruan.
2.7.2 Penggolongan Cengkeram
a. Menurut konstruksinya :
8
Cengkeram tuang atau cor (cast clasp)
Cengkeram kawat (wrought wire clasp)
Cengkeram kombinasi (combination clasp)
b. Menurut desainnya :
Cengkeram sirkumferensial (circumferential clasp)
Cengkeram batang (bar arm)
c. Menurut arah datang lengannya :
Cengkeram oklusal
Cengkeram gingival
2.7.3 Fungsi Cengkeram
a. Melawan pergerakan geligi tiruan arah vertikal atau oklusal,
stabilisasi protesa dengan mengurangi pergerakan horizontal.
Fungsi ini khususnya pada bagian lengan retentif;
b. Membantu fungsi penahanan tak langsung, membantu retensi.
Fungsi ini khususnya pada bagian lengan pengimbang;
c. Menyatukan badan dan lengan cengkeram dengan kerangka
logam geligi tiruan. Fungsi ini khususnya pada bagian
konektor minor.
2.7.4 Syarat-Syarat Cengkeram
a. Kontak cengkeram dengan permukaan gigi penyangga
merupakan kontak kontinu;
b. Lengan cengkeram harus melewati garis survai, biasanya 1-2
mm di atas tepi gingival;
c. Badan cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik
kontak gigi penyangga;
d. Sandaran dan badan tidak boleh mengganggu oklusi maupun
artikulasi;
e. Ujung lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh
menyentuh gigi tetangga dan melukai jaringan lunak;
f. Pada permukaan cengkeram tidak boleh ada tanda bekas tang.
Tang ini menunjukkan kurang baiknya manipulasi
pembengkokan, sehingga akan mempengaruhi daya tahan
cengkeram.
9
2.9 Perubahan Posisi Cengkeram9
Perubahan posisi cengkeram pada gigi tiruan dapat disebabkan oleh
penyusutan. Faktor-faktor lain seperti faktor bahan tanam, metode
memasukkan resin dan temperatur yang digunakan untuk mengaktifkan
polimerisasi. Perubahan posisi cengkeram ini dapat dicegah dengan
menggunakan metode chemical-cured daripada heat-cured.
2.10 Porositas2
Porositas adalah adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan
dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis protesa.
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang lebih tebal.
Porositas tersebut akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi
serta polimer berberat molekul rendah, bila temperature resin mencapai
atau melebihi titik didih bahan tersebut. Namun porositas jenis ini tidak
terjadi seragam sepanjang segmen resin yang terkena.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara
komponen bubuk dan cairan. Bila ini terjadi, beberapa bagian massa
resin akan mengandung monomer lebih banyak dibandingkan yang lain.
Selama polimerisasi, bagian ini mengerut lebih banyak dibandingkan
daerah di dekatnya, dan pengerutan yang terlokalisasi cenderung
menghasilkan gelembung.
Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan menjamin homogenitas
resin yang sebesar mungkin. Penggunaan rasio polimer berbanding
monomer yang tepat serta prosedur pengadukan yang terkontrol dengan
baik membantu keadaan ini. Tambahan lagi, karena bahan lebih homogen
dalam tahap seperti adonan, sebaiknya menunda untuk memasukkan
resin sampai dicapai konsistensi tersebut. Porositas dapat terjadi di atas
permukaan dan di bawah permukaan.
Porositas dapat disebabkan karena tekanan atau tidak cukupnya bahan
dalam rongga kuvet selama polimerisasi. Gelembung udara akibat
kekurangan ini tidak berbentuk bola tetapi berbentuk tidak teratur.
Gelembung ini dapat begitu banyak sehingga seluruh resin Nampak lebih
ringan dan lebih opak dibandingkan warna sebenarnya.
Porositas dapat juga disebabkan oleh masuknya udara selama prosedur
pengadukan dan pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan,
gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis protesa.
Pengadukan, pemberian sprue, dan pemasangan jalan masuk secara
cermat dapat membantu mengurangi masuknya udara.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gigitiruan akrilik merupakan gigi yang menggantikan sebagian/seluruh
gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya. Komponen gigitiruan akrilik
ada 3 : major connector, minor connector, direct retainer, indirect retainer,
deventure base.
Cengkeram merupakan penahan langsung ekstra koronal yang berfungsi
menahan, mendukung, dan menstabilkan gigi tiruan sebagian lepasan.
Cengkeram memiliki bagian-bagian, yaitu: lengan cengkeram, badan
cengkeram, bahu cengkeram, ujung lengan cengkeram, sandaran, dan
konektor minor. Cengkeram ini memiliki 3 fungsi : menahan pergerakan
gigitiruan arah vertikal/oklusal, membantu fungsi penahanan tak langsung,
11
menyatukan badan dan lengan cengkeram dengan kerangka logam gigitiruan.
Cara membentuk cengkeram yaitu dengan membentuknya menggunakan tang
cengkeram. Perubaham posisi cengkeram umunya di sebabkan oleh
penyusutan.
Resin akrilik merupakan plastik lentur di bentuk dengan menggabungkqn
molekul- molekul metil metakrilat multiple digunakan membuat basis pada
gigitiruan. Resin akrilik memiliki 2 jenis : acropars, dan meliodent.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang laporan di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk kritik dan saran penulisan juga bisa diberikan agar kedepannya
laporan yang dibuat bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
12
7. Loney RW. Removable partial denture manual. Dalhouse University, 2011. p.
3
8. Agustina Z, Tri M. Faktor yang mempengaruhi keluhan kelelahan pada
teknisi gigi laboratorium gigi Surabaya. The Indonesion Jurnal of Occopation
Safety and Health. 2013 Jan Jun ; 2 : 61.
9. Haryanto A, Anton M, Lusiana K, Freddy S, Indra S. Ilmu geligi tiruan
sebagian lepasan. Jakarta: Hipokrates; 1991. p.154-8,160-7, 179
13