Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


“ Penyuluhan Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus 1”

OLEH:
dr. Alnia Rindang Khoirunisya

Pendamping:
dr. M Wahib Hasyim

Puskesmas Gabus I
Kabupaten Pati
Jawa Tengah

Periode
21 Maret 2020-18 Juli 2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perkembangan modernisasi yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan
manusia dan semakin majunya dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang kedokteran
menyebabkan kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi seperti tuberkulosis, cacar,
dan pneumonia menurun. Saat ini kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular
seperti kanker, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (jantung
koroner dan stroke) atau yang sering disebut sebagai “epidemik tersembunyi” semakin
meningkat (Kemenkes,2013).
Hiperkolestrolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah
(dislipidemia) di mana kadar kolestrol dalam darah lebih dari 240 mg/dl.
Hiperkolestrolemia berhubungan erat dengan kadar kolestrol “Low Density Lipoprotein”
(LDL) di dalam darah. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
peningkatan kolestrol total, kolestrol LDL, trigliserida di atas nilai normal serta
penurunan kolestrol “High Density Lipoprotein” (HDL) (Alwi, 2015).
Kadar kolestrol yang tinggi di dalam darah mempunyai peran penting dalam
proses aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskuler. Dari
banyak penelitian kohort menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar kolestrol darah,
semakin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskuler. Begitu juga sebaliknya, dimana
semakin rendah kadar kolestrol maka semakin rendah kejadian penyakit kardiovaskuler.
Setiap penurunan kadar kolestrol total 1% menghasilkan penurunan risiko mortalitas
kardiovaskuler sebesar 1,5 %. Begitu juga dengan besarnya kadar kolestrol LDL dan
HDL. Penurunan Kolestrol LDL sebesar 1 mg/dL menurunkan risiko kejadian
kardiovaskuler sebesar 1 % dan peningkatan kadar kolestrol HDL menurunkan risiko
kejadian kardiovaskuler sebesar 2-3 % (Setiati, 2017)
Berdasarkan laporan Riskesdas Bidang Biomedis 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi dislipidemia di Indonesia adalah 39,8% jika dilihat dari kadar kolestrol total
>200 mg/dl. Beberapa provinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh, Sumatra barat,
Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi dislipidemia >- 50%. Kadar
kolestrol pada lansia baik pada pria maupun wanita umumnya cenderung meningkat.
Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi
hiperkolestrolemia usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 %, sedangkan usia 55-64 sebesar
15,5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia semakin tinggi pula kadar
kolestrol total. Peningkatan Kadar kolestrol pada wanita berdasarkan umur berjalan lebih
lambat dibandingkan dengan pria. Pada masa reproduksi, wanita mempunyai kadar
kolestrol yang lebih rendah sedangkan pada masa menopause, kadar kolestrol pada
wanita akan meningkat menyamai pria. Penelitian menunjukkan prevalensi
hiperkolestrolemia di Indonesia cenderung lebih banyak menyerang pada wanita daripada
pria pada usia 55 tahun ke atas (Perki, 2013).

II. Tujuan
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masyarakat diharapkan mampu
memahami tentang hiperkolesterolemia dan dapat menjaga hidup bersih dan sehat agar
terhindar dari penyakit hiperkolesterolemia.

III. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi/tanya jawab.
IV. Media
Media yang digunakan adalah slide presentasi.
V. Sasaran
Masyarakat di daerah puskesmas Gabus I
VI. Waktu
Penyuluhan tentang hiperkolesterolemia dilaksanakan pada:
a. Hari, tanggal: Selasa, 02 Juni 2020
b. Jam: 09.00
VII. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Gabus 1.
Setting tempat penyuluhan:

Penyuluh

Audien
VIII. Kegiatan

Langkah-Langkah Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Masyarakat


1. Pendahuluan 2 menit 1. Menyampaikan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dengan aktif
4. Menggali persepsi 3. Mendengarkan dan
masyarakat memberikan respon
4. Menyimak
2. Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan tentang 1. Menyimak dengan
materi yang akan baik apa yang
disampaikan: disampaikan
a. Definisi kolesterol
b. Penyebab kolesterol
c. Cara mengurangi
kolesterol
d. Komplikasi
hiperkolesterol
3. Penutup 3 menit 1. Memberikan 1. Bertanya
kesempatan untuk 2. Berperan aktif
bertanya 3. Menyimak
2. Melakukan
reinforcement dengan
memberikan beberapa
pertanyaan kepada
masyarakat
3. Menyampaikan
kesimpulan
IX. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan
a. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
 Peserta berperan aktif selama jalannya penyuluhan

b. Evaluasi Hasil
1. Bentuk : Tanya jawab
2. Jumlah : 5 buah
a. Apakah pengertian hiperkolesterol?
b. Sebutkan penyebab terjadinya hiperkolesterol?
c. Bagaimana cara mengurangi kolesterol?
d. Makanan apa saja yang bisa menyebabkan hiperkolesterol?
e. Apa bahayanya jika tidak mengontrol kolesterol?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia)
di mana kadar kolestrol dalam darah lebih dari 200 mg/dl. Hiperkolesterolemia
berhubungan erat dengan kadar kolestrol “Low Density Lipoprotein” (LDL) di dalam darah.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan kolestrol total,
kolestrol LDL, trigliserida di atas nilai normal serta penurunan kolestrol “High Density
Lipoprotein” (HDL) (Perkeni, 2005).

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Pada
keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause
kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak
tertentu (VLDL dan LDL) adalah: Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, Obesitas, Diet
kaya lemak, Kurang melakukan olah raga, stress, Penyalahgunaan alkohol, Merokok sigaret,
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, Hipotiroidisme, dan Sirosis (Alwi, 2015).

3. Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolestrol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan lipid yang berbentuk globuler.
Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4 kelas utama lipoprotein : kilomikron,
VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid dalam darah akan mempengaruhi kolestrol,
trigliserida dan keduanya (hiperkolestrolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu
hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu.
Pasien dengan hiperkolestrolemia (> 200 – 220 mg/dl serum) merupakan gangguan yang
bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak
meningkatkan sintesis kolestrol di hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor
LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian
membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Alwi, 2015).
Jalur transport lipid dan tempat kerja obat
1. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolestrol dari usus akan dibentuk menjadi kilomikron yang
kemudian akan diangkut ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di dalam
jaringan lemak, trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh
lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan endotel sehingga akan membentuk
asam lemak dan kilomikron remnan (kilomikron yang kehilangan trigliseridanya
tetapi masih memiliki ester kolestrol). Kemudian asam lemak masuk ke dalam
endotel ke dalam jaringan lemak dan sel otot yang selanjutnya akan diubah kembali
menjadi trigliserida atau dioksidasi untuk menghasilkan energi.
Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme endositosis
dan lisosom sehingga terbentuk kolestrol bebas yang berfungsi sintesis membran
plasma, mielin dan steroid. Kolestrol dalam hepar akan membentuk kolestrol ester
atau diekskresikan dalam empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang
masuk ke dalam plasma. Jika tubuh kekurangan kolestrol, HMG-CoA reduktase akan
aktif dan terjadi sintesis kolestrol dari asetat.
2. Jalur endogen
Trigliserida dan kolestrol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke jaringan
kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih kecil IDL
dan LDL. LDL merupakan lipoprotein dengan kadar kolestrol terbanyak (60-70%).
Peningkatan katabolisme LDL di plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar
kolestrol plasma. Peningkatan kadar kolestrol tersebut akan membentuk foam cell di
dalam makrofag yang berperan pada arterosklerosis prematur (Alwi, 2015).
Jenis lipoprotein
a. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolestrol ester.
Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta
membawa kolestrol kembali ke hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan
mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian masuk ke hepatosit.
Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam.
b. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolestrol. VLDL
digunakan untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian
akan diubah menjadi LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan
sintesis karbohidrat yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan
meningkatkan VLDL.
c. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolestrol. IDL
merupakan zat perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL.
d. LDL
Lipoprotein pengangkut kolestrol terbesar (70%). Katabolisme LDL
melalui receptor-mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan
kolestrol bebas yang berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormone steroid.
Kolestrol juga dapat disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan
tinggi rendahnya kolestrol di dalam sel.
e. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya.
Apo A-I merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor
untuk resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan,
perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-
progestin. HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolestrol dari perifer
untuk di metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL
melalui paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL).
f. Lipoprotein (a)
Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100.
Lipoprotein jenis ini menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik. (Alwi,
2015)
4. Klasifikasi
1. Hiperkolestrolemia Primer (Hiperkolestrolemia Familial dan Poligenik)
• Poligenik Kelainan genetik multipel, nutrisi, faktor lingkungan, serta memiliki
lebih dari satu dasar metabolik
• Familial Defek gen pada reseptor LDL permukaan membran sel tubuh.
Menyebabkan hati tidak bisa mengabsorpsi LDL -> peningkatan sintesis VLDL hati
ke plasma. Kadar kolestrol total mencapai 600 sampai 1000 mg/dl atau 4 sampai 6
kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun
akibat infark miokard (WHO, 2006).
2. Tabel 1. Hiperkolestrolemia Sekunder
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization) (WHO, 2006)

5. Penegakan Diagnosis
Anamnesa meliputi karakteristik umum, kebiasaan diet, perilaku aktifitas fisik, merokok,
peminum alcohol dan riwayat penyakit sebelumnya serta riwayat sakit pada keluarga.
Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan adalah antropometri, frekuensi denyut nadi, tekanan
darah, serta auskultasi irama jantung. Pemeriksaan laboratorium darah yaitu kadar kolestrol
total, kolestrol LDL, Trigliserida dan kolestrol HDL dalam plasma. Sebelum diambil darah
tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kolestrol (NCEP, 2001).
Untuk menentukan kadar kolestrol seseorang tinggi atau rendah mengacu pada pedoman
umum yang disepakati dan digunakan di seluruh dunia National Cholesterol Education
Program Adult Treatment III (NCEP ATP III)

Pengukuran Rendah Normal Perbatasan Tinggi Sangat


Tinggi Tinggi
Kolestrol <200 mg/dl 200-239 >240 mg/dl
Total mg/dl
Kolestrol <100 mg/dl 100-159 160-189 >190 mg/dl
LDL mg/dl mg/dl
Kolestrol <40 mg/dl 60 mg/dl
HDL
Trigliserida <150 mg/dl 150-199 200-499 >499 mg/dl
mg/dl mg/dl
Tabel 3. Kategori Batasan Kolestrol dalam Darah

6. Terapi Hiperkolesterolemia
Menurut National Choleteroslemia Education Programme Adult Therapy Programme
(NCEP ATP III) sasaran LDL disesuaikan dengan faktor risiko yang dimiliki seseorang
yaitu:
1. Risiko tinggi
a. Riwayat penyakit jantung koroner (PJK)
b. Risiko yang disamakan dengan PJK
 Diabetes Melitus, stroke, penyakit obstruksi arteri tepi, aneurisma aorta
abdominalis
 Faktor risiko multiple (> 2 faktor risiko dan mempunyai faktor risiko PJK
dalam waktu 10 tahun menurun skor Framingham)
2. Risiko Multipel
≥ 2 faktor risiko dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20% (skor
Framingham)
3. Risiko rendah (0;1 faktor risiko)
Dengan risiko PJK dalam kurun 10 tahun < 10 %

Terapi non farmakologis (perubahan gaya hidup) antara lain terapi nutrisi medis, aktivitas
fisik, menghindari rokok, menurunkan berat badan, pembatasan asupan alkohol. Faktor
risiko utama (selain kolestrol LDL) yang menetukan sasaran kolestrol LDL yang ingin
dicapai :
1. Kebiasaan merokok
2. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat hipertensi
3. Kolestrol HDL rendah (<40 mg/dL)
4. Riwayat PJK dini yaitu ayah < 55 tahun dan ibu < 65 tahun
5. Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun (NCEP, 2001).
Tabel 4. Tiga kelompok risiko untuk menentukan sasaran kolestrol LDL

Kelompok risiko Sasaran kolestrol LDL (mg/dL)

Risiko tinggi < 100

Faktor risiko multiple (≥ 2 faktor < 130


risiko)

Risiko rendah (0-1 faktor risiko) < 160

7. Pencegahan dan Penatalaksanaan Hiperkolestrolemia


Hiperkolestrolemia dapat dicegah dengan beberapa hal, seperti:
A. Mengatur pola makan dengan cara:
1. Mengkonsumsi makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan.
Makanan seimbang adalah makanan yang terdiri dari:
 60% kalori berasal dari karbohidrat
 15% kalori berasal dari protein
 20-25% kalori berasal dari lemak
 Kalori dari lemak jenuh tidak boleh lebih dari <7%
2. Menurunkan asupan lemak jenuh.
Lemak jenuh terutama berasal dari minyak kelapa, santan, dan minyak-minyak
lain seperti minyak jagung, minyak kedelai dll yang mendapat pemanasan tinggi atau
berulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL
(Perkeni, 2005)
3. Menjaga agar asupan lemak jenuh tetap baik secara kuantitas maupun kualitas.
Lemak tidak jenuh banyak terkandung pada ikan laut, minyak sayur, dan minyak
zaitun. Asupan lemak tidak jenuh ini dapat meningkatkan kadar HDL dan mencegah
terbentuknya endapan pada pembuluh darah.
4. Menurunkan asupan kolesterol.
Kolestrol terutama banyak ditemukan pada lemak hewani (jeroan, kuning telur,
serta seafood, kecuali ikan).
5. Mengkonsumsi lebih banyak serat dalam menu makanan sehari-hari.
 Serat banyak ditemukan pada buah-buahan (apel, pir yang dimakan dengan
kulitnya) dan sayur-sayuran.
 Serat yang dianjurkan adalah sebesar 25-40 gr/hari, setara dengan enam buah
apel merah dengan kulit atau enam mangkok sayuran.
 Serat berfungsi untuk mengikat lemak yang berasal dari makanan dalam proses
pencernaan, sehingga mencegah peningkatan kadar LDL (Soekirman, 2006)
6. Merubah cara memasak
 Sebaiknya memasak makanan dengan merebus bukan menggoreng dan
mengukus atau membakar tanpa minyak atau mentega.
 Minyak goring dari asam lemak tidak jenuh sebaiknya digunakan untuk minyak
salad, sehingga mempunyai efek positif terhadap peningkatan kadar HDL
(Almatsier, 2008)
7. Melakukan olahraga dengan teratur
Dianjurkan untuk melakukan olahraga yang bersifat aerobik (jalan cepat, lari-lari
kecil, sepeda, renang, dan lain-lain) secara teratur 3-5 kali setiap minggu, minimal 45
menit/olahraga) untuk meningkatkan kadar HDL.
8. Menjaga berat badan ideal
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko hiperkolestrolemia, sehingga berat
badan diupayakan agar tetap ideal, minimal tidak obesitas dengan IMT < 25 kg/m 2.
Cara menjaga berat badan yang utama adalah dengan pengaturan diet dan aktivitas
fisik yang teratur. Selain mencegah hiperkolestrolemia, berat badan yang ideal akan
mengurangi faktor risiko penyakit DM, hipertensi, PJK, dan lain-lain (Perki, 2013).

8. Terapi Farmakologis
Pengobatan hiperkolestrolemia dilakukan setelah semua upaya nonfarmakologis tidak
memberikan perbaikan terhadap kadar kolestrol total. Obat- obatan yang mampu
menurunkan kadar kolestrol darah, terdapat beberapa golongan obat, antara lain statin, resin,
niasin, ezetimibe dan asam lemak omega-3 (Alwi, 2015).
Obat Kolestrol LDL Kolesterol HDL Trigliserida

Statin
20-55% 5-15% 10-20%

Resin
15-30% 3-5% -/

Fibrat
10-15% 10-20% 35-50%

Niasin
10-25% 10-35% 25-50%

Ezetimibe
15-25% 3-5% 5-10%

Asam lemak
5-10% 1-3% 20-30%
Omega-3

Tabel 5. Obat-obatan hipolipidemik

Tabel 6. Efek Obat hipolipidemik terhadap kadar lipid serum

Tabel 7. Pilihan Obat Dislipidemia

Dislipidemia Obat pilihan

Hiperkolestrolemia Statin/resin/kombinasi

Dislipidemia campuran Statin/resin/kombinasi

Hipertrigliseridemia Fibrat

Isolated low HDL Fibrat

9. Komplikasi
Hiperkolestrolemia adalah salah satu faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (stroke,
transient ischemic attack) dan penyakit jantung koroner (infark miokardium, angina
pektoris). Bila penderita memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskular lain, angka morbiditas
dan mortalitas akan semakin meningkat akibat gangguan kardiovaskular tersebut (Perki,
2013).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencegahan hiperkolestrolemia harus menjadi agenda penting dalam kesehatan
masyarakat. Pengaturan diet dan latihan fisik seringkali gagal pada usia tua, kesadaran
akan hidup sehat dengan makan gizi seimbang adalah kunci utama memerangi
hiperkolestrolemia dan mencegah komplikasinya sejak dini. Kegiatan promosi kesehatan
mengenai hiperkolestrolemia ini dapat memberikan pengaruh baik terhadap pengetahuan
dan sikap pasien terhadap hiperkolestrolemia. Perlu dilakukan follow up yang lebih lanjut
dan intervensi yang lebih luas terhadap masyarakat setempat agar promosi kesehatan
mengenai perilaku hidup sehat dapat menjadi kebiasaan dan menimbulkan dampak yang
lebih luas bagi masyarakat.

B. Saran
1. Untuk dokter sebaiknya benar-benar memahami konsep dasar hiperkolesterolemia,
agar dapat menerapkan tatalaksana komprehensif,
2. Bagi institusi puskesmas, hendaknya lebih sering memberikan promosi kesehatan
mengenai hiperkolesterolemia.
3. Bagi masyarakat agar menerapkan informasi yang didapatkan dan menjalankan pola
hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. Penuntun Diet Edisi Baru Bagian Gizi RSCM dan Dietisen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2008
Alwi, Idrus, dkk. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
Executive Summary of the third report of the National Cholesterol Educatin Program (NCEP)
Expert Panel on detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Chlesterol in
Adult (Adult treatment Panel III). JAMA; 2001.
PERKENI. Penatalaksanna Dislipidemia Buku Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2005.
PERKI. Pedoman tatalaksana Dislipidemia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia. 2013.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.
Setiati, Siti, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam; 2017.
Soekirman, Susana H., Giarno, M.H., Lestari, Y. Hidup Sehat, Gizi Seimbang dalam Kehidupan
Manusia. Jakarta: Gramedia. 2006.
WHO. Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Switzeland: WHO; 2014.
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN LEAFLET

Dokter Internsip
Puskesmas Gabus I
Gambar 1. List kadar kolsterol dalam makanan
Gambar 2. List makanan tinggi kolestrol

Anda mungkin juga menyukai