BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dari
itu terdapat 3 rumusan masalah, yaitu:
21
BAB II
PEMBAHASAN
Republik Rakyat Bangladesh adalah negara kecil yang memiliki luas 144.000
kilometer persegi, sebuah wilayah yang sedikit lebih kecil dari negara bagian
Wisconsin. Negara ini terletak di Teluk Bengal dan hanya berbatasan dengan dua
negara, India dan Myanmar. Secara luar biasa, hampir 150 juta orang – setengah dari
populasi Amerika Serikat, atau sekitar lima kali lebih banyak orang yang tinggal di
seluruh Kanada – hidup di wilayah kecil ini. Kondisi ini menciptakan kepadatan
penduduk tertinggi di dunia, 2.600 orang per mil persegi.
Siklon adalah bahaya alam lain yang dapat berdampak pada tanah dan
penduduk Bangladesh. Siklon tropis terbentuk di ujung selatan Teluk Benggala
selama musim panas dan kemudian bergerak ke utara menuju pantai Bangladesh.
Siklon ini menyebabkan banjir dan gelombang pasang yang sering terjadi yang
mempengaruhi dataran rendah.
Pada awal abad ke-20,wilayah Bengal merupakan salah satu wilayah Asia
Selatan yang masuk dalam kolonialisasi Inggris. Bengal pada tahun 1905 dibagi
menjadi dua wilayah; Bengal Barat dan Timur (Bangladesh sekarang ini). Bengal
Barat yang beribukota di Calcutta lebih banyak didominasi oleh orang Hindu.
Sementara Bengal Timur yang beribukita di Dhaka lebih didominasi muslim. Akan
tetapi pada tahun 1912, Inggris kembali menyatukan wilayah Bengal akibat desakan
dari orang-orang Hindu. Konflik pun tidak dapat dihindarkan dan semakin memuncak
ketika wilayah-wilayah muslim di India meminta untuk dipisahkan dari India dan
menjadi negara independen. Gagasan itu mendapatkan dukungan kuat dari Liga
Muslim India.
Pakistan merdeka pada tanggal 14 Agustus 1947, dan India merdeka pada
tanggal 15 Agustus 1947. Kekacauaan pun tidak dapat dihindarkan. Setelah
kemerdekaan, ketakutan untuk masa depan segera menghantui jutaan umat Hindu
yang pindah ke tanah yang kini terpisah dari India. Di sisi lain, jutaan muslim
melarikan diri dari rumah mereka di India untuk mencari keamanan di tanah negara
baru Pakistan.
Keputusan politik dan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah Muhammad Ali
Jinnah secara alamiah lebih menguntungkan Pakistan Barat. Di antara keduanya juga
terdapat perbedaan kebudayaan yang cukup menonjol. Salah satu perbedaan paling
menojol adalah bahasa yang digunakan di masing-masing wilayah. Bahasa Urdu
disarankan oleh Pakistan Barat untuk dijadikan sebagai bahasa nasional dan bahasa
Bengali yang merupakan bahasa dominan Pakistan Timur menjadi bahasa kedua.
21
Permasalah pun muncul, karena kebanyakan orang di Pakistan Timur tidak bisa
mengerti bahasa Urdu. Mereka sangat marah atas keputusan politik yang dibuat
pemerintah untuk mengangkat bahasa Urdu sebagai bahasa resmi negara tersebut.
Isu baru yang semakin memanaskan pemisahan Pakistan Timur dan Barat
muncul, setelah bantuan luar negeri yang dikirim ke negara itu kebanyakan diberikan
ke Pakistan Barat dan sedikit sekali untuk Pakistan Timur. Pada tahun 1966,
pemimpin Liga Awami, Sheikh Mujibur Rahman (yang biasanya dipanggil Mujib),
mengeluarkan enam point program politik dan ekonomi untuk Pakistan Timur.
Gagasan utama dalam agendanya adalah untuk meningkatkan otonomi Pakistan
Timur.
Peristiwa berubah tak terduga pada tanggal 12 November 1970, ketika sebuah
topan yang menghancurkan menghantam Pakistan Timur. Seperempat juta orang
meninggal. Dua hari setelah topan tersebut, Jenderal Yahya datang dari Karachi untuk
melihat situasinya. Ia tampak acuh tak acuh terhadap masalah, sehingga membuat
rakyat Pakistan Timur semakin marah.
Keretakan politik terlihat jelas pada pemilihan bulan Desember tahun 1970 dan
Pakistan Barat mulai memindahkan lebih banyak tentara ke Timur. Pada masa ini
keretakan politik, ekonomi, dan sosial antara Timur dan Barat telah mencapai titik
puncak. Jenderal Yahya telah memutuskan untuk menundukkan Pakistan Timur
dengan penggunaan militer. Tindakan keras yang merusak menggunakan militer
dimulai pada tanggal 25 Maret 1971.
Di sisi lain, masyarakat lokal Pakistan Timur menyadari ini sebagai awal perang
untuk pembebasan. Perang tersebut membawa banyak korban di Pakistan Timur.
Tidak hanya tanah, infrastruktur, dan alam yang rusak atau hancur, tetapi juga
diperkirakan satu juta orang meninggal dalam sembilan bulan pertempuran.
Konflik Jalur Bukit Chittagong adalah konflik politik dan perjuangan bersenjata
antara Pemerintah Bangladesh dan Parbatya Chattagram Jana Sanghati Samiti
(PCJSS) (Partai Rakyat Bersatu Jalur Bukit Chittagong) dan sayap bersenjatanya,
Shanti Bahini, atas isu otonomi dan hak-hak suku Jumma yang beragama Buddha dan
Hindu, suku Chakma, dan suku-suku di Jalur Bukit Chittagong.
Setelah Bangladeshnmerdeka dari Pakistan pada 1971, JBC menjadi bagian dari
Bangladesh. Penderitaan masyarakat JBC semakin terasa. Pada masa pemerintahan
presiden Syeikh Mujibur Rahman, sebagian besar peraturan yang ada dalam CHT
Regulattion 1900 dihapus dan akses orang luar ke JBC dibuka. Orang Jumma
memprotes dengan keras, namun tidak diindahkan. Pemerintah Bngladesh bahkan
21
menyikapi demonstrasi dan protes rakyat JBC dengan mengirim polisi dan tentara
agar orang-orang Non Jumma bisa masuk dengan aman dan leluasa di wilayah itu.
Mendapat tekanan dan penindasan dari rezim yang berkuasa, Shanti Bahini
melakukan serangan pertama terhadap pasukan pemerintah pada 1977. Sebagai
alasannya, presiden yang baru menambah pasukan di JBC dan aktif mendukung
migrasi kaum etnis Benggala ke wilayah orang Jumma, melalui program yang disebut
transfer penduduk. Dalam program ini, pemerintah menyediakan uang tunai dan
beberapa bentuk insentif kepada kaum etnis Benggala yang ingin pindah ke JBC.
Militer Bangladesh kemudian memaksa penggunaan identitas dan bahasa Benggala
ke wilayah JBC.
Selama dua puluh tahun berikutnya, kontak senjata antara tentara Bangladesh
dan SB sering terjadi. Misalnya, pada April 1986, SB menyerang markas tentara
pemerintah dan pemukiman-pemukiman etnis Benggala di JBC. Tentara dan milisi
Ansars (etnis Benggala) membalas dengan membumihanguskan pemukiman
penduduk asli dari utara sampai ke timur. Negara bagian di India, yaitu Tripura,
menjadi tempat pengungsian orang Jumma.
amnesti kepada semua milisi JBC. Meskipun demikian, sedikit sekali perubahan yan
terjadi dan konflik tetap terjadi.
Pada Agustus 1991, JBC masuk dalam orgasisasi PBB yang disebut dengan The
Unrepresented Nation and People Organization. (UNPO) atau Organisasi Rakyat dan
Bangsa Tidak Terwakili. UNPO merupakan suatu organisasi internasional yang
demokratis, yang terdiri dari penduduk asli, kelompok minoritas, Negara berdaulat,
atau teritori yang kurang terwakili aspirasinya dalam lembaga-lembaga atau forum-
forum internasional . UNPO bertujuan intuk melindungi HAM dan hak budaya dari
anggotanya, menjaga lingkungan mereka, dan memastikan adanya solusi tanpa
kekerasan atas konflik yang dialaminya, entah dengan pihak luar/ Negara lain
ataupun dengan pemerintahnya sendiri.
Pada 2 Desember 1997 , PCJSS yang mewakili penduduk asli JBC dan
pemerintah Bangladesh mendatagani perjanjian damai Chittagong. Negosiasi damai
sebenarnya telah dimulai setelah pulihnya demokrasi di Bangladesh pada 1991,
namun sedikit sekali perubahannya. Inti perjanjian adalah pemerintah mengakui
otonomi khusus dan kekhasan identitas budaya orang Jumma dengan diberi status
istimewa. Perjanjian juga menyepakati demiliterisasi wilayah Chittagong, dan
pembentukan Dewan Regional JBC.
wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan Dewan Regional tentang seluruh isu yang
terkait dengan JBC. Perjanjian juga menyepakat terbentuknya kementrian khusus
untuk masalah-masalah orang Jumma, yang akan diduduki oleh salah seorang wakil
suku yang kompeten. Selanjutnya, perjanjian tersebut menyepakati pengambilan
lahan orang Jumma yang sebelumnya dirampas secara paka oleh pemerintah.
Perang Asia Timur Raya atau yang lebih dikenal dengan Greater East Asia
War. Perang ini sendiri merupakan perang yang terjadi di wilayah Samudra Hindia
dan pulau-pulau lain di Asia. Konflik ini terjadi sekitar tahun 1937 – 1945. Puncak
dari perang ini justru terjadi pata tahun 1941. Dimana pada saat itu Jepang menyerang
Amerika Serikat yang pada akhirnya membuat semakin banyak negara yang terlibat
dalam perang ini. Perang ini merupakan salah satu perang terbesar di dunia,
khususnya pada era tersebut. Dengan begitu banyaknya negra yang terlibat serta
keterlibatan kekuatan besar seperti Jepang dan China yang didukung oleh dua negara
adidaya yakni Uni Soviet dan Amerika Serikat. Berikut penyebab terjadinya konflik
Asia Timur :
Insiden ini juga merupakan pemicu dari meletusnya perang Asia Timur Raya.
Sepanjang sejaran Jepang dan Tiongkok sendiri memang terlibat banyak konflik yang
menyebabkan hubungan keduanya memanas. Meskipun hubungan mulai membaik
pasca konflik pertama namun kembali memanas saat terjadinya insiden Jembatan
Marcopolo. Apalagi dalam pertempuran ini kemudian hasil akhirnya dimenangkan
oleh Jepang. Tentunya ini kemudian membuat pihak Tiongkok menjadi semakin
meradang.
Jepang memiliki ambisi besar, yaitu ingin menjadikan Asia Timur sebagai
wilayah baru yang bisa dimanfaatkan untuk lahan pemukiman dan yang SDA-nya
bisa di-eksploitasi. Sedangkan rencana tersebut ditentang oleh Rusia yang
menginginkan wilayah Asia Timur didirikan pelabuhan laut, karena air laut-nya yang
tidak pernah membeku sepanjang tahun. Perselisihan tersebut berujung pada
meletus-nya perang antara Jepang – Rusia, yang terjadi sekitar tahun 1904-1905 dan
dimenangkan oleh Jepang. Kemenangan Jepang tersebut lantas dijadikan bahan
kesombongan untuk bisa lebih leluasa memperluas wilayah kekuasaannya
sebagaimana juga latar belakang perang teluk 1 , tokoh perang korea , serta konflik
korea utara dan korea selatan .
21
Wilayah kekuasaan Jepang (pada tahun 1931) meliputi Cina Timur Laut dan
Semenanjung Korea. Banyak kritikan dilontarkan dari negara Barat kepada Jepang
ketika wilayah Cina berhasil diinvasi. Jepang tidak bergeming. Jepang justru
menganggap negara Barat yang menjatuhkan embargo bahan mentah sebagai
tindakan menguasai Jepang perlahan-lahan.
Upaya negara Barat mengembargo Jepang dengan tujuan agar Jepang mau
menghentikan agresi militer-nya ditolak mentah – mentah. Dan Jepang lebih memilih
untuk menginvasi Asia Tenggara, menguasai daerah yang kaya akan sumber daya
alamnya. Ambisi Jepang yang begitu besar untuk menguasai wilayah Asia tidak bisa
dibendung lagi. Meskipun embargo dijatuhkan kepada Jepang namun Jepang tidak
menggubrisnya dan terus melakukan invasi ke negara di Asia.
Britania Raya merupakan negara besar yang hampir menguasai seluruh Asia.
Britania Raya juga mendapat dampak langsung dari perang Asia Timur Raya.
Dimana negara Asia yang berada dibawah kekuasaan Britania Raya juga tidak luput
dari serangan Jepang. Jepang menyerang wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh
Britania Raya demi mencapai ambisinya untuk bisa mengiasai wilayah Asia.
Penyerangan ini kemudian membuat ketenganga antara Jepang dan Britania Raya
Sendiri.
wilayah Asia. Insiden ini sangat memukul wajah militer Amerika Serikat. Sebab
kerusakan yang ditimbulkan amat fatal dimana hampir semua kapal perang AS
mengalami kerusakan.
Serangan ini juga mengakibatkan 188 pesawat terbang Amerika Serikat rusak
atau hancur, serta mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2.403 korban meninggal dan
1.178 korban luka. Namun demikian, sejumlah fasilitas seperti instalasi penting
pangkalan, pembangkit tenaga listrik, galangan kapal, fasilitas pemeliharaan, fasilitas
penyimpanan bahan bakar minyak, fasilitas penyimpanan torpedo, dermaga kapal
selam, dan bangunan markas pangkalan tidak ikut diserang. Di lain pihak, Jepang
‘hanya’ kehilangan 29 pesawat, 5 kapal selam mini, dan 65 personel. Selain itu
tercatat 1 pelaut AL Jepang, yaitu Kazuo Sakamaki, tertangkap oleh pihak AS.
Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan juga merupakan konflik antara
kepentingan politik antara negara Super Power (Blok Timur dan Blok Barat) atau
konflik ideologi setelah berakhirnya perang Dunia-II.
21
Usaha untuk menyatukan kembali kedua Korea muncul dari Korea Utara yang
mengklaim bahwa Korea Selatan merupakan bagian dari Korea Utara, sehingga pada
tahun 1950 Korea Utara melakukan seranggan terhadap Korea Selatan dan
menyebabkan perang terbuka yang melibatkan militer Rusia dan Cina yang didukung
peralatan perang yang lengkap dan Korea Selatan yang mendapat dukungan dari
Amerika Serikat. Perang terbuka tersebut menyebabkan korban jiwa yang berjatuhan
dari kedua belah pihak, menurut estimasi angka dari Cristine Locher, bahwa 50.000
tentara Amerika Serikat, 900.000 tentara Cina dan 520.000 tentara Korea
Utara tewas dalam perang terbuka antara kedua negara. Perang terbuka Korea Utara-
Korea Selatan berakhir pada tahun 1953, yang mencapai persetujuan perundingan
genjata-senjata antara Korea Utara-Korea Selatan yang melibatkan Amerika Serikat,
Uni Soviet, Cina, Jepang dibawah p engawasan PBB yang dikenal denganKorean
21
Konflik di Tiongkok
LATAR BELAKANG
Cina awalnya adalah negara kekaisaran yang diperintah oleh Dinasti Qing.
Namun menyusul timbulnya Revolusi Xinhai, sejak tahun 1911 riwayat Kekaisaran
Cina berakhir & Cina berubah menjadi negara republik dengan Sun Yat-sen sebagai
pemimpinnya. Revolusi tersebut juga membuat situasi dalam negeri Cina menjadi
tidak stabil sebagai akibat dari munculnya panglima-panglima militer yang
menguasai sejumlah daerah di Cina utara & enggan tunduk kepada pemerintah pusat.
Untuk mendapatkan tambahan kekuatan supaya bisa mengalahkan para panglima
21
militer tersebut, Sun lalu meminta bantuan kepada negara-negara Barat, namun
permintaan bantuannya ditolak.
Bulan April 1927, Chiang Kai-shek selaku anggota KMT merangkap pemimpin
militer Cina menyatakan bahwa komunisme harus dibasmi karena komunisme
dianggap membawa dampak buruk bagi sektor sosial & perekonomian negara.
Pernyataan Chiang tersebut lantas diikuti dengan aktivitas penangkapan &
pembunuhan massal para simpatisan komunis di kota Shanghai. Akibat peristiwa
tersebut, KMT pun terbelah menjadi 2 kubu utama : kubu sayap kanan pimpinan
Chiang yang berbasis di Nanking (Nanjing) & kubu sayap kiri pimpinan Wang Jinwei
yang berbasis di Wuhan. Peristiwa itu pula yang membuat PKC memutuskan untuk
21
BERJALANNYA PERANG
Masalah utama PKC saat hendak memulai perjuangan bersenjata adalah mereka
tidak memiliki jumlah simpatisan sebanyak yang dimiliki KMT. Sebagai solusinya,
PKC di bawah pimpinan Mao Zedong (Mao Tse-tung) memobilisasi kaum petani &
pekerja di Provinsi Hunan untuk melakukan pemberontakan pada musim gugur tahun
1927. Pemberontakan tersebut berhasil ditumpas oleh pasukan KMT, namun hal
tersebut tidak lantas membuat PKC patah arang. Untuk menarik minat para petani
agar mau direkrut menjadi anggota PKC, partai berhaluan sayap kiri tersebut berjanji
akan merampas lahan dari para tuan tanah & memberikannya kepada para petani
miskin. Hasilnya, pada tahun 1928 jumlah anggota PKC membengkak menjadi
10.000 personil.
yang dilakukan oleh KMT berakhir dengan kegagalan. Memasuki tahun 1934,
pasukan KMT kembali melakukan invasi ke wilayah RSC sambil melakukan
perubahan taktik. Jika pada invasi-invasi sebelumnya pasukan KMT melakukan
serangan cepat yang terkonsentrasi lewat 1 rute, maka pada invasi tahun 1934
pasukan KMT membangun barikade & pos-pos militer di sekitar wilayah RSC sambil
bergerak masuk ke dalam wilayah RSC secara perlahan tapi pasti.
Taktik baru tersebut berjalan sukses & pasukan RSC mulai terdesak. Maka,
pada bulan Oktober 1934 Mao memerintahkan sekitar 100.000 anggota PKC di
Provinsi Jiangxi untuk mengungsi ke Provinsi Shaanxi, Cina tengah. Iring-iringan
pengungsi tersebut nantinya dikenal dengan sebutan "Barisan Panjang" (Long March)
& menempuh rute memutar sejauh 12.500 km yang melewati 11 provinsi. Dari
sekitar 100.000 orang yang mengungsi dari Provinsi Jiangxi, hanya sekitar 8.000
orang yang berhasil sampai ke tempat tujuan - Provinsi Shaanxi - dengan selamat. Di
sepanjang rute yang mereka lewati, barisan pengungsi tersebut juga melakukan
penjarahan kepada para tuan tanah setempat sambil merekrut puluhan ribu simpatisan
tambahan. Sesampainya di provinsi tujuan, kota Yan'an (Yenan) lalu dijadikan
ibukota RSC yang baru.
itu merupakan negara adidaya di kawasan Asia Pasifik. Sikap Chiang tersebut pada
gilirannya mengundang rasa tidak suka dari sejumlah tentara Republik Cina yang
kemudian nekat menyandera Chiang di kediamannya sendiri pada tahun 1936.
Sesudah disandera selama beberapa hari, Chiang akhirnya setuju untuk berhenti
melanjutkan perang melawan PKC & mengajak PKC untuk bersama-sama
memerangi pasukan Jepang. Persekutuan antara KMT & PKC tersebut lantas dikenal
dengan sebutan "Front Bersatu Kedua" (Second United Front). Walaupun secara
resmi kedua belah pihak sepakat untuk berdamai & bekerja sama memerangi Jepang,
namun dalam realitanya pasukan KMT & PKC masih kerap terlibat konflik bersenjata
untuk memperebutkan daerah-daerah yang masih belum dikuasai Jepang. Puncaknya
adalah ketika pada bulan Januari 1941, pasukan KMT melakukan penyerbuan &
penahanan massal kepada pasukan PKC di Provinsi Anhui, Cina timur. Pasca insiden
tersebut, persekutuan resmi yang sudah dirajut oleh KMT & PKC pun berakhir.
Bulan Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat setelah kota Hiroshima &
Nagasaki dijatuhi bom atom. Menyerahnya Jepang secara otomatis mengakhiri
Perang Dunia II & konflik bersenjata antara Cina melawan Jepang. Berakhirnya
21
Perang Dunia II juga diikuti dengan invasi pasukan Uni Soviet ke Manchuria.
Keberadaan pasukan Uni Soviet di Manchuria lantas dimanfaatkan oleh pasukan PKC
untuk menyelinap masuk ke sana & mengambil sisa-sisa persenjataan yang
ditinggalkan oleh Jepang. Pasukan KMT di lain pihak juga mengalami pertambahan
kekuatan karena sejak tahun 1941, mereka mendapatkan bantuan militer dari Amerika
Serikat (AS). Bertambahnya kekuatan militer dari masing-masing pihak pada
gilirannya membuat fase ketiga dari perang sipil Cina siap memasuki fase
tersengitnya.
Sejak bulan Januari 1946, pembicaraan damai antara perwakilan PKC & KMT
sebenarnya sudah dilakukan dengan difasilitasi oleh AS. Namun dalam realitanya,
pembicaraan damai hanya berhasil menunda perang sipil untuk sementara waktu.
Perang akhirnya benar-benar meletus setelah pada bulan Juli 1946, pasukan KMT
yang berjumlah 1,6 juta personil melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah
kekuasaan PKC. Sadar kalau jumlah personil & persenjataan yang dimilikinya tidak
sebaik pihak lawan, pasukan PKC pun memilih untuk mundur jika pasukan KMT
yang maju terlampau banyak untuk dibendung. Di 1 sisi taktik tersebut membuat
jumlah korban tewas di pihak PKC tidak terlampau banyak, namun di sisi lain taktik
tersebut membuat pasukan KMT bisa menaklukkan wilayah-wilayah kekuasaan PKC
dengan mudah.
Fokus utama dari pasukan KMT saat melakukan invasi adalah kota-kota besar
di Cina utara & Manchuria. Bulan Maret 1947, pasukan KMT berhasil merebut
ibukota Yan'an yang sudah ditinggalkan penghuninya. Sukses menguasai ibukota
21
negara bentukan kelompok rivalnya, perang sipil nampaknya akan segera berakhir
dengan kemenangan pihak KMT. Namun waktu membuktikan kalau perang sipil
masih jauh dari kata berakhir. Karena KMT hanya fokus melakukan invasi militer
untuk menguasai kota-kota besar, maka pasukan PKC bisa mengungsi ke daerah
pelosok & pedesaan sambil mengumpulkan simpatisan baru di sana. Upaya PKC
untuk mendapatkan simpatisan baru semakin mudah karena semakin hari semakin
banyak rakyat Cina yang membenci tindakan para petinggi KMT yang memanipulasi
perekonomian negara untuk memperkaya diri.
Akhir Juni 1947, pasukan PKC melakukan serangan serempak ke Cina tengah,
timur, & utara. Tahun berganti, KMT berusaha melakukan reformasi internal untuk
memperkuat dirinya, namun reformasi tersebut gagal terlaksana dengan baik sebagai
akibat dari maraknya aktivitas korupsi pegawai KMT & memburuknya kondisi
militer KMT di Manchuria serta Cina utara. Krisis yang menimpa KMT tidak disia-
siakan oleh PKC. Bulan Januari 1949, kota Beiping (sekarang bernama Beijing)
berhasil direbut oleh pasukan PKC tanpa pertumpahan darah. Memasuki bulan April,
giliran kota Nanking yang jatuh ke tangan pasukan PKC. Rentetan keberhasilan
tersebut lantas dimanfaatkan Mao Zedong untuk memproklamasikan berdirinya
Republik Rakyat Cina (RRC) pada tanggal 1 Oktober 1949 dengan Beiping sebagai
ibukotanya.
ke pulau-pulau lain di daerah Cina selatan - salah satunya Pulau Hainan - pada tahun
1950.
Perang sipil Cina merupakan salah satu konflik modern paling berdarah yang
pernah dikenal oleh manusia. Jumlah korban tewas akibat perang sipil fase I & fase
III jika ditotal bisa mencapai 5 juta jiwa. Jumlah tersebut bahkan bisa lebih tinggi lagi
jika jumlah korban tewas dari perang sipil fase II ikut dimasukkan. Namun, perang
sipil pada fase II kadang dianggap sebagai perang yang terpisah karena adanya
keterlibatan Jepang yang notabene sama-sama dimusuhi oleh pihak KMT & PKC.
Keberhasilan PKC memenangkan perang sipil di Cina daratan lantas diikuti dengan
eksodus massal jutaan penduduk Cina keluar negeri, salah satunya ke Hong Kong
yang saat itu masih dikuasai oleh Inggris.
Sebagai langkah awal untuk membangun kembali wilayah Cina yang porak-
poranda akibat perang sipil, Mao Zedong selaku pemimpin pertama RRC
memerintahkan pembagian tanah kepada para petani miskin & menganjurkan mereka
untuk membentuk serikat petani kolektif. Untuk mendorong pertumbuhan sektor
industri, Mao melakukan nasionalisasi massal perusahaan-perusahaan swasta &
mencanangkan program pembangunan nasional yang didukung oleh Uni Soviet.
Namun sebagai akibat dari salah perhitungan & tidak stabilnya kondisi sosial politik
dalam negeri, kondisi sosial ekonomi RRC tidak mengalami perkembangan mencolok
hingga puluhan tahun berikutnya. Perekonomian RRC baru mengalami pertumbuhan
pesat setelah pada dekade 80-an, Deng Xiaoping selaku pemimpin baru RRC
21
menjalankan sistem pasar bebas & mengundang investor asing untuk berbisnis di
wilayah RRC.
Secara resmi, perang sipil Cina sebenarnya masih berlangsung hingga sekarang
karena tidak adanya kesepakatan damai yang permanen antara kedua belah pihak.
Rezim KMT yang berlokasi di Taiwan mengklaim kalau seluruh wilayah Cina
daratan termasuk ke dalam wilayahnya & yang memerintah di Pulau Taiwan adalah
pemerintahan yang sedang berada dalam pengasingan (government in exile). Namun
dalam realitanya, kekuasaan dari rezim KMT hanya terbatas di Pulau Taiwan &
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Di pihak yang berseberangan, pemerintah RRC juga
mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya & menganggap kalau pemerintahan yang
berkuasa di Taiwan adalah pemerintahan ilegal. Pemerintah RRC bahkan mengancam
akan memutuskan hubungan diplomatik kepada negara manapun yang mengakui
Taiwan sebagai negara berdaulat.
wilayah tengah dan timur china yang teletak di sebelah selatan sungai Yangzi.selain
itu, jiang telah mentandatangani genjatan senjata dengan pihak komunis. Bila tidak
demikian halnya,pasukan nasional pimpinan jiang harus berperang melawan komunis
yang menguasai barat laut China. Markas besar komunis berada di provinsi
shangxiyang bermedan berat dan selain itu mereka juga menguasai daerah barat laut
dan tidak kalah buas alamnya. Amerika Serikat telah mencegah pasukan komunis
pimpinan Mao agar tidak menguasai dua kota penting yakni Nanjing dan Shanghai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik etnis yang terjadi di Bangladesh dan Asia Timur merupakan hasil dari
prasangka antar etnis, dan benturan berbagai kepentingan. Konflik yang berawal dari
perang saudara ini kemudian meluas menjadi konflik bersenjata internasional, dan
melibatkan berbagai pihak. Konflik juga terjadi karena adanya prasangka antar etnis,
dan hubungan yang dibangun lebih berdasarkan pada unsur kepentingan ketimbang
persaudaraan dan keyakinan sebagai suatu bangsa. Walaupun awalnya mereka adalah
satu kesatuan atau Negara tetangga dan satu benua, namun mereka tidak merasakan
adanya kesamaan entitas yang mengikat mereka sebagai suatu bangsa. Perbedaan
tetap dipelihara, yang akhirnya menjadi sumber konflik, bahkan pembantaian suatu
etnis terhadap etnis lainnya. Konflik yang terjadi tidak sebatas konflik etnis domestik,
21
tapi telah meluas menjadi konflik bersenjata internasional, dan menjadi perhatian
dunia. Konflik ini adalah konflik terburuk semenjak berakhirnya Perang Dunia II.
3.2 Saran
Sebaiknya jika ada permasalahan antar Negara diselesaikan dengan cara
musyawarah secara baik-baik dan dapat menguntungkan semua pihak yang
bermasalah agar tidak menimbulkan peperangan.
Harusnya PBB sebagai lembaga perdamaian internasional tidak memihak
dengan satu Negara saja.mereka harus adil dalam mengatasi Permasalahan
yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/analee11eechul.wordpress.com/2015/09/20/makalah-
konflik-antar-negara-eropa-timur-dan-barat-2/amp/
https://www.google.co.id/search?
q=makalah+konflik+di+berbagai+belahan+dunia&client=ucweb-b&channel=sb
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Saudara_Tiongkok
http://www.re-tawon.com/2013/09/perang-sipil-cina-yang-melahirkan.html?m=1
https://id.quora.com/Mengapa-Partai-Komunis-Tiongkok-bisa-menang-melawan-
Kuomintang-dalam-Perang-Sipil-di-Tiongkok
http://herdisusanto23.blogspot.com/2016/09/perang-saudara-di-china.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Kemerdekaan_Bangladesh
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_perbatasan_India-Bangladesh_2001
21
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Jalur_Bukit_Chittagong
http://wawasansejarah.com/sejarah-
bangladesh/
LAMPIRAN
21
21