Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu dalam kedokteran gigi terus berkembang dengan
sejalannya penelitian yang sering dilakukan baik dari segi peralatan maupun
bahan terutama diilmu orthodonti yang dapat menguntungkan dokter gigi dan
pasiennya.

Menurut Mc. Coy tahun 1931 orthodonti diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang perkembangan gigi-geligi dan alat
pengunyah ( mulut ) , dimana perlu diperhatikan faktor-faktor yang mengontrol
proses pertumbuhan, untuk memperoleh fungi dan hubungan anatomi yang
normal. Disamping itu orthodonti juga bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
mempengaruhi suatu kondisi.1

Dilihat dalam perkembangan masyarakat ada salah satu pasien yang


mengalami penyempitan pada rahang atas / bawah. Bahkan ada penyempitan yang
kecil menimbulkan gangguan gigi yang memaksa mandibula bergeser ke posisi
yang baru, dan perluasan lengkung gigi rahang atas yang dibutuhkan untuk
koreksi. Lebar rahang tidak menimbulkan kesulitan bila hubungan oklusal
bukolingual dan bentuk kedua lengkung gigi harmonis dan baik. Pada kasus ini,
umumnya dianggap bahwa pelebaran lengkung gigi atas dan bawah secara
bergantian baik lateral atau anteroposterior, cenderung menyebabkan posisi
lengkung gigi tidak stabil dan mudah relapse bila tidak ada faktor stabilisasi yang
baru. Peranan utama pelebaran adalah untuk memperbaiki penyampingan
bukolingual oklusi dengan pergerakkan bukkal atau lingual. Pergerakkan ini
ditujukan untuk memperbaiki hubungan oklusi bukolingual, bukan untuk
mendapat ruang bagi gigi-gigi depan.2

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai proses


pembuatan alat orthodonti lepasan kawat ekspansi dengan tujuan untuk
memperlebar rahang . Adapun judul karya tulis ini adalah “ Proses Pembuatan
alat orthodonti lepasan pada Rahang Atas dengan menggunakan kawat ekspansi
tipe W arch”

1
1.2 Batasan Masalah
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis hanya membahas
mengenai masalah proses pembuatan kawat ekspansi tipe w arch.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu; “Bagaimana proses pembuatan alat orthodonti lepasan
dengan menggunakan kawat ekspansi tipe w arch” ?
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
proses pembuatan alat orthodonti lepasan dengan menggunakan kawat ekspansi
tipe w arch.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tahapan pembuatan dari proses pembuatan alat
orthodonti lepasan dengan menggunakan kawat ekspansi tipe w arch.
2. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan cara mengatasi kesulitan pada
proses pembuatan alat orthodonti lepasan dengan menggunakan kawat ekspansi
tipe w arch dengan keadaan penyempitan rahang.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Bagi institusi yang terkait
Guna untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses
pembuatan alat orthodonti lepasan dengan menggunakan kawat ekspansi tipe w
arch.
1.5.2 Bagi Dosen dan Mahasiswa Jurusan Teknik gigi
Untuk menambah sumber referensi serta kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan di lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
terutama Jurusan Teknik Gigi.
1.5.3 Bagi Penulis
Untuk manambah keterampilan dan wawasan tentang proses pembuatan
alat orthodonti lepasan dengan menggunakan kawat ekspansi tipe w arch.

2
1.6 Metode Penulisan
Karya tulis ini menggunakan metode model studi yang didukung oleh
beberapa referensi, baik dari buku acuan yang diperoleh dari perpustakaan yaitu
perpustakaan Jurusan Teknik Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti, Fakultas Kedokteran Moestopo,
maupun dari media internet.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kerangka Logam


Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah suatu gigi tiruan
sebagian lepasan yang terdiri dari rangka tuang dan bagian dari sadel dari aklirik
serta elemen gigi tiruan yang memiliki beberapa komponen yaitu konektor mayor,
konektor minor, diret retainer, indirect retainer, rest dan basis gigi tiruan.1,2

2.2 Indikasi Gigi Tiruan Kerangka Logam


Adapun indikasi gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam yaitu 1:
 Jaringan pendukung dalam kondisi sehat dan stabil.
 Penderita dengan oral hygine yang baik.
 Penderita dengan daya kunyah besar.
 Kemampuan sosial ekonomi penderita yang cukup tinggi.

2.3 Keuntungan dan Kerugian Gigi Tiruan Kerangka Logam


Dalam penggunaannya gigi tiruan memiliki keuntungan dan kerugian.
Keuntungan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam yaitu mampu
mempertahankan serta memulihkan oklusi dan artikulasi, mendukung stabilitas
dan pertahanan gigi-geligi, memiliki stabilitas yang lebih besar dibanding protesa
aklirik, dapat dilakukannya penggantian sejumlah besar elemen yang tersebar
sebagai beberapa daerah yang tak bergigi dalam lengkung gigi dan protesa yang
dapat dilepas.
Selain keuntungan gigi tiruan sebagian lepasan juga memiliki beberapa
kerugian yaitu biayanya lebih mahal, terlihatnya cengkram yang pada beberapa
pasien dianggap mengganggu estetik, pembuatannya lebih sulit dan relatif lebih
berat dibanding protesa aklirik.1

4
2.4 Komponen Gigi Tiruan Kerangka Logam
Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam memiliki beberapa komponen
dan bagian-bagian yang menjadi persyaratan dalam pembuatannya adalah sebagai
berikut :
2.4.1 Konektor Mayor
2.4.1.a Pengertian Konektor Mayor
Adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam yang
menghubungkan bagian protesa pada sisi lekung gigi yang satu dengan sisi yang
lainnya.1
2.4.1.b Fungsi Konektor Mayor
Konektor mayor memiliki fungsi yaitu : 2,6
 Menyatukan berbagai komponen gigi tiruan.
 Mendistribusikan dan menyalurkan tekanan kunyah ke gigi dan jaringan
mulut.
 Menyatukan satu sisi lengkungan ke elemen lainnya di satu sisi
lengkungan dan membantu dalam memberikan stabilitas.
2.4.1.c Macam-macam Konektor Mayor
Rahang Atas
 Palatal strap
Digunakan terutama pada kasus dengan dukungan gigi (kelas III
Kennedy) dengan lebar strap antara 8-10 mm.7

Gambar 2.1
Palatal stap

5
 Antero posterior palatal strap
Adalah sebuah konektor mayor yang dapat digunakan dalam kebanyakan
aplikasi jaringan khususnya ditunjukkan ketika banyak gigi yang akan diganti
atau bila ada torus palatinus.8

Gambar 2.2
Antero posterior palatal stap

 Horseshoe
Merupakan konektor yang berbentuk tapal kuda terdiri dari jalur tipis
dari logam melengkung di sepanjang lingual dari permukaan gigi yg tersisa
dan diperluas ke palatal berjarak 6-8 mm, dan pada prinsipnya digunakan pada
kasus kehilangan gigi anterior dengan torus palatinus.8

Gambar 2.3
Horseshoe

 Fullpalate
Full palate adalah konektor utama yang menutupi permukaan palatum lebih
luas, berfungsi memberi dukungan maximal terhadap gigi tiruan, digunakan pada
penggantian gigi antrior pada kehilangan gigi kelas I Kennedy.10

6
Gambar 2.4
Full palate

 Modified palatal plate


Digunakan pada kasus kehilangan gigi kelas II Kennedy dan memberi
dukungan yang baik.7

Gambar 2.5
Modified palatal plate

 Complate palate
Merupakan konektor yang menyediakan dukungan dalam jumlah
terbesar. Pada anterior complate plate harus berjarak 6 mm dari marginal gingiva,
atau harus menutupi cingulum dari gigi anterior. Posterior harus memperluas
batasan dari batasan keras dan lembut pada palatal.8

Gambar 2.6
Complate palate

7
2.4.2 Konektor Minor
2.4.2.a Pengertian Konektor Minor
Konektor minor adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan konektor mayor dengan komponen lain dari gigi tiruan seperti
rest, direct retainer, dan indirect retainer.2
2.4.2.b Fungsi Konektor Minor
Konektor mayor memiliki fungsi yaitu, untuk menyalurkan tekanan
kunyah ke gigi penyangga (abutment), menahan pergerakan protesa ke arah
lateral, menyatukan berbagai komponen pada gigi tiruan dan sebagai penghubung
konektor minor dengan komponen gigi tiruan.3
2.4.3 Rest
2.4.3.a Pengertianan Rest
Rest merupkan Sebuah komponen dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
terletak di oklusal, lingual atau permukaan insisal gigi dan memberikan dukungan
vertikal untuk gigi tiruan.2
2.4.3.b Tipe Rest
 Occlusal Rest
Rest terletak pada permukaan oklusal gigi posterior.2
 Lingual atau Cingulum Rest
Rest yang terletak pada permukaan lingual dari gigi anterior.2
 Incisal Rest
Rest yang berkontak pada incisal edge gigi anterior untuk memberikan
dukungan pada gigi tirun sebagian lepasan. Incisal Rest biasanya hanya digunakan
pada gigi anterior rahang bawah.7
 Intracoronal
Rest yang ditempatkan di dalam kontur koronal mahkota.2
2.4.4 Direc retainer / Cengkeram
2.4.4.a Pengertian Direct Retainer

8
Direct retainer adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
berupa cengkeram yang diterapkan untuk gigi abutmen dengan tujuan sebagai
penahan agar gigi berada pada posisi atau kedudukannya.3
2.4.4.b Syarat-syarat Direct Retainer
Direct retainer mempunyai syarat-syarat sebagai berikut yaitu :2
 Retensi (retention), lengan retentif terletak dibagian undercut gigi
penyangga.
 Stabilisasi (stability), menahan beban kearah lateral.
 Support (support), menahan beban kearah gingival.
 Hubungan timbal balik (Reciprocation) adalah kemampuan suatu bagian
gigi tiruan untuk mengimbangi/melawan gaya yang ditimbulkan oleh
bagian lain.
 Pelingkaran/encirclement adalah melingkari gigi lebih dari 180o guna
mencegah protesa bergerak menjauh dari gigi penyangga.
 Bersifat passif, pada rest, direct retainer tidak boleh menekan gigi dan
harus bersifat pasif

2.4.4.c Tipe Cengkeram atau Direct Retainer


Direct retainer dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: 3
 Tipe Sirkumperensial/ oklusal
Cengkeram sirkumperensial/ oklusal merupakan cengkeram yang
mengelilingi 180 derajat dari permukaan gigi dan lengan-lengannya berasal dari
permukaan oklusal.10 Cengkeram sirkumperensial memiliki kekurangan dan
kelebihan dalam penggunaannya. Kelebihan dari cengkeram sirkumperensial yaitu
mudah untuk membuat dan memperbaikinya, sebagai penahan ketika ditempatkan
sebagai dukungan gigi dan pendukung yang baik pada gigi tiruan sebagian
lepasan. Adapun kekurangan pada penggunaan cengkeram sirkumperensial adalah
menutup permukaan gigi yang besar, cengkeram di tempatkan pada tempat yang
tinggi, dan semua cengkeram circumferential tidak dapat digunakan apabila
adanya undercat di mesiobuccal pada gigi penjangkaran yang bersebelahan
dengan daerah edentulous.3

9
 Tipe Bar/ Batang/ Vertikal projection/ Gingival.
Cengkeram yang memiliki lengan bar berupa perpanjangan konektor
mayor dari dalam basis gigi tiruan, berdekatan dengan jaringan lunak dan
mendekati titik atau bidang kontak gigi ke arah oklusal.3
 Continuous clasp
Bar logam biasanya berada pada permukaan lingual untuk membantu
dalam stabilisasi dan untuk bertindak sebagai indirect retainer.3

2.4.4.d Cengkeram Kombinasi


Merupakan cengkeram tuang cirkumferensial yang tidak dapat digunakan
ketika undercut bersebelahan dengan area edentulout. Kawat lengan retentif yang
flexibel digunakan untuk menggantikan kekakuan lengan retentif dari logam serta
cengkeram ini disebut cengkeram kombinasi karena menggabungkan duanya,
biasanya digunakan pada gigi caninus dan gigi premolar untuk estetika yang
baik.3

Gambar 2.7
Cengkeram kombinasi

2.4.4.e Keuntungan dan Kerugian Cengkeram Kombinasi


Cengkeram kombinasi memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki
garis tepi kontak, dapat memperkuat gigi tiruan. Cengkeram kombinasi lebih
cepat memudar karena tekanan dan lengan retentif yang lebih fleksibel.3,6 Adapun
kelemahan cengkeram kombinasi adalah kawat yang bisa rapuh jika dipanaskan
pada suhu yang terlalu tinggi, kecerobohan pembuatan yang menggunakan tang

10
kecil dapat menyebabkan semua kawat atau permukaan suatu titik pada kawat
cacat.6

2.4.4.f Cengkeram Kawat


Terbuat dari stainless steel dan merupakan paduan dari besi yang tahan
terhadap korosian. Pemakaiannya dalam basis resin yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat.10 Dalam penggunaannya, cengkeram kawat memiliki
keuntungan yaitu lebih fleksibel ke semua arah. Dan kerugian dari cengkeram
kawat adalah cengkeram yang akan memberikan sedikit tekanan dan adanya
kecenderungan yang lebih besar untuk pasien dan memerlukan penyesuaian.8.
2.4.5 Indirect Retainer
Indirect retainer merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
membantu direct retainer untuk mencegah terjadinya perpindahan pergerakan
basis sadel dari ujung bebas ke arah distal. Retensi tidak langsung ini diperoleh
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan garis fulcrum.3
2.4.6 Plastic Retention
Macam-macam plastic retention:
 Mesh Work
Mesh merupakan retensi basis gigi tiruan berupa lapisan tipis dari logam
yang berbentuk lubang kecil yang banyak. Mesh menutupi bagian residual ridge
hampir sama dengan oppen latticework, dapat digunakan pada kasus kehilangan
gigi banyak. Kelemahan utama penggunaan mesh adalah kesulitan pada saat
pecking karena tekanan yang dibutuhkan terhadap resin cukup banyak akibat
adanya lubang-lubang kecil.9
 Open Latticework
Retensi basis gigi tiruan yang paling sering digunakan untuk perluasan gigi
tiruan sebaguan lepasan dan untuk segmen yang didukung oleh gigi dimana
terdapat ruang vertikal yang mencukupi. Serta kekuatan dari open latticework
lebih kuat dibanding mesh work.9
 Beads atau Nail head retention

11
Merupakan retensi yang dibuat dengan dasar logam untuk konektor mayor
diatas area edentolus sampai batas luar dan retensi berupa beads sebagai retensi
aklirik.9

 Retensi basis metal


Retensi basis metal paling sering digunakan untuk segmen dukungan gigi
posterior dan tersedianya ruang vertical yang sempit sehingga menyebabkan
perlekatan basis resin akliriknya akan tipis dan lemah. Retensi dengan basis metal
pada umumnya tidak dapat dilakukan relining sehingga tidak di indikasikan untuk
perpanjangan RPD.10

2.5 Klasifikasi Kerusakan, Perbaikan dan Penambahan Cengkeram pada


Gigi Tiruan
2.5.1 Kerusakan pada Cengkeram
Perbaikan dan penambahan pada gigi tiruan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penyebab kerusakan diantaranya, kerusakan pada cengkeram, patah
pada rest, kerusakan atau perubahan pada komponen lainnya, serta kehilangan
gigi. Adapun penyebab kerusakan yang sering terjadi pada cengkeram adalah
sebagai berikut: 4
 Kerusakan karena pelengkungan yang berulang ke dalam dan ke luar pada
undercut yang parah.
 Apabila dukungan periodontal lebih besar dari batas tekanan cengkeram.
 Kerusakan yang terjadi karena kesalahan pembuatan cengkeram itu
sendiri.
 Kerusakan dapat disebabkan karena penanganan yang kurang hati-hati
oleh pasien.
2.5.2 Kerusakan dan Kehilangan pada Komponen Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan.
Kerusakan dan kehilangan gigi yang sering terjadi pada gigi tiruan yaitu
kerusakan pada oklusal rest yaitu kerusakan terjadi pada titik dimana rest

12
melewati marginal ridge, serta tidak adanya ruang yang cukup pada persiapan
rongga mulut. Kerusakan pada konektor mayor dan minor akibat penyesuaian atau
penekanan jaringan lunak yang disebabkan kesalahan pembuatan desain.4

2.5.3 Berdasarkan Kehilangan Eelemen Gigi dan Gigi Penyangganya


 Kehilangan eleman gigi tiruan atau gigi lainnya yang bukan merupakan
gigi penyangga atau yang bukan bagian pendukung gigi tiruan.
 Kehilangan gigi penyangga tidak hanya pengganti elemen gigi yang hilang
namun cengkeram pada gigi yang lain.
2.5.4 Penggantian Cengkeram Logam yang Rusak dangan Cengkeram
kawat
Cengkeram logam apapun jenisnya dapat diganti dengan cengkeram kawat
yang terpasang di basis resin atau di solder ke basis logam dengan menggunakan
solder elektrik yaitu untuk menghindari dibuatnya cengkeram baru secara
keseluruhan. Ketika basis resin sudah ada, kawat dapat dipasang dengan resin
tambahan sehingga mengurangi peyolderan. Karena sifatnya fleksibel, cengkeram
kawat tidak dapat digunakan untuk mengganti cengkeram yang berfungsi
menstabilkan dan bersifat kaku sebaiknya keseluruhan cengkeram dibuat ulang
dan ditempelkan pada basis logam dengan solder.4

2.6 Penyolderan
2.6.1 Pengertian Penyolderan
Penyolderan adalah suatu proses yang menggabungkan beberapa logam
menjadi satu dengan memanaskannya sampai temperatur yang sesuai dibawah
titik cair subtrat logam dan mengaplikasikan bahan pengisi logam yang
mempunyai titik cair tidak lebih dari 4500C.6
2.6.2 Tipe atau Jenis Solder
Secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu soft dan
hard. Pada jenis yang soft termasuk timah dari pengganti air raksa dengan jenis
yang rendah sebagai pengukurnya. Solder ini memiliki beberapa fungsi yaitu
memiliki jangkauan yang rendah sekitar 260oC yang ditemptkan dengan cara yang

13
sederhana misalnya dengan solder besi panas, dan ada juga yang memiliki kerja
yang baik atau sifat mekanik yang menguntungkan. Solder lunak ini memiliki
kekurangan yaitu kekakuan kohesi yang membuatnya mudah untuk aplikasi gigi.
Solder keras atau hard solder memiliki suhu yang lebih tinggi dari solder soft dan
memiliki kekerasan/kekuatan kisaran lebur yang tinggi. Solder ini menghalangi
penggunaan solder untuk cepat mencair. Solder berbasis emas memiliki noda
yang baik dan tahan korosi secara ekstensif digunakan dalam aplikasi mahkota
jembatan.13
2.6.3 Prinsip-prinsip dalam Pemilihan Solder
Dalam pembuatan dengan penggunakan solder harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang ideal mencakup kualitas, seperti kemudahan aliran pada suhu
yang retalif rendah, fluiditas yang bebas dan mengalir bila dilelehkan, kekuatan
kompratibel dengan stuktur yang disolder, warna yang didapat menerima sendi
yang mencolok, ketahanan terhadap korosi dan ketahanan terhadap pitting serta
metode yang digunakan dalam proses penyolderan.13
2.6.4 Komposisi Solder
Solder emas berbasis digunakan untuk gigi terutama perpaduan emas, perak
dan tembaga dengan jumlah kecil dari timah, seng, fosfor dan terkadang termasuk
modifikasi suhu fusi dan aliran kualitas. Komposisi khas menghasilkan nilai suhu
fusi dan berbagai solder emas yang diberikan. Komposisi solder yang berbeda
sangat bervariasi satu sama lain.13
2.6.5 Sifat Solder
Solder memiliki beberapa sifat yaitu :14
 Fusion temperature
Perbedaan dalam kisaran lelehan solder antara tinggi, rendah dan kehalusan
tidak besar. Solder perak mulai mencair pada titik besar, solder perak mulai
mencair antara 6000C dan 7000C (1,1120F dan 12920F) dengan kisaran sekitar 10-
400C.
 Sifat mekanik
Solder emas memiliki sifat yang berbeda dalam kondisi lunak dan keras.
Batas proporsional dapat dua kali lipat dengan mengkorbankan perpanjangan dan

14
kekuatan. Solder perak memiliki sifat mekanik yang sebanding dengan solder
emas dalam kondisi lembut.

 Resistensi korosi
Karena ada perbedaan komposisi antara solder dan bagian-bagian, sendi
rentan terhadap korosi galvanik
 Interfacial properties
Hubungan energi permukaan antara bagian logam, solder dan fluks
determins yaitu seberapa baik solder akan mengalir. Fluks yang digunakan dalam
kedokteran gigi akan menghapus permukaan oksida dan melindungi bagian-
bagian dari oksidasi lebih lanjut. Solder fluks menembus dan membasahi
permukaan logam di bawah.
2.6.6 Welding ( pengelasan)
Merupakan ikatan yang akan terjadi antara dua permukaan logam
ditempatkan dalam kontak jika bebas dari permukaan film (termasuk oksida dan
film gas terserap) dan kekasaran permukaan. Beberapa metode pengelasan
(welding) yang digunakan dalam kedokteran gigi untuk mencapai kontak logam
dengan logam berbeda adalah sebagai berikut:14
a. Spot welding
Permukaan logam yang akan dilas ditempatkan bersama-sama dibawah
tekanan. Kontak logam diperoleh dengan melewatkan arus melalui sendi yang
menyebabkan mencair. Jika sebuah tegangan dan durasi yang cukup diterapkan
dengan elektroda tembaga dan akan mulai mencair pada permukaan depan antara
bagian-bagian yang meyebar ke luar untuk membentuk lasan.
b. Tekanan las (pressure welding)
Jika dua bagian logam ditempatkan bersama-sama dan kekuatan yang
cukup besar diterapkan tegak lurus ke permukaan, tekanan pengelasan terjadi.
Emas murni lunak dan dalam bentuk lembaran tipis, bisa menjadi tekanan las
hand. Pure emas tidak memiliki oksida permukaan, tetapi teradsorpsi gas
mencegah kontak metal-ke-metal. Gaya yang diterapkan harus cukup besar untuk
menghasilkan distorsi permanen sejajar dengan permukaan sehingga untuk

15
mengekspos kekuatan metal film bebas harus diterapkan dengan cepat sehingga
permukaan terkena dapat dikompresi bersama-sama sebelum gas permukaan
menyerap.
c. Laser welding
Laser menghasilkan koheren, itensitas cahaya tinggi yang dapat di
fokuskan dengan memilih durasi dan intensitas logam yang dapat mencair di
daerah kecil tanpa adanya kerusakan mikrostruktur yang luas di daerah sekitarnya.
Laser welding difokuskan pada sendi untuk melelehkan permukaan yang
berlawanan.
d. Elektrik soldering
Sebagai ganti gas-udara, mungkin dan bahkan layak dalam keadaan-
keadaan tertentu, untuk menggunakan teknik elektrik ketika bergabung dengan
15
kawat dari berbagai bagian dari sebuah alat othodonti. Solder dengan warna
yang senada dapat digunakan untuk penyolderan logam emas dan kobalt-cronium.
Pada solder elakrik triple-thick solder digunakan sehingga ketebalan tambahan
pada solder akan menunda pelelehan sementara saat elektroda karbon dipanaskan
pada daerah yang akan disolder. Untuk penyolderan kobalt-cromium meleleh pada
suhu 1676o F digunakan aplikasi fluks pada penyolderan untuk mencegah oksidasi
pada bagian yang disatukan serta pada solder itu sendiri.
2.6.7 Sifat Welding
Welding memiliki beberapa sifat yaitu:
 Kekuatan
Dalam aplikasi teknik, tempat dan tekanan lasan memiliki kekuatan yang
sebanding dengan bentuk lain dari logam bergabung, seperti solder atau
pengelasan busur. Lasan Laser sebanding dengan sendi disolder antara struktur
cor. spot welding kerja-keras struktur, seperti band dan kabel, menghancurkan
struktur butir dan melembutkan logam di dan sekitar lasan.14
 Resistensi korosi
Pada umumnya, lasan lebih rentan terhadap korosi dibandingkan adalah
matal yang lain. Spot welding dalam kedokteran gigi telah terbatas pada peralatan
sementara, di mana hasilnya telah memuaskan.14

16
2.6.8 Analisa Kualitas Sambungan Penyolderan
Kekuatan dari struktur logam yang disatukan akan mengakibatkan
berkurangnya struktur cor, struktur yang akan di solder, dan struktur yang akan
disatukan dengan pengecoran. Jika struktur disolder pada satu tempat, ketahanan
terhadap fraktur akan berkurang sehingga struktur harus diperiksa dengan teliti
untuk melihat kemungkinan adanya cacat dan kegagalan mekanisme selama
pembengkokan dibawah beban kecil. Jika terlihat adanya penggeseran yang nyata
maka gigi tiruan tersebut dibuang atau dikembalikan ke laboratirium dan untuk
struktur yang disatukan dengan penyolderan atau pegecoran maka harus dilakukan
pemeriksaan radiografi pada daerah sambungan.5
2.6.8.a Penyatuan dengan welding laser untuk titanium murni komersial.
Pada temperatur yang digunakan untuk prosedur penyolderan,
ketebalan lapisan oksid titanium meningkat dan dapat secara spontan terlepas dari
permukaan logam asalnya pada temperatur diatas 8500C. Untuk menyatukan
komponen mahkota gigi, dan rangka gigi tiruan sebagian lepasan dengan efektif ,
dapat dilakukan welding plasma dalam atmosfer gas argon. Keuntungan welding
yaitu daerah sambungan yang diwelding terdiri dari titanium murni yang sama
dengan komponen substrat sehingga mampu mempertahankan potensi
biokompatibilitas yang baik dan mencegah terjadinya korosigalvanik pada
protesa. Shoulder Phaser mx1 argon ( welding solder) terdiri atas tipe kontak
bersarung ynag kecilmengandung ujung laser, sumber gas argondan
stereomikroskop dengan lensa untuk menempatkan pancaran laser. Solder ini
hanya mengeluarkan sejumlah kecil panas dan dapat dipegang dengan tangan
selama prosedur welding, dapat dilakukan didekat bagian yang akan disolder
tanpa menyebabkan kerusakan.5

17
Gambar 2.8
Shoulder Phaser mx1 argon ( welding solder)
2.6.8.b Penyatuan dengan pengecoran
Kepekaan terhadap teknik dari logam basis yang digunakanuntuk
penyolderan dan variasi pada kualitas pada sambungan penyolderan yang
berhubungan dengan prapenyolderan dari logam campur.5
2.6.9 Peyolderan Stainless Steel (kawat)
Titik leleh solder yang digunakan harus di bawah 7000C pada suhu ini
dilakukan penekanan cepat ke batas logam yang akan disolder, sehingga
ketahanan korosi lebih rendah. Hal yang terpenting yaitu bahwa kawat (stainless
steel) tidak boleh dipanaskan sampai suhu terlalu tinggi, untuk meminimalkan
presipitasi carbide dan untuk mencegah pelunakan berlebihan pada kawat.11,12
Pada saat dua potong stainless steel dengan ketebalan yang berbeda akan
bergabung, maka akan membentuk elektroda dengan ukuran lebih tipis dari
permukaan logam. Ini disebabkan oleh adanya panas yang terkonsentrasi pada
bagian kecil dari logam tebal pada daerah yang tipis.11

18
BAB III
RENCANA PROSEDUR REPARASI CENGKERAM TUANG PATAH
DENGAN CENGKERAM KAWAT PADA PROTESA GIGI TIRUAN
SEBAGIAN LEPASAN KERANGKA LOGAM

Pada bab ini akan dijelaskan tahap-tahap yang akan penulis lakukan dalam
rencana prosedur reparasi cengkeram tuang patah dengan cengkeram kawat pada
protesa gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam.
3.1 Keterangan Model Kerja
Model kerja yang akan dipergunakan didapat dari salah satu klinik gigi
dan pelaksanaan penggantian cengkeram tuang patah dengan cengkeram kawat
pada protesa gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam direncanakan akan
dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta II dan Jongki
Porcelain & Acrylic Dental Laboratorium.

Gambar 3.1

19
Protesa kerangka logam dengan keadaan cengkeram tuang rusak
pada bagian distal

Gambar 3.2
Protesa gigi tiruan kerangka logam dilepas terlihat keadaan
cengkeram tuang patah yang rusak pada bagian distal

Keadaan model kerja :


 Pada model kerja kerangka logam, bagian cengkeram
pada bagian distal patah dengan keadaan gigi antagonis
oklusi dengan rahang atas.
SPK : Mohon direparasi cengkeram tuang yang patah dengan
cengkram kawat C gigi caninus pada bagian distal gigi
rahang atas.
3.2 Rencana Desain
Elemen gigi yang hilang : 5 4 5
Gambar desain

20
Gambar 3.3
Desain kerangka logam

Keterangan gambar :
a. Akers
b. Protesa gigi tiruan kerangka logam
c. Cengkeram C

3.3 Alat dan Bahan dalam Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Kerangka Logam.
Pada prosedur penggantian cengkeram tuang patah dan cengkeram kawat
pada protesa gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam diperlukan alat dan
bahan sebagai berikut :
3.3.1 Persiapan alat
 Masker
 Jas Lab
 Tang bulat
 Tang pipih
 Tang potong
 Amplas
 Micromotor
 Mesin poles
 Timah solder
 Lecron
 Mesin trimmer
 Shoulder Phaser mx1 argon ( welding solder)
3.3.2 Persiapan bahan
 Base plate wax

21
 Cengkeram kawat
 Compound
3.4 Prosedur Reparasi Cengkeram Tuang Patah Dengan Cengkeram Kawat
pada Protesa Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam.
a. Persiapan Model Kerja
Model kerja yang telah diterima dari dokter gigi dibersihkan dari nodul-
nodul dengan lecron dan bagian dari tepi basis dan dasar model dirapihkan
dengan menggunakan mesin trimmer.

b. Pembuatan Desain pada Model Kerja


Desain merupakan suatu gambaran yang berguna sebagai panduan dalam
proses pembuatan. Desain dibuat pada model kerja untuk mempermudah dalam
proses pembuatan.
c. Pembuatan Cengkeram C
Pembuatan cengkeram C pada gigi caninus mengikuti kontur gigi.
d. Fiksasi cengkeram C pada gigi caninus dan keranga logam
Kawat C yang sudah dibentuk sesuai kontur gigi dan sesuai desain,
difiksasi pada bagian distal gigi caninus dan kerangka logam.
e. Penyolderan
Tahapan dalam penyolderan yaitu :
 Bagian yang akan di solder ( cengkeram C dan kerangka logam)
diletakkan dimodel kerja kemudian difiksasi pada bagian lengan retentiv
dan kerangka logam dengan menggunakan sticky wax.
 Dua potong logam yang akan digabung tersebut ditekan tegas dalam
kontak di satu titik dengan menggunakan dua elektroda yaitu pada kedua
sisi yang berfungsi untuk mengalirkan aliran listrik melalui potongan
logam tersebut.
 Saat elektroda menghasilkan panas yang cukup di daerah penyambungan
yang dilewatinya maka akan meyebabkan partial fussion atau percikan api

22
dari permukaan logam. Ini terjadi pada saat kedua bagian yang akan
disambungkan ditekan bersama-sama pada saat penyolderan
 Lakukan penyolderan sampai cengkeram kawat C dan kerangka logam
yang akan disambung kuat.
3.5 Rencana Tahapan Penyusunan Elemen Gigi Tiruan Aklirik
Setelah proses penyolderan pada kerangka logam selesai, selanjutnya
dilakukan proses penyusunan elemen gigi gituan. Adapun prosedur penyusunan
elemen gigi tiruan aklirik adalah sebagai berikut :
a. Penanaman model kerja pada artikulator
Artikulator untuk memudahkan pekerjaan di laboratorium. Model kerja
yang sudah dibuat galangan gigit dipasang pada artikulator.

b. Pembuatan Galangan Gigit


Hal selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan galangan gigit yang
dibuat dengan menggunakan base plate wax bertujuan untuk mendapatkan
hubungan antar rahang atas dan rahang bawah sebagai pedoman penyusunan gigi.
c. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan
Penanaman elemen gigi tiruan sesuai dengan oklusi pada basis pola malam
yang nantinya akan diganti dengan resin akrilik.
d. Wax Contouring Dari Gigi Tiruan
Bentuk basis dari gigi tiruan malam sehingga mirip dengan anatomi dari
gusi dan jaringan mulut.
e. Flasking
Penanaman pola malam gigi tiruan pada flask yaitu untuk menghasilkan
mould space. Ada dua cara metode flasking, yaitu :
- Holding the casting
Pada waktu penanaman dalam flask, gigi tiruan malam ditanam pada cuvet
bawah dan semua elemen gigi tiruan ditutup dengan gips. Sehingga pada waktu
wax elimination gigi tiruan tetap berada pada cuvet bawah dan akan terlihat suatu
ruangan/ celah sebagai jalan masuknya adonan akrilik.
- Pulling the casting

23
Pada metode ini seluruh gigi tiruan akan berada cuvet atas setelah
dilakukan wax elimination. Dengan cara ini pengualasan separating medium akan
lebih mudah, serta packing mudah, karena seluruh mould terlihat.
f. Boiling out / wax elimination
Hilangkan wax dari model dengan cara memasukkan flask kedalam air
mendidih untuk mendapatkan mould space, yang nantinya diisi dengan adonan
akrilik.
g. Packing
Selanjutnya masukkan adonan aklirik kedalam ruang cetakan atau mould
space.

h. Curing
Adalah proses polimerisasi antara polymer dan monomer dengan cara
dipanaskan dalam air mendidih.
i. Deflasking
Pada tahap ini, buka flask dan melepaskan gigi tiruan dari bahan tanam gips.
j. Finishing dan Polishing
Prosedur akhir penyempurnaan bentuk dari gigi tiruan yaitu dengan cara
menghaluskan, melicinkan, dan mengkilapkan permukaan gigi tiruan tanpa
merubah bentuk.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Battistuzi, d. (1996). Gigi Tiruan Sebagian (Titik Tolak pada Diagnosa dan
Perawatan dari Gigi Geligi yang Rusak). Jakarta: Widia Medika, Hal 75-88.

2. Robert W.Loney, D. M. (2011). Removable Partial Denture Manual.


Dalhousie University,Hal 24-47.

3. Vinaya bhat, D. N. (2003). Textbook of Prosthodontics. New Dehli: Jaypee


Brothers, Hal 345,351-374,714-715.

4. Mccracken's, D. H. (1981). Removable Partial Prosthodontics, Sixth Edition.


St.Louis. Toronto. London: The C.V.Mosby Company, Hal 412-415.

5. Kenneth J. Anusavice, d. A. (1996). Phillips Buku Ajar Ilmu bahan


Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran ECG, Hal 525,533-534.

6. Oliver C. Applegate, D. (1959). Essentials Of Removable Partial Denture


Prosthesis, Second Edition. Philadelphia, London: W.B.Saunders Company,
Hal 25,161,167,168.

7. Stratton, R. J. (1988). An Atlas of Removable Partial Denture. Chicago:


Quintessence publishing Co, Hal 19,21,23,33,38,41.

25
8. Rodney D. Phoenix, D. R. (2008). Stewart's Clinical Removable Partial
Denture Prosthodontics, Fourth Edition. Chichago: Quintessence Publishing
Co Inc, Hal 26-29,33-37.

9. Kenneth L. Stewart, D. W. (1992). Clinical Removable Partial Denture


Proshodontics, Second Edition. St.louis, Tokyo: Ishiyaku EuroAmerica,
Inc,Hal,45-46.

10. Kenneth D. Rudd, R. M. (1981). Dental Laboratory Procedues Removable


Partial Denture, Volume Three. St.Louis.Toronto.London: The C.V.Mosby
Company, Hal 73-74,153,143,270.

11. Anderson, J. N. (1956). Applied Dntal Marials, Fifth Edition. London:


Backwell Scientific publications. Hal 136.

12. Anderson, J. N. (1956). Applied Dntal Marials, Fifth Edition. London:


Backwell Scientific publications. Hal 646.

13. John M. Powers, P. R. (2006). Craigh's Restorative dental Materials,Twelft


Edition. St.Louis, Missouri: Mosby, Hal 375-376,253-254.

14. O'Brien, W.J (1940). Dental Materials and Their Selection, Fourth Edition.
Chicago: Quintessence Publishing Co,Inc, Hal 257-258.

15. Karl F. Leinfelder, J. E. (1988). Clinical Restorative materials and Tecniques.


Lea and Febiger Philadelphia, Hal 276-277.

26
27

Anda mungkin juga menyukai